Anda di halaman 1dari 11

INDIKATOR KESEJAHTERAAN KELUARGA MENURUT BPS (1997) DAN BKKBN

(2009)
Posted by RAHMARIZQY on MAY 5, 2018

sumber:
https://kor.pngtree.com/freepng/cartoon-family-photo_2073313.html
I. PENGERTIAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
Kesejahteraan keluarga terdiri dari dua kata yaitu kesejahteraan dan keluarga.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 kesejahteraan adalah tata
kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spritual yang diliputi oleh
rasa kesehatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaiknya bagi diri
sendiri, keluarga dan masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi dan
kewajiban sesuai pancasila. Kesejahteraan menurut Sulastri dalam Solih (1986: 14)
menggambarkan kemajuan atau kesuksesan di dalam hidup baik secara materil,
mental spiritual, dan sosial secara seimbang, sehingga menimbulkan ketentraman
dan ketenangan hidup, sehingga dapat menyongsong kehidupan mendatang
dengan gembira dan optimal.
Menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, keluarga adalah adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Sedangkan menurut Friedman (1998: 12),
keluarga merujuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan – ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang menidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari keluarga.
Definisi-definisi tambahan tentang keluarga berikut ini mengkonotasikan tipe-tipe
keluarga secara umum yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman
terhadap literatur tentang keluarga (Friedman,1998:11).
1. Keluarga inti yaitu keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau pemberian
nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak mereka (anak kandung,
anak adopsi dan keduanya).
2. Keluarga orientasi yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh
darah). Berikut ini yang termasuk “sanak keluarga” yaitu kakek/nenek, tante,
paman dan sepupu.
Menurut Solih (1986: 14-15) keluarga yang sejahtera dan bahagia adalah
keluarga yang dapat mencapai kesuksesan di dalam hidupnya, baik materil maupun
mental spiritual, yang memberikan nilai-nilai kepuasan yang mendalam kepada para
anggota keluarga dalam situasi penuh kebahagiaan dan ketenteraman hidup
bersama. Jadi kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi di mana kehidupan
secara materil, mental spiritual, dan sosial dapat dipenuhi secara seimbang bagi
para anggota keluarga dalam situasi penuh kebahagiaan dan ketenteraman hidup
bersama.
II. Indikator kesejahteraan rumah tangga menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
1997:
Menurut BPS (1997: 8), indikator yang digunakan untuk melihat kesejahteraan
suatu rumah tangga dalam suatu keluarga ada 31 variabel yaitu:
1. Pendapatan rumah tangga adalah seluruh penghasilan atau penerimaan berupa
uang atau barang dari semua anggota rumah tangga yang diperolah baik berupa
upah atau gaji, pendapatan dari usaha rumah tangga, maupun penerimaan
transfer.
2. Konsumsi makanan rumah adalah makanan yang dikonsusmsi anggota rumah
tangga tanpa memperhatikan asalnya.
3. Keadaan tempat tinggal adalah kondisi tempat tinggal seperti kondisi bangunan,
ruangan, bahan bangunan yang digunakan serta keadaan sanitasi.
4. Fasilitas tempat tinggal adalah sarana yang tersedia untuk mendukung
kelengkapan tempat tinggal seperti fasilitas air minum, jamban, listrik, telepon
dan perabot rumah tangga.
5. Pakaian anggota rumah tangga adalah pakaian/ bahan pakaian yang dipakai
seperti kemeja, celana, dan sebagainya dilihat dari segi mutu dan banyaknya.
6. Kesehatan anggota rumah tangga adalah kondisi kesehatan anggota rumah
tangga dilihat dari segi seringnya mengalami gangguan kesehatan, baik
gangguan penyakit menahun (kronis) maupun gangguan kesehatan lainnya yang
dapat mengganggu aktivitasnya.
7. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis/paramedis
adalah kemudahan dilihat dari segi ekonomi dan non ekonomi, seperti biaya
berobat, terjangkau, penangan lancar, jarak relatif dekat dan prosedur tidak
berbelit-belit.
8. Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan Keluarga Berencana (bagi yang
pernah mengikuti program KB) adalah kemudahan ditinjau dari segi ekonomi dan
non ekonomi, seperti mudah mendapatkan alat kontrasepsi, mudah memperolah
konsultasi tentang KB, dan jarak ke tempat konsultasi KB relatif dekat.
9. Kemudahan mendapatkan obat-obatan farmasi adalah kemudahan
mendapatkan obat-obatan dari apotik dan toko obat.
10. Kemudahan dalam mendapatkan fasilitas transportasi adalah kemudahan baik
dari segi ongkos transpor terjangkau dan fasilitas kendaraan memadai.
11. Kemudahan memasukkan anak ke SD (bagi yang menyekolahkan anak ke SLTP
selama 3 tahun terakhir) adalah kemudahan menyekolahkan anak usia SD dilihat
dari kondisi ekonomi dan non-ekonomi, seperti kemudahan dalam hal baiaya
sekolah, jarak kesekolah relatif dekat serta prosedur penerimaan murid baru.
12. Kemudahan memasukkan anak ke SLTP (bagi yang menyekolahkan anak ke
SLTP selama 3 tahun terakhir) adalah kemudahan menyekolahkan anak usia
SLTP dilihat dari kondisi ekonomi dan non-ekonomi, seperti kemudahan dalam
hal baiaya sekolah, jarak kesekolah relatif dekat serta prosedur penerimaan
murid baru.
13. Kemudahan memasukkan anak ke SMU (bagi yang menyekolahkan anak ke
SMU selama 3 tahun terakhir) adalah kemudahan menyekolahkan anak usia
SMU dilihat dari kondisi ekonomi dan non-ekonomi, seperti kemudahan dalam
hal baiaya sekolah, jarak kesekolah relatif dekat serta prosedur penerimaan
murid baru.
14. Kehidupan beragama adalah kebebasan menjalankan/menunaikan ibadah
sesuai dengan agama masing-masing, termasuk adanya sarana, kerukunan dan
suasananya.
15. Kenikmatan suasana hari raya agama (Idul Fitri, Idul Adha, Natal, Nyepi, Waisak)
adalah perasaan sejahtera lahir dan batin.
16. Rasa aman dari kamtibmas artinya rasa aman dari segala gangguan kejahatan
seperti penodongan, perampokan dan pemerasan.
17. Kemudahan mendengarkan radio
18. Kemudahan mendapatkan televisi
19. Kemudahan mendapatkan bacaan (surat kabar harian, surat kabar bukan harian,
majalah, dsb), artinya kemudahan mendapatkan media cetak, seperti koran,
majalah, cerita bergambar, dan novel, baik dengan membeli maupun meminjam.
20. Kemudahan mendapatkan pekerjaan formal adalah kemudahan mendapatkan
pekerjaan dengan waktu tetap, pekerjaan terjamin, tempat tetap dan upah/gaji
teratur.
21. Kemudahan dalam melakukan olahraga adalah kemudahan berolahraga ditinjau
dari segi waktu, sarana dan fasilitas olahraga.
22. Perkembangan tingkat kesejahteraan rumah tangga sendiri secara keseluruhan
dimaksudkan untuk melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga secara
keseluruhan yaitu jika dilihat dari seluruh aspek/variabel kesejahteraan.
23. Berlangganan surat kabar/majalah/tabloid sebulan adalah apabila ada anggota
rumah tangga yang selalu memperoleh media cetak tersebut dengan cara
membeli dari penyalur/agen.
24. Memiliki kitab suci adalah memiliki atau menguasai kitab suci sesuai dengan
agama yang dianut.
25. Pendapatan kepala rumah tangga dibanding pengeluaran untuk pemenuhan
kebutuhan makan sehari-hari, yang dimaksudkan untuk mengetahui kecukupan
pendapatan dengan pemenuhan kebutuhan makan rumah tangga sehari-hari.
26. Tindakan yang dilakukan apabila pendapatan dibandingkan pengeluaran untuk
pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari kurang atau kurang sekali. Tindakan
tersebut antara lain menyesuaikan pengeluaran, menggadaikan barang,
meminjam barang atau uang, meminta bantuan dan lainnya.
27. Orang tua asuh adalah keluarga atau perorangan yang memberikan bantuan
(tanpa kecendrungan apapun kecuali rasa kemanusiaan, keikhlasan, dan kasih
sayang) berupa biaya atau sarana pendidikan.
28. Partisipasi rumah tangga dalam usaha kesejahteraan sosial masyarakat adalah
keikutsertaan rumah tangga dalam kegiatan kesejahteraan sosial.
29. Partisipasi rumah tangga dalam kegiatan kebersihan lingkungan adalah
keikutsertaan rumah tangga dalam usaha kebersihan lingkungan agar tercipta
suasana yang bersih di lingkungan tempat tinggal.
30. Partisipasi rumah tangga dalam kegiatan gotong royong di lingkungan tempat
tinggal adalah keikutsertaan rumah tangga dalam usaha menciptakan suasana
kehidupan yang diliputi rasa kebersamaan.
31. Partisipasi rumah tangga dalam pembinaan anak putus sekolah di lingkungan
tempat tinggal adalah keikutsertaan rumah tangga dalam usaha pembinaan
terhadap anak putus sekolah yang terdapat disekitar lingkungan tempat tinggal.
III. Indikator Kesejahteraan Keluarga Menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBNN) Tahun 2010 :
1. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal seperti kebutuhan akan
pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan dasar bagi anak usia
sekolah.
2. Keluarga Sejahtera I
Keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
psikologisnya (psychological needs) seperti kebutuhan ibadah, makan protein
hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, dalam keadaan sehat,
mempunyai penghasilan, bisa baca dan tulis latin.
Adalah keluarga yang baru dapat memenuhi indikator-indikator berikut
1) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
Pengertian makan adalah makan menurut pengertian dan kebiasaan
masyarakat setempat, seperti makan nasi bagi mereka yang biasa makan
nasi sebagai makanan pokoknya (staple food), atau seperti makan sagu bagi
mereka yang biasa makan sagu dan sebagainya.
2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja
atau sekolah dan berpergian.
Maksudnya adalah pemilikan pakaian yang tidak hanya satu pasang,
sehingga tidak terpaksa harus memakai pakaian yang sama dalam kegiatan
hidup yang berbeda-beda. Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk tidur atau
beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah atau untuk
bekerja (ke sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya) dan lain pula
dengan pakaian untuk bepergian (seperti menghadiri undangan perkawinan,
piknik, ke rumah ibadah dan sebagainya).
3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang
baik.
Maksudnya adalah keadaan rumah tinggal keluarga mempunyai atap,
lantai dan dinding dalam kondisi yang layak ditempati, baik dari segi
perlindungan maupun dari segi kesehatan.
4) Bila ada anggota keluarga sakit di bawa ke prasarana kesehatan.
Maksudnya adalah sarana kesehatan modern, seperti Rumah Sakit,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu,
Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan obat-obatan yang
diproduksi secara modern dan telah mendapat izin peredaran dari instansi
yang berwenang (Departemen Kesehatan/Badan POM).
5) Bila pasangan usia subur ingin ber-KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi.
Maksudnya adalah sarana atau tempat pelayanan KB, seperti Rumah
Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek,
Posyandu, Poliklinik, Dokter Swasta, Bidan Desa dan sebagainya, yang
memberikan pelayanan KB dengan alat kontrasepsi modern, seperti IUD,
MOW, MOP, Kondom, Implan, Suntikan dan Pil, kepada pasangan usia subur
yang membutuhkan. (Hanya untuk keluarga yang berstatus Pasangan Usia
Subur).
6) Semua anak dalam umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah
Maksudnya adalah semua anak 7-15 tahun dari keluarga (jika keluarga
mempunyai anak 7-15 tahun), yang harus mengikuti wajib belajar 9 tahun.
Bersekolah diartikan anak usia 7-15 tahun di keluarga itu terdaftar dan aktif
bersekolah setingkat SD/sederajat SD atau setingkat SLTP/sederajat SLTP.

3. Keluarga Sejahtera II
Keluarga-keluarga yang telah memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need), juga
telah memenuhi seluruh kebutuhan psikologisnya (psychological needs), akan
tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya
(development needs) seperti kebutuhan untuk peningkatan agama, menabung,
berinteraksi dalam keluarga, ikut melaksanakan kegiatan dalam masyarakat dan
mampu memperoleh informasi.
Adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator Tahapan Keluarga
Sejahtera I (indikator 1 s/d 6) dan indikator berikut:
1) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing
Maksudnya adalah kegiatan keluarga untuk melaksanakan ibadah, sesuai
dengan ajaran agama/ kepercayaan yang dianut oleh masing-masing
keluarga/ anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat dilakukan sendiri-sendiri
atau bersama-sama oleh keluarga di rumah, atau di tempat-tempat yang
sesuai dengan ditentukan menurut ajaran masing-masing agama/
kepercayaan.
2) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur
Maksudnya adalah memakan daging atau ikan atau telur, sebagai lauk pada
waktu makan untuk melengkapi keperluan gizi protein. Indikator ini tidak
berlaku untuk keluarga vegetarian.
3) Seluruh anggota memperoleh paling kurang satu pasang pakaian baru dalam
setahun
Maksudnya adalah pakaian layak pakai (baru/bekas) yang merupakan
tambahan yang telah dimiliki baik dari membeli atau dari pemberian pihak
lain, yaitu jenis pakaian yang lazim dipakai sehari-hari oleh masyarakat
setempat.
4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah
Maksudnya adalah keseluruhan luas lantai rumah, baik tingkat atas, maupun
tingkat bawah, termasuk bagian dapur, kamar mandi, paviliun, garasi dan
gudang yang apabila dibagi dengan jumlah penghuni rumah diperoleh luas
ruang tidak kurang dari 8 m2.
5) Ada seseorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan
Maksudnya adalah keluarga yang paling kurang salah seorang anggotanya
yang sudah dewasa memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dari
sumber penghasilan yang dipandang layak oleh masyarakat, yang dapat
memenuhi kebutuhan minimal sehari-hari secara terus menerus.
6) Seluruh anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bisa baca tulisan latin
Maksudnya adalah anggota keluarga yang berumur 10 – 60 tahun dalam
keluarga dapat membaca tulisan huruf latin dan sekaligus memahami arti dari
kalimat-kalimat dalam tulisan tersebut. Indikator ini tidak berlaku bagi
keluarga yang tidak mempunyai anggota keluarga berumur 10-60 tahun.
7) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi
Maksudnya adalah keluarga yang masih berstatus Pasangan Usia Subur
dengan jumlah anak dua atau lebih ikut KB dengan menggunakan salah satu
alat kontrasepsi modern, seperti IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom, MOP
dan MOW.

4. Keluarga Sejahtera III


Keluarga-keluarga yang telah memenuhi kebutuhan dasar (basic need),
psikologis (psychological needs) dan kebutuhan pengembangannya, namun
belum dapat memenuhi indikator aktualisasi diri (self esteem), seperti secara
teratur memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk
kepentingan sosial serta berperan aktif dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga,
pendidikan dan sebagainya.
Adalah keluarga yang telah memenuhi indikator Tahapan Keluarga Sejahtera I
dan indikator Keluarga Sejahtera II (indikator 1 s/d 14) dan indikator berikut:
1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama
Maksudnya adalah upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahunan
agama mereka masing-masing. Misalnya mendengarkan pengajian,
mendatangkan guru mengaji atau guru agama bagi anak-anak, sekolah
madrasah bagi anak-anak yang beragama Islam atau sekolah minggu bagi
anak-anak yang beragama Kristen.
2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang
Maksudnya adalah sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan untuk
ditabung baik berupa uang maupun berupa barang (misalnya dibelikan
hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan, rumah sewaan dan
sebagainya). Tabungan berupa barang, apabila diuangkan minimal senilai
Rp. 500.000,-
3. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi
Maksudnya adalah kebiasaan seluruh anggota keluarga untuk makan
bersama-sama, sehingga waktu sebelum atau sesudah makan dapat
digunakan untuk komunikasi membahas persoalan yang dihadapi dalam satu
minggu atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah antar seluruh anggota
keluarga.
4. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal
Maksudnya adalah keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota
keluarga dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya yang bersifat sosial
kemasyarakatan, seperti gotong royong, ronda malam, rapat RT, arisan,
pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.
5. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/televisi
Maksudnya adalah tersedianya kesempatan bagi anggota keluarga untuk
memperoleh akses informasi baik secara lokal, nasional, regional, maupun
internasional, melalui media cetak (seperti surat kabar, majalah, buletin) atau
media elektronik (seperti radio, televisi, internet). Media massa tersebut tidak
perlu hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang bersangkutan,
tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau dimiliki oleh orang/keluarga lain,
ataupun yang menjadi milik umum/milik bersama

5. Keluarga Sejahtera III Plus


Keluarga-keluarga yang telah mampu memenuhi semua kebutuhannya baik
yang bersifat dasar, psikologis maupun yang bersifat pengembangan, serta telah
dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi
masyarakat.
Adalah keluarga yang memenuhi indikator Tahapan Keluarga Sejahtera I,
indikator Keluarga Sejahtera II dan indikator Keluarga Sejahtera III (indikator 1
s/d 19) dan indikator sebagai berikut:
1. Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan materil
untuk kegiatan sosial
Maksudnya adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan
memberikan sumbangan materiil secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela,
baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi kepentingan masyarakat
(seperti untuk anak yatim piatu, rumah ibadah, yayasan pendidikan, rumah
jompo, untuk membiayai kegiatan-kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun, Desa
dan sebagainya dalam hal Ini tidak termasuk sumbangan wajib).
2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/institusi masyarakat
Maksudnya adalah keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan
memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral secara terus menerus untuk
kepentingan sosial kemasyarakatan dengan menjadi pengurus pada berbagai
organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada yayasan, organisasi adat,
kesenian, olah raga, keagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat,
pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya).

Daftar Pustaka:
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2009. Hubungan Program Keluarga
Berencana Nasional dengan Kesejahteraan Keluarga. Jakarta : BKKBN.

Badan Pusat Statistik. 1997. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga. Jakarta: Badan
Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. 2016. Jakarta Dalam Angka 2016. Jakarta: BPS.

Friedman, Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.

Ishak. Solih, 1986. Manajemen Rumah Tangga. Bandung: Angkasa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1974 Tentang Kesejahteraan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

https://rahmarizqy.wordpress.com/2018/05/05/indikator-kesejahteraan-keluarga-
menurut-bps-1997-dan-bkkbn-2009/

Anda mungkin juga menyukai