Anda di halaman 1dari 13

Mengenali dan Menerapkan

Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia


Kelompok 2
Anggota Kelompok

la Fib io la Ariya
She nti
5 36 3 2235
223 350
Pembahasan
03
01 Aturan
Penulis
h Eja an an
Se jar a Huruf
sia
Ba ha sa Ind on e 02
Aturan Pemakaian
Huruf
Pendahuluan
Ejaan adalah tata cara penulisan suatu kata yang sesuai
dengan bahasa yang digunakan. Ejaan memegang peranan
penting dalam berkomunikasi karena membantu dalam
pemahaman dan pengartian kata-kata yang ditulis.

Kaidah ejaan Bahasa Indonesia adalah seperangkat aturan


atau pedoman yang mengatur bagaimana cara ejaan kata-
kata dalam Bahasa Indonesia. Kaidah ejaan ini ditetapkan
oleh Pusat Bahasa dan Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa.
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Sejarah ejaan bahasa Indonesia dimulai pada tahun 1901, ketika
pemerintah kolonial Belanda menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa
resmi di Hindia Belanda. Pada saat itu, ejaan bahasa Melayu masih
mengikuti ejaan Belanda. Namun, pada tahun 1928, Mochtar Lubis
meluncurkan sebuah kampanye untuk menggunakan ejaan yang lebih
sesuai dengan bunyi bahasa Melayu. Kemudian, pada tahun 1932, Pusat
Bahasa dibentuk untuk mengembangkan ejaan bahasa Indonesia yang baru
Seiring dengan perkembangan bahasa dan perubahan sosial, ejaan bahasa
Indonesia kemungkinan akan terus mengalami perubahan dan
penyesuaian di masa depan.
Aturan Pemakaian Huruf
Aturan pemakaian huruf dalam ejaan dapat bervariasi
tergantung pada bahasa yang digunakan. Namun, dalam
bahasa Indonesia, ada beberapa aturan umum dalam
pemakaian huruf yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Huruf Kapital (Huruf Besar): Digunakan di awal kalimat,


judul buku/teks, nama diri, nama tempat, dan sebutan
gelar/hormat.
Contoh: Hari ini saya pergi ke Bandung menggunakan
kereta api.
2. Huruf Kecil: Digunakan untuk kata-kata di tengah atau akhir kalimat,
kecuali yang memiliki aturan penggunaan huruf kapital seperti di atas.
Contoh: Dia membeli sebuah buku di toko buku.
3. Penggunaan Huruf Vokal: Huruf vokal dalam bahasa Indonesia terdiri
dari a, i, u, e, o. Penggunaan huruf vokal dapat mengikuti aturan suku
kata terbuka (CV) dan suku kata tertutup (CVC).
Contoh: Se-pu-lang tu-juh atau mera-ha-si-a-kan.
4. Penggunaan Huruf Konsonan: Huruf konsonan merupakan huruf selain
huruf vokal. Dalam bahasa Indonesia, penggunaan huruf konsonan
bergantung pada susunan dan kombinasi huruf dalam kata.
Contoh: ma-ta, be-ri, ku-al-a, buah.
5. Penggunaan Huruf Ganda: Dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa
aturan dalam penggunaan huruf ganda:
- Huruf 'h' ganda diikuti oleh huruf vokal 'u', seperti dalam kata "huruf",
"hujan", "hukum".
- Huruf 'ng' digunakan untuk menggambarkan bunyi konsonan dibibir
(n + g), seperti dalam kata "mengapa", "handuk", "bengkak".

Itulah beberapa aturan umum dalam pemakaian huruf dalam ejaan


bahasa Indonesia. Perlu diingat bahwa dalam penggunaan huruf
terkadang terdapat pengecualian atau kata-kata dengan aturan lain
yang perlu diperhatikan secara khusus.
Aturan Penulisan Huruf
Menggunakan huruf kapital di tengah kalimat tanpa
alasan yang jelas, misalnya: “Saya suka Makan Nasi
Goreng”.
Menggunakan huruf kecil di awal kalimat atau pada
nama orang, tempat, atau organisasi, misalnya: “dia
adalah siswa dari sekolah dasar negeri 1 jakarta”.
Menggunakan huruf miring untuk menekankan kata
atau frasa tanpa tanda kutip atau kurung, misalnya:
Saya tidak suka orang sombong.
Menggunakan huruf cetak untuk menulis singkatan atau akronim
tanpa titik di antara huruf-hurufnya, misalnya: “Saya bekerja di
BUMN”.
Menggunakan huruf ganda untuk menulis bunyi yang sebenarnya
hanya menggunakan huruf tunggal, misalnya: “Dia suka makan
kuee”.
Menggunakan huruf vokal yang salah untuk menulis bunyi yang
sebenarnya menggunakan huruf vokal yang lain, misalnya: “Dia
belajar baca Alquran”
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan tentang kaidah ejaan bahasa
Indonesia adalah:

1. Mempermudah pemahaman
2. Menjaga keseragaman
3. Memperkuat identitas bahasa
4. Membantu pembelajaran
5. Menjaga keaslian bahasa
Namun, penting diingat bahwa kaidah ejaan bukanlah
patokan baku yang tidak dapat berubah. Kaidah ejaan
dapat mengalami perubahan seiring perkembangan
bahasa dan kebutuhan komunikasi. Misalnya, beberapa
perubahan ejaan telah terjadi dalam perubahan KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) versi terbaru. Oleh
karena itu, penting untuk selalu mengikuti perubahan dan
pembaruan dalam kaidah ejaan bahasa Indonesia.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai