Anda di halaman 1dari 27

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA DOKUMEN PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK


NOMOR DOKUMEN 001/PD/PKM.KML/01/2023
TANGGAL TERBIT 03 JANUARI 2023
NO. REVISI 03
HALAMAN
Ditetapkan Oleh

Kepala UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling

dr . Hany Musliha

UPT PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING

JL.IMAM BONJOL NO.592 KEMILING, TELP. (0721) 271459

BANDAR LAMPUNG
PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING
Jl.Imam Bonjol No.592 Kemiling, Telp. (0721) 271459
Email : puskesmasrawatinapkemiling@yahoo.com
BANDAR LAMPUNG 35153

PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK


UPT PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING
TAHUN 2023

DISAHKAN OLEH :

Kepala UPT. Puskesmas Kemiling Koodinator Layanan Kesehatan Anak

dr. Hany Musliha Anita Tri Wijayanti, A.Md.Keb.


NIP. 198509072010012009 NIP.198401062007012002
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
Nya Pedoman ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Pedoman ini dibuat sebagai pegangan
atau dasar dalam Panduan Pelaksanaan Layanan Kesehatan Anak.
Pedoman ini merupakan pegangan / dasar bagi pelaksana Layanan Kesehatan Anak yang
berwenang melaksanakan kegiatan kesehatan anak. Pedoman telah disesuaikan dengan
Peraturan Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan kegiatan layanan kesehatan anak.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Pedoman ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami mohon kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan
pedoman ini. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunannya. Semoga Pedoman Layanan Kesehatan Anak
ini bermanfaat sebagai acuan dalam pelaksanaan layanan kesehatan anak.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan mempunyai peran sentral sebagai
fondasi dalam peningkatan kualitas SDM, khususnya terkait aspek pembangunan sumber
daya manusia sebagai modal manusia (human capital).
Salah satu acuan penting dalam RPJMN ialah sasaran pokok pembangunan kesehatan
yang terdiri dari 17 jdih.kemkes.go.id - 100 - indikator yang kemudian dimasukan ke dalam
Renstra Kementerian Kesehatan sesuai pada konteks dan level indikatornya, yaitu sebagai
berikut: 1. Angka kematian ibu (per 100.000 KH) 2. Angka kematian bayi (per 1.000 KH) 3.
Angka kematian neonatal (per 1.000 KH) 4. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap pada anak
usia 12-23 bulan (%) 5. Prevalensi stunting pada balita (%) 6. Prevalensi wasting pada balita
(%) 7. Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV) 8. Insidensi TB (per
100.000 penduduk) 9. Eliminasi malaria (kabupaten/kota) 10. Persentase merokok penduduk
usia 10-18 tahun (%) 11. Prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥ 18 12. Jumlah
kabupaten/kota sehat (kabupaten/kota) 13. Persentase fasilitas kesehatan tingkat pertama
terakreditasi (%) 14. Persentase RS terakreditasi (%) 15. Persentase puskesmas dengan jenis
tenaga kesehatan sesuai standar
Tabel 1-1 Target Kinerja Kementerian Kesehatan 2022 – 2024 No. Tujuan/Sasaran
Strategis Indikator Kinerja Target Unit Pengampu 2022 2023 2024 Utama 1 Terwujudnya
pelayanan kesehatan primer yang komprehensif dan berkualitas serta Penguatan
Pemberdayaan Masyarakat 1.1. Menguatnya promotif preventif di FKTP melalui UKBM dan
Pendekatan Keluarga a. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan SPM 100% 100%
100% Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat b. AKI (per 100.000 kelahiran hidup) 205
194 183 Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat c. AKB (per 1.000 kelahiran hidup) 18.6
17.6 16 Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat d. Prevalensi stunting (pendek dan sangat
pendek) (%) 18.4 16.0 14.0 Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat e. Wasting (kurus dan
sangat kurus) pada balita (%) 7.5 7.3 7.0 Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
jdih.kemkes.go.id
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di satu
wilayah kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang difungsikan sebagai Gate Keeper
dalam pelayanan kesehatan, harus dapat memberikan jaminan terhadap penyelenggara
pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang paripurna, adil, merata, berkualitas dan
memuaskan masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
telah ditetapkan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
menyebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, sehingga perlu dilakukan upaya
kesehatan anak secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan
sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan
melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam
kandungan. Upaya kesehatan dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima
tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik
fisik, mental, emosional maupun social serta memiliki intelengensi majemuk sesuai potensi
genetiknya.
Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh
populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di
Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang
memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal-hal tersebut, berbagai faktor
lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieleminasi.

Seperti COVID- 19 yang telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO,
2020) dan juga telah dinyatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana melalui
Keputusan Nomor 9 A Tahun 2020 diperpanjang melalui Keputusan Nomor 13 A Tahun
2020 sebagai Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Corona di Indonesia. Selanjutnya
dikarenakan peningkatan kasus dan meluas antar wilayah, Pemerintah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Nasional Berskala Besar dalam
Rangka Percepatan Penanganan CoronaVirusDisease2019 (COVID-19), dan Keputusan
Presiden Nomor 11Tahun 2020 yang menetapkan Status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat,
kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden Nomor 12Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana
Nasional. Pasca masa pandemi ini, kita harus mencegah penyebaran COVID-19 di sisi lain
untuk tetap memperhatikan upaya-upaya menurunkan Angka Kematian Bayi dan Balita.
Penerapan physical distancing maupun kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang membatasi mobilitas penduduk, berdampak membatasi aksesibilitas pelayanan
kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan risiko gangguan kelangsungan pelayanan kesehatan
termasuk pada balita, yang berpotensi meningkatkan kesakitan dan kematian. Sehingga perlu
diambil langkah-langkah untuk menyeimbangkan kebutuhan penanganan COVID-19 dan
tetap memastikan kelangsungan pelayanan kesehatan esensial pada balita tetap berjalan.
Dalam rangka memberikan Pelayanan Kesehatan Anak yang bermutu, maka di Ruang
Kesehatan Anak perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak
dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan
khususnya pasien Ruang Kesehatan Anak UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling. Berkaitan
dengan hal ini, maka dalam melakukan pelayanan MTBS/MTBM di Ruang Kesehatan Anak
harus berdasarkan standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum
Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak
prasekolah baik dalam gedung maupun luar gedung sehingga dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, berkualitas dan memberikan kepuasan pada
masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
b) Memantau tumbuh kembang anak secara optimal
c) Memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensip bagi anak
C. SASARAN
1. Bayi baru lahir usia 0-28 hari
2. Bayi usia 0-11 bulan
3. Anak balita usia 12-59 bulan
4. Anak prasekolah usia 60- 72 bulan

D. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak sebagai berikut:
No Ruang Lingkup Kegiatan
1. Perencanaan Perencanaan kegiatan disusun berdasarkan hasil analisis
masalah pelayanan kesehatan anak meliputi:
a. Membuat usulan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam mendukung pelayanan kesehatan
anak baik pelayanan dalam gedung maupun luar
gedung.
b. Menyusun jadwal kegiatan program yang dilakukan
setiap awal bulan
c. Melakukan pendataan sasaran.
2. Penggerakan Pelaksanaan a. Mengikuti rapat UKP dan UKM dilakukan setiap
bulan yang bertujuan untuk mengetahui
permasalahan program, koordinasi lintas program dan
membahas rencana tindak lanjut.
b. Mengikuti lokakarya mini bulanan pertama yang
bertujuan untuk penggalangan tim dalam rangka
pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana
kegiatan puskesmas.
c. Mengikuti lokakarya mini bulanan rutin yang
bertujuan untuk melaksanakan evaluasi cakupan
program, mengidentifikasi masalah dan hambatan
dalam pelaksanaan kegiatan dan tersusunnya rencana
kegiatan puskesmas.
d. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan anak
dalam gedung dan luar gedung
1) MTBM
2) MTBS
3) SDIDTK
4) SHK
5) Imunisasi Bayi, Balita dan Caten
3. Pengawasan, a. Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
Penegendalian dan b. Mengikuti bimbingan teknis dengan PJ UKP dan
Penilaian Kinerja UKM dilakukan setiap bulan.
c. Mengikuti bimbingan teknis dengan Kepala
Puskesmas dilakukan setiap bulan.
d. Mengikuti bimbingan teknis dengan Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung.
e. Mengikuti bimbingan teknis dengan Dinas Kesehatan
Provinsi Bali, bimbingan dilakukan setiap tahun
sekali.

E. BATASAN OPERASIONAL

1. Bayi Baru Lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari.


2. Bayi adalah anak mulai umur 0 sampai 11 bulan.
3. Anak Balita adalah anak umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
4. Anak Prasekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan.
5. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) adalah suatu pendekatan terpadu dalam
tatalaksanabayi umur 1 hari- 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit,baik yang
datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga Kesehatan pada
saat kunjungan neonatal.
6. Manajemen Terpadu Balita Sakit yang selanjutnya disingkat MTBS adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tata laksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak berusia 2-59 bulan secara menyeluruh di unit rawat jalan
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
7. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDDITK) adalah kegiatan
komprehensif untuk memantau tumbuh kembang bayi, balita, dan anak prasekolah.
8. Balita stunting (pendek dan sangat pendek) adalah anak yang berumur dibawah 5
tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari) dengan kategori status gizi berdasarkan indeks
panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan
zscore kurang dari -2 standar deviasi.
9. Balita stunting (pendek dan sangat pendek) dibagi balita yang diukur indeks panjang
badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dikali 100%
10. Bayi umur 0 sampai 5 bulan 29 hari yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau
cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral.
11. Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif dibagi seluruh bayi usia
kurang dari 6 bulan dikali 100%.Pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang
dikenal sebagai Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat)
12. Kekerasan terhadap Anak yang selanjutnya disingkat KtA adalah semua bentuk
tindakan/perlakuan yang menyakitkan secara fisik, psikis, seksual atau penelantaran,
yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan cidera/kerugiannya terhadap
kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak.
13. SHK (Skrining Hipotiroid Kongenital) adalah skrining/uji saring dengan
pengambilan sampel darah pada tumit bayi baru lahir umur 48 jam – 72 jam untuk
memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital dan bayi yang bukan
penderita,sehingga bayi mendapatkan penanganan secara cepat dan tidak akan
memberikan dampak yang cukup serius terhadap tumbuh kembang bayi.
F. LANDASAN HUKUM

1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
4. Undang – undang No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
6. Surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.1691 tahun 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
7. Surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
8. Peraturan Kementerian Kesehatan No. 13 Tahun 2022 tentang Strategi Kesehatan
9. Peraturan Kementerian Kesehatan No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Anak
10. Peraturan Kementerian Kesehatan No.78 tentang Skrining Hipotiroid Kongenital
(SHK)
11. Buku Pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Ruang Kesehatan Anak UPT Puskesmas Rawat
Inap Kemiling adalah :
No JENIS KETENENAGAAN KOMPETENSI KOMPETENSI TAMBAHAN JUMLAH
(IJAZAH) (PELATIHAN)
1 Fungsional dokter Dokter Pelatihan MTBS/ MTBM 1
2 Fungsional Bidan Ahli D IV Kebidanan Pelatihan MTBS/ MTBM 2
3 Fungsional Bidan Ahli D IV Kebidanan - 1
4 Fungsional Bidan Terampil D III Kebidanan - 1

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Tenaga pemberi pelayanan kesehatan anak didistribusikan sesuai dengan fungsi


Puskesmas yaitu menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM). Distribusi tenaga disesuaikan dengan jenis kegiatan dan
kebutuhan.
Petugas di Ruang Kesehatan Anak berjumlah 5 (lima) orang dengan standar minimal
sudah melaksanakan pelatihan MTBS / MTBM, dengan kategori :
1. 1 orang dokter
2. 5 orang bidan

A. JADWAL PELAYANAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan anak dalam gedung
Jam buka pelayanan : setiap hari kerja :
1. Senin – Kamis : 07.30 – 14.00 WIB
2. Jum’at : 07.30 – 11.00 WIB
3. Sabtu : 07.30 – 13.00 WIB
Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan anak luar gedung disepakati dan disusun
bersama saat lokakarya mini bulanan Puskesmas dan dengan sektor terkait dalam pertemuan
lokakarya mini lintas sektor
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Gambar 1.1. Denah Ruang Kesehatan Anak UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling

LANTAI I

LANTAI II
B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas Pelayanan kesehatan anak di UPTD. Puskesmas Kuta II wajib disesuaikan
dengan persyaratan fasilitas pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas.
2. Fasilitas yang dimaksud harus memenuhi kriteria bangunan, prasarana, perlengkapan
dan peralatan, serta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Fasilitas & Sarana
Ruang Kesehatan Anak berlokasi dilantai 2 Gedung Puskesmas Rawat Inap Kemiling.
Ruangan terdiri dari 1 (satu ) tempat tidur pemeriksaan. Peralatan di Ruang Kesehatan Anak
adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan di
Ruang Kesehatan Anak.
Di depan Ruang Pemeriksaan Anak terdapat meja pengkajian awal yang dilengkapi
timbangan bayi, timbangan dewasa dan alat pengukur tinggi badan (microtoise). Sebelum
masuk ke Ruangan Pemeriksaan Anak dilakukan pengkajian awal pasien, yang meliputi :
anamnesa/alloanamnesa, pemeriksaan TTV dan antopometri. Selain itu juga terdapat kursi
untuk menunggu antrian pemeriksaan di Ruang Pemeriksaan anak. Dan untuk anak-anak
disediakan ruang bermain (playland) yang dilengkapi dengan karpet yang aman untuk anak-
anak dan mainan yang dapat digunakan selama menunggu antrian.

C. Set Pemeriksaan Kesehatan Anak


1. Alat pengukur panjang bayi
2. Pengukur tinggi badan anak
3. Sphygmomanometer dan manset anak
4. Steteskop Pediatric
5. Termometer anak
6. Timbangan anak
7. Timbangan bayi
8. Otoscope
9. Spatula lidah
10. ARI timer
11. Pita pengukur LILA
12. Pita pengukur Lingkar kepala/meteran
13. Senter
D. Bahan Habis Pakai
1. Kasa/ kapas
2. Masker wajah
3. Hand Sanitiser
4. Sarung tangan non steril
5. Alkhohol swab
6. Plesterin
7. Tissue
E. Perlengkapan
1. Bantal
2. Sarung bantal
3. Selimut
4. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka penutup
F. Peralatan
1. Kursi kerja
2. Lemari arsip
3. Meja tulis
4. Troli besi
5. Meja untuk meletakan Alat pengukur panjang bayi
6. Wastafel
G. Pencatatan dan Pelaporan
1. Buku register pelayanan
2. Buku rujukan
3. Formulir informed consent
4. Formulir rujukan internal dan eksternal
5. Form MTBS / MTBM
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

1. PELAYANAN DALAM GEDUNG


a. Pelayanan klinis medis terdiri dari anamnesa, pengukuran antropometri, pemeriksaan
fisik, skrining tumbuh kembang, pemeriksaan penunjang, tata laksana dan rujukan.
b. Konseling dan KIE

Penanggung Jawab Ruang Kesehatan Anak : dokter (dokter piket sesuai jadwal)
Koordinator Pelayanan Ruang Kesehatan Anak : Anita Tri Wijayanti, A Md Keb
Petugas di Ruang Kesehatan Anak :
a. Merda Ristiana, S.ST
b. Ester Metalia Agusta,S.ST
c. Erika Rensi Wijaya, S.Tr.Keb
d. Syifa Aprindasari, S.Tr.Keb

Perangkat Kerja :
a. Laptop( E-Rekam Medis)
b. Mouse
c. Alat pengukur panjang bayi
d. Pengukur tinggi badan anak
e. Steteskop Pediatric
f. Termometer anak
g. Timbangan anak
h. Timbangan bayi
i. ARI timer
j. Senter
k. Microtoa
l. Pita pengukur LILA bayi/anak
m. Pita ukur lingkar kepala/meteran
n. Form MTBS/MTBM

Prosedur penatalaksanaan bayi muda (sehat dan sakit) dan balita sakit

1) Petugas Ruang Kesehatan Anak melakukan pelayanan dengan memperhatikan


prinsip triase, menggunakan APD yang sesuai dan menerapkan protokol kesehatan.
2) Petugas Ruang Kesehatan Anak melakukan anamnesa/alloanamnesa
Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk melakukan penilaian/
pemeriksaan dengan cara menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-
keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara lihat dan dengar atau lihat
dan raba. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil
tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi penyakit, petugas akan
menetukan tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi Pneumonia Berat
atau Penyakit sangat Berat akan di rujuk ke Dokter Puskesmas. Contoh begitu
sistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS, ketika anak sakit datang berobat,
petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, mulai
dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti :
a. Apakah anak bisa minum/menyusu?
b. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
c. Apakah anak menderita kejang?Kemudian petugas akan melihat/memeriksa
apakah anak tampak letargis/tidak sadar?
Setelah itu petugas kesehastan akan menanyakan keluhan utama lain:
a. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
b. Apakah anak menderita diare?
c. Apakah anak demam?
d. Apakah anak mempunyai masalah telinga?
e. Memeriksa status gizi.
f. Memeriksa anemia.
g. Memeriksa status imunisasi.
h. Memeriksa status pemberian Vitamin A.
i. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain
j. Melakukan penilaian tentang cara menyusui
k. Periksa status imunisasi.
l. Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti keluhan kelainan congenital, trauma
lahir, perdarahan tali pusat
m. Dan seterusnya sesuai form MTBM/MTBS
Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengkasifikasi
keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan klasifikasi tindakan/ pengobatan
yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi.
3) Petugas Ruang Kesehatan Anak melakukan pemeriksaan terhadap bayi / balita
- Ukur suhu tubuh.
- Ukur berat badan.
- Ukur panjang badan
- Ukur respiratory rate
- Ukur LILA
- Ukur Lingkar Kepala
- Ukur Lingkar Perut
(Usia 0-11 bulan tiap 3 bulan dan 12bulan-5tahun tiap 6 bulan)
a. Petugas Ruang Kesehatan Anak mencatat hasil anamnesa, hasil pemeriksaan
TTV dan antopometri.
b. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan pemeriksaan penunjang
(jika diperlukan)
c. Dokter melakukan klasifikasi dalam form MTBM/MTBS
d. Dokter Ruang Kesehatan Anak memberikan pengobatan sesuai Buku
Pedoman MTBS
e. Dokter melakukan rujukan ke RS jika diperlukan.
f. Dokter dan Petugas Ruang Kesehatan Anak memberikan penyuluhan terhadap
ibu bayi / balita.
g. Dokter dan Petugas Ruang Kesehatan Anak mendokumentasi kegiatan pada E-
Rekam Medis

2. Pelayanan luar Gedung


a. Pelayanan kesehatan anak di posyandu
b. Pelayanan kesehatan anak di TK dan PAUD
c. Kunjungan rumah balita resiko tinggi

B. METODE PELAYANAN KESEHATAN ANAK

a. Pelayanan klinis medis terdiri dari anamnesa, pengukuran antropometri,


pemeriksaan fisik, skrining tumbuh kembang, pemeriksaan penunjang dilakukan
sesuai Standar Operasional Prosedur dan rujukan bila diperlukan.
b. Penyuluhan, Konseling dan KIE

C. LANGKAH KEGIATAN

1. Perencanaan (P1)
a. Membuat usulan penyediaan sarana dan prasarana
b. Mendata sasaran
c. Menyusun jadwal kegiatan program

2. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)


a. Mengikuti Lokakarya mini bulanan pertama lintas program
b. Mengikuti Rapat UKM
c. Mengikuti Lokakarya mini bulanan rutin lintas program
d. Memberikan pelayanan kesehatan anak
e. Melakukan Skrining hipotiroid kongenital
f. Memberikan Pelayanan kesehatan anak di posyandu
g. Melakukan pemantauan neonatus resti
h. Melakukan pemantauan bayi resti
i. Melakukan pemantauan tumbuh kembang anak prasekolah
j. Melakukan Sweeping
k. Melakukan pelacakan kematian neonatus, bayi, balita
l. Melakukan penyuluhan kesehatan
m. Melakukan Monev pelayanan kesehatan anak ke Pustu

3. Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian Kinerja (P3)


a. Pencatatan semua hasil kegiatan ke dalam form pencatatan (register, e-kohort,
buku KIA, E-Pusk)
b. Mengikuti bimtek dengan PJ UKP dan UKM
c. Mengikuti bimtek dengan Kepala Puskesmas
d. Membuat laporan bulanan
e. Membuat laporan tahunan
f. Membuat visualisasi data
D. TATA LAKSANA SISTEM RUJUKAN

1. Petugas Penanggung Jawab


a. Dokter
b. Bidan

2. Perangkat Kerja
a. Buku Rujukan
b. Formulir persetujuan Tindakan (inform consent)
c. Formulir rujukan
d. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
e. Formulir rujukan internal

3. Tata Laksana Sistim Rujukan


a. Rujukan Luar Gedung
- Pasien/ keluarga pasien dijelaskan oleh petugas mengenai keadaan pasien agar
dirujuk ke RS untuk pemeriksaan lebih lanjut.
- Perawat/bidan posyandu/pustu/poskeskel merujuk pasien ke puskesmas
- Dokter melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik pasien, menegakkan diagnose.
- Dokter menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien harus dirujuk ke RS
guna mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut.
- Dokter mengisi form rujukan.
Pengisian form rujukan dengan melengkapi data: asal puskesmas, poli/ RS tujuan,
Identitas pasien, keluhan, pemeriksaan fisik, diagnosa, tanda tangan dan
membubuhkan cap puskesmas.

b. Pemeriksaan Laboratorium
- Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter mengenai tujuan pemeriksaan
laboratorium , bila setuju maka dokter akan memberikan formulir permintaan
laboratorium yang telah diisi kepada keluarga pasien.
- Keluarga pasien menyerahkan formulir tersebut ke petugas laboratorium.

c. Rujukan Dalam Gedung (rujukan internal)


- Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan/ tindakan
lanjutan
- Bila keluarga setuju, jika rujukan perlu tidakan maka harus mengisi inform
choice
- Petugas/Dokter mengisi formulir rujukan antar ruang pemeriksaan dan pasien
diantar ke ruang pemeriksaan tujuan.
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan anak diusulkan
dalam Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas dalam pertemuan lokakarya mini bulanan
Puskesmas sesuai rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
Logistik yang dibutuhkan dalam kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan
Remaja meliputi:
Sarana dan prasarana untuk pelayanan kesehatan anak meliputi:
A. Alat dan Bahan
1. Masker
2. Handschoen
3. Hand Sanitiser
4. Timbangan bayi
5. Pengukur panjang badan dan tinggi badan
6. Timbangan dewasa
7. Tensimeter, manset dewasa dan anak
8. Stetoskop
9. Termometer
10. Alat ukur saturasi oksigen
11. Senter periksa
12. Sudip lidah
13. Pengukur LILA
14. Metlyn
15. Bagan MTBS, MTBM
16. Buku Pedoman SDIDTK
17. Komputer, printer dan jaringan internet
18. ATK
19. Lembar inform concent
20. Gelas
21. Sendok
22. Teko tempat air

B. Obat
1. Parasetamol sirup 1
2. Parasetamol tablet
3. Vitamin A 200.000 iu
4. Vitamin A 100.000 iu
5. Oralit
6. Zink
7. Povidon iodin
Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui gudang obat. Kebutuhan obat,
bahan habis pakai dihitung tiap 1 bulan. Berdasarkan analisis kebutuhan obat dan bahan habis
pakai satu bulan yang lalu dengan cadangan 10 %
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN DAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, Pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Tujuan penerapan keselamatan paisen adalah terciptanya budaya keselamatan pasien,
meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat, menurunkan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di puskesmas, terlaksananya program- program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Puskesmas Rawat Inap Kemiling wajib menerapkan standar keselamatan pasien yang
meliputi :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien di Puskesmas Rawat Inap Kemiling adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik resiko
yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada
petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena
masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran
banyak program kesehatan lainnya. Tahapan-tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran
antara lain:
1. Identifikasi Resiko
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak
membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Analisis Resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak
dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang
terjadi.

3. Rencana Pencegahan Dan Meminimalisir Resiko


Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah dan
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.

4. Rencana Upaya Pencegahan


Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.

5. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan
sesuai dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian
pelaksanaan dengan perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak
lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal
Precaution”.

B. Tindakan yang beresiko terpajan

1. Cuci tangan yang kurang benar.


2. Penggunaan APD yang kurang tepat.
3. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
4. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
5. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
6. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
7. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

C. Standar keselamatan dan kesehatan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi :


1. Penerapan kewaspadaan standar
a. Cuci tangan untuk mencegah infeksi silang
b. Penggunaan alat pelindung diri
c. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
d. Penatalaksanaan peralatan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
2. Penerapan prinsip ergonomi
a. Penanganan beban manual
b. Postur kerja
c. Cara kerja dengan gerakan berulang
d. Shift kerja
e. Durasi kerja
f. Tata letak ruang kerja
3. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana termasuk kebakaran
a. Identifikasi risiko koondisi darurat atau bencana
b. Analisis risiko kerentanan bencana
c. Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana
d. Pengendalian kondisi darurat atau bencana
4. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai
5. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
6. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan layanan kesehatan anak perlu
diperhatikan keselamatan kerja pegawai Puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat tejadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-
tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Ruang Kesehatan Anak Puskesmas Rawat Inap
Kemiling dalam memberikan pelayanan adalah
1. Bayi/Balita sakit ditherapi oleh dokter 100%
2. Bayi/Balita sakit dilayani dengan MTBM/MTBS >80%
3. Jam buka pelayanan
Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya pelayanan di Ruang Kesehatan Anak buka
07.30 s.d 14.00 WIB setiap hari kerja kecuali Jumat dan Sabtu
Permasalahan dibahas pada pertemuan UKP dan lokakarya mini bulanan Puskesmas

Kinerja pelaksanaan pelayanan kesehatan anak luar gedung dimonitor dan dievaluasi dengan
menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan SOP
4. Ketepatan metoda yang digunakan
5. Tercapainya indikator kinerja
Permasalahan dibahas pada pertemuan UKM dan lokakarya mini bulanan Puskesmas
BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman penyelenggaraan pelayanan Ruang Kesehatan Anak di UPT


Puskesmas Rawat Inap Kemiling ini dibuat sebagai acuan pelayanan di Ruang Kesehatan
Anak (dalam Gedung) maupun diluar Gedung bagi petugas di UPT Puskesmas Rawat Inap
Kemiling sehingga akan lebih terarah dan sesuai standar dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan dapat lebih memudahkan semua pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan internal maupun eksternal. Dalam pelaksanaan
kegiatan tentunya banyak sekali hambatan dan rintangan, namun dengan semangat yang
tinggi dan kerja keras serta dukungan dan kerjasama dari semua pihak yang terkait, niscaya
kegiatan akan dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai harapan.
Pedoman ini sebagai acuan bagi pegawai puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan anak dan pembinaan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan layanan kesehatan anak tergantung pada komitmen yang kuat dari
semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran serta aktif
masyarakat dalam bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai