LAPORAN PENDAHULUAN
(DIABETES MELITUS)
ELIS SETIARI
(2302032485)
PEMBIMBIMBING :
Aprilia Susanti, S.Kep., Ns., M.Kep
TAHUN 2022/2023
2
BAB I
KONSEP MEDIS
1.1 DEFINISI
American Diabetes Association (2016) menyatakan bahwa Diabetes
Melitus (DM) adalah penyakit metabolik ditandai dengan hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula
darah) atau ketika
tubuh tidak dapat secara aktif menggunakan insulin yang dihasilkan (World
Health Organization, 2016.
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan kronis yang terjadi ketika adanya
peningkatan kadar glukosa darah karena tubuh yang tidak dapat mengunakan
insulin secara efektif atau tidak menghasilkan cukup hormon insulin
(International Diabetes Federation, 2017).
1.2 ETIOLOGI
Menurut Padila (2012), etiologi diabetes melitus adalah :
1. Diabetes Tipe 1
a) Faktor genetik
Pasien diabetes sendiri tidak mewarisi diabetes tipe 1 dengan
sendirinya, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kerentanan
genetik dari diabetes tipe 1, dan kerentanan genetik ini ada pada
individu dengan antigen tipe HLA.
b) Faktor-fakror imunologi
Terdapat reaksi autoimun yang merupakan reaksi abnormal di
mana antibodi secara langsung terarah pada jaringan manusia
normal dengan bereaksi terhadap jaringan yang dianggap sebagai
benda asing yaitu autoantibodi terhadap sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
3
c) Faktor lingkungan
Toksin atau virus tertentu yang dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe 2
Mekanisme pasti yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum jelas. Faktor genetik
berperan dalam perkembangan resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a) Usia
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
1.3 PATOFISIOLOGI
Pada diabetes tipe 2 tedapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu: resistensi dan gangguan sekresi insulin. Kedua masalah inilah
yang menyebabkan GLUT dalam darah aktif (Brunner & Suddarth, 2015).
Glukose Transporter (GLUT) yang merupakan senyawa asam amino yang
terdapat di dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme
glukosa. Insulin mempunyai tugas yang sangat penting pada berbagai proses
metabolisme dalam tubuh terutama pada metabolisme karbohidrat. Hormon ini
sangat berperan dalam proses utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan
tubuh, terutama pada otot, lemak dan hepar. Pada jaringan perifer seperti
jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin
receptor substrate) yang terdapat pada membrane sel tersebut. Ikatan antara
insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi
proses metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak, meskipun
mekanisme kerja yang sesungguhnya belum begitu jelas. Setelah berikatan,
transduksinya berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4 (Manaf A,
2010).
Proses sintesis dan transaksi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan
glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya mengalami metabolisme.
Untuk menghasilkan suatu proses metabolisme glukosa normal, selain
diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula
4
1.5 WOC
Diabetes mellitus tipe 1 Diabetes mellitus tipe 2 Diabetes mellitus tipe Gatasional
1.6
Pengeluaran Homogen,
Kerusakan Beta Prankeas Retensi Urine estogen, progesterone
dan hormone
kehamilan
Hiperglikemia
Mekanisme Radag
Resiko Infeksi
6
BAB II
2.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Di identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Pada pasien dengan diabetes melitus biasanya akan merasakan
badannya lemas dan mudah mengantuk terkadang juga muncul
keluhan berat badan turun dan mudah merasakan haus. Pada pasien
diabetes dengan ulkus diabetic biasanya muncul luka yang tidak
kunjung sembuh.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya hipertensi dan penyakit jantung. Gejala yang muncul pada
pasien DM tidak terdeteksi, pengobatan yang di jalani berupa kontrol
rutin ke dokter maupun instansi kesehatan terdekat
d. Riwayat kesehatan dahulu
Dalam hal ini yang perlu dikaji yaitu tentang penyakit apa saja yang
pernah diderita. Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya seperti penyakit payudara jinak, hyperplasia tipikal.
e. Riwayat penyakit keluarga
Muncul akibat adanya keturunan dari keluarga yang menderita
penyakit DM.
f. Pola sehari-hari
1) Persepsi, persepsi pasien ini biasanya akan mengarah pada
pemikiran negative terhadap dirinya yang cenderung tidak patuh
berobat dan perawatan.
2) Nutrisi, akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya kurang
insulin maka kadar gula darah tidak bisa dipertahankan sehingga
13
menurun dan terjadi impoten pada pria risiko lebih tinggi terkena
kanker prostat berhubungan dengan nefropati.
11) Koping toleransi, waktu perawatan yang lama, perjalanan penyakit
kronik, tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif seperti marah, cemas,mudah tersinggung,
dapat mengakibatkan penderita kurang mampu menggunakan
12) mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.
13) Nilai kepercayaan Perubahan status kesehatan, turunnya fungsi
tubuh dan luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melakukan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadahnya
g. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
1) Status kesehatan umum, meliputi keadaan penderita yang sering
muncul adalah kelemahan fisik.
2) Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma (tergantung kadar
gula yang dimiliki dan kondisi fisiologis untuk melakukan
kompensasi kelebihan kadar gula dalam darah).
3) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah (TD): biasanya mengalami hipertensi dan juga
ada yang mengalami hipotensi.
b) b) Nadi (N): biasanya pasien DM mengalami
takikardi saat beristirahat maupun beraktivitas.
c) Pernapasan (RR) : biasanya pasien mengalami takipnea
d) Suhu (S): biasanya suhu tubuh pasien mengalami peeningkatan
jika terindikasi adanya infeksi.
e) Berat badan: pasien DM biasanya akan mengalami penuruan
f) BB secara signifikan pada pasien yang tidak mendapatkan
terapi dan terjadi peningkatan BB jika pengobatan pasien rutin
serta pola makan yang terkontrol.
4) Kepala dan leher
a) Wajah, inspeksi lihat apakah kulit kepala dan wajah terdapat lesi,
edema atau tidak. Pada rambut terlihat kotor, kusam dan kering.
Lihat apakah wajah simetris atau tidak. Palpasi raba dan tentukan
15
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antibiotik
Resiko Infeksi di Setelah di lakukan Pencegahan Infeksi
tindakan Asuhan (I.14539)
tandahi dengan
Keperawatan selama Observasi
penyakit kronis 3x24 jam di harapkan 1. Monitor tanda gan
tingkat infeksi gejala infeksi
(Diabetes
menurun : Terapiutik
Melitus) (D.0142) (L. 14137) 1. Batasi jumlah
1. Kebersihan pengunjung
tangan 2. Berikan perawatan
meningkat (5) kulit di area edema
2. Kemerahan 3. Pertahankan teknik
menurun (5) aseptic pada pasien
19
2.4 EVALUASI
Setela tindakan keperawatan di laksanakan evaluasi proses dan hasil
mengacuh pada kriteria evaluasi yang telah di tentukan pada masing masing
diagnoa keperawatan sehingga:
1. Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervnsi di hentikan)
2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi di lanjutkan )
3. Maalah teratasi atau tujuan tidak tercapai (perlu di lakukan pengkajian
ulang dan intervensi dirubah)
20
DAFTAR PUSTAKA
Febrinasari, R. P., Maret, U. S., Sholikah, T. A., Maret, U. S., Pakha, D. N.,
Maret, U. S., Putra, S. E., & Maret, U. S. (2020). Buku saku
diabetes melitus untuk awam. Noνember. diakses tanggal 20
November 2020
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.