Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IBADAH

Di Buat Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Nilai Dalam
Mata Kuliah Fiqih

Dosen Pengampu Makhasin Arifin Setya, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Abdul Majid

NIM :-

Prodi : Ekonomi Syari’ah

SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL


2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendal , Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB 1 1

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 1

Tujuan Penulisan 1

BAB 2 2

Pembahasan 2

Pengertian dan Ruang Lingkup Fiqih Ibadah 3

Bentuk dan Macam-macam Ibadah 5

Beberapa ketentuan pokok ibadah 6

Filosofi dan Hikmah Ibadah 11

BAB 3 18

Penutupan 18

Kesimpulan 18

Daftar Pustaka 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika zaman dulu sampai pada saat ini kita mungkin sudah mengetahui
kewajiban kita sebagai hamba Allah yang lemah , dan banyak yang
tahu kewajiban kita di muka bumi ini yakni hanya untuk beribadah kepada Allah
SWT. Pendapat seperti ini memang tidak salah karena sudah tertulis dalam Al-
Qur’an.
Ibadah merupakan salah satu aktivitas atau kegiatan yang ada di setiap
agama yang ada di seluruh dunia. Di dalam agama Islam juga terdapat banyak
ibadah yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh setiap umatnya kepada Allah
SWT. Salah satu kegiatan ibadah yang sangat penting dan dijadikan tiang agama
dalam agama islam adalah shalat.

B. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dari pembahasan ini adalah :
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Fiqih Ibadah
2. Bentuk dan Macam-macam Ibadah
3. Beberapa Ketentuan Pokok Ibadah
4. Filosofi dan Hikmah Ibadah

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini menurut rumusan
masalah tersebut, adalah untuk:
1. Mengetahui Pengertian dan Ruang Lingkup Fiqih Ibadah
2. Mengetahui Bentuk dan Macam-macam Ibadah
3. Mengetahui Beberapa Ketentuan Pokok Ibadah
4. Mengetahui Filosofi dan Hikmah Ibadah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Fiqih Ibadah


1. Ibadah menurut bahasa
Menurut kamus Al-Muhith[1], al-abdiyah, al-ubudiyah, dan al-íbadah
artinya taat. Dan dalam Mukhtar Ash-Shihhah[2], makna dasar al-ubudiyah
adalah ketundukan dan kepasrahan, sementara at-ta’bid artinya kepasrahan.
Dikatakan thariq ( jalan ) muábbad dan unta yang muábbad artinya yang sudah
disiapkan. Semua makna ini sesuai dengan isytiqaq-nya. Allah SWT berfirman :
“Masuklah dalam ibadah-Ku”(QS. Al-Fajr 89 : 29). Artinya dalam kelompok-Ku,
Allah menambah satu makna baru yaitu loyalitas.
Sedangkan úbudiyah artinya menampakkan ketundukan, walaupun kata
ibadah dalam maknanya karena merupakan puncak ketundukan dan tidak ada
sesuatu pun yang berhak mendapat penghambaan, kecuali yang memiliki puncak
keutamaan yaitu Allah SWT.
Allah SWT berfirman :

Janganlah kalian menyembah selain Allah. (QS. Hud 11 : 2 )[3]


Dan Allah SWT berfirman :

Hanya kepada-Mu kami menyambah dan hanya kepada-Mu kami meminta


pertolongan. (QS. Al-Fatihah 1 : 5)

2. Ibadah menurut istilah


Sesuai dengan pemakaian secara etimologi dari kata á-ba-da. Al-
Maududi[4] berpendapat bahwa makna utama ibadah adalah jika seseorang
menyatakan ketinggian seseorang dan kekuasaannya lalu ia menyerahkan
kebebasan dan kemerdekaannya serta meninggalkan semua perlawanan dan
pembangkangan lalu ia tunduk secara total. Inilah makna hakiki yang terkandung
dalam kata ibadah, taábbud dan úbudiyah. Bahkan ketika orang Arab mendengar
kata hamba atau ibadah, maka yang pertama kali terbetik dalam pikiran mereka
adalah gambaran tentang sebuah penghambaan sebagaimana penghambaan
seorang budak kepada tuannya.
Lebih dari itu, jika seorang hamba sudah menyerahkan diri kepada
tuannya, penuh taat dan kepasrahan, ia juga meyakini akan keagungan dan
ketinggian tuannya, hatinya diselimuti rasa syukur atas segala nikmat dan
karunianya. Ia selalu berusaha secara maksimal untuk mengagungkannya dengan
berbagai cara agar bias bersyukur atas segala anugerahnya dan senantiasa
menjalankan syiar-syiar ibadahnya. Pemahaman ini tidak akan bisa digabungkan
dengan makna ubudiyah kecuali jika seorang hamba tidak hanya menyerahkan
segala ketaatan kepada tuannya saja, tetapi juga menyerahkan hatinya. Disini
seakan beliau menegaskan bahwa makna utama dari ibadah adalah kepatuhan dan
ketundukan total serta ketaatan mutlak. Terkadang makna ini ditambah dengan
aspek perasaan hati berupa penghambaan dan peribadatan dan menjalankan
syariat.[5]
Pengertiaan Fiqih Ibadah
Secara bahasa : Pemahaman yang dalam
Secara istilah : ilmu tantang hukum-hukum perbuatan menurut syari’at
berdasarkan dalil-dalilnya terperinci.sedangkan Arti ibadah yaitu penyembahan
seorang hamba terhadap Tuhannya yang dilakukan dengan merendahkan diri
serendah-rendahnya. Dengan hati yang ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan
oleh agama.
Ibadah yang bermakna penghambaan dan ketaatan. (Al Baqarah 2:172; Asy
Syua'ara 26:22; Al Mu'minun 23:45-47)
Pengertian fiqih ibadah adalah pemahaman terhadap hal yang berkaitan
dengan peribadatan manusia kepada allah ,yakni antara makhluk yang tercipta
kepada sang penciptanya.
Ruang lingkup Fiqih Ibadah
a. Shalat
Sholat merupakan salah satu perbuatan yang dimulai dari tahbirotul ihram
dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Sholat diwajibkan
bagi setiap umat islam karena barang siapa yang mendirikan sholat maka maka ia
menegakkan agama dan barang siapa yang meninggalkan sholat maka ia
merobohkan agama .
b. Zakat
Zakat adalah sebuah ibadah yang menuntut keridhoan umat Islam untuk
mengeluarkan sebagian hartanya sesuai ketentuan yang ditetapkan. seperti yang
terdapat dalam alquran yang artinya :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk
mereka.Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan AllahMaha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (At Taubah : 103)
c. Puasa
Puasa adalah tindakan sukarela dengan berpantang dari makanan,
minuman, atau keduanya, perbuatan buruk dan dari segala hal yang membatalkan
puasa untuk periode waktu tertentu. Puasa mutlak biasanya didefinisikan sebagai
berpantang dari semua makanan dan cairan untuk periode tertentu, biasanya satu
hari (24 jam), atau beberapa hari. Puasa lain mungkin hanya membatasi sebagian,
membatasi makanan tertentu atau zat. Praktik puasa dapat menghalangi aktivitas
seksual dan lainnya serta makanan. Seperti dalam firman allah swt yang artinya
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al Baqoroh
:183)
d. Haji
Kata haji berasal dari bahasa arab yang bermakna tujuan dan dapat di
baca dengan dua lafazh Al-hajj .Haji menurut istilah syar’i adalah beribadah
kepada Allah dengan melaksanakan manasik yang telah ditetapkan dalam sunnah
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan ada pula ulama yang berpendapat:
“Haji adalah bepergian dengan tujuan ke tempat tertentu pada waktu yang tertentu
untuk melaksanakan suatu amalan yang tertentu pula. Akan tetapi definisi ini
kurang pas karena haji lebih khusus dari apa yang didefinisikan di sini, karena
seharusnya ditambah dengan satu ikatan yaitu ibadah, maka apa yang ada pada
definisi pertama lebih sempurna dan menyeluruh.
Ibadah tidak hanya terbatas pada shalat, puasa, haji, zakat, dan semua turunannya
seperti membaca alqur’an, dzikir, doa dan istighfar seperti yang dipahami oleh
kebanyakan kaum muslimin ketika mereka di ajak untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ibadah adalah nama sebutan bagi segala sesuatu yang disukai Allah dan di
Ridhoi-Nya, baik berupa ucapan, perbuatan, yang tampak maupun yang batin.
Shalat, zakat, puasa, haji, berkata jujur, menjalankan amanah, berbakti kepada
orangtua dan menjaga tali silaturrahim, memenuhi janji, amar ma’ruf nahi
munkar, berjihad melawan orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga,
anak yatin, orang miskin, orang yang berjuang di jalan Allah, hamba sahaya,
termasuk binatang peliharaan, doa, dzikir, membaca Al-Qurán, dan yang lainnya.
Termasuk juga mencintai Allah dan Rosul-Nya, rasa mengkhawatirkan Allah,
bertaubat, ikhlas, sabra terhadap ujian, syukur nikmat, ridho dengan qadha,
tawakal, berharap akan selamat, khawatir dengan azab dan yang lainnya, semua
termasuk ibadah.[6]
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa rukun utama dari bangunan
islam terdiri dari sebagian kecil makna ibadah kepada Allah dan bukan semuanya
seperti yang diinginkan oleh Allah dari Hamba-nya.
Seorang muslim bisa menjadikan semua pekerjaan biasa dan bersifat rutinitas
menjadi sebuah ibadah jika diikhlaskan niatnya. Ibadah bukan sebatas bertauhid
seperti dalam firman Allah SWT :

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian
itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah 98 : 5)
Namun, ibadah mencakup tauhid dan semua jenis amal baik. Setiap ibadah harus
mengacu pada nash yang ada dan telah disyariátkan Allah, tidak ditambah-
tambahi dan dikurangi. Tidak semua orangpun boleh meng-Qiyas-kan atau
mengandalkan pendapat pribadi termasuk juga ijtihadnya. Sebab, jika ada orang
boleh menambah syiar-syiar agama dengan cara qiyas atau ijtihadnya sendiri
pastilah jumlah taklif akan lebih banyak dari apa yang ada di zaman Rasulullah
SAW. Sehingga sulit untuk membedakan mana yang syariat dasar dan mana yang
tambahan. Dan kaum muslimin tidak ubahnya seperti orang nashrani. Setiap orang
yang membuat syariat baru atau ibadah tertentu maka ia adalah sesuai dengan
firman Allah SWT :

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang


mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak
ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan.
Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat
pedih. (QS. Asy-Syura 42 : 21)
Adapun yang termasuk ijihad dalam ibadah misalnya, jika seseorang berupaya
sekuat tenaga agar amal ibadahnya diterima allah, sementara termasuk yang sia-
sia jika ada orang yang mengerjakan ibadah yang ia sendiri tidak tahu manfaatnya.
Namun tetap dilakukan karena diberi tahu orang yang sepadan dengannya padahal
ia sendiri dapat memahaminya sendiri. Kesia-siaan ini tidak akan terjadi dalam
melaksanakan perintah Allah karena kita yakin rahmat dan hikmah Allah dalam
menurunkan syariat yang sudah pasti membawa maslahat karena Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu apa yang tidak kita ketahui.[7]

B. Bentuk dan Macam-macam Ibadah


Ibadah-ibadah yang kita laksanakan berdasarkan bentuk nya :
Pertama, ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan. Ibadah ini semisal
membaca Al-Qurán, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, doa, membaca hamdalah
oleh orang yang bersin.
Kedua, ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan
sesuatu sifat. Ibadah ini contoh nya menolong orang, berjihad di jalan Allah,
membela diri dari gangguan, menyelenggarakan urusan jenazah.
Ketiga, ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan suatu
pekerjaan. Ibadah semacam ini ialah puasa, yakni menahan diri dari makan,
minum, dan dari segala yang merusakkan puasa.
Keempat, ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari
sesuatu pekerjaan. Ibadah ini contoh nya ialah I’tikaf (duduk di dalam masjid),
menahan diri dari jima’ dan mubasyarah, bernikah dan menikahkan, haji.
Kelima, ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak. Umpamanya,
membebaskan orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang lain,
memerdekakan budak untuk kaffarat.
Keenam, ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khudhuk, khusyuk
menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin dari yang
diperintahkan kita menghadapinya.[8]
Macam-macam ibadah :
a. Ibadah-ibadah itu, terbagi beberapa macam.
Pertama, bersifat makrifat yang tertentu dengan soal ketuhanan.
Kedua, ucapan-ucapan yang tertentu untuk Allah, seperti : takbir, tahmid, tahlil
dan puji-pujian.
Ketiga, perbuatan-perbuatan yang tertentu untuk Allah, seperti : haji, umrah,
rukuk, sujud, puasa, thawaf dan I’tikaf.
Keempat, ibadah-ibadah yang lebih mengutamakan hak Allah walaupun terdapat
pula padanya hak hamba, seperti : Sholat fardhu dan Sholat Sunnah.
Kelima, yang mencakup kedua-dua hak, tetapi hak hamba lebih berat, seperti :
zakat, kaffarat dan menutup aurat.
Dalam soal harta, hak Allah mengikuti hak hamba dengan dalil bahwa harta itu
menjadi mubah bila dibolehkan oleh mereka yang mempunyai harta dan dapat
dimanfaatkan dengan seizin mereka.
b. Muamalah juga terdapat beberapa macam :
1) Ada yang diwujudkan untuk menghasilkan maslahat yang cepat, seperti :
jual-beli dan sewa-menyewa.
2) Ada yang maslahatnya memperoleh ganti yang cepat, seperti : menerima
upah untuk haji dan umrah, dan mengajar Al-Qurán.
3) Ada yang salah satu maslahatnya segera diperoleh, sedangkan yang
keduanya lambat diperoleh, seperti : memberi pinjaman (memberi hutang).
Maslahatnya untuk yang menerima uang cepat diterimanya, untuk yang memberi
hutang lambat diperolehnya bila ia maksudkan keridhaan Allah.
4) Salah satu maslahatnya cepat diterimanya, sedangkan yang lain oleh
pemberinya dapat dicepatkan atau dilambatkan, seperti : menjamin hutang.
Kemaslahatannya yang cepat diperoleh oleh yang dijaminkan. Jika penjaminan
dengan ganti, cepatlah ia menerima maslahatnya. Jika ia jamin dengan tak ada
sesuatu agunan dipahalai dia, jika ia kehendaki keridhaan Allah.
5) Kemaslahatannya lambat untuk yang memberi, cepat untuk yang menerima,
seperti wakaf, hibah, wasiat dan hadiah.[9]

C. Beberapa ketentuan pokok ibadah


Ibadah sebagaimana pendapat imam Syathibi, merupakan tujuan yang mendasar
dan maksud-maksud yang mengikuti. Adapun tujuan yang mendasar (pokok) di
dalam ibadah adalah Tawajjuh (menghadap) kepada Allah SWT dan mengesakan-
Nya dengan niat ibadah dalam setiap keadaan. Hal itu diikuti tujuan menyembah
guna memperoleh kedudukan di akhirat, atau agar menjadi seorang di antara wali-
wali Allah atau yang serupa dengannya. Termasuk tujuan-tujuan mengikuti ibadah
adalah untuk perbaikan jiwa dan mencari anugerah. Demikian pula seluruh
ibadah, semua itu mempunyai fungsi ukhrawiyah, termasuk memperoleh
keberuntungan dengan surga dan selamat dari azab neraka. Jadi, hal ini termasuk
dalam arti Ar-Rajaa’ (harapan) memperoleh pahala dari Allah SWT, takut
siksanya, dan merupakan bagian dari ibadah yang tertuju kepada Tuhan semesta
alam. Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa’ dalam arti ini tidak tercela, selama ikhlas
karena Allah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.[10]
Imam Asy-Syathibi mengatakan : salat misalnya, dasar pensyariatannya adalah
Al-Khudlu’ atau berendah diri, tunduk kepada Allah yang disertai keikhlasan
menghadap kepada-Nya, berdiri di atas pijakan berhina dan memperkecil diri dari
di hadapan Allah tanpa meninggalkan dan selalu mengingat-Nya.
Diterima tidaknya suatu ibadah terkait pada dua faktor yang penting.
Pertama, ibadah dilaksanakan atas dasar ikhlas.
Firman Allah SWT yang artinya :
“Katakan olehmu, bahwasanya aku diperintahkan menyembah Allah (beribadah
kepada-Nya) seraya mengikhlaskan taat kepadanya-Nya, dan diperintahkan
supaya aku merupakan orang pertama yang menyerahkan diri kepada-Nya” (QS.
Az-Zumar 39 : 11-12)
Kedua, ibadah dilakukan secara sah (sesuai petunjuk syara’
Firman Allah SWT yang artinya :
“Barang siapa mengharap supaya menjumpai Tuhannya, hendaklah ia
mengerjakan amal yang shalih, dan janganlah ia mensyarikatkan seseorang
dengan Tuhannya dalam ibadahnya itu” (QS. Al-Kahfi 18 : 110)[11]

D. Filosofi dan Hikmah Ibadah


Filosofi
Apabila di perhatikan dengan saksama kedudukan ibadah dalam islam, nyatalah
bahwa ibadah itu jalan yang harus dilalui untuk mensucikan jiwa dan pekerjaan.
Manusia semuanya hamba Allah. Allah sendiri yang menciptakan mereka.
Kepada Allah semuanya akan kembali. Maka mengdahapkan jiwa kepada Allah,
yang dalam bahasa arab dikatakan tawajjuh, dinamai munajjah. Adapun
membesarkan Allah dan menundukkan jiwa kepada-Nya, dinamai ibadah.
Menurut teori dan falsafah islam, ibadah itu didasarkan untuk kebaikan hidup
yang memerlukan tiga faktor penting, yaitu :
a. Kebaikan akal.
b. Kebaikan jiwa, dan
c. Kebaikan usaha (amal)
Islam menegakkan ibadah atas beberapa sendi yang dapat membersihkan jiwa dan
usaha sekiranya kita melaksanakan dengan sewajarnya dan dengan semestinya,
dan kita tetap memelihara inti sari ibadah itu.
Islam meniadakan ibadah dari perantaraan antara yang menyembah (abid) dengan
yang di sembah (ma’bud). Islam menjadikan ibadah itu perhubungan yang
langsung antara seseorang pribadi dengan Tuhannya dengan tidak ditengahi oleh
seorangpun. Para ulama’ dalam syari’at islam bukan sekali-kali berlaku sebagai
orang yang menjadi perantara antara seoran hamba dengan Allah, Khaliqnya.
Mereka dan orang lain soal ini, sama saja. Para ulama’ hanya dibebankan member
pengajaran. Karena itu, mereka lebih berat bertanggungjawab di hadapan Allah
kelak.
Firman Allah swt :

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang


memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (QS.
Alghasiyah/88:21-22)
Islam menghendaki supaya hati manusia itu, senantiasa berhubungan dengan
Tuhan, tidak lalai dari-Nya. Selalu memperhatikan keadaan dirinya dan
keinginannya, manusia itu menjadikan dunia untuk jalan menempuh keakhiratan.

Firman Allah swt:

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.
Al Qashash/28:77)[12]
Hikmah
Tidak ada ibadah yang kosong dari hikmah, apabila tiap-tiap ibadah di dalam
syari’at islam diteliti dan diselami hikmah dan rahasinya, nyatalah tak ada suatu
ibadah yang kosong dari hikmah. Hanya saja, hikmah itu ada yang terang ada
yang tersembunyi. Mereka yang terang hatinya, cemerlang pikirannya, dapat
menyelami hikmah-hikmah itu. Mereka yang bebal, tidak terang mata hatinya,
tidak tembus pikirannya, tidak dapat menyelaminya.
Pengertian hikmah yang dimaksudkan disini adalah :

“illah-illah atau rahasia-rahasia yang berdasar akal yang ada persesuaian


antaranya hukum”
Contohnya :
a. Sembahyang disyari’atkan untuk mengingtkan kita kepada Allah dan untuk
bermunajat kepada-Nya.
Firman Allah swt:

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS.
Thaha/20:14)
b. Zakat disyari’atkan untuk mengkis kekikiran dan untuk mencukupkan
kebutuhan para fuqara dan masakin.
Sabda Nabi SAW :
“Diamlah dari hartawan-hartawan merela lalu diberikan kepada orang-orang fakir
mereka”. (HR. Bukhari - Muslim)
c. Puasa disyari’atkan untuk mematahkan dorongan nafsu dan untuk
menyiapkan kita bertakwa kepada Allah.
Firman Allah swt:

Shibghah Allah Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan
hanya kepada-Nya-lah kami menyembah. (QS. Al baqharah/2:138)
d. Haji, disyari’atkan untuk memuliakan syiar-syiar agama.
Friman Allah swt:
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada
dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah
Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. (QS Al baqarah/2:158)
e. Hudud (hukuman-hukuman had) dan kaffarat-kaffarat disyari’atkan untuk
memperkuatkan manusia dari mengerjakan kemaksiatan.
Firman Allah swt:

“supaya ia merasa kepahitan urusannya” (QS Al Maidah/5:95)[13]


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fiqih ibadah adalah pemahaman terhadap hal yang berkaitan
dengan peribadatan manusia kepada allah ,yakni antara makhluk yang tercipta
kepada sang penciptanya. rukun utama dari bangunan islam terdiri dari sebagian
kecil makna ibadah kepada Allah dan bukan semuanya seperti yang diinginkan
oleh Allah dari Hamba-nya.
Ruang Lingkup Fiqih ibadah meliputi : Shalat, Zakat, Puasa, Haji,dll. Ibadah tidak
hanya terbatas pada shalat, puasa, haji, zakat, dan semua turunannya. Melainkan
Seorang muslim bisa menjadikan semua pekerjaan biasa dan bersifat rutinitas
menjadi sebuah ibadah jika diikhlaskan niatnya.
Bentuk-bentuk ibadah meliputi : ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan
, ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu sifat, ibadah-
ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan suatu pekerjaan, ibadah-
ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesuatu pekerjaan,
ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak., ibadah yang melengkapi
perkataan, pekerjaan .
Macam-macam ibadah meliputi : bersifat makrifat yang tertentu dengan soal
ketuhanan, ucapan-ucapan yang tertentu untuk Allah, perbuatan-perbuatan yang
tertentu untuk Allah, ibadah-ibadah yang lebih mengutamakan hak Allah
walaupun terdapat pula padanya hak hamba, yang mencakup kedua-dua hak,
tetapi hak hamba lebih berat.
Ibadah dalam konteks muamalah meliputi : Ada yang diwujudkan untuk
menghasilkan maslahat yang cepat, Ada yang maslahatnya memperoleh ganti
yang cepat, Ada yang salah satu maslahatnya segera diperoleh dan sedangkan
yang keduanya lambat diperoleh, Salah satu maslahatnya cepat diterimanya dan
sedangkan yang lain oleh pemberinya dapat dicepatkan atau dilambatkan,
Kemaslahatannya lambat untuk yang memberi dan cepat untuk yang menerima.
Ketentuan pokok ibadah meliputi : Tawajjuh, Al-Khauf, Ar-Rajaa’.
Filosofi Ibadah : Islam menegakkan ibadah atas beberapa sendi yang dapat
membersihkan jiwa dan usaha sekiranya kita melaksanakan dengan sewajarnya
dan dengan semestinya, dan kita tetap memelihara inti sari ibadah itu.
Hikmah Ibadah : Setiap ibadah memiliki hikmah. Mereka yang terang hatinya,
cemerlang pikirannya, dapat menyelami hikmah-hikmah ibadah. Mereka yang
bebal, tidak terang mata hatinya, tidak tembus pikirannya, tidak dapat
menyelaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Ash Shiddieqy, H.Z. Fuad Hasbi, 2000, Kuliyah Ibadah, Semarang : PT. Pustaka
Riski Putra
Ibrahim Shalih Su’ad, 2011, Fiqih Ibadah Wanita, Jakarta : Amzah
Qardhawi Yusuf, 1993, Konsep Ibadah Dalam Islam,
Surabaya : Central Media

[1]Al-Qamus Al-Muhith. Al-Fairuzabadi (Muhammad bin Ya’qub Majduddin Al-


Fairuzabadi). Cairo : Mathba’ah Mushthafa Al-Babi Al-Halabi, cet. II. 1371
H/1952 M, hlm. 311.
[2] Mukhtar Ash-Shihhah. Ar-Razi (Muhammad bin Abu Bakr bin Abdul Qadir).
Cairo : Al-Mathabi’ Al-Amiriyyah, 1355 H, hlm. 407, 408.
[3] Lihat Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an. Ar-Raghib Al-Ashfihani, hlm. 319 ,
dan Mu’jam Al-Fazh Al-qur’an Al-Karim. Lajnah min kubbar Al-‘Ulama fi Ad-
Din wa Al-Lughah. Cairo: Al-Ha’iah Al Mishriyyah Al-‘Ammah li Al-kitab , t t.,
hlm 6
[4] Al-Mushthalahat Al-Arba’ah fi Al-Qur’an. Abu Al-A’la Al-Maududi, hlm. 97.
[5] Al-‘ibadah fi Al-islam, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, hlm. 29.
[6] Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Al-‘ibadah fi Al-islam, menukil tulisan ibnu
Taimiyyah dalam kitab Risalah Al-Ibadah.
[7] Tafsir Al-Manar, II/44
[8] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. kuliyah ibadah.
Semarang : PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000. Hlm 19-20.
[9] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. kuliyah ibadah.
Semarang : PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000. Hlm 74-75.

[10] Yusuf Qhardawi, Prof. Dr. konsep ibadah dalam islam. Subarabaya.
CENTRAL MEDIA, 1993. Hlm 91-93.
[11] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. kuliyah ibadah.
Semarang : PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000. Hlm 13.
[12] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. kuliyah ibadah.
Semarang : PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000. Hlm 91-95.

[13] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. kuliyah ibadah.
Semarang : PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000. Hlm 85-87.

Posted by Fare Eryz Hariyanto at 00:35

Anda mungkin juga menyukai