Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DINAMIKA BENCANA SOSIAL DAN MODERASI BERAGAMA


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Mitigasi Bencana”

Dosen Pengampu:

Risma Dwi Arisona, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Diah Ayu Widiastuti (208200010)


2. Gaitsa Zahira Putri R (208200017)
3. Muhammad Abidin Fatawi (208200028)

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONOROGO
2023

i
KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta slam kami panjatkan kepada nabi
besar kita Muhammad SAW yang membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang seperti saat ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Mitigasi
Bencana serta teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dinamika Bencana Sosial dan
Moderasi Beragama”. Kami menyeadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah
ini,sehingga kami senantiasa terbuka untuk menerima kritik dan saran pembaxca demi
penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Ponorogo, 2 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. ... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………... iii
A. Latar Belakang……………………………………………………………... ... iii
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. iii
C. Tujuan ………………………………………………………………………... iii
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………… 1
A. Bencana Sosial dan Permasalahannya…………………………………….... 1
B. Moderasi Beragama………………………………………………………...... 6
C. Moderasi Beragama untuk Menangani Bencana Sosial…………………… 7
BAB III PENUTUP………………………………………………………………… 9
Kesimpulan…………………………………………………………………..... 9
Daftar Pustaka……………………………………………………………….... 10

ii
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Bencana sosial adalah bencana yang dialami oleh manusia serta erat kaitannya
dengan serangkaian peristiwa seperti konflik soial antar kelompok, kerusuhan-
kerusuhan sosial maupun teror yang ada dalam kehidupan masyarakat. Berbagai
perbedaan, pendapat, sudut pandang, serta fanatisme yang ada dalam kehidupan sosial
masyrakat tentu dapat menganggu keamanan dan stabilitas kehidupan negara. Untuk
itu, diperlukan sebuah solusi yang dapat ditanamkan dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari, salah satunya melalui sikap moderasi beragama.

Moderasi beragama memuat nilai-nilai moderasi yaitu berupa nasionalisme,


toleransi, anti radikalisme, dan budaya. Nilai-nilai tersebut harus ditanamkan sejak
dini sehingga dapat mengetahui makna penting sikap moderat tidak hanya untuk diri
sendiri,tetapi juga untuk orang lain sebgai bagian dari kehidupan sosial masyarakat.
Dengan adanya moderasi bergama ini juga dapat menjadi salah satu upaya dalam
menagangani berbagai persoalan tentang bencana sosial yang ada dikalangan
masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah yang dimaksud dengan bencana sosial dan permasalahnnya?

2. Apakah yang dimaksud dengan moderasi beragama?

3. Bagaimana moderasi beragama untuk menangani bencana sosial?

C. Tujuan

1. Mengetahui bagaimanakah yang dimaksud dengan bencana sosial dan


permasalahnnya.

2. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan moderasi beragama.

3. Mengetahui bagaimana moderasi beragama untuk menangani bencana sosial.

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bencana Sosial dan Permasalahannya
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

Guna menghindari kerugian yang lebih besar dan mencegah agar masalah
yang sama tidak terjadi lagi, maka penanganan terhadap korban bencana sosial perlu
mendapat perhatian khusus dan menyeluruh. Penanganan bencana sosial perlu
dilakukan secara profesional sistemik dan berkelanjutan dengan sebanyak mungkin
melibatkan partisipasi masyarakat. Proses tersebut mencakup berbagai kegiatan pada
tataran hulu berupa pencegahan dan kesiapsiagaan untuk menghindari dan
memperkecil kemungkinan terjadinya masalah, serta berbagai kegiatan pada tataran
hilir berupa rehabilitasi dan rekonstruksi sosial bagi dampak-dampak yang
ditimbulkannya terutama pada masalah kesehatan.1

Berbagai konflik serta problem sosial beberapa tahun terakhir masih sering
terjadi, khususnya konflik sosial horizontal antar penduduk, kelompok dan ledakan
penduduk yang melonjak. Hal ini merupakan ancaman serius bagi suatu daerah,
disamping itu yang termasuk dalam ruang lingkup bencana sosial adalah kecelakaan,
kebakaran, kemiskinan, kekerasan serta ketidakadilan. Dampak nyata dari persoalan
ini adalah terjadinya kerugian yang besar mulai dari harta benda, nyawa manusia,
serta kerusakan tatanan dan pranata social yang dapat memicu pada masalah
kesehatan.

a. Permasalahan Bencana Sosial

1. Konflik Sosial
Konflik adalah merupakan bagian dari dinamika masyarakat sebagai
konsekuensi dari interaksi sosial dan perubahan sosial. Berdasarkan pengertian
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik adalah percekcokan,
perselisihan dan pertentangan, konflik sosial adalah pertentangan antar

1 Ita Rustiati Ridwan. 2010. MENYIKAPI BENCANA SEBAGAI FENOMENA SOSIALTERINTEGRASI. Geografi Gea, 10
(1), 33-41.

1
anggota masyarakat yang tersifat menyeluruh dalam kehidupan. Konflik tidak
hanya bersifat lahiriah tapi dapat terjadi dalam batin yaitu konflik batin.2

Menurut teori konflik, masyarakat memang bersifat pluralistik dan di


dalamnya terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (authority), artinya
dalam suatu masyarakat senantiasa terdapat kelompok-kelompok sosial yang
saling bersaing dan berebut pengaruh. Dari persaingan dan perebutan
pengaruh itulah, kemudian muncul kelompok yang paling berkuasa dan
kelompok-kelompok lain yang berkedudukan sebagai pihak yang dikuasai.
Kelompok yang paling berkuasa dan berpengaruh ini biasanya bersifat elite.
Mereka memiliki kekuasaan untuk menciptakan peraturan-peraturan yang
tujuannya untuk membela kepentingan kelompok mereka sendiri. Peraturan-
peraturan itu dapat berupa hukum yang mengikat kelompok sosial lain agar
tetap patuh. Persaingan yang terjadi di antara kedua jenis kelompok sosial
itulah yang menyebabkan terjadinya konflik sosial.

2. Aksi Teror
Terorisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah menggunakan
kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan
(terutama tujuan politik). Teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan
untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan politik). Terror adalah
perbuatan sewenang-wenang, kejem, bengis dan usaha menciptakan ketakutan,
kengerian oleh seseorang atau golongan. Secarakasar Terorisme merupakan
suatu istilah yang digunakan untuk penggunaan kekerasan terhadap penduduk
sipil untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih kecil dari pada perang
.Jika di pahami secara jernih kejahatan terorisme merupakan hasil dari
akumulasi beberapa faktor, bukan hanya oleh faktor pisikologis tetapi juga
ekonomi, politik, agama, sosiologis dan masih banyak yang lain.

Memang tidak bisa disalahkan jika terorisme dikaitkan dengan persoalan


hak asasi manusia (HAM) 3, karena akibat terorisme banyak kepentingan umat
manusia yang dikorbankan, rakyat yang tidak bersalah dijadikan ongkos

2 Soekanto, S (2001) Sosiologi : Suatu Pengantar . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada


3 Adji, Indriyanto Seno.2001.Bali, “Terorisme dan HAM” dalam Terorisme: Tragedi Umat Manusia.Jakarta: O.C. Kaligis &
Associates.

2
kebiadaban dan kedamaian hidup antar umat manusia jelas – jelas
dipertaruhkan.

3. Korupsi
Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakatyang
memakai uang sebagai standar kebenaran dan sebagai suatu kekuasaanmutlak.
Sebagai akibat korupsi ketimpangan antara si miskin dan si kayasemakin
kentara. Orang-orang kaya dan memiliki politisi korup bisa masukdalam
golongan elite yang berkuasa dan sangat dihormati. Mereka jugamemiliki
status sosial yang tinggi.

Tindak korupsi tak ubahnya seperti tindakan pengecut yangmemanfaatkan


jabatan dan posisi yang telah dipercayakan kepadaseseorang. Korupsi lebih
kejam dari pencurian. Secara psikologi, pencurianterjadi karena keadaan sosial
ekonomi masyarakat yang timpang dengantuntutan kebutuhan yang tiada
pernah terhenti, sehingga dengan upayaapapun harus didapatkan penghasilan.
Maka mencuri merupakan jalan akhiryang ditempuh untuk menutup segala
kebutuhan ini. Namun korupsi adalahtindakan amoral yang lebih culas.
Korupsi bukan karena kebutuhan,melainkan karena kesempatan dan
kedudukan. Korupsi adalah penyakit birokrasi pemimpin yang harus
ditanggulangi secara menyeluruh

4. Sabotase
Sabotase merupakan jenis bencana sosial yang dilakukan untuk
menaklukkan pihak dengan cara pengacauam, penghancuran, penghambatan
dan pemberontakan. Lain lagi dalam peperangan, istilah sabotase digunakan
untuk orang atau sekelompok orang yang memata-matai pihak lawan.
Kegiatan sabotase ini dilakukan untuk mendapatkan informasi penting dari
pihak yang disabotase.Sabotase bias menyerang ekonomi masyarakat,
halpenting dari suatu Negara dan lain-lain.

b. Penyebab Terjadinya Bencana Sosial


1. Era globalisasi, perubahan yang sangat cepat dalam setiap sendi-sendi
kehidupan masyarakat membawa kompleksitas permasalahan dan tantangan.
Permasalahan ini mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, nilai, norma,

3
agama dan mencangkup masalah kesehatan. 4 Permasalahan ini berdampak
kepada hal-hal berikut.
 Ketergantungan antar kawasan semakin tinggi;
 Perkembangan IPTEK yang makin pesat;
 Perkembangan arus informasi yang makin padat dan cepat, dan
 Tuntutan terhadap peningkatan layanan profesional dalam berbagai aspek
kehidupan manusia
Hal tersebut diantaranya dalam bidang pendidikan. (Tirtarahardja, 1994).
Ini dapat menciptakan kesenjangan sosial antara masyarakat yang memiliki
taraf pendidikan yang rendah dan memicu problem sosial di suatu daerah yang
terancam akan dampak perkembangan arus IPTEK yang cepat.5

2. Era globalisasi juga memicu munculnya berbagai kelompok dalam


masyarakat, baik yang bertendensi religi, politik, ekonomi, sosial bahkan
kelompok-kelompok kriminal (geng). Sepintas dapat dipahami bahwa
munculnya kelompokkelompok tersebut lebih disebabkan tuntutan
lingkungan; yang pada akhirnya membutuhkan pola-pola pikir dan tindak
tertentu.
c. Dampak dari Bencana Sosial
1. Lingkungan Kehidupan
Pengrusakan lingkungan merupakan salah satu dampak negatif yang
sangat parah pada beberapa belahan dunia; termasuk dalam tatanan geografis
negara Indonesia. Penggunaan dan pemanfaatan sumber alam yang tidak
terencana dengan sitem pengelolaan yang tidak wajar mengakibatkan
terjadinya bencana alam yang tidak terkendalikan. Seperti : banjir, tanah
longsor, abrasi pantai, kemarau panjang serta kemajuan yang dicapai oleh
negara-negara industri menimbulkan polusi yang menambah kompleksitas
permasalahan lingkungan serta kesehatan.

2. Sektor Sosial Ekonomi

4 Moegiadi (2002). “ Permasalahan dan Tantangan Abad 21dengan Implikasi Sektor Pendidikan”. Mimbar Pendidikan. Jurnal

Pendidikan. No. 3 .10-14.


5 Tirtarahardja, U (1999). Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.

4
Meningkatnya jumlah masyarakat yang miskin, angka pengangguran
mengalami peningkatan berbarengan dengan runtuhnya perekonomian bangsa
baik dalam bidang migas ataupun non migas sebagai dampak krisis ekonomi
(kemiskinan) dan moneter yang berkepanjangan. 6 Di lain pihak, pertambahan
jumlah pemuda yang berumur di bawah 14 tahun dan orang dewasa di atas 65
tahun tidak berimbang dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat menambah
pincang sistem sosial budaya masyarakat. Sistem asuransi kesehatan serta
jaminan sosial yang belum memadai serta melonjaknya jumlah imigran yang
menimbulkan pergeseran nilai yang tidak jarang menimbulkan ketegangan,
petentangan dan perselisihan yang berbau SARA. Permasalahan sosial budaya
masyarakat pada akhirnya berdampak negatif juga terhadap program sanitasi
dan kesehatan masyarakat itu sendiri, sehingga mempermudah terjadinya
epidemik, seperti HIV/AIDS atau yang terakhir ini menggemparkan dunia
yaitu wabah SARS.

d. Cara Penanggulangan Bencana Sosial


1. Perbaikan di bidang pendidikan program sanitasi dan kesehatan masyarakat
dalam upaya pencegahan penyakit epidemic di lingkungan masyarakat.
2. Analisis geografis terhadap kemiskinan di perkotaan khususnya lebih
memperhatikan pada aspek urbanisasi berlebih, yaitu suatu keadaan tidak
mampunyai kota-kota yang menyediakan fasilitas pelayanan pokok dan
kesempatan kerja memadai untuk penduduk yang bertambah dengan pesat.
Menurut Manning (1985).
3. Penggunaan dan pemanfaatan sumber alam yang terencana dengan sistem
pengelolaan yang wajar sesuai dengan ketetentuan, serta pemanfaatan
perkembangan IPTEK untuk lingkungan kehidupan yang dapat meminimalisir
dampak permasalahan pada lingkungan dan kesehatan.
4. Sarana kekuasaan yang digunakan untuk mendapatkan ketaatan dengan
kekuasaan paksaan berjumlah tiga macam, yaitu sarana kekuasaan paksaan
fisik, antara lain berupa senjata yang dipegang oleh polisi dan militer, senjata
nuklir, dan senjata modern lainnya yang dimiliki oleh suatu negara. Sarana
kekuasaan ekonomi, seperti pekerjaan, uang, proyek, kesempatan berusaha,

6 Manning, C (1985). Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal di Kota.Jakarta: PT Gramedia

5
dan bentuk- bentuk kapital lain yang dapat juga dijadikan sebagai alat untuk
mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum serta
mengatasi konflik sosial dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, mengamalkan nilai-
nilai Negara seperti Pancasila dan memperkuat setiap ajaran agama dengan
sebaik- baiknya.
6. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi,
sosial budaya bangsa.

B. Moderasi Beragama
Istilah moderasi biasa lazim digunakan untuk mengungkapkan sebuah posisi
atau keadaan di tengah tengah yang tidak berada di sisi kanan dan tidak pula berada di
sisi kiri. 7 Istilah moderasi merupakan kata serapan yang diadobsi dari bahasa latin
yaitu “moderatio” yang berarti sedang tidak kekurangan dan tidak kelebihan. Dalam
hahubunganya dengan beragama, moderasi dipahami dalam istilah bahasa arab
sebagai wasat atau wasatiyah sedangkan pelakunya disebut wasit. Kata wasit sendiri
memiliki beberpa makna yaitu penengah, pelantara, dan pelerai. 8

Dari uraian definisi yang diungkap secara terminology tersebut, makna


moderasi sebagai pemahaman sikap terpuji yang di bangun dengan ajaran yang lurus,
pertengahan tidak kurang dan tidak lebihan dalam berfikir, bertindak, dan berperilaku
sehingga menjadikan seseorang tidak ekstrim dalam menyikapai segala hal. Dalam
kontek agama, moderasi dipahami oleh penganut dan pemeluk islam dikenal dengan
istilah islam wasatiyah atau islam moderat yaitu islam jalan tengah yang jauh dari
kekerasan, cinta kedamian, toleran, menjaga nilai luruh yang baik , menerima setiap
perubahan dan pembaharuan demi kemaslahatan, menerima setiap fatwa karena
kondisi geografis, sosial dan budaya. 9

Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia


menjadi sorotan penting dalam hal moderasi Islam. Moderasi adalah ajaran inti agama
Islam. Islam moderat adalah paham keagamaan yang sangat relevan dalam konteks

7 Bakir,M.,& Othman,K. (2017). A Conceptual Analysis of Wasatiyyah (Islamic Moderation-IM) from Islamic Knowledge

Management (IKM)Perspective. Revelation and Science, 7(1),21-31


8 Fauzi, Ahmad. "Moderasi Islam, Untuk Peradaban Dan Kemanusiaan." Jurnal Islam Nusantara 2.2 (2018), hlm, 233
9 Mohamad Fahri and Ahmad Zainuri, “Moderasi Beragama Di Indonesia” 25, no. 2 (2019).

6
keberagaman dalam segala aspek, baik agama, adat istiadat, suku dan bangsa itu
sendiri. Oleh karena itu pemahaman tentang moderasi beragama harus dipahami
secara kontekstual bukan secara tekstual, artinya bahwa moderasi dalam beragama di
Indonesia buka Indonesia yang dimoderatkan, tetapi cara pemahaman dalam
beragama yang harus moderat karena Indonesia memiliki banyaknya kultur, budaya
dan adat-istiadat.

Moderasi Islam ini dapat menjawab berbagai problematika dalam keagamaan


dan peradaban global. Yang tidak kalah penting bahwa muslim moderat mampu
menjawab dengan lantang disertai dengan dengan tindakan damai dengan kelompok
berbasis radikal, ekstrimis dan puritan yang melakukan segala halnya dengan tindakan
kekerasan. Dengan kata lain moderasi beragama dapat menjadi bagian terpenting
dalam mengatsi berbagi permasalahan sosial yang ada.

C. Moderasi Beragama untuk Menangani Bencana Sosial


Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia
menjadi sorotan penting dalam hal moderasi Islam. Moderasi adalah ajaran inti agama
Islam. Islam moderat adalah paham keagamaan yang sangat relevan dalam konteks
keberagaman dalam segala aspek, baik agama, adat istiadat, suku dan bangsa itu
sendiri Oleh karena itu pemahaman tentang moderasi beragama harus dipahami secara
kontekstual bukan secara tekstual, artinya bahwa moderasi dalam beragama di
Indonesia buka Indonesia yang dimoderatkan, tetapi cara pemahaman dalam
beragama yang harus moderat karena Indonesia memiliki banyaknya kultur, budaya
dan adat-istiadat.

Kata moderasi dalam bahasa Arab diartikan “alwasathiyyah”. Secara bahasa


“al-wasathiyyah” berasal dari kata “wasath”. Al-Asfahaniy mendefenisikan
“wasathan” dengan “sawa’un” yaitu tengah-tengah diantara dua batas, atau dengan
keadilan, yang tengah-tengan atau yang standar atau yang biasabiasa saja. Pada
tataran praksisnya, wujud moderat atau jalan tengah dalam Islam dapat
diklasifikasikan menjadi empat wilayah pembahasan, yaitu: 1) moderat dalam
persoalan akidah; 2) moderat dalam persoalan ibadah; 3) moderat dalam persoalan
perangai dan budi pekerti; dan 4) moderat dalam persoalan tasyri’ 10

10 Buku Moderasi Beragama, Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama RI, 2019

7
Menurut Quraish Shihab melihat bahwa dalam moderasi (wasathiyyah)
terdapat pilar-pilar penting yakni: Pertama, pilar keadilan, pilar ini sangat utama,
beberapa makna keadilan yang dipaparkan adalah: pertama, adil dalam arti “sama”
yakni persamaan dalam hak. Seseorang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu
menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan itulah yang
menjadikan seseorang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih.
Adil juga berarti penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya. Ini mengantar
pada persamaan, walau dalam ukuran kuantitas boleh jadi tidak sama. Adil adalah
memberikan kepada pemilik hak-haknya melalui jalan yang terdekat. Ini bukan
menuntut seseorang memberikan haknya kepada pihak lain tanpa menunda-nunda.
Adil juga berarti moderasi ‘tidak mengurangi tidak juga melebihkan”.

Kedua, pilar keseimbangan. Menurut Quraish Shihab, keseimbangan


ditemukan pada suatu kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang
menuju satu tujuan tertentu, selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap
bagian. Dengan terhimpunnya syarat ini, kelompok itu dapat bertahan dan berjalan
memenuhi tujuan kehadirannya. Keseimbangan tidak mengharuskan persamaan kadar
dan syarat bagi semua bagian unit agar seimbang. Bisa saja satu bagian berukuran
kecil atau besar, sedangkan kecil dan besarnya ditentukan oleh fungsi yang
diharapkan darinya.

Ketiga, pilar toleransi. Quraish Shihab memaparkan bahwa toleransi adalah


batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih bisa diterima. Toleransi
adalah penyimpangan yang tadinya harus dilakukan menjadi tidak dilakukan,
singkatnya adalah penyimpangan yang dapat dibenarkan.

Moderatisme ajaran Islam yang sesuai dengan misi Rahmatan lil ‘Alamin,
maka memang diperlukan sikap anti kekerasan dalam bersikap di kalangan
masyarakat, memahami perbedaan yang mungkin terjadi, mengutamakan
kontekstualisasi dalam memaknai ayat Ilahiyah, menggunakan istinbath untuk
menerapkan hukum terkini serta menggunakan pendekatan sains dan teknologi untuk
membenarkan dan mengatasi dinamika persoalan di masyarakat Indonesia. 11

11 Mohamad Fahri, Ahmad Zainuri , Moderasi Beragama di Indonesia , Intizar


Vol. 25, No. 2. 2019 .96-98

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror. Bencana sosial ini misalnya seperti terorisme,
korupsi, konflik sosial dan juga sabotase. Bencana sosial ini terjadi karena adanya globalisasi,
dimana zaman bergerak dengan sangat cepat. Moderasi beragama merupakan salah satu cara
untuk menanguulangi bencana sosial tersebut, dengan moderasi seseorang bisa menetukan
sikap atas peristiwa-peristiwa yang mereka lihat atau dialami,sehingga bisa menentukan
tindakan yang positif untuk meredam konflik yang terjadi di masyarakat

9
DAFTAR PUSTAKA

Ita Rustiati Ridwan. 2010. MENYIKAPI BENCANA SEBAGAI FENOMENA


SOSIALTERINTEGRASI. Geografi Gea, 10 (1), 33-41.
Soekanto, S (2001) Sosiologi : Suatu Pengantar . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Adji, Indriyanto Seno.2001.Bali, “Terorisme dan HAM” dalam Terorisme: Tragedi Umat
Manusia.Jakarta: O.C. Kaligis & Associates.
Moegiadi (2002). “ Permasalahan dan Tantangan Abad 21dengan Implikasi Sektor
Pendidikan”. Mimbar Pendidikan. Jurnal Pendidikan. No. 3 .10-14.
Tirtarahardja, U (1999). Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.
Manning, C (1985). Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal di Kota.Jakarta: PT
Gramedia
Bakir,M.,& Othman,K. (2017). A Conceptual Analysis of Wasatiyyah (Islamic Moderation-
IM) from Islamic Knowledge Management (IKM)Perspective. Revelation and
Science, 7(1),21-31
Fauzi, Ahmad. "Moderasi Islam, Untuk Peradaban Dan Kemanusiaan." Jurnal Islam
Nusantara 2.2 (2018), hlm, 233
Mohamad Fahri and Ahmad Zainuri, “Moderasi Beragama Di Indonesia” 25, no. 2 (2019).
Buku Moderasi Beragama, Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama RI, 2019
Mohamad Fahri, Ahmad Zainuri, Moderasi Beragama di Indonesia , Intizar ,Vol. 25, No. 2.
2019 .96-98

10

Anda mungkin juga menyukai