Oleh:
Fissabil : 2313201017
KESEHATAN MASYARAKAT
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah untuk mengetahui dan memahami penjelasan tentang
Perluasan Kalimat Tunggal.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman dan arahan dalam
mempelajari penjelasan tentang Perluasan Kalimat Tunggal. Penulis berharap makalah ini
memberikan sumbangan yang berarti dalam proses pembelajaran penjelasan tentang
Perluasan Kalimat Tunggal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan dan
pernaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Batasan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Pengertian Kalimat Tunggal.....................................................................................2
B. Perluasan Kalimat Tunggal.......................................................................................4
BAB III PENUTUP.................................................................................................................11
A. Kesimpulan.............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi dan teknologi sekarang ini, masyarakat dituntut secara aktif dapat
mengawasi dan memahami informasi dari aspek kehidupan sosial secara baik dan benar.
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi secara langsung maupun secara tulisan. Bahasa
sangat erat kaitannya dengan tutur kata yang didalamnya terdapat kata maupun kalimat.
Kalimat merupakan suatu hal yang sering kita jumpai didalam kehidupan. Kalimat
sering digunakan dalam berdialog baik dalam forum resmi atau dalam kehidupan sehari-hari.
Kalimat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari merupakan kalimat yang tidak efektif
atau banyak kalimat yang salah namun masih bisa digunakan. Oleh karena itu, kita harus
mempelajari cara penggunaan kalimat yang baik dan benar untuk melancarkan dalam
berbahasa.
Kalimat yang baik dan benar harus memenuhi syarat kelengkapan dan kejelasan peran
unsur-unsur pembentukan kalimat. Pengenalan terhadap ciri-ciri dan peran unsur-unsur
pembentuk kalimat sangat penting untuk menghasilkan dan menilai apakah suatu kalimat
telah memenuhi kaidah ketatabahasaan atau belum. Selain itu, pemahaman terhadap kata
pembentuk unsur-unsur kalimat merupakan faktor pendukung dalam menghasilkan kalimat
yang baik dan benar.
B. Batasan Masalah
Pembahasan dalam makalah ini hanya mengenai pengertian dan jenis-jenis perluasan
kalimat tunggal.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari perluasan kalimat tunggal.
2. Mengetahui perluasan kalimat tunggal.
BAB II
PEMBAHASAN
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu susunan objek dan predikat serta
tambahan objek maupun keterangan serta pelengkap. Pada kalimat ini hanya akan ditemukan
satu gagasan saja. Contohnya adalah ”Heru memperbaiki sepedanya”. Dari contoh tersebut
Heru merupakan subjek, memperbaiki merupakan predikat, dan sepedanya merupakan objek.
Perluasan kalimat tunggal adalah suatu bentuk kalimat yang terdiri dari kalimat
tunggal sederhana dengan menambahkan unsur-unsur seperti subjek, predikat, objek,
pelengkap, atau keterangan.
Tujuan perluasan kalimat tunggal adalah untuk membuat kalimat menjadi lebih
variatif dan menarik serta memperjelas makna yang ingin disampaikan.
1. Keterangan
keterangan termasuk sebagai unsur tak wajib. Unsur tak wajib memiliki arti bahwa
tanpa keterangan, kalimat telah mempunyai makna sendiri. Keterangan dibagi atas sembilan
macam, yaitu: Keterangan waktu, tempat, tujuan, cara, penyerta, alat,
perbandingan/kemiripan, sebab, dan persalingan.
a. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dalam bentuk nominal yaitu berupa pengulangan kata seperti: pagi-
pagi, malam-malam, siang-siang, dan sore-sore. Contoh gabungan lainnya seperti: sebentar
lagi, kemarin dulu, dan tidak lama kemudian.
Keterangan waktu frasa preposisional diawali dengan preposisi dan kemudian diikuti
nomina tertentu. Preposisi yang digunakan seperti: di, dari, sampai, pada, sesudah, sebelum,
ketika, sejak, buat, dan untuk.
Frasa nominal yang digunakan bukan sembarang frasa nominal, melainkan frasa nominal
yang memiliki ciri waktu, seperti: pukul, tanggal, tahun, minggu, zaman, hari, bulan, masa,
senin, kamis, januari, malam, permulaan, akhir pertunjukan, subuh, dan natal.
b. Keterangan Tempat
Sesudah preposisi itu terdapat kata yang mempunyai ciri tempat seperti: di sini, di
sana, di situ, dari sana, dari sini, kemana, dari situ, dan sebagainya.
c. Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan adalah keterangan yang menyatakan arah, jurusan, atau maksud
perbuatan atau kejadian. Keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa preposisional dan
preposisi yang dipakai seperti: demi, bagi, guna, untuk, dan buat.
Contoh: Demi menjaga adik, kakak rela tidak bermain sore ini.
Kata atau frasa yang berdiri dibelakang preposisi juga dapat berupa verba atau frasa
verba.
Biasanya proposisi yang bisa dipakai dengan verba hanyalah untuk dan guna. Dari segi
maknanya kelima preposisi yang membentuk keterangan tujuan itu mempunyai makna yang
sama.
d. Keterangan Cara
Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan jalannya suatu peristiwa yang
berlangsung. Keterangan cara dapat berupa kata tunggal atau frasa pereposisional. Kata
tunggal yang menyatakan cara (sebagian menyatakan kekerapan) yaitu seperti: seenaknya,
semaumu, secepatnya, sepenuhnya, dan sebaliknya.
Keterangan umum terletak sesudah predikat atau objek (kalau ada) dan ada juga
muncul di awal atau akhir kalimat.
Contoh:
Frasa preposisional yang menyatakan cara biasanya terdiri atas preposisi dengan, secara,
atau tanpa, dan objektiva (frasa objektival) atau nomina (frasa nominal) sebagai
komplemen.
Preposisi ”tanpa” hanya bisa diikuti frasa nominal sebagai komplemennya. Jika
komplemen preposisi berupa bentuk ulang objektiva, maka preposisi yang mendahuluinya
dapat dilepaskan.
Jika komplemen preposisi adalah nomina, preposisi dengan, secara atau tanpa dapat
dipakai meskipun tidak selamanya dipergunakan.
Contoh:
Keterangan cara juga dapat dibentuk dengan menambahkan se- dan –nya pada bentuk
ulang kata tertentu. Contoh: Kami belajar sekeras-kerasnya.
Bentuk ulang dengan se-nya ini menyatakan makna relatif, dapat dinyatakan dengan se…
mungkin. Contoh: Kami sudah belajar sekeras mungkin.
Bentuk keterangan cara berwujud pengulangan kata tertentu dan diikuti oleh kata tertentu
kemudian diikuti –an. Kadang-kadang dapat pula diikuti proposisi. Contoh: Waktu itu kami
mempertahankannya mati-matian.
Bentuk keterangan cara berupa partikel se- yang diikuti oleh kata tertentu. Kata demi juga
dapat dipakai sebagai kombinasinya. Contoh: Selangkah demi selangkah kami pun bergerak
maju.
e. Keterangan Penyerta
Keterangan penyerta adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya orang yang
menyertai orang lain dalam melakukan suatu perbuatan. Keterangan ini dibentuk dengan
menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau bersama dengan kata atau frasa tertentu.
Kata atau frasa yang berdiri dibelakang preposisi harus berupa wujud yang bernyawa
atau dianggap bernyawa. Contoh: Ratna pergi ke bioskop bersama kekasihnya.
f. Keterangan Alat
Keterangan alat adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya alat yang dipakai
untuk melakukan suatu perbuatan. Alatnya tidak harus dalam bentuk benda konkret.
Keterangan selalu berwujud frasa proposional dengan memakai preposisi dengan atau tanpa.
Contoh: Ani menghapus coretan tintanya dengan tip-ex.
Contoh:
Keterangan: Saya (orang) pada contoh adalah wujud bernyawa sehingga menyatakan
penyerta. Dengan kemauan besar dan dengan kapak besar pada contoh bukan merupakan
keterangan penyerta karena nomina kemauan atau kapak bukan benda bernyawa. Melainkan
frasa dengan kemauan besar adalah keterangan cara, sedangkan dengan kapak besar adalah
keterangan alat.
g. Keterangan Pembanding/Kemiripan
h. Keterangan Sebab
Keterangan sebab adalah keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu
keadaan, kejadian, atau perbuatan. Wujudnya selalu frasa dengan preposisi seperti: karena,
sebab, atau akibat.
Contoh:
Keterangan kesalingan adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu perbuatan dilakukan
secara berbalasan. Wujudnya yakni satu sama lain atau saling. Umumnya terletak di sebelah
kiri atau akhir kalimat.
Contoh:
- Kedua delegasi itu akan merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu sama
lain.
- Ketua dan sekretaris organisasi itu saling memberi satu sama lain.
2. Nomina Vokatif
Nomina vokatif adalah konstituen tambahan dalam ujaran berupa nomina atau frasa
nominal yang menyatakan orang-orang itu siapa. Unsur vokatif itu bersifat manasuka dan
terletak diawal, tengah atau akhir kalimat.
Ciri intonasi yang ladzim bagi unsur vokatif adalah intonasi naik. Fungsi utama
nomina vokatif adalah minta perhatian orang yang disapa, terutama jika ada pendengar lain.
Aposisi adalah penjelasan atau keterangan pengganti yang menggantikan unsur yang
ada di dalamnya, baik unsur S,P,O,Pelengkap, maupun K.
Aposisi disebut juga keterangan pengganti. Aposisi juga berupa kalimat, dengan yang
sebagai subjeknya. Dua unsur kalimat disebut beraposisi jika kedua unsur itu sederajat yang
mempunyai acuan yang sama atau paling tidak salah satu mencakup acuan unsur yang
lainnya.
Contoh: Ir. Soekarno, presiden pertama Indonesia, adalah tokoh pendiri gerakan non-blok.
Keterangan: Ir. Soekarno dan presiden Indonesia pertama merupakan frasa nominal dan
keduanya mengacu kepada orang yang sama. Dengan kata lain Ir. Soekarno dan presiden
Indonesia pertama dapat menggantikan kontruksi aposisi pada contoh tersebut tanpa
mengakibatkan perubahan makna dasar kalimat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu kalimat dapat mengalami perluasan dari unsur wajibnya seperti Subjek,
Predikat, Objek, dan Pelengkap. Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan dengan
penambahan unsur keterangan, unsur vokatif, dan konstruksi aposisi. Perluasan kalimat
dengan penambahan unsur keterangan dapat berupa : keterangan waktu, tempat, tujuan, cara,
penyerta, alat, pembanding/kemiripan, sebab, dan kesalingan. Penambahan unsur vokatif
dapat berupa : nama orang dengan atau tanpa gelar atau sapaan, istilah kekerabatan,
ungkapan kasih sayang, dan ungkapan penanda profesi dengan atau tanpa sapaan.
Penambahan konstruksi aposisi dapat berupa : menggantikan unsur yang ada di dalamnya,
baik unsur S, P, O, Pelengkap, maupun Keterangan.
B. Saran
https://123dok.com/article/perluasan-kalimat-tunggal-kalimat-tunggal.nq7er6nz
https://www.scribd.com/document/115996564/PERLUASAN-KALIMAT-TUNGGAL
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/bahasa-indonesia/kalimat-tunggal-adalah/
#:~:text=Kalimat%20tunggal%20adalah%20kalimat%20yang,adalah%20%E2%80%9CHeru
%20memperbaiki%20sepedanya%E2%80%9D
https://makalah85.blogspot.com/2009/01/perluasan-kalimat-tunggal.html?m=1