DOKTER GIGi
Syncope- istilah medis untuk kehilangan kesadaran secara tiba-tiba dengan pemulihan spontan
disebabhkan karena aliran darah otak yang tidak adekuat atau hipoperkusi oksigen yang tidak
adekuat.
syncope umumnya terjadi karena serangkaian kejadian kardiosvaskular yang dipicu oleh stres
emosional. Terjadinya stres emosional meningkatkan hormon katekolamin yang mnyebabkna
takikardi, berkeringat dan penurunan resisten pembuluh darah perifer.
Penatalaksanaan syncope
1. Hentikan semua perawatan dental
2. Posisikan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala
3. Longgarkan pakaian pasien yang ketat, atau menyekat seperti ikat pinggang, kerah baju
dsb
4. Periksa kesadaran pasien – jika pasien bernafas hirupkan ampule amonia atau bau2an
lainnya dibawah hidung pasien untuk merangsang kesadaran pasien atau berikan
oksigen dengan memasang nasal canal oksigen dihidung 4-6 liter permenit.
5. Evaluasi dan observasi ttv yang meliputi suhu tubuh, denyut nadi, td dan pernapasan
6. Apabla pasien stabil-pulangkan
VITAL SIGN
Sebutkan vital sign dan angka normalnya
1. Suhu
Normal – 35.8 OC -37.3OC
Abnormal - Pireksia / Hiperpireksia = tinggi/ ekstrim >41.1 OC (106 ° F),
Hipotermia = rendah < 35oC
Alat dan bahan untuk pemeriksaan ttv
- Thermometer
- Sphygmomanometer
- Stetoskop
- Ampul amonia/bau2an
- Tabung oksigen
Cara pemeriksaan
Gold standard – suhu darah di arteri pulmonalis
Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan pada 4 tempat –oral aksila rektal timpani
1. Oral – termometer diletakaan dibawah lidah menyentuh kelenjar sublingual
instruksikan pasien untuk menutup bibir dengan rapat selama 4 menit
2. Aksila – termometer diaksila lalu dijepit selama 1 menit- paling sering pd org dewasa
3. Rektal- thermo dilumasi kemudian dimasukkan kedalam rektal sedalam 3-4 cm 1-1.5
inci selama 3 menit
4. Timpanik – Pastikan saluran pendengaran eksternal bebas dari serumen, karena dapat
menurunkan pembacaan suhu. termometer dimasukkan kedalam lubang telinga selama
2-3 detik, sebelumnya ujung tip termo dilapisis plastik
Cara pemeriksaan :
- Tekan arteri radialis sampai denyut maksimal terdeteksi, menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah.
- Jika iramanya teratur dan kecepatannya tampak normal, hitung kecepatannya
selama 30 detik dan kalikan dengan 2.
- Jika tidak teratur/ aritmatik, hitung selama 60 detik.
Irama Nadi :
- Raba denyut arteri radialis {periksa apakah iramanya teratur/tidak teratur}
- Jika iramanya tidak teratur (ireguler), lakukan pemeriksaan irama nadi di apeks
{maksudnya apeks jantung} dengan menggunakan stetoskop.
Cara pemeriksaan :
Waktu ideal = setelah pengukuran denyut nadi
- Operator berdiri dibelakang tanpa sepengetahuan pasien kemudian dilakukan
observasi sangkar dada.
- Hitung jumlah pergerakan sangkar dada. Siklus fase inpirasi dan ekspirasi selama
1 menit
- Amati naik turunnya dada pasien saat pasien menghirup dan menghembuskan
napas.
- Hitung jumlah pernapasan selama 30 detik kalikan dengan 2, perhatikan ritme dan
kedalaman pernapasan. Jika terjadi kelainan pada ritme atau kedalaman, hitung
kecepatan pernapasan selama 1 menit penuh.
TEKNIK ANESTESI
Blok Mandibula – metode fischer / alveolaris inferior nerve block
Persiapan operator – headcap-> masker -> handscoon
Persiapan alat & bahan
- Needle 25 gauge – direkomendasikan untuk pasien dewasa, panjang jarum 42mm-
karena bagian jarum yang masuk ke jaringan adalah sekitar 2o mm
- Syringe 3 cc
- Kasa steril
- Larutan anastesi
- Lidocain hcl + ephinephrin
Pasien diposisikan semi supine
Instruksikan pasien untuk membuka mulut selebar mungkin
Dataran oklusal mandibular sejajar dengan lantai
Posisi operator jam 8 – kanan mandibular, jam 1o – kiri mandibular
Aplikasikan antiseptic pada daerah trigonum retromolar
1. Ambil syringe yang telah diisi
2. Operator dengan jari telunjuk meraba pada :
-Margo anterior ramus ascenden/ linea oblique eksterna : mukosa bukal molar terakhir
-Krista buksinatori/ linea oblique interna : tonjolan sebelah dalam
3. Masukkan jari telujuk dan raba pada ujung posterior kemudiaan naikkan ke atas
sehingga dapatlah margo anterior ramus ascenden. Kemudian jari telunjuk diletakkan
keoklusal dan raba kearah dalam sehingga ditemukan tonjolan yang disebut krista
buksinatori.
4. Setelah krista buksinatori dapat, maka tempatkan jarum menyusuri dengan ujung kuku
sebagai pemandu
5. Jarum datang menyusuri ujung kuku dari arah yang bersebrangan/ kontralateral dengan
regio yang akan dilakukan anastesi local, jarum hampir tegak lurus dengan tulang dan
bevel mengarah ke tulang
6. Kemudian sorong atau masukkan jarum anastesi sampai terasa sangkut di tulang/
mentok keras kemudian geser lalu sorong sampai terasa sensasi seperti kehilangan
kontak antara jarum dan tulang dan terasa seperti jaringan ikat longgar gembur
7. Setelah terasa seperti jairingan ikat longgar gembur berarti kita sudah sampai di
foramen mandibula, dan jarum masuk sekitar 20 mm
8. Kemudian aspirasi terlebih dahulu, jika tidak ditemukan darah, maka langsung deponir
sebanyak 1 cc untuk melumpuhkan syaraf nervus alveolaris inferior
9. Kemudian Tarik perlahan ke belakang sekitar ½ cm dan deponir sebanyak 0,5 cc untuk
melumpuhkan nervus lingualis
10. Tarik jarum keluar dengan perlahan
Evaluasi – subjektif – perasaan kebas pada kuadran daerah yang dianestesi
Objektif – sonderen pada mukosa tidak sakit, pasien tidak merasa sakit selama
tindakan
Evaluasi
subjektif – perasaan kebas pada kuadran daerah yang dianestesi
Objektif – mukosa pucat , sonderen pada mukosa tidak sakit, pasien tidak merasa sakit selama
tindakan pencabutan
Deep infiltrasi
- Digunakan apabila anastesi yang sebelumnya tidak mempan/ jika pasien masih merasa
sakit
- Ambil carpul yang berisi catridge
- Tusukkan ke sulkus gingiva yang akan dianastesi yaitu pada bagian bukal, mesial,distal,
lingual/palatal
- Deponir beberapa tetes kemudian Tarik keluar
4 faktor penyebab kegagalan dan komplikasi pada anastesi local, dan sebutkan 2 contoh
- 1. Teknik yang kurang baik
- 2. Kelainan struktur anatomis pasien
- 3. Psikis pasien terganggu
- 4. Anestetikum terlalu lemah (kadaluarsa)
- 5. Pasien resisten terhadap anastesikum (gayakin ini jwbannya)
Penjelasan :
Penjelasan :
: Konversikan 2 gr mg = 2000 mg
Seorang pasien laki-laki, usia 55 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada gigi geraham
pertama kanan bawah yang sudah berlubang. Nyeri dirasakan semakin hebat sejak 3
hari yang lalu, pada pemeriksaan klinis ditemukan gigi 46 nekrosis pulpa. Pasien
memiliki Riwayat hipertensi yang terkontrol, TD saat ini 140/85 mmHg. Pada pasien
direncanakan pencabutan gigi dengan anastesi local. Tuliskan jenis anastesi yang dapat
digunakan pada pasien tersebut!
Jenis golongan anastesi terbagi 2, yaitu amida dan ester (Amida: Lidocaine, Bupivacaine,
mepivacaine. Ester: Kokain, Promain, Benzocaine)
TEKNIK PENCABUTAN
Gerakan ekstraksi
Rotasi : gigi diputar kea rah mesiolingual/palatinal dan distolongual/palatinal dengan sudut
putar 10 derajat untuk merobek membrane periodontal yang melekatkan akar gigi dengan
tulang alveolar
Luksasi : gigi digoyang dengan arah buko/labial, linguo/palatal untuk melebarkan alveolus
Ekstraksi : untuk melepaskan gigi dari alveolus.
Fiksasi
Untuk ekstraksi gigi insisivus, caninus, premolar dan molar rahang atas kiri, ibu jari
diletakkan di palatinal dan jari telunjuk di bagian labial/bukal
Untuk ekstraksi gigi molar rahang atas kanan : ibu jari diletakkan pada bagian
bukal/labial sedangkan jari telunjuk pada palatinal.
Untuk gigi insisivus dan rahang bawah kanan : ibu jari diletakkan pada bagian lingual
gigi dan jari telunjuk pada bagian labial/bukal dan jari lainya menyangga rahang
Untuk rahang bawah kiri : ibu jari diletakkan pada daerah dagu, jari telunjuk pada
daerah labial/bukal dan jari tengah pada bagian lingual gigi
Ekstraksi gigi rahang atas – 1 & 2
1. Posisi penderita
Setelah penderita dipersilahkan duduk selanjutnya diatur posisi kepala, leher dan tubuh
dalam keadaan nyaman.
Sudut kemiringan kursi diatur sehingga bidang oklusal rahang bawah membentuk 45-
60 derajat terhadap lantai
2. Posisi operator atau dental ergonomic
3. Asepsis intraoral dan ekstraoral dengan menggunakan povidone iodin
4. Teknik anastesi local berdasarkan regio gigi yang akan diekstraksi
5. Diseksi gingiva cekat dengan menggunakan raspatorium
6. Longgarkan gigi yang dicabut dengan menggunakan elevator/bein
7. Pilih elevator yang sesuai
Pegang elevator dengan benar
Telunjuk diletakkan sebagai fiksasi ujung elevator
Beak sejajar dengan poros ke apikal gigi
Beak pada bagian sulkus dan jaringan periodontal akar gigi
Hindari trauma pada gigi tetangga
8. Cakupkan gigi yang akan dicabut dengan menggunakan tang sesuai dengan elemen gigi
9. Adaptasi tang terhadap gigi, ujung paruh tang harus diadaptasi dengan gigi dan sejajar
dengan panjang aksis gigi
10. Lakukan Gerakan luksasi/rotasi/kombinasi keduanya
11. Ekstraksi gigi- untuk insisivus gerakan awal harus perlaharan konstan dan tegas, yang diikuti
dari arah labial dan palatal, karen aakar insisisvus konus mka dilakukan gerakan rotasi
sampai serat eriodontal benar2 terpututs
12. Gerakan luksasi dengan tang lebih banyak kelabial, kemudia lakukan ekstraksi
13. Ekstraksi menggunakan tang eksodonsia rahang atas
Cara memilih dan memegang tang :
Pilih tang tang tepat
Jangan pegang tang dekat beak
Poros Panjang beak sejajar poros gigi
Beak pada struktur akar gigi jangan pada enamel
Beak mengatup kuat
Hindari trauma pada gigi tetangga
14. Raba linggir alveolar dari linggir gigi yang sudah dicabut
15. Bila terdapat tulang yang tajam, haluskan menggunakan bone file
16. Spooling daerah soket pasca ekstraksi dengan menggunakan laruta saline 0.9%
17. Pijat gingiva cekat yang telah didiseksi untuk mengembalikan ke posisinya
18. Tempatkan tampon steril diatas soket gigi yang telah dicabut
19. Instruksi dan edukasi pasien pasca ekstraksi
Pasien- diposisikan lebih tegak 9oo, posisi kepala tegak dan bidang oklusal gigi //dengan lantai
1. Melonggarkan perlekatan jaringan lunak pada bagian servikal gigi dengan raspa,
agar bein dan tang mendapat akses yang lebih baik, dengan melonggarkan jaringan
lunak pada servikal gigi sulkus gingiva akan melebar sehingga memungkinkan klinisi
untuk memposisikan ujung bein dan paruh tang lebih ke apikal
2. Meluksasi gigi dengan bein lurus
Bein diposisikan di ruang interdental masuk ke tulang alveolar dengan sisi blade bein
menghadap ke gigi yang akan di ekstraksi, gerakan memutar yang dilakukan dengan
kuat, perlahan dan bertekanan akan menggerakkan gigi ke posterior sehingga
menyebabkan longgarnya perlekatan gigi ke tulang alveolar dan terputusnya LP
3. Adaptasi tang pada gigi
Tang sesuai dengan jenis gigi dan ukuran gigi yang akan diesktraksi, ujung paruh tang
harus sesuai dengan bentuk anatomi gigi dan posisi ujung paruh tang harus
mencengkram akar gigi dibawah jaringan lunak yang telah dilonggarkan, ujung paruh
tang diposisikan parallel dengan aksis gigi untuk mengurangi resiko fraktur pada apikal
gigi
4. meluksasi gigi dengan tang
Kembali dilakukan dengan tekanan yang lebih kuat diarahkan ke tulang yang lebih
rentan, gigi anterior RB tekanan lebih kuat diarahkan ke labial, setelah itu diarahkan
kearah yang berlawanan.
Bisa ditambahkan gerakan rotasi untuk membantu melonggarkan gigi dari tulang
alveolar
5. Pencabutan gigi dari soketnya
Dilakukan setelah gigi melonggar dari tulang alveolar LP terputus
6. Penghalusan tulang yang tajam dengan bone file (optional
7. Spooling dengan larutan saline sterile
Pembuatan flap
Seorang pasien wanita, 26 tahun datang dengan keluhan gigi depan kiri bawah
berlubang dan pasien ingin mencabut gigi tersebut, pada saat dilakukan, terjadi fraktur
pada gigi yang dicabut tersebut dan harus dilakukan pencabutan gigi secara komplikasi
dengan menggunakan bur. Tuliskan desain flap yang dapat digunakan untuk
pencabutan gigi 32 pada pasien tersebut!
1. ISTIRAHAT 1-2 hari, tergantng kondisi fisisk dan seberapa besar luka
2. Memeberikan medikasi berupa
a. analgesik
4. perdarahan
5. antibitoitk –hanya diresepkan jika pasien memiliki kondisi sistemik tertentu atau infeksi
6. diet,
Seorang pasien laki-laki, usia 49 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada daerah bekas
pencabutan gigi geraham pertama dan kedua kanan bawah sejak 1 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan penonjolan tulang di regio 46 dan 47. Pasien
memiliki riwayat diabetes mellitus yang terkontrol. Pada pasien telah dilakukan
alveolektomi. Tuliskan peresepan rasional pasca alveolektomi pada pasien tersebut!
Jawab :
S 3 dd tab 1 (Jelaskan pada pasien, jika sudah tidak merasa sakit, tidak
dikonsumsi)
R/ Becom Zet tab No. X
S 1 dd tab 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
MEDAN
R/ Becom C tab no X
S 3 dd 1 ……….............................Prf
Ibu dara
2o tahun
Penjelasan :
Apabila pada pemeriksaan intra oral ditemukan fistel dan nanah pada gingiva gigi 47
pada gambar soal nomor 2, tuliskan alternatif antibiotik yang dapat diberikan, apabila
ditemukan Riwayat pasien alergi terhadap amoksisilin dan clindamycin?
Jawab : Tetracyclin
Penjelasan :
Pasien alergi terhadap obat golongan penicillin, sebaiknya alternatif yang digunakan yaitu
mencari obat dengan golongan yang lebih rendah.
pembukaan jahitan
benang digunting dibawah simpul sejajar dengan jaringan agar tidak ada sisa benang dari
arah luar yang masuk melewati jaringan, lalu benang ditarik keluar.
2. Dry socket- penyembuhan pasca ekstraksi yang tertunda yang tidak berkaitna dengan
infeksi. Nyeri berkembang pada hari ke 3 atau ke 4 pasca ekstraksi, gigi nyeri
berdenyut sampai ke telinga
Penyebabnya – lisinya bekuan darah dan terpaparnya sebgaian tulang akibat adanya
aktivitas fibrinolitik pada soket.
Penanganan
Alat
- Spuit
- Saline steril
- Kasa idoodfoam
- Medikamen bahan eugenol
- Bahan anestesi topical benzocaine
a. Irigasi soket dengan saline steril menggunakan spuit secra perlahan
b. Soket tidak boleh dikuret karena akan meningkatkan rasa sakit
c. Aplikasi dressing pada soket - kasa iodofoam direndam dengan obat bahan eugenol
dimasukkan kedalam soket dan tinggalkan sedikit bagian kasa diluar soket
d. Pemberian anetesi topical pada soket untuk mengurangi rasa nyeri secara semetara
e. Dressing diganti setiap hari selama 3-6 hari. Setiap pergantian dressing soket diirigasi
dengan saline. Setelah rasa sakit menurun, dressing dilepas dari soket karena
merupakan benda asing yang dapat memperlambat penyembuhan luka.
ANESTESI
a)Jarum patah Penatalaksanaan : rujuk pasien segera ke spesialis yang sesuai (misalnya,
spesialis bedah mulut dan maksilofasial) untuk evaluasi dan kemungkinan upaya
pengambilan. Manajemen konvensional : pemindaian panoramik dan tomografi
terkomputerisasi pada fragmen yang tertinggal.
e) Trismus Penatalaksanaan: Terapi panas, bilas dengan saline hangat, pemberian analgesik
dan muscle relaxants. Pasien dianjurkan membuka dan menutup mulut, serta ekskursi lateral
dari mandibula, selama 5 menit setiap 3 sampai 4 jam, serta mengunyah permen karet tanpa
gula
ODONTEKTOMI
Tuliskan klasifikasi gigi 48 menurut Pell & Greogory pada gambar tersebut?
Penjelasan :
Penilaian gigi M3 berdasarkan 2 faktor
Gambarkan insisinya
Tuliskan nomor handle blade dan nomor blade yang dapat digunakan untuk Tindakan
odontektomi atau alveolektomi!
Jawab : Handle blade nomor 3 dan Blade nomor 15
Penjelasan :
Seorang pasien, wanita, usia 45 tahun datang dengan keluhan bengkak pada gusi gigi
geraham kedua kanan atas yang semakin membesar sejak sekitar 5 hari yang lalu.
Pasien sudah mengkonsumsi obat dari dokter gigi, bengkak berkurang, namun belum
juga hilang. Pada pemeriksaat intra oral ditemukan: tampak gigi 17 karies mencapai
pulpa dengan gingiva oedem, hiperemis dan fluktuasi (+). Pada pasien direncanakan
mengeluarkan pus dari daerah yang fluktuasi. Tuliskan istilah dari Tindakan tersebut!
Jawab : Insisi Drainase Abses
Insisi memotong
Drainase Mengeluarkan
Abses Pus / Nanah
PENJAHITAN
Angka 8
1. Teknik asepsis dengan melepaskan jam tangan, gelang, cincin, kemudian memakai
masker dan sarung tangan
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Melakukan Teknik asepsis estraoral dan intraoral dengan menggunakan povidone iodin
4. Melakukan anastesi sesuai daerah yang akan dijahit baik dengan blok , smia ataupun
deep
5. Lakukan suturing yang dimulai dari mesiobukal dan menebus ke mesiolingual/mesio
palatal. Kemudian jarum ditarik dengan needle holder dan dilanjutkan ke bagian
mesiodistal dan menembus ke distolingual/palatal
6. Simpul jahitan dibagian mesiobukal denganjarum dimasukkan dan disimpul dengan
Teknik 211/212
7. Gunting sisa benang yang disimpul tadi
DIAGNOSIS
Penjelasan :
Nekrosis Pulpa Terlihat gambaran radiolusen pada distal gigi 47 yang meluas
sampai ke tanduk pulpa dan sedikit mengenai kamar pulpa.
PAK Terlihat gambaran radiolusen pada furkasi/apical gigi 47 yang
menunjukkan adanya inflamasi.
1. Mahkotanya rusak
2. Gangrene pulpa
3. Supernumerary
4. Odontoma
5. Impacted
6. Hiperementosis
7. Gigi yang mengganggu reposisi fraktur rahang
8. Untu perawatan ortodonti
9. Untuk perawatan prostetik
10. Penyebab inflamasi