Anda di halaman 1dari 28

PENATALAKSANAAN PASIEN SYNCOPE DI RUANG PRAKTEK

DOKTER GIGi

Syncope- istilah medis untuk kehilangan kesadaran secara tiba-tiba dengan pemulihan spontan
disebabhkan karena aliran darah otak yang tidak adekuat atau hipoperkusi oksigen yang tidak
adekuat.
syncope umumnya terjadi karena serangkaian kejadian kardiosvaskular yang dipicu oleh stres
emosional. Terjadinya stres emosional meningkatkan hormon katekolamin yang mnyebabkna
takikardi, berkeringat dan penurunan resisten pembuluh darah perifer.

Penatalaksanaan syncope
1. Hentikan semua perawatan dental
2. Posisikan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala
3. Longgarkan pakaian pasien yang ketat, atau menyekat seperti ikat pinggang, kerah baju
dsb
4. Periksa kesadaran pasien – jika pasien bernafas hirupkan ampule amonia atau bau2an
lainnya dibawah hidung pasien untuk merangsang kesadaran pasien atau berikan
oksigen dengan memasang nasal canal oksigen dihidung 4-6 liter permenit.
5. Evaluasi dan observasi ttv yang meliputi suhu tubuh, denyut nadi, td dan pernapasan
6. Apabla pasien stabil-pulangkan

VITAL SIGN
Sebutkan vital sign dan angka normalnya
1. Suhu
Normal – 35.8 OC -37.3OC
Abnormal - Pireksia / Hiperpireksia = tinggi/ ekstrim >41.1 OC (106 ° F),
Hipotermia = rendah < 35oC
Alat dan bahan untuk pemeriksaan ttv
- Thermometer
- Sphygmomanometer
- Stetoskop
- Ampul amonia/bau2an
- Tabung oksigen
Cara pemeriksaan
Gold standard – suhu darah di arteri pulmonalis

Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan pada 4 tempat –oral aksila rektal timpani
1. Oral – termometer diletakaan dibawah lidah menyentuh kelenjar sublingual
instruksikan pasien untuk menutup bibir dengan rapat selama 4 menit
2. Aksila – termometer diaksila lalu dijepit selama 1 menit- paling sering pd org dewasa
3. Rektal- thermo dilumasi kemudian dimasukkan kedalam rektal sedalam 3-4 cm 1-1.5
inci selama 3 menit
4. Timpanik – Pastikan saluran pendengaran eksternal bebas dari serumen, karena dapat
menurunkan pembacaan suhu. termometer dimasukkan kedalam lubang telinga selama
2-3 detik, sebelumnya ujung tip termo dilapisis plastik

Suhu tubuh normal – 36.1 – 37.5 dc


Ssub febris /pireksi – 37.5 – 38.5 dc
Febris – diatas 38.5 dc

Arteri temporal - https://www.youtube.com/watch?v=HRj9kAluwgY

- Letakkan probe di bagian tengah dahi


- Tekan tombol pemindaian inframerah, dan arahkan ke permukaan dahi, pipi, dan di
belakang daun telinga.
- Termometer akan menampilkan suhu pengukuran tertinggi.
Kombinasi pengukuran dahi dan belakang telinga lebih akurat daripada hanya pengukuran dahi
saja.

Hal-hal yang memengaruhi pengukuran suhu


- Posisi pasien = idealnya berbaring
- Aktivitas = tidak boleh langsung dilakukan pengukuran suhu tubuh setelah
melakukan aktivitas berat seperti berolahraga
- Cuaca

2. Denyut nadi – arteri radialis


Normal – 60 - 90 - 100 denyut per menit.1
Abnormal - Bradikardia = lambat <= 50x/menit

Takikardia = cepat >= 95 atau 100x/menit

Cara pemeriksaan :
- Tekan arteri radialis sampai denyut maksimal terdeteksi, menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah.
- Jika iramanya teratur dan kecepatannya tampak normal, hitung kecepatannya
selama 30 detik dan kalikan dengan 2.
- Jika tidak teratur/ aritmatik, hitung selama 60 detik.

Irama Nadi :
- Raba denyut arteri radialis {periksa apakah iramanya teratur/tidak teratur}
- Jika iramanya tidak teratur (ireguler), lakukan pemeriksaan irama nadi di apeks
{maksudnya apeks jantung} dengan menggunakan stetoskop.

3. Pernafasan – O2 & CO2 - atmosfer ><darah


1 pernafasan lengkap = 1 inhalasi + 1 ekshalasi

Normal/ eupnea 12-20 x/ per menit.

Takipnea > 20 x / menit .

Bradypnea < 12 x / menit

Cara pemeriksaan :
Waktu ideal = setelah pengukuran denyut nadi
- Operator berdiri dibelakang tanpa sepengetahuan pasien kemudian dilakukan
observasi sangkar dada.
- Hitung jumlah pergerakan sangkar dada. Siklus fase inpirasi dan ekspirasi selama
1 menit
- Amati naik turunnya dada pasien saat pasien menghirup dan menghembuskan
napas.
- Hitung jumlah pernapasan selama 30 detik kalikan dengan 2, perhatikan ritme dan
kedalaman pernapasan. Jika terjadi kelainan pada ritme atau kedalaman, hitung
kecepatan pernapasan selama 1 menit penuh.

4. Tekanan darah – stetoskop & sphygmomanometer


Cara pemeriksaan :
- Pasien harus menghindari merokok, kafein, atau olahraga selama 30 menit sebelum
pengukuran.
- Ruang pemeriksaan harus tenang dan nyaman.
- Pasien harus duduk dengan tenang selama 5 menit di kursi dengan kaki di lantai
- Lengan yang dipilih tidak boleh tertutup pakaian.
- Perbaan pada arteri brakialis untuk memastikan denyut nadi dan posisikan lengan
sejajar jantung sehingga arteri brakialis setinggi jantung
- Jika pasien duduk, sandarkan lengan di atas meja sedikit di atas pinggang pasien; jika
berdiri, cobalah untuk menopang lengan pasien setinggi dada tengah.
- Pasangkan Manset pada lengan. Tempatkan manset di atas arteri brakialis. Batas bawah
manset harus sekitar 1,5 cm di proksimal arteri brakialis. Kencangkan manset dengan
erat. Posisikan lengan pasien sehingga sedikit tertekuk disiku.
- Katup air raksa pada sphygmomanometer diputar ke posisi on
- Manset dipompa sambil diperhatikan pergerakan air raksa , pompa manset dengan cepat
sampai denyut arteri radial menghilang dan Tambahkan 30 mm Hg.
- Letakkan earpiece stetoskop pada telinga operator kemudian diafragma stetoskop di
atas Arteri Brakialis.
- Identifikasi Tekanan Darah Sistolik dengan menurunkan tekanan secara perlahan
sekitar 3-4 mm Hg per detik dengan membuka kran pompa. Perhatikan titik dimana
terdengar kemunculan pertama suara yang merupakan sistolik
- Terus menurunkan tekanan manset secara perlahan sampai suara menjadi tidak jelas
dan menghilang. Titik suara hilang merupakan Tekanan Darah Diastolik.
- Untuk memastikan titik hilang, dengarkan saat tekanan turun lagi 10 hingga 20 mm Hg.
Kemudian kempeskan manset dengan cepat ke nol.
- Untuk hasil yang leboih ideal, Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan selang
waktu 5 menit kumdian dirata-ratakan. Jika dua pengukuran pertama berbeda lebih dari
5 mm Hg, lakukan pengukuran tambahan.

Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 90-99


Usia ≥ 18 hingga <
60 tahun; penyakit
diabetes dan ginjal

Usia ≥ 60 tahun 150-159 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 ≥ 100

TEKNIK ANESTESI
Blok Mandibula – metode fischer / alveolaris inferior nerve block
Persiapan operator – headcap-> masker -> handscoon
Persiapan alat & bahan
- Needle 25 gauge – direkomendasikan untuk pasien dewasa, panjang jarum 42mm-
karena bagian jarum yang masuk ke jaringan adalah sekitar 2o mm
- Syringe 3 cc
- Kasa steril
- Larutan anastesi
- Lidocain hcl + ephinephrin
Pasien diposisikan semi supine
Instruksikan pasien untuk membuka mulut selebar mungkin
Dataran oklusal mandibular sejajar dengan lantai
Posisi operator jam 8 – kanan mandibular, jam 1o – kiri mandibular
Aplikasikan antiseptic pada daerah trigonum retromolar
1. Ambil syringe yang telah diisi
2. Operator dengan jari telunjuk meraba pada :
-Margo anterior ramus ascenden/ linea oblique eksterna : mukosa bukal molar terakhir
-Krista buksinatori/ linea oblique interna : tonjolan sebelah dalam
3. Masukkan jari telujuk dan raba pada ujung posterior kemudiaan naikkan ke atas
sehingga dapatlah margo anterior ramus ascenden. Kemudian jari telunjuk diletakkan
keoklusal dan raba kearah dalam sehingga ditemukan tonjolan yang disebut krista
buksinatori.
4. Setelah krista buksinatori dapat, maka tempatkan jarum menyusuri dengan ujung kuku
sebagai pemandu
5. Jarum datang menyusuri ujung kuku dari arah yang bersebrangan/ kontralateral dengan
regio yang akan dilakukan anastesi local, jarum hampir tegak lurus dengan tulang dan
bevel mengarah ke tulang
6. Kemudian sorong atau masukkan jarum anastesi sampai terasa sangkut di tulang/
mentok keras kemudian geser lalu sorong sampai terasa sensasi seperti kehilangan
kontak antara jarum dan tulang dan terasa seperti jaringan ikat longgar gembur
7. Setelah terasa seperti jairingan ikat longgar gembur berarti kita sudah sampai di
foramen mandibula, dan jarum masuk sekitar 20 mm
8. Kemudian aspirasi terlebih dahulu, jika tidak ditemukan darah, maka langsung deponir
sebanyak 1 cc untuk melumpuhkan syaraf nervus alveolaris inferior
9. Kemudian Tarik perlahan ke belakang sekitar ½ cm dan deponir sebanyak 0,5 cc untuk
melumpuhkan nervus lingualis
10. Tarik jarum keluar dengan perlahan
Evaluasi – subjektif – perasaan kebas pada kuadran daerah yang dianestesi
Objektif – sonderen pada mukosa tidak sakit, pasien tidak merasa sakit selama
tindakan

Anestesi Infiltrasi - untuk memblok ujung saraf


Anestesi lokal adalah prosedur pemberian bahan anestesi lokal topical atau injeksi pada bagian
tubuh tertentu sehingga hilang sensasi nyeri pada bagian tersebut untuk sementara waktu tanpa
menghilangkan kesadaran.
Ester – mudah terhidrolisis dalam cairan aqua
1. Kokain
2. Prokain
3. Kloroprokain
4. Tetrakain
5. Benzokain
Amida – relatif resisten thd hidrolisis
Persiapan alat dan bahan
- Needle holder nomor 27 gauge
- Syringe 3 cc
- Anestesi topical – optional
- Kain kasa steril
- Larutan anestesi- lidocaine hcl+epinephrin
Plexus/ Supraperiosteal plexus anastesi
1. Keringkan area mukosa dengan kasa steril
2. Ambil carpul / syringe yang berisi cairan anastesi
3. Arahkan bevel menghadap tulang, angkat dan Tarik bibir / mukosa pipi
4. Pegang syringe dan arahkan sejajar dengan aksis giigi
5. Dari sebelah luar dimana hanya diberikan pada alveolus kompakta tipis yairu rahang
atas sebelah bukal/ labial dan rahang bawah anterior sebelah labial
6. Intruksikan pasien untuk tetapi rileks dan Tarik nafas pnjang dari hidung lalu
7. insersikan needle pada lipatan mukosa bukal / forniks gigi sekitar setinggi apeks gigi
dengan membentuk sudut 45 derajat. Dan bibir dalam keadaan ditarik
8. Pada saat memasukkan needle, bevel menghadap ke tulang
9. Setelah disuntik dan terasa sangkut di periosteal, kemudian stop lalu Tarik sekitar 1 mm
sehingga didapatkan supra periosteal dan kemudian aspirasi, jika negatif deponir
sebanyak 0,6 cc untuk melumpuhkan nervus …
10. Tarik jarum secara perlahan, tunggu 3-5 menit dan massage karena jaringan yang baru
dianastesi biasanya akan menggelembung dan pucat

Submucous infiltrasi anastesi


1. Posisikan needle 45 derajat pada gingiva cekat kurang lebih 5-1o mm dari bagian
gingiva
2. Posisikan bevel menghadap tulang, instryuksikan pasien menarik nafas panjang dari
hidung,
3. Sebelah palatal kecuali pada rahang bawah sebelah bukal
4. Lalu insersikan needle 3-5 mm dekat leher gigi kemudian sorong dengan menyusuri
palatum dan jangan sampai cairan anastesi keluar
5. Kemudian deponir sebanyak 0,2/0,3 cc untuk melumpuhkan syaraf….
6. Tarik keluar secara perlahan

Evaluasi
subjektif – perasaan kebas pada kuadran daerah yang dianestesi
Objektif – mukosa pucat , sonderen pada mukosa tidak sakit, pasien tidak merasa sakit selama
tindakan pencabutan

Deep infiltrasi
- Digunakan apabila anastesi yang sebelumnya tidak mempan/ jika pasien masih merasa
sakit
- Ambil carpul yang berisi catridge
- Tusukkan ke sulkus gingiva yang akan dianastesi yaitu pada bagian bukal, mesial,distal,
lingual/palatal
- Deponir beberapa tetes kemudian Tarik keluar

4 faktor penyebab kegagalan dan komplikasi pada anastesi local, dan sebutkan 2 contoh
- 1. Teknik yang kurang baik
- 2. Kelainan struktur anatomis pasien
- 3. Psikis pasien terganggu
- 4. Anestetikum terlalu lemah (kadaluarsa)
- 5. Pasien resisten terhadap anastesikum (gayakin ini jwbannya)

Teknik anastesi yang dilakukan untuk pencabutan gigi 12!- maksila


Jawab : Pleksus + Smia

Penjelasan :

Teknik Anastesi untuk :

 Elemen gigi Maksila dan anterior mandibula : Pleksus + Smia

Posterior mandibula : Blok mandibula + Smia

 Radiks Maksila dan anterior mandibula : Pleksus + Smia

Posterior mandibula : Deep infiltrasi + Smia

Tuliskan dosis maksimal anastesi lidocaine 2% dengan adrenalin 1:100.000 untuk


pasien dengan BB 101 Kg (Jumlah dalam ampul)
Jawab : 12 – 13 Ampul

Penjelasan :

Lidocaine 2% : Ada 2 gr lidocaine yang dilarutkan didalam 100 ml adrenalin

: Konversikan 2 gr mg = 2000 mg

: Hasil konversi dibagi dengan adrenalin 100 ml = 20 mg/ml

: 20 mg/ml (sudah ketentuan nilai lidocaine dalam 1 ampul)

Adrenalin : semakin tinngi adrenalin (sebagai vasokontriktor), semakin


panjang masa anastesi
Dik : BB = 101 Kg, lidocaine = 20 mg/ml, dosis maks. lidocaine = 5 mg/KgBB,
vol. ampoule = 2 ml, vol. catridge = 1,8 ml
Dit : Maksimal anastesi dalam jumlah ampoule ?

Jawab : Dosis maks. lidocaine x BB = 5 x 101 = 505 (yang diperlukan)

Vol. ampoule : yang diperlukan/lidocaine = 505/20 = 25 (dosis maks.)


Dosis maks dalam ampoule dosis maks./vol. amp. = 25/2 = 12 amp.
Dosis maks dalam catridge dosis maks/vol.catr. = 25/1,8 = 14 catr.

Seorang pasien laki-laki, usia 55 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada gigi geraham
pertama kanan bawah yang sudah berlubang. Nyeri dirasakan semakin hebat sejak 3
hari yang lalu, pada pemeriksaan klinis ditemukan gigi 46 nekrosis pulpa. Pasien
memiliki Riwayat hipertensi yang terkontrol, TD saat ini 140/85 mmHg. Pada pasien
direncanakan pencabutan gigi dengan anastesi local. Tuliskan jenis anastesi yang dapat
digunakan pada pasien tersebut!
Jenis golongan anastesi terbagi 2, yaitu amida dan ester (Amida: Lidocaine, Bupivacaine,
mepivacaine. Ester: Kokain, Promain, Benzocaine)

Mengapa pada pencabutan posterior Rb tidak boleh dilakukan anastesi pleksus


Karena gigi posterior RB dipersarafi oleh n. alveolaris inferior yang masuk melalui kanalis
mandibularis, sehingga apabila dilakukan anastesi pleksus, hasilnya tidak maksimal, dan
anastesi gagal. (jwbn sendiri wkwk)

Anestesi yang bekerja dibawah peradangan

TEKNIK PENCABUTAN
Gerakan ekstraksi
Rotasi : gigi diputar kea rah mesiolingual/palatinal dan distolongual/palatinal dengan sudut
putar 10 derajat untuk merobek membrane periodontal yang melekatkan akar gigi dengan
tulang alveolar
Luksasi : gigi digoyang dengan arah buko/labial, linguo/palatal untuk melebarkan alveolus
Ekstraksi : untuk melepaskan gigi dari alveolus.
Fiksasi
 Untuk ekstraksi gigi insisivus, caninus, premolar dan molar rahang atas kiri, ibu jari
diletakkan di palatinal dan jari telunjuk di bagian labial/bukal
 Untuk ekstraksi gigi molar rahang atas kanan : ibu jari diletakkan pada bagian
bukal/labial sedangkan jari telunjuk pada palatinal.
 Untuk gigi insisivus dan rahang bawah kanan : ibu jari diletakkan pada bagian lingual
gigi dan jari telunjuk pada bagian labial/bukal dan jari lainya menyangga rahang
 Untuk rahang bawah kiri : ibu jari diletakkan pada daerah dagu, jari telunjuk pada
daerah labial/bukal dan jari tengah pada bagian lingual gigi
Ekstraksi gigi rahang atas – 1 & 2
1. Posisi penderita
Setelah penderita dipersilahkan duduk selanjutnya diatur posisi kepala, leher dan tubuh
dalam keadaan nyaman.
Sudut kemiringan kursi diatur sehingga bidang oklusal rahang bawah membentuk 45-
60 derajat terhadap lantai
2. Posisi operator atau dental ergonomic
3. Asepsis intraoral dan ekstraoral dengan menggunakan povidone iodin
4. Teknik anastesi local berdasarkan regio gigi yang akan diekstraksi
5. Diseksi gingiva cekat dengan menggunakan raspatorium
6. Longgarkan gigi yang dicabut dengan menggunakan elevator/bein
7. Pilih elevator yang sesuai
Pegang elevator dengan benar
Telunjuk diletakkan sebagai fiksasi ujung elevator
Beak sejajar dengan poros ke apikal gigi
Beak pada bagian sulkus dan jaringan periodontal akar gigi
Hindari trauma pada gigi tetangga
8. Cakupkan gigi yang akan dicabut dengan menggunakan tang sesuai dengan elemen gigi
9. Adaptasi tang terhadap gigi, ujung paruh tang harus diadaptasi dengan gigi dan sejajar
dengan panjang aksis gigi
10. Lakukan Gerakan luksasi/rotasi/kombinasi keduanya
11. Ekstraksi gigi- untuk insisivus gerakan awal harus perlaharan konstan dan tegas, yang diikuti
dari arah labial dan palatal, karen aakar insisisvus konus mka dilakukan gerakan rotasi
sampai serat eriodontal benar2 terpututs
12. Gerakan luksasi dengan tang lebih banyak kelabial, kemudia lakukan ekstraksi
13. Ekstraksi menggunakan tang eksodonsia rahang atas
Cara memilih dan memegang tang :
Pilih tang tang tepat
Jangan pegang tang dekat beak
Poros Panjang beak sejajar poros gigi
Beak pada struktur akar gigi jangan pada enamel
Beak mengatup kuat
Hindari trauma pada gigi tetangga

14. Raba linggir alveolar dari linggir gigi yang sudah dicabut
15. Bila terdapat tulang yang tajam, haluskan menggunakan bone file
16. Spooling daerah soket pasca ekstraksi dengan menggunakan laruta saline 0.9%
17. Pijat gingiva cekat yang telah didiseksi untuk mengembalikan ke posisinya
18. Tempatkan tampon steril diatas soket gigi yang telah dicabut
19. Instruksi dan edukasi pasien pasca ekstraksi

Ekstraksi gigi posterior mandibula- gigi 36!


Jawab : Luksasi dan Ekstraksi
Penjelasan :
Teknik pencabutan gigi ada 3, yaitu Luksasi, Rotasi, Ekstraksi

 Seluruh gigi yang berakar tunggal Luksasi, Rotasi, Ekstraksi.

 Seluruh gigi yang berakar >1 Luksasi dan Ekstraksi.

Ekstraksi gigi anterior mandibula- gigi 3 4!


1. Bahan anestetikum
2. Jarum 1 cc
3. Spuit 3 cc
4. Kain kasa
5. Celemek
6. Penjepit celemek
7. Gelas kumur
8. Headcap
9. Sarung tangan
10. Masker
11. Kaca mulut
12. Sonde
13. Pinset
14. Nierbecken
15. Karpul
16. Bein
17. Rasparatorium
18. Tang ekso
19. Stetoskop
20. Thermometer
21. Tampon

Pasien- diposisikan lebih tegak 9oo, posisi kepala tegak dan bidang oklusal gigi //dengan lantai

Operator-lengan operator harus condong kebawah membentuk sudut 12oo

1. Melonggarkan perlekatan jaringan lunak pada bagian servikal gigi dengan raspa,
agar bein dan tang mendapat akses yang lebih baik, dengan melonggarkan jaringan
lunak pada servikal gigi sulkus gingiva akan melebar sehingga memungkinkan klinisi
untuk memposisikan ujung bein dan paruh tang lebih ke apikal
2. Meluksasi gigi dengan bein lurus
Bein diposisikan di ruang interdental masuk ke tulang alveolar dengan sisi blade bein
menghadap ke gigi yang akan di ekstraksi, gerakan memutar yang dilakukan dengan
kuat, perlahan dan bertekanan akan menggerakkan gigi ke posterior sehingga
menyebabkan longgarnya perlekatan gigi ke tulang alveolar dan terputusnya LP
3. Adaptasi tang pada gigi
Tang sesuai dengan jenis gigi dan ukuran gigi yang akan diesktraksi, ujung paruh tang
harus sesuai dengan bentuk anatomi gigi dan posisi ujung paruh tang harus
mencengkram akar gigi dibawah jaringan lunak yang telah dilonggarkan, ujung paruh
tang diposisikan parallel dengan aksis gigi untuk mengurangi resiko fraktur pada apikal
gigi
4. meluksasi gigi dengan tang
Kembali dilakukan dengan tekanan yang lebih kuat diarahkan ke tulang yang lebih
rentan, gigi anterior RB tekanan lebih kuat diarahkan ke labial, setelah itu diarahkan
kearah yang berlawanan.
Bisa ditambahkan gerakan rotasi untuk membantu melonggarkan gigi dari tulang
alveolar
5. Pencabutan gigi dari soketnya
Dilakukan setelah gigi melonggar dari tulang alveolar LP terputus
6. Penghalusan tulang yang tajam dengan bone file (optional
7. Spooling dengan larutan saline sterile

Pembuatan flap

Seorang pasien wanita, 26 tahun datang dengan keluhan gigi depan kiri bawah
berlubang dan pasien ingin mencabut gigi tersebut, pada saat dilakukan, terjadi fraktur
pada gigi yang dicabut tersebut dan harus dilakukan pencabutan gigi secara komplikasi
dengan menggunakan bur. Tuliskan desain flap yang dapat digunakan untuk
pencabutan gigi 32 pada pasien tersebut!

Jawab : Flap Triangular

Penjelasan : Desain Flap ada 6

Syarat flap bedah minor


1. Insisi terletak pada jaringan yang sehat
2. Harus membuka daerah operasi yang jelas
3. Mempunyai dasar atau basis cukup lebar sehingga pengaliran darah ke flap
cukup baik

INSTRUKSI PASCA PENCABUTAN


INSTRUKSI PASCA PENCABUTAN

1. ISTIRAHAT 1-2 hari, tergantng kondisi fisisk dan seberapa besar luka
2. Memeberikan medikasi berupa
a. analgesik

3. penempatan kompres dingin untuk meredakan edema -

4. perdarahan

5. antibitoitk –hanya diresepkan jika pasien memiliki kondisi sistemik tertentu atau infeksi
6. diet,

7. kebersiha rongga mulut, sikat dan benang gigi,bekumur pelan


1. Menggigit tampon dengan kuat selama 3o menit
Jika darah masih mengalir setelah 3o menit menggigit tampon, pasien diminta untuk
mengganti sendiri tamponnya selama 1 jam untuk menghentikan perdarahan,
2. Menghindari merokok untuk 12 jam kedepan
3. Disarankan untuk menghindari minum dengan sedotan dan meludah dengan kuat
4. Tidak melakukan pekerjaan berat 12 jam kedepan untuk mencegah naiknya tekanan
darah
5. Pemberian medikasi
a. Asam mefenamat 5oo mg 3x1 selama 3 hari untuk meredakan rasa nyeri pasca
pencabutan
b. Amoxicillin 5oo mg 3x1 selama 5 hari sebagai antibakteri
c. Becom C 1x1 sebagai suplemen vitamin dan mineral untuk mendukung proses
penyembuhan

•Menggigit tampon selama 30 menit


•Tidak meludah pada tampon
•Jika pendarahan belum berhenti, pasien disuruh menggit tampon lagi selama 1 jam
•Jika ada bengkak, letakkan kompres dingin ekstraoral 10-15 menit setiap setengah jam,
paling sedikit 4-6 jam
•Kurangi berbicara selama 1 jam
•Tidak merokok
•Tidak menghisap minuman dari pipet
•Tidak meludah 12 jam setelah pencabutan
•Tidak kerja berat dalam 12-24 jam setelah pencabutan (TD ↑)
•Diet makanan tinggi kalori, konsumsi cairan tinggi (2L), makanan lunak 12-24 jam
setelah pencabutan
•Makanan dingin dalam 12 jam pertama
•Jaga Kebersihan Rongga Mulut
•Kontrol setelah 7 hari

RESEP OBAT PASCA PENCABUTAN

Seorang pasien laki-laki, usia 49 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada daerah bekas
pencabutan gigi geraham pertama dan kedua kanan bawah sejak 1 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan penonjolan tulang di regio 46 dan 47. Pasien
memiliki riwayat diabetes mellitus yang terkontrol. Pada pasien telah dilakukan
alveolektomi. Tuliskan peresepan rasional pasca alveolektomi pada pasien tersebut!
Jawab :

R/ Amoxycillin 500 mg tab No. XV


S 3 dd tab 1
R/ Asam Mefenamat 500 mg tab No. V

S 3 dd tab 1 (Jelaskan pada pasien, jika sudah tidak merasa sakit, tidak
dikonsumsi)
R/ Becom Zet tab No. X

S 1 dd tab 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
MEDAN

Tgl. 6 Mei 2o21

Drg. Nurul Rizki

R/ Asam mefenamat 5oo mg tab no.x


S p r n 1………………………… Prf

R/ Amoxicillin 5oo mg tab no x


S 3 dd 1…………………………. Prf

R/ Becom C tab no X
S 3 dd 1 ……….............................Prf

Ibu dara
2o tahun

Penjelasan :

Amoxycillin, yaitu antibiotic

Asam Mefenamat, yaitu anti inflamasi / anti nyeri Becom


Zet, yaitu vitamin

Apabila pada pemeriksaan intra oral ditemukan fistel dan nanah pada gingiva gigi 47
pada gambar soal nomor 2, tuliskan alternatif antibiotik yang dapat diberikan, apabila
ditemukan Riwayat pasien alergi terhadap amoksisilin dan clindamycin?
Jawab : Tetracyclin

Penjelasan :

Pasien alergi terhadap obat golongan penicillin, sebaiknya alternatif yang digunakan yaitu
mencari obat dengan golongan yang lebih rendah.

KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI RAHANG ATAS

1. Komunikasi OROANTRAL – KEADAAN PATOLOGIS TERJADI HUB


ANTARA RONGGA HIDUNG DAN MULUT – gigi post RA
Diagnosis – nose-blowing test. Operator memerhatikan daerah bekas pencabutan
dengan bantuan kaca mulut dan pasien diminta untuk menutup hidun lalu
menghembuskan udara melalui hdung(jangan terlalu kuat dan sekali saja. Apabila ada
udara yang keluar dari soket maka terdapat oroantral communication
Alat
-needle holder – untuk penjahitan
- pinset sirurgis – untuk memegang jaringan
- gunting benang- beak lurus/bersudut. Digunakan untuk memotong bebang setelah disimpul
dan membuka jahitan
-hemostatis gelfoam dan benang silk 3.o – hg sbg medikamen dan benang silk digunakan
sebagai material suturing,
1. penempatan hg dengan bantuan pinset masukkan kedalam soket
2. penjahitan figure of 8-
a. lakukan penjahitan figure of eight dengan benang black silk 3.o. jarum dipegang dengan
needle holder pada bagian 1/3-1/2 ujung jarum
b. pegang jaringan dengan pinset sirurgis untuk mempermudah penjahitan. Jarum
dimasukkan tegak lurus thd jaringan. Dimulai dari bagian distobukal ke distopalatal.
c. penjahitan dilakukan 2-3 mm dari tepi insisi
d. kemudian jarum dimasukkan dari arah mesiobukal menuju mesiopalatal
e. benang diadaptasikan hingga lebar/ukuran soket menjadi lebih kecil. Ambil sisa benang
dibagian distobukal lalu buat simpul dengan teknik 2-1-1. Guting benang dan sisanya sekitar
2-3 mm

pembukaan jahitan
benang digunting dibawah simpul sejajar dengan jaringan agar tidak ada sisa benang dari
arah luar yang masuk melewati jaringan, lalu benang ditarik keluar.

2. Dry socket- penyembuhan pasca ekstraksi yang tertunda yang tidak berkaitna dengan
infeksi. Nyeri berkembang pada hari ke 3 atau ke 4 pasca ekstraksi, gigi nyeri
berdenyut sampai ke telinga
Penyebabnya – lisinya bekuan darah dan terpaparnya sebgaian tulang akibat adanya
aktivitas fibrinolitik pada soket.
Penanganan
Alat
- Spuit
- Saline steril
- Kasa idoodfoam
- Medikamen bahan eugenol
- Bahan anestesi topical benzocaine
a. Irigasi soket dengan saline steril menggunakan spuit secra perlahan
b. Soket tidak boleh dikuret karena akan meningkatkan rasa sakit
c. Aplikasi dressing pada soket - kasa iodofoam direndam dengan obat bahan eugenol
dimasukkan kedalam soket dan tinggalkan sedikit bagian kasa diluar soket
d. Pemberian anetesi topical pada soket untuk mengurangi rasa nyeri secara semetara
e. Dressing diganti setiap hari selama 3-6 hari. Setiap pergantian dressing soket diirigasi
dengan saline. Setelah rasa sakit menurun, dressing dilepas dari soket karena
merupakan benda asing yang dapat memperlambat penyembuhan luka.

2. Perdarahan – tanpa komplikasi sistemik


Ekstraksi ggi merupakan tindakan mengeluarkan gig dari tulang alveolar.
Perdarahan dapat diatasi dengan menggigit tampon selamat +- 3o menit
Apabila perdarahan tidak berkurang / berhenti selama 12-24 jam pasca ekstraksi
gigi – perdrahan berkepanjangan
Penatalaksanann
Alat
- Tampon
- Jarum h=jahit
- Benang jahit
- Needle holder
- Pinset sirurgis
- Gunting benang
a. Ggigt tampon selama 3o menit, pasien dibolehkan untuk pulang setelah menggigit
tampin selama 3o menit untuk memastikan terjaidnya hemoestatis.
b. Setelah 3o menit ganti tampon dan gigit kembali selama 3o menit. Tujuan menggigit
tampon- terbentukanya blood clot pada soket
c. Jika perdarahan berlanjut bisa menggunakan bahan haemostatic - absorbable gelatin
sponge, oxidize regenareted cellulose, sponge + topical thrombin, collagen. Bahan2
tersebut simasukkan kedalam soketdan dilakukan penjahitan figure of 8.
d. lakukan penjahitan figure of eight dengan benang black silk 3.o. jarum dipegang
dengan needle holder pada bagian 1/3-1/2 ujung jarum
e. b. pegang jaringan dengan pinset sirurgis untuk mempermudah penjahitan. Jarum
dimasukkan tegak lurus thd jaringan. Dimulai dari bagian mesiobukal menuju
mesiopalatal
f. c. penjahitan dilakukan 2-3 mm dari tepi insisi
g. d. kemudian jarum dimasukkan dari arah distobukal ke distopalatal.
h. e. benang diadaptasikan hingga lebar/ukuran soket menjadi lebih kecil. Ambil sisa
benang kemudian buat simpul dengan teknik 2-1-1 pada sisi awal masuknya jarum
yaitu mesiobukal. Guting benang dan sisanya sekitar 2-3 mm
pembukaan jahitan
pada mukosa – 5-7 hari pasca penajhitan. benang digunting dibawah simpul pada sisi awal
masuknya benang sejajar dengan jaringan agar tidak ada sisa benang dari arah luar yang
masuk melewati jaringan dan agar benng yang terkontaminasi tidak tertarik kedaerah luka
dan tidak terjadi infeksi, lalu benang ditarik keluar.

ANESTESI
a)Jarum patah Penatalaksanaan : rujuk pasien segera ke spesialis yang sesuai (misalnya,
spesialis bedah mulut dan maksilofasial) untuk evaluasi dan kemungkinan upaya
pengambilan. Manajemen konvensional : pemindaian panoramik dan tomografi
terkomputerisasi pada fragmen yang tertinggal.

d) Komplikasi okular Penatalaksanaan: Dievaluasi secara individu. Direkomendasikan


untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis mata jika ada ketidakpastian tentang
penyebabnya. Pada kasus strabismus konvergen atau diplopia binokular, tunggu dan amati
sampai efek anastesi hilang. (biasanya sembuh dalam 6 jam

e) Trismus Penatalaksanaan: Terapi panas, bilas dengan saline hangat, pemberian analgesik
dan muscle relaxants. Pasien dianjurkan membuka dan menutup mulut, serta ekskursi lateral
dari mandibula, selama 5 menit setiap 3 sampai 4 jam, serta mengunyah permen karet tanpa
gula

f) Hematoma Penatalaksanaan: Ketika pembengkakan terlihat selama atau segera setelah


injeksi anestesi lokal, beri tekanan lokal pada area perdarahan minimal 2 menit. Ini secara
efektif menghentikan pendarahan.
i) Infeksi
Penatalaksanaan: Analgesik, terapi panas, dan jika diperlukan berikan relakasan otot serta
fisioterapi. Terapi antibiotik selama 7-10 hari. Meresepkan tablet penicillin V (tablet 250mg).
Pasien segera konsumsi 500mg, lalu 250 mg, 4 kali sehari sampai habis. Dapat digunakan
eritromisin jika pasien alergi penicillin.

ODONTEKTOMI
Tuliskan klasifikasi gigi 48 menurut Pell & Greogory pada gambar tersebut?

Jawab : Kelas I B Mesioangular

Penjelasan :
Penilaian gigi M3 berdasarkan 2 faktor

 Faktor Pertama Kedalaman relatif gigi M3 yang terdiri atas :

- Kelas A :Bidang oklusal gigi M3 setentang / dalam posisi yang sama


dengan bidang oklusal gigi M2.
- Kelas B : Bidang oklusal gigi M3 berada diantara bidang oklusal dan
garis servikal gigi M2.
- Kelas C : Bidang oklusal gigi M3 dibawah garis servikal gigi M2.

 Faktor Kedua Hubungan ramus dengan ruangan yang tersedia, tdd :

- Kelas I : Jarak cukup.

- Kelas II : Jarak kurang dan Sebagian gigi terpendam di dalam tulang.


Kelas III : Tidak ada ruang dan gigi sepenuhnya terletak dalam tulang.

Jelaskan cara odontektomi gigi M3 Rahang Bawah kelas IA vertikal / mesioangular


Alat dan bahan
- Mikromotor dan bur tulang
- Karpul dan anestesi
- Blade dan scalpel
- Raspa
- Bein
- Tang
- Benang silk 3.o
- Pinset sirurgis
- Gunting benang
- Cheek retractor
- Needle holder
- Povidone iodine
- Nacl o.9%
- Kasa
- Tampon
- Neirbeken
- Spuit irigasi

1. Berikan anastesi lokal


 RB- Anastesi blok mandibula pada rahang bawah posterior untuk melumpuhkan
n. alveolaris inferior dan n. lingualis. RA- Sub mucus infiltrasi anastesi untuk
melumpuhan syaraf n. bukalis pada posterior rahang bawah sebelah bukal dan
untuk melumpuhkan n. nasopalatinus pada rahang atas dan n.lingualis pada rb.
Plexus/ supra periosteal plexus anastesi pada bagian bukal /labial pada rahang
atas dan pada anterior rahang bawah untuk melumpuhkan n.lingualis.
2. Pembuatan flep/insisi – triangular full thickness dari distal gigi 48 – mesial 47
a. insisi horizontal
buat insisi horizontal dimulai dari distal gigi 48 hingga ke distal 47, dilanjutkan
dengan
b. insisi semi vertical
insisi semi vertical dari bagian tengah sebelah bukal gigi M2 sampai ke forniks,
kira-kira pada apeks gigi
3. elevasi flap dengan raspa
4. Pembuangan tulang
Buang tulang dibagian bukal dan distal /oklusal yang menghalangi pengambilan
gigi dengan bur tulang carbide sambil diirigasi dengan laruttan nacl o.9 %
5. Luksasi dengan bein- gigi dilonggarkan dari soketnya dengan bein, Penempatan
bein dibawah korona untuk mengungkit gigi,
6. Ekstraksi dengan tang
setelah goyang diekstraksi dengan tang khusus M3 mandibula dengan posisi
vertikal
a. Intoto, gigi dikeluarkan secara utuh
b. Separasi, gigi dibelah atau dipotong
7. Pembersihan luka (debridemen)
Raba soket bekas ekstraksi, apabila terdpaat tulang yang tajam haluskan dengan
bone-file dan irigasi soket dengan larutan nacl o.9%
8. Penjahitan
Flep dikembalikan pada tempatnya dan dijahit dengan simple interrupted suture .
penajhitan dimulai dari daerah semi vertikal lalu horizontal. Pada soket pake figure
of 8
9. Penempatan tampon
Ambil tampon sesuai dengan ukuran mesio-distal soket gigi yang telah dicabut.
Instruksikan pasien untuk menggigit tampon selama 3o menit.

Gambarkan insisinya

Jelaskan pemegangan scalpel


Scalpel dipengang seperti memegang pena (pengrasp) dengan menggunakan jari I,II, dan III.
Tekanan difokuskan pada sisi blade sesuai desain dan kebutuhan.

Tuliskan nomor handle blade dan nomor blade yang dapat digunakan untuk Tindakan
odontektomi atau alveolektomi!
Jawab : Handle blade nomor 3 dan Blade nomor 15

Penjelasan :

 Handle Blade / Scalpel terdiri dari 2 nomor

- Nomor 3 : Blade pada scalpelnya diawali angka 1 10,11,12,13 dst.

- Nomor 4 : Blade pada scalpelnya diawali angka 2 20,21,22,21 dst.


 Blade yang biasa digunakan di bedah mulut yaitu blade nomor 11 dan 15

- Nomor 11: Blade yang digunakan saat melakukan tindakan insisi


drainase abses.
- Nomor 15 : Blade yang digunakan saat melakukan tindakan
odontektomi, alveolektomi, dan segala jenis bedah.

INSTRUKSI PASCA ODONTEKTOMI


Ø Daerah bedah tidak boleh terganggu
Ø Menjaga OH kecuali pada daerah operasi dengan sikat gigi dan
flossing yang pelan dan hati-hati 24 jam setelah operasi
Ø Nutrisi cukup dan diet lunak
Ø Kumur-kumur klorheksidin 2x sehari
Ø Petunjuk penggunaan obat-obatan seperti analgesik jika pasien
mengeluhkan rasa sakit
Ø Pasien menghubungi kembali dokter gigi jika terjadi pembengkakan
dan rasa sakit hebat
Ø Jahitan dibuka 5 hingga 7 hari kemudian

KOMPLIKASI PASCA ODONTEKTOMI


Trismus, hematoma, ekimosis, edema, granuloma, soket yang terasa sakit, dry soket, infeksi,
luka dehiscence
Perdarahan
Ø Tampon, Agen Hemostatik (Gelatin sponge, Fibrin sponge,Oxidized
cellulose
Trismus
Ø Kompres panas
Ø Pijat lembut pada area sendi temporomandibular
Ø Fisioterapi à gerakan membuka dan menutup mulut, serta gerakan
lateral, yang bertujuan untuk meningkatkan luasnya pembukaan
mulut
Pembengkakan / Edema
Ø Ukuran kecil à tidak perlu perawatan
Ø Edema parah à kortikosteroid, antibiotik (infeksi)
Dry Socket
Ø Irigasi dan pemberian bahan dressing

INSISI DRAINASE ABSES

Seorang pasien, wanita, usia 45 tahun datang dengan keluhan bengkak pada gusi gigi
geraham kedua kanan atas yang semakin membesar sejak sekitar 5 hari yang lalu.
Pasien sudah mengkonsumsi obat dari dokter gigi, bengkak berkurang, namun belum
juga hilang. Pada pemeriksaat intra oral ditemukan: tampak gigi 17 karies mencapai
pulpa dengan gingiva oedem, hiperemis dan fluktuasi (+). Pada pasien direncanakan
mengeluarkan pus dari daerah yang fluktuasi. Tuliskan istilah dari Tindakan tersebut!
Jawab : Insisi Drainase Abses

Insisi memotong
Drainase Mengeluarkan
Abses Pus / Nanah

Untuk melakukan tindakan dari jawaban no.11, membutuhkan scalpel nomor?

Jawab : Scalpel no. 3 dan Blade no. 11

Pembahasan : Ada di jawaban nomor 8.

INDIKASI BEDAH PREPROSTETIK

PENJAHITAN
Angka 8
1. Teknik asepsis dengan melepaskan jam tangan, gelang, cincin, kemudian memakai
masker dan sarung tangan
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Melakukan Teknik asepsis estraoral dan intraoral dengan menggunakan povidone iodin
4. Melakukan anastesi sesuai daerah yang akan dijahit baik dengan blok , smia ataupun
deep
5. Lakukan suturing yang dimulai dari mesiobukal dan menebus ke mesiolingual/mesio
palatal. Kemudian jarum ditarik dengan needle holder dan dilanjutkan ke bagian
mesiodistal dan menembus ke distolingual/palatal
6. Simpul jahitan dibagian mesiobukal denganjarum dimasukkan dan disimpul dengan
Teknik 211/212
7. Gunting sisa benang yang disimpul tadi

DIAGNOSIS

Tuliskan kemungkinan diagnosis dari gigi 47 pada gambar berikut!

Jawab : Nekrosis Pulpa + PAK (Periodontitis Apikalis Kronis)

Penjelasan :

Nekrosis Pulpa Terlihat gambaran radiolusen pada distal gigi 47 yang meluas
sampai ke tanduk pulpa dan sedikit mengenai kamar pulpa.
PAK Terlihat gambaran radiolusen pada furkasi/apical gigi 47 yang
menunjukkan adanya inflamasi.
1. Mahkotanya rusak
2. Gangrene pulpa
3. Supernumerary
4. Odontoma
5. Impacted
6. Hiperementosis
7. Gigi yang mengganggu reposisi fraktur rahang
8. Untu perawatan ortodonti
9. Untuk perawatan prostetik
10. Penyebab inflamasi

Anda mungkin juga menyukai