Anda di halaman 1dari 28

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Oleh :

Kelompok 1 :

Agustina (P07125216041)

Anisa Mulia (P07125216043)

Asminar (P07125216044)

Depi Marina (P07125216046)

Emalia Nurhaliza (P07125216048)

Fifit Febrina Rahayu (P07125216050)

Muhammad Rizal (

Ristana (P07125216070)

Banda Aceh, 1 Februari 2020

Pembimbing,

Elfi Zahara, S.ST,M.Kes

i
Kata Pengantar

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang
diberikan, sehingga Laporan Praktikum Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut Anak
berkebutuhan khusus ini bisa terselesaikan dengan baik. Adapun laporan ini kami susun sebagai
bagian dari tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut Anak Berkebutuhan Khusus.

Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. Adapun pihak-pihak tersebut
antara lain:

1. Ibu Nia Kurniawati S.SI.T., MKM. selaku dosen pembimbing mata kuliah Asuhan
Keperawatan Gigi dan Mulut Anak Berkebutuhan Khusus.
2. Seluruh pasien dan guru yang ada di SLB-AB BUKESRAUlee Kareng.
3. Orang tua, sahabat, kerabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa penyusun sebutkan satu
persatu.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini belumlah dikatakan
sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca
sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.

ii
Banda Aceh, 1 Februari 2020

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan……………………………………………………………………………
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..

Daftar Isi………………………………………………………………………………………

Daftar Tabel.…………………………………………………………………………………….

Daftar Gambar………………………………...............................................................................

Daftar Lampiran…………………………………………………………………………………

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Sasaran
C. Analisa Situasi
D.

iii
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang mengalami kondisi
fisik, perkembangan serta perilaku ataupun emosional yang memerlukan layanan
kesehatan terkait dalam jenis atau jumlah lebih dari yang dibutuhkan anak lain pada
umumnya (Wong, 2008). ABK dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok antara
lain: tunanetra, tunarungu atau tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, attention
deficit and hyperactivity disorder (ADHD), autisme, dan tunaganda (Kemenkes,
2011). Undang-undang No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, hak untuk
mendapatkan pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur,
dan jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus.
Adapun pendidikan yang dimaksud disediakan dalam 3 macam lembaga
pendidikan yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan
Pendidikan Terpadu (Geniofam, 2010). SLB menampung ABK dengan jenis kelainan
yang sama, sehingga terdapat berbagai macam SLB, sebagai berikut: 1) SLB A,
merupakan sekolah luar biasa kategori A diperuntukan bagi anak tunanetra, 2) SLB B,
merupakan sekolah luar biasa kategori B diperuntukan bagi anak tunarungu, 3) SLB
C, merupakan sekolah luar biasa kategori C diperuntukan bagi anak tunagrahita, 4)
SLB D, merupakan sekolah luar biasa kategori D diperuntukan bagi tunadaksa, 5)
SLB E, merupakan sekolah luar biasa kategori E diperuntukan bagi tunalaras, 6) SLB
G, merupakan sekolah luar biasa kategori G diperuntukan bagi penyandang cacat
ganda.
Tunagrahita (retardasi mental) disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau
sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental, merupakan kondisi dengan intelegensi yang
kurang sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak) (Maramis, 2009).
Ciri-ciri anak tunagrahita secara fisik antara lain; 1) penampilan fisik tidak seimbang,
misalnya kepala terlalu besar/kecil; 2) pada masa pertumbuhannya tidak mampu
mengurus dirinya sendiri; 3) terlambat dalam perkembangan bicara dan bahasa; 4)
tidak perhatian terhadap lingkungan; 5) koordinasi gerakan kurang; 6) hipersalivasi
(Aqila Smart, 2014).

5
Kondisi tersebut akan berakibat pada rendahnya kemampuan merawat diri
pada anak tunagrahita dan menyebabkan ketergantungan terhadap orang lain terlebih
pada keluarga (Delphie, 2006).
Penyebab anak tunagrahita menurut Aqila Smart (2014) antara lain: 1)
anomali genetic atau kromosom, 2) penyakit infeksi, 3) kecelakaan dan menimbulkan
trauma di kepala, 4) prematuritas (bayi lahir sebelum waktunya atau kurang dari 9
bulan), 5) bahan kimia yang berbahaya. Keterbatasan yang dimiliki oleh anak
tunagrahita membawa pengaruh pada kesulitan dalam mengurus diri sendiri (Astati,
2010). Dalam mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan
khusus, latihan-latihan, dan memberikan pengetahuan keterampilan kegiatan sehari-
hari activity daily living (ADL) (Efendi, 2009). Namun hal tersebut juga perlu
dukungan dari anggota keluarga.
Klasifikasi anak tunagrahita meliputi anak tunagrahita ringan, sedang dan
berat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam memberikan penanganan kepada
anak agar mendapatkan layanan yang sesuai terutama dalam layanan pendidikannya.
Sri Rumini (1987: 42) menyatakan ciri-ciri anak tunagrahita sedang,
mempunyai IQ antara 20/25-50/55, tidak dapat berkonsentrasi atau lekas bosan,
terkadang gerakannya kaku dan tidak bertujuan. Anak tunagrahita sedang masih
mempunyai potensi untuk dilatih menahan diri dan beberapa pekerjaan yang
memerlukan latihan secara mekanis. Kemampuan yang dapat dikembangkan yaitu
diberikan sedikit pelajaran menghitung, menulis, dan membaca yang fungsional untuk
kehidupan sehari-hari sebagai bekal mengenal lingkungannya, serta latihan-latihan
memelihara diri dan beberapa keterampilan sederhana.
Anak tunagrahita sedang mempunyai kemampuan berpikir yang rendah,
perhatian dan daya ingat yang lemah, konsentrasi yang mudah beralih, sukar berpikir
abstrak dan berbelit-belit, cenderung dengan hal yang konkrit, serta sikap yang mudah
bosan yang dialami anak tunagrahita sedang menyebabkan anak mengalami kesulitan
dalam menerima pelajaran atau mengikuti pembelajaran yang diberikan guru. Anak
mempunyai perkembangan yang lambat dan tidak dapat dipaksakan untuk mencapai
target sesuai dengan kurikulum anak normal, namun anak dapat mempelajari
kecakapan dasar yang dibutuhkan seperti membaca, menulis dan menghitung.
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang
dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu

6
mendengar atau kurang mampu mendengar suara yang pada umumnya ada pada ciri
fisik orang tunarungu.
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat
menggunakan alat pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa
dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.
Belum ada angka yang jelas tentang anak dengan kecacatan di Indonesia, oleh
karena penelitian tentang anak dengan kecacatan masih sangat kurang. (WHO, 2003
dalam Kemenkes RI, 2014) memperkirakan jumlah anak berkebutuhan khusus di
Indonesia sekitar 7-10% dari total jumlah anak. Hasil Riskesdas (2018) menyebutkan
bahwa persentase kecacatan pada anak usia 24-59 bulan menunjukkan proporsi
terbesar adalah tuna daksa (cacat tubuh) sebesar 0,17%, tuna wicara sebesar 0,15%
dan tunagrahita sebesar 0,14%. Sedangkan di Jawa Timur, prevelensi anak penderita
tunagrahita sebanyak 125.190 jiwa.

B. Sasaran
Untuk pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut pada Anak Berkebutuhan
Khusus kali ini ditujukan kepada anak SLB-AB BUKESRA Ulee Kareng.

C. Analisa Situasi
1. Data lingkungan
Data ini diambil berdasarkan kunjungan 8 orang anak-anak berkebutuhan khusus
di SLB-AB BUKESRA Ulee Kareng pada tanggal 28 Januari 2020.

2. Data pengkajian kesehatan gigi dan mulut meliputi data subjektif dan objektif

a. Data Subjektif
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan data umum dan data khusus sebagai
berikut:

Tabel data subjektif pasien :


Nama Pasien Umur Jenis Alamat Nama Keluhan
Kelamin Orangtua/wal Utama

7
i
Muhammad 14 Laki-laki Aceh Besar Agus Mawar KME tanpa
Furqan tahun keluhan
Wahyu 15 Laki-laki Lamgapang Gunadi KME
Husaini tahun dengan
keluhan
ngilu
Dawil 13 Laki-laki Banda aceh Sulaiman KME tanpa
tahun keluhan
M.Ikhsan 15 Laki-laki Banda Haswati M KME tanpa
salikhin tahun Aceh Nur keluhan
Muhibban 13 Laki-laki Banda Abbas Tidak ada
tahun Aceh keluhan
Muhibban 13 Laki-laki Aceh Besar Anwar Tidak ada
tahun keluhan
Mardhatilah 13 Laki- Banda aceh Ismail Tidak ada
tahun laki keluhan
M. Rafael Dwi 10 Laki-laki Ulee Kasim Tidak ada
Nugraha tahun kareng keluhan
Rizkullah 8 tahun Laki-laki Banda aceh Adam KMD
dengan
keluhan
ngilu

8
b. Data Objektif
Dapat dilihat dari hasil pemeriksaan objektif pada 8 orang anak-anak berkebutuhan khusus di SLB-AB BUKESRA Ulee Kareng
yang menghasilkan nilai rata-rata sebagai berikut:

Tabel Data Pengkajian Objektif pada Pasien:

No Nama Umur Jenis d e F deft D M F DM DI CI OHI Keteranga


Kelamin FT S n
1 Muhammad 14 Laki- - - - - 1 0 0 1 1,3 0 1,3 Sedang
Furqan tahun laki
2 Wahyu 15 Laki- - - - - 3 0 0 3 1,6 0 1,6 Sedang
Husaini tahun laki
3 Dawil 13 Laki- 0 1 0 1 2 0 0 2 1 0 1 Baik
tahun laki
4 M.Ikhsan 15 Laki- - - - - 4 0 0 4 1,3 1,6 2,9 Sedang
salikhin tahun laki
5 Muhibban 13 Laki- - - - - 0 0 0 0 1,3 0 1,3 Sedang
tahun laki
6 Mardhatilah 13 Laki- - - - - 0 0 0 0 0,8 1 1,8 Sedang
tahun laki
7 M. rafael 10 Laki- 4 0 0 4 2 0 0 2 1,6 0,8 2,4 Sedang
dwi nugraha tahun laki
8 Rizkullah 8 Laki- - - - - 2 1 0 3 0,6 0 0,6 Baik

9
tahun laki
Jumlah 4 1 0 5 14 1 0 15 9,5 3,4 12,9
Rata-rata 0,5 0,1 0 0,6 1,7 0,1 0 1,8 1,1 0,4 1,6 Sedang

10
Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif di atas diperoleh kondisi kesehatan
dan kebersihan gigi dan mulut dengan nilai rata-rata sebagai berikut:
a. OHI-S = 1,6
b. def-t = 0,6
c. DMF-T = 1,8

Indikator derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal menurut Depkes RI
tahun 2015 adalah:
a. OHI-S = ≤ 1,2
b. def-t = ≤ 1
c. DMF-T = ≤ 1

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif yang dilakukan terhadap 8 orang


pasien pada bulan Januari 2020, terlihat adanya kesenjangan antara hasil yang dicapai
dengan target yang ditetapkan, sehingga dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai
berikut:

1) Tabel Identifikasi Masalah

No Indikator Pencapaian Target Kesenjangan


1. OHI-S 1,6 ≤ 1,2 0,4
2. Def-t 0,6 ≤1 0,4
3. DMF-T 1,8 ≤1 0,8

 Indikator derajat kesehatan gigi dan mulut:


o def-t : ≤ 1
o DMF-T : ≤ 1
o OHI-S : ≤ 1,2

11
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan gigi pada anak berkebutuhan khusus banyak berlubang?
2. Apakah ada hubungan antara perilaku anak berkebutuhan khusus dengan
kesehatan gigi dan mulut?
3. Bagaimana Peran orang tua dan guru dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut
pada anak berkebutuhan khusus?

F. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkan mutu,
cakupan, efisiensi pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan
khusus umur 8-15 tahun dalam rangka tercapainya kemampuan pemeliharaaan diri di
bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui fakor-faktor yang berpengaruh terhadap resiko terjadinya
karies pada anak-anak berkebutuhan khusus. Untuk meningkatkan
pengeetahuan dan kemampuan masyarakat untuk berprilaku hidup sehat serta
mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut.
b. Untuk mengetahui apa saja peran orang tua dan guru dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut anak mereka.
c. Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan perawat gigi untuk membantu
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak berkebutuhan khusus terutama
anak yang berumur 8-15 tahun.

12
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan
1. Menentukan prioritas masalah

Dilihat dari identifikasi masalah dapat dilihat adanya kesenjangan antara hasil yang didapat
dengan standar yang ditetapkan.

Tabel OHIS

OHIS Target Kesenjangan Prioritas


OHIS Masalah
Nama Anak DI CI Skor Kriteria
OHIS
Muhammad 1,3 0 1,3 Sedang
≤ 1,2 0,1 V
Furqan
Wahyu 1,6 0 1,6 Sedang
≤ 1,2 0,4 IV
Husaini
Dawil 1 0 1 Baik
≤ 1,2 0 VII
M.Ikhsan 1,3 1,6 2,9 Sedang
≤ 1,2 1,7 I
salikhin
Muhibban 1,3 0 1,3 Sedang
≤ 1,2 0,1 VI
Mardhatilah 0,8 1 1,8 Sedang
≤ 1,2 0,6 III
M. rafael 1,6 0,8 2,4 Sedang
≤ 1,2 1,2 II
dwi
nugraha
Rizkullah 0,6 0 0,6 Baik
≤ 1,2 0 VIII

Tabel def-t

Def-t Target Kesenjangan Prioritas


Nama Anak d e f t def-t Masalah
Muhammad - - - - 1 0 -
Furqan
Wahyu - - - - 1 0 -
Husaini

13
Dawil 0 1 0 1 1 0 II
M.Ikhsan - - - - 1 0 -
salikhin
Muhibban - - - - 1 0 -
Mardhatilah - - - - 1 0 -
M. rafael 4 0 0 4 1 3 I
dwi
nugraha
Rizkullah - - - - 1 0 -

Tabel DMF-T

DMF-T Target Kesenjangan Prioritas


Nama D M F T DMF-T Masalah
Pasien
Muhammad 1 0 0 1 1 0 VIII
Furqan
Wahyu 3 0 0 3 1 2 II
Husaini
Dawil 2 0 0 2 1 1 IV
M.Ikhsan 4 0 0 4 1 3 I
salikhin
Muhibban 0 0 0 0 1 1 V
Mardhatilah 0 0 0 0 1 1 VI
M. rafael 2 0 0 2 1 1 VII
dwi
nugraha
Rizkullah 2 1 0 3 1 2 III

2. Alternatif pemecahan masalah


Berdasarkan urutan prioritas masalah dapat diperoleh alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut:
1) OHI-S

14
a. Promotif
1. Melakukan peyuluhan tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar.
2. Melakukan penyuluhan tentang cara merawat gigi yang baik dan benar.
3. Melakukan demonstrasi cara menyikat gigi yang baik dan benar.
b. Preventif
1. Melakukan penyikatan gigi massal
2) def-t /DMF-T
a. Promotif
1. melakukan penyuluhan tentang masa pertumbuhan gigi
2. melakukan penyuluhan tentang bahayanya gigi berlubang
3. melakukan penyuluhan tentang cara merawat gigi yang baik dan benar
4. melakukan penyuluhan tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar.

15
3. POA (Plan Of Action)

No Tahap Kegiatan Tujuan Uraian kegiatan Sasaran Waktu Lokasi Pelaksanaan Indikator
Kebersihan
1. Persiapan Pengumpulan Mengetahui Melakukan Anak – anak 28/01/2020 SLB- Kelompok Terkumpulnya
data status kesehatan pemeriksaan berkebutuhan AB 1 data kesehatan
gigi subjektif dan khusus Bukesra gigi dan mulut
pemeriksaan
objektif
2. Pelaksanaan Melakukan Meningkatkan Menjelaskan dan Anak-anak 30/01/2020 SLB- Kelompok Anak-anak
kegiatan penyuluhan kesehatan gigi mendemonstrasikan berkebutuhan AB 1 dapat
promotif tentang dan mulut yang tentang cara khusus Bukesra memahami
kesehatan gigi optimal menyikat gigi yang tentang cara
baik dan benar menyikat gigi
yang baik dan
benar
3. Preventif Sikat gigi Meningkatkan Melakukan sikat Anak-anak 30/01/2020 SLB- Kelompok Anak-anak
massal pengetahuan gigi massal berkebutuhan AB 1 dapat
tentang cara bersama anak-anak khusus Bukesra melakukan
menyikat gigi berkebutuhan penyikatan
yang baik dan khusus gigi dengan
benar baik dan benar

16
4. Evaluasi Melakukan Untuk Pemeriksaan Anak-anak 30/01/2020 SLB- Kelompok Semua
evaluasi mengetahui laporan yang telah berkebutuhan AB 1 kegiatan telah
tentang kegiatan yang dilaksanakan khusus Bukesra dilaksanak
tindakan yang telah sesuai rencana
telah dilaksanakan,
dilakukan membandingkan
hasil
pengetahuan
anak sebelum
dan sesudah
diberikan
penyuluhan

17
B. Pelaksanaan
Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan pada 8 orang anak umur 8-15 tahun
yang dilaksanakan pada bulan Januari 2020 yang meliputi data subjektif dan data
objektif baik yang sehat maupun yang sakit meliputi upaya peningkatan
kesehatan gigi dan mulut (promotif) serta pencegahan penyakit gigi dan mulut
(preventif) sebagai berikut:

1. Upaya promotif
Upaya promotif merupakan suatu upaya atau kegiatan yang dilaksanakan
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang
optimal. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan pada upaya promotif ini
adalah melakukan penyuluhan tantang kesehatan gigi dan mulut pada sasaran
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5 : Upaya promotif yang dilakukan pada 8 orang anak umur 8
sampai 15 tahun yang dilaksakan pada bulan Januari 2020.

Waktu Kegiatan Sasaran Hasil kegiatan


28 Jan Memberikan penyuluhan 8 orang Anak-anak dapat
2020 dan arahan tentang anak memahami tentang
kesehatan gigi dan mulut, kesehatan gigi dan mulut
waktu dan cara menggosok waktu dan cara menggosok
gigi yang baik dan benar, gigi yang baik dan benar,
cara menjaga kesehatan gigi cara menjaga kesehatan
dan mulut gigi dan mulut

2. Upaya Preventif
Upaya preventif merupakan suatu upaya yang dilaksanakan dengan tujuan
mencegah timbulnya penyakit gigi dan mulut. Adapun kegiatan preventif yang
dilakukan pada 8 orang anak berumur 8-15 tahun yang dilaksanakan pada tanggal
20 Januari 2020.
C. Evaluasi

18
1. Evaluasi kegiatan
Setelah dilakukan serangkaian kegiatan yang telah disebutkan diatas,
kemudian dilakukan evaluasi kembali untuk mengetahui tingkat keberhasilan
kegiatan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
 Anak-anak berkebutuhan khusus sudah melakukan sikat gigi massal
yang dibantu oleh mahasiswa Poltekkes Kemenkes Aceh jurusan D-IV
Keperawatan Gigi.
2. Evaluasi hasil
Telah terlaksananya sikat gigi massal dan semua mahasiswa berkontribusi dalam
melancarkan kegiatan ini. Meningkatnya pengetahuan anak tentang kesehatan gigi. Anak-
anak jadi mengetahui teknik menyikat gigi yang baik dan benar.

D. Hambatan-hambatan
Dalam melakukan tindakan pelaksanaan kegiatan dengan Anak-anak
berkebutuhan khusus berjalan lancar, kecuali pada anak yang tidak kooperatif dan
pada anak yang tunawicara di karenakan mahasiswa mengalami masalah
komunikasi dengan anak tersebut karena mereka memiliki keterbatasan dalam
berkomunikasi.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut


anak yang telah dilakukan di SLB Bukesra pada bulan Januari 2020 dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Data masalah yaitu OHI-S=


2. Kegiatan perawatan yang telah dilakukan yaitu:
a. Promotif : memberikan penyuluhan tentang cara menjaga kesehatan gigi,
memberikan penyuluhan tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar, serta
mendemonstrasian cara menyikat gigi dengan baik dan benar.
b. Preventif : sikat gigi masal.

B. Saran
1. Saran bagi siswa

Pasien anak atau siswa SLB-AB BUKESRA, diharapkan untuk dapat


menjaga kesehatan gigi dan mulut secara mandiri dengan cara rutin menyikat gigi
minimal 2 kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, rutin
mengkonsumsi makanan yang berserat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran,
menghindari mengkonsumsi makanan kariogenik seperti makanan yang manis dan
lengket, serta rutin mengontrol kesehatan gigi dan mulut selama 6 bulan sekali di
klinik gigi.

2. Saran bagi orang tua murid

Orang tua diharapkan dapat membimbing anaknya menggosok gigi dengan


baik dan benar, mengajarkan anak cara merawat kebersihan gigi dan mulut kepada
anaknya agar terhindar dari penyakit gigi seperti karies gigi atau ggi berlubang.

3. Saran bagi guru dan staf sekolah

20
Guru diharapkan dapat bekerja sama dengan UKGS, dan turut berperan dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut peserta didiknya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Donna L. Wong. ...... et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan

pertama. Jakarta : EGC.

Depkes., 2011. Mari Kenali dan Peduli terhadap Anak Autisme.

http://www.buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article
&id=385:mari-kenali-dan-peduli-terhadap-anak-autisme&catid=1:latest-ne
ws. html. Diakses pada 25 juni 2013.

Geniofam. (2010). Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus.

Jogjakarta: Gerai Ilmu.

Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga.

Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran dan Terapi untuk

Anak Berkebutuhan Khusus, Katahati, Yogyakarta, 2011.

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam setting

Pendidikan Inklusi). Bandung: PT Refika Aditama. Hal 114.

Astati , Lis Mulyati (2010), pendidikan anak tunagrahita, bandund : CV.CATUR KARYA
MANDIRI.

Efendi Mohammad, (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Sinar


Grafika Offset.

Rumini, Sri.1987. Pendidikan Anak Tuna Mental, Yogyakart:. Intan.

Kementerian Kesehatan RI. Situasi Penyandang Disabilitas. Jakarta : Kementerian Kesehatan


RI; 2014

22
Lampiran

Lampiran 1 pemeriksaan pada ABK Muhammad Furqan

23
Lampiran 2 pemeriksaan pada ABK Muhibban

24
Lampiran 3 pemeriksaan pada ABK M.ikhsan salikhin

25
Lampiran 4 pemeriksaan pada ABK Wahyu Husaini

Lampiran 5 pemeriksaan pada ABK Dhawil

26
Lampiran 6 pemeriksaan pada ABK mardhatilah

Lampiran 7 mengajarkan cara menyikat gigi dengan benar

27
Lampiran 3 membimbing cara menyikat gigi dengan baik dan benar

28

Anda mungkin juga menyukai