Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz &
Sowden, 2009).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak
akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan
berupa kejang.

ETIOLOGI
Menurut Lumbantobing (2008), faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam:
a. Demam itu sendiri
b. Efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak)
c. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi
d. Perubahan keseimbangan cairan / elektrolit
e. Ensephalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan tidak diketahui atau
ensephalopati toksik sepintas
f. Gabungan semua faktor diatas.

Manifestasi Klinis
● Kejang parsial (fokal, lokal) :
1.Kejang parsial sederhana
2. Kejang parsial kompleks
● Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi) :
1. Kejang absens
2. Kejang mioklonik
3. Kejang tonik klonik
4. Kejang atonik

Patofisiologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadi kejang.

kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan
oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan
kerusakan sel neuron otak.

A. Pengkajian
Tanggal Masuk : 29 Desember 2018
Jam Masuk : 15.20 WIB
No. RM : 571149
Tanggal Pengkajian : 31 Desember 2018
Jam Pengkajian : 12.30 WIB
Diagnosa Medis : Kejang Demam Sederhana

1. Identitas Pasien
Inisial : An. A
Umur/TTL : 9 bulan 24 hari/Kendal, 5 Maret 2018
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Karangsari

2. Identitas Penanggung Jawab


Inisial : Tn. A
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Karangsari
Hubungan dengan Pasien : Ayah

3. Keluhan Utama : Kejang

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu klien mengatakan An, A masuk ke RS tanggal 29 Desember 2018 jam 15.20 dengan
keluhan panas selama 3 hari, dan mengalami kejang sekali dengan durasi > 5 menit. Ibu An. A
mengatakan setelah kejang menangis kuat, dan batuk sejak sehari sebelum dibawa ke RS.

5. Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu An. A mengatakan ini merupakan pertama kalinya An. A dirawat di RS. An. A tidak memiliki
riwayat kejang, tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, minuman, atau
bahan-bahan tertentu. An. A tidak memiliki riwayat asma, hipertensi, maupun diabetes mellitus.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu An. A mengatakan diantara anggota keluarganya tidak mempunyai penyakit keturunan.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak rewel ( baik )
b. Kesadaran : : Compos mentis, GCS: 15 E: 4 M: 6 V:5
c. Tanda-Tanda Vital : Suhu: 37,8⁰C Nadi: 128x/menit RR: 36x/menit, SpO2: 99%
d. Antropometri : BB: 10 kg, PB: 80 cm, LILA: 15,2 cm, LK: 48 cm, LD: 47 cm
e. Kepala : Simetris, bentuk mesochepal, tidak ada luka, tidak ada benjolan, rambut
tumbuh merata, warna hitam, ubun-ubun tidak cekung, sutura menutup
f. Wajah : Klien tampak lesu, menangis kuat/rewel ketika dilakukan tindakan.
g. Mata : kemampuan melihat baik
h. Telinga : kemampuan mendengar baik.
i. Hidung : Terdapat sekret berwarna hijau kental, terdapat sekret yang mongering, tidak
ada polip, tidak ada nafas cuping hidung dan tidak memakai oksigen,
j. Mulut : Membran mukosa lembab, warna merah muda, mulut bersih, gigi mulai tumbuh,
gusi baik, tidak ada perdarahan.
k. Leher : tampak baik
l. Dada
1.Jantung
a. Inspeksi : tidak ada penonjolan
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung
d. Auskultasi : Suara irama jantung teratur, bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak ada
bunyi nafas tambahan
2. Paru
a. Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris, nafas
teratur
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, taktil fremitus
teraba sama kanan-kiri
c. Perkusi : Bunyi sonor
d. Auskultasi : Terdapat suara ronkhi basah pada paru-paru, suara
nafas vesikuler

m.Abdomen
1. Inspeksi: Bentuk bulat simetris, tidak ada asites
2. Auskultas : Terdengar bunyi peristaltic usus ±6x/menit
3. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, perut teraba lunak
4. Perkusi : Bunyi timpani
n Genital: Bersih, utuh, tidak ada tanda infeksi
o. Rektum dan Anus : Anus terdapat lubang, kondisi baik.
p. Kulit : Kulit teraba hangat, lembab dan berkeringat, turgor kulit elastis

Anda mungkin juga menyukai