ELEKTRONIK
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
6 PGMI C
2023 M/1443 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “KONSEP DAN
IMPLEMENTASI PEMBLAJARAN BEBASIS ELEKTRONIK” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Inovasi Pendidikan. Selain
itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca
mengenai “KONSEP DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BEBASIS
ELEKTRONIK”. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.
Dadan F. Ramdhan, M.Ag., MM.Pd serta Ibu Dra. Hj. Titim Fatimah, M. Ag. pada mata
kuliah Inovasi Pendidikan. Atas bimbingan dan arahan sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritikdan saran yang membangun akan kami
terima demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Pengertian E-Learning......................................................................................................
B. Konsep E-Learning...........................................................................................................
C. Jenis-Jenis E-learning.....................................................................................................
G. Contoh E-Learning.........................................................................................................
BAB III............................................................................................................................32
PENUTUP.......................................................................................................................32
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................34
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi mendorong banyak perubahan pada diri peserta didik.
Kebiasaan menggunakan buku teks dan buku tulis perlahan semakin berkurang.
Kecanggihan teknologi melahirkan beragamnya metode pembelajaran yang lebih efektif
dan menarik bagi peserta didik, pembelajaran dengan berbagai penggunaan teknologi
biasa disebut e-learning. E-learning sering disebut sebagai pembelajaran online,
pembelajaran online merupakan pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi seperti komputer dan handphone. Sehingga dalam proses belajar mengajar
murid dengan guru tidak perlu pada tempat dan waktu yang sama, namun cukup
menggunakan internet sebagai media.
Secara tidak langsung Covid-19 ini memeberikan dampak yang besar pada
pendidikan, keadaan ini membuat para guru dan murid harus menggunakan e-learning
sebagai saran pembelajaran. Pada awal pembelajaran, mungkin guru dan murid harus
beradaptasi dalam penggunaan media digital yang baru dalam dunia pendidikan. Tetapi
jika dilihat dari sisi lain, e-learning menjadi penyelamat dalam pembelajaran tanpa
adanya batasan ruang.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah antara lain :
1. Apa pengertian E-learning?
2. Bagaimana Konsep E-learning?
3. Apa sajakah Jenis-jenis E-learning?
4. Apa sajakah Ciri-ciri E-learning?
5. Bagaimana Implementasi pembelajaran Berbasis Elektronik?
6. Apa Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran berbasis Elektronik?
7. Apa Contoh E-learning?
4
3. Untuk Mengetahui sajakah Jenis-jenis E-Learning?
4. Untuk Mengetahui sajakah Ciri-ciri E-Learning ?
5. Untuk Mengetahui Implementasi pembelajaran Berbasis Elektronik?
6. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran berbasis
Elektronik?
7. Untuk Mengetahui Contoh E-Learning?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian E-Learning
Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an
(Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan
pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-line learning,
internet-enabled learning,virtual learning, atau web-based learning.
Belum adanya standard yang baku baik dalam hal definisi maupun implementasi
e-learning menjadikan banyak orang mempunyai konsep yang bermacam-macam. E-
learning merupakan kependekan dari electronic learning (Sohn, 2005). Salah satu
definisi umum dari e-learning diberikan Gilbert & Jones (2001), yaitu : pengiriman
materi pembelajaran melaluisuatu media elektronik seperti internet, intranet/extranet,
satellite broadcast, audio/video tape,interactive TV, CD-ROM, dan computer-based
training (CBT). Definisi yang hampir samadiusulkan oleh The Australian National
Authority (2003) yakni meliputi aplikasi dan proses yang menggunakan berbagai media
elektronik seperti internet, audio/video tape, interactive TV and CD-ROM guna
mengirimkan materi pembelajaran secara lebih fleksibel. (ANTA., 2003).
6
mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan teknologi elektronik untuk mengirim,
mendukung, dan meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan penilaian (ILRT., 2005).
Udan and Weggen (2000) menyebutkan bahwa e-learning adalah bagian dari
pembelajaran jarak jauh sedangkan pembelajaran on-line adalah bagian dari e-learning.
B. Konsep E-Learning
Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat
teknologiinformasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang
memadai.Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara
implementasi, caramengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan
(Natakusumah, 2002).
7
dalam format yang mudah untukdipelajari, (f) melakukan training dan praktek secara
elektronik, (g) terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan,
(h) mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para
mahasiswanya.Untuk menghindari kegagalan e-learning, program-program yang
perludikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna khususnya mahasiswa antara
lain:
8
Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha e-learning bergantung juga
padatanggung jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung
jawab pada pemahaman materi dan pengembangan pemahaman tersebut sesuai
dengan kebutuhan paramahasiswa.
Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator
setempatyang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas.
Supaya lebih efektif,seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para
mahasiswa yang dilayani danharapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting
lagi, fasilitator harus mengikutiarahan yang sudah ditentukan oleh fakultas.
Mereka perlu menyiapkan peralatan,mengumpulkan tugas para mahasiswa,
melakukan tes, dan bertindak sebagaiinstruktur setempat.
Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program e-learning berhubungan juga
dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa,
perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan
copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis,
dll. Staf penunjang merupakankebutuhan utama untuk menciptakan keadaan,
sehingga e-learning tetap pada jalur yang benar
Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu
program e-learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis
ketika program sedang beroperasi. Administrator e-learning yang efektif bukan
hanyasekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat
konsensusdengan para pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas.
Mereka harus bekerjasama dengan personel teknis dan staf penunjang,
meyakinkan bahwa sumberdayateknologi perlu dikembangkan secara efektif
untuk keperluan misi akademis kedepan.Lebih penting lagi bahwa didalam
mengelola suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan
kesuksesan para mahasiswa e-learning merupakan tanggung jawab utama. (Cepi,
R., 2019).
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat
diterapkan denganmenggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :
Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak
dipelajari;contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator),
9
dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk melakukan
penerbangan suatu pesawat tertentu sepertiia berlatih dengan pesawat yang
sesungguhnya.
Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak
semua halmenarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini
seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih
menarik, dan diharapkan informasiyang sebenarnya dapat diserap secara
tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan
“perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan
ide/gagasantentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong
untuk mengembangkansuatu ide/gagasan dengan cara memberikan
informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan
ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan
berdasarkan masukan dari mahasiswa.
Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang
telah terjadimengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung
kepada nara sumberahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang
materi yang hendak dipelajari.Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi
dengan cara menyerap informasi dari narasumber ahli tentang kasus-kasus
yang telah terjadi atas materi tersebut.
Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan
eksplorasiterhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong
untuk memahami suatumateri dengan cara melakukan eksplorasi mandiri
atas materi tersebut. Aplikasi harusmenyediakan informasi yang cukup
untuk mengakomodasi eksplorasi darimahasiswa. Mempelajari sesuatu
dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendakdicapai (goal-directed
learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorangyang harus
mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yangdiperlukan
dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun
strategimandiri untuk mencapai tujuan tersebut. (Siahaan, S, 2004)
10
C. Teori dalam Pembelajaran
1. Teori Kognitivisme
11
proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan infirnasi, emosi, dan
aspek-aspek kejiwaan lainnya.
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil
interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses
asimilasidan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar
yang dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan
sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Dalam
12
pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang konkret
karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak (Nurhadi, 2018: 9).
Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar, yaitu (Suyono, el. 2011: 75):
13
Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun
ciriciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:
2. Teori Kontruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi
dunia pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme
alangkah lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri.
Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup
yang berbudaya modern. Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah
tidak asing lagi bagi dunia pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang
teori konstruktivisme alangkah lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu
sendiri. Konstruktivisme berarti bersifat membangun.
14
Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. (Agus N Cahyo, 2013)
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, bahwa konstruktivisme merupakan
sebuah teori yang sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan,
pemahaman, dalam proses pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat
membangun maka dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkat
kecerdasannya. Dalam teori belajar konstruktivisme, Piaget menekankan bahwa
kecerdasan berasal dari proses mengorganisasikan (organizing) dan
mengadaptasi (adaption). Pengorganisasian diartikan sebagai kecenderungan
setiap anak untuk mengintegrasikan proses menjadi sebuah sistem yang saling
berhubungan (Simatwa, 2010). Sedangkan Bodner(1986) mengartikan adaptasi
(adaption) sebagai kecenderungan bawaan dari seorang anak untuk berinteraksi
dengan lingkungannya. Dan interaksi-interaksi tersebut akan menumbuhkan
perkembangan dari organisasi mental yang kompleks secara progresif.
15
Dari uraian di atas tujuan dari penerapan teori ini adalah sebagai berikut:
3. Teori Behavioristik
16
Teori belajar behaviorisme ialah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Teori ini berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku
manusia dan terjadi melalui rangsangan atau stimulus yang menimbulkan
hubungan perilaku yang reaktif atau respon. Dalam teori behaviorisme, tingkah
laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan dan bisa ditentukan.
Menurut teori ini, seseorang yang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena
telah mempelajarinya atau menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah.
Namun, seseorang dapat pula menghentikan tingkah laku karena belum diberi
hadiah. Semua hasil tingkah laku tersebut merupakan tingkah laku yang dapat
dipelajari (Fahyuni & Istikomah, 2016).
Teori belajar behaviorisme adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar disebabkan adanya interaksi antara stimulus dengan respon.
Dalam belajar, hal yang terpenting yaitu adanya input (stimulus) dan output
(respon). Misalnya, munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Jadi hakikat dari teori
belajar behaviorisme ini adalah teori yang berfokus hubungan stimulus-respon
dan adanya perilaku nyata (Ismail et al., 2019). Menurut (Zulhammi, 2015) teori
belajar behaviorisme adalah teori tentang tingkah laku manusia. Fokus utama
dari teori belajar behaviorisme ini adalah perilaku yang terlihat dan penyebab
luar menstimulasinya. Belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai
17
pengalaman. Belajar menurut teori ini merupakan akibat adanya interaksi antara
rangsangan (stimulus) dan reaksi (respon). Seseorang akan dianggap telah
belajar jika dapat menunjukkan perubahan perilaku. Sedangkan teori belajar
behaviorisme menurut (Putrayasa, 2013) menekankan bahwa dalam belajar yang
terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada anak, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan anak terhadap stimulus yang diberikan. Untuk itu,
segala sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan segala sesuatu yang
diterima oleh anak (respon) harus dapat diamati dan diukur.
D. Jenis-Jenis E-learning
1. Synchronous E-Learning: pembelajaran online secara real-time. Misalnya
webinar, kelas virtual, video conference, dll.
2. Asynchronous E-Learning: pembelajaran online yang bebas dilakukan kapan
saja karena tidak mengharuskan mentor dan murid online bersama. Contohnya
video pembelajaran, Learning Management System (LMS), dll.
18
Pembelajaran online atau e-learning lebih mengedepankan kepada kemampuan
siswa dalam menerima dan mengolah informasi. Online learning sangat berbeda dengan
pembelajaran konvensional. Secara garis besar, perbedaannya terdapat pada cara
mengajar. Pada pembelajaran konvensional terjadi tatap muka antara guru dan siswa,
sedangkan pada pembelajaran online tidak ada tatap muka secara langsung antara guru
dan siswanya. Untuk memahai perbedaan tersebut lebih jelasnya, maka dapat dilihat
pada paparan ciri-ciri pembelajaran online di bawah ini:
1. Pembelajaran individu
Siswa dalam proses pembelajaran online akan belajar secara sendiri dan
mandiri. Ada beberapa faktor internal maupun eksternal yang akan memengaruhi
keberhasilan dari pembelajaran online yang dilakukan oleh siswa. Faktor internal
yang dapat mempengaruhi yaitu kecerdasan, rasa ingin tahu yang tinggi, motivasi,
kepribadian, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi pembelajaran online yaitu teknologi yang dipakai, lingkungan
sekitar, kecepatan akses internet dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran online
setiap siswa perlu untuk menciptakan kehadiran guru, yang dapat digunakan sebagai
kontrol untuk dirinya. Ketika siswa telah menciptakan kehadiran guru, siswa akan
mampu mengotrol kecepatan belajarnya sendiri. Ketika peran guru tidak ada, maka
dapat memungkinkan adanya kemalasan siswa yang dapat mengakibatkan tidak
berjalannya pembelajaran online sesuai jadwal.
19
3. Mengutamakan keaktifan siswa
20
mandiri dan menemukan sendiri pengetahuannya. Keberhasilan dari setiap siswa
akan berbada-beda, tergantung pada bagaimana kemandirian belajar siswa.
2. Literacy terhadap Teknologi
4. Berkolaborasi
21
akan memahami pembelajaran secara berkolaborasi. Siswa akan dilatih untuk
dapat berkolaborasi baik dengan lingkungannya maupun dengan berbagai sistem
yang mendukung pembelajaran online.
22
dalam proses belajar, agar dapat diselesaikan dengan logika dan pengetauan
yang dimiliki guru. Selain pengetahuan pokok, diperlukan juga pengetahuan
lainnya atau pengetahuan pendamping. Pengetahuan pendamping ini untuk
diperlukan untuk mengatasi pertanyaan-pertanyaan diluar konteks materi
pelajaran.
3. Kreatif dan Inovatif Dalam Menyajikan Materi
Guru diharapkan memiliki sifat kreatif dan inovatif. Hal ini diperlukan
dalam membuat materi pelajaran agar materi yang dibuat dapat menarik
perhatian siswa dan bermakna untuk siswa. Selain itu guru perlu
memunculkan inovasi-inovasi baru untuk meminimalisir kebosanan yang
sering dialami oleh siswa. Dengan pembelajaran yang kreatif dan inovaif
akan lebih menarik perhatian siswa, ketika ketertarikan siswa tinggi maka
rasa ingin tahu siswa pun tinggi.
4. Mampu Memotivasi Siswa
Pembelajaran online merupakan pembelajaran mandiri yang dilakukan
oleh siswa. Tetapi sebagai seorang guru perlu terus memotivasi siswa untuk
terus belajar. Salah satu hal yang dpaat dilakukan oleh guru untuk
memotivasi siswa yaitu dapat dengan memberikan poin atau nilai tambahan
kepada siswa yang lebih aktif dalam pengerjaan tugas ataupun kepada siswa
yang aktif dalam forum diskusi.
5. Kemampuan dalam Desain Pembelajaran Online
Desain pembelajaran merupakan salah satu tahapan yang dinilai penting
dalam proses pembelajaran. Guru harus dapat memilah dan memilih desain
pembelajaran yang cocok untuk semua siswa. Desain pembelajaran yang
dipilih harus dapat mengaktifkan siswa dan memunculkan rasa ingin tahu
yang tinggi. Dengan begitu siswa akan termotivasi untuk belajar dan
melakukan prose pembelajaran online dengan senang hati
6. Kemampuan Mengelola Sistem Pembelajaran Online
Dalam pembelajaran online, guru mampu mengelola sistem yang dipakai
dalam pembelajaran online. Hal ini untuk mengatasi permsalah-
permasalahan yang diakibatkan oleh kerusakan sistem. Jangan sampai siswa
terlambat belajar dikarenakan adanya system error.
23
7. Ketepatan dalam Pemilihan Bahan Ajar Online Learning
Pemilihan bahan ajar dan sistem penilaian pun menjadi hal penting
dalam pembelajaran online. Setiap bahan ajar dan penilain yang ada harus
sesuai dengan segala macam karakteristik siswa.
8. Kemampuan dalam Mengontrol Proses Pembelajaran
Guru perlu mengontrol jalannya proses pembelajaran. Guru harus bisa
memposisikan dirinya sebaik mungkin. Pada saat apa guru harus membantu
siswa, dan pada bagaimana guru harus memotivsi siswa. Dalam
pembelajaran online guru harus bisa mengendalikan siswa untuk tetap
menjalankan aktifitas seperti siswa biasanya.
Guru harus melatih siswa untuk tetap terus berinteraksi dengan siswa
lainnya. Hal ini dilakukan agar sifat individualisme siswa tidak terlalu
menonjol, karena manusia sebagai makhluk sosial. Maka guru harus tetap
melatih sifat-sifat naluriah siswa seperti bersosialisasi, berempati,
kepedulian, bekerja sama, dan lain sebagainya. (Riyana, C., & Pd, M, 2019)
24
b) Grand design
Hasil analisa menjadi pijakan dalam langkah ini, jika dari hasil analisa
diputuskan untuk diselenggarakan E-Learning oleh suatu institusi, maka hasil
analisa tersebut bisa ditindaklanjuti menjadi suatu bentuk yang lebih konkret,
yaitu berupa grand design sistem yang akan dijalankan. Grand design
merupakan gambaran umum sistem E-Learning yang akan dijalankan, yang
berisi skenario, sasaran E-Learning, desain sistem, SDM, mekanisme
pengelolaan termasuk pembiayaanya. Dalam langkah ini juga dibuat sebuah
strategi untuk implementasi E-Learning dan strategi pengelolaannnya supaya E-
Learning yang akan dilakukan bisa mencapai tujuan.
a) Paradigma
Paradigma merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Terkait
ELearning, SDM suatu institusi harus mempunyai paradigma bahwa E-
Learning menjadi kebutuhan institusi untuk mencapai visi dan misi institusi,
sehingga ELearning harus dilakukan. Paradigma ini tentunya membawa
konsekuensi dan menuntut adanya perubahan, diantaranya adalah perubahan
budaya kerja di sebuah institusi. Pengampu kebijakan tentunya akan
membuat kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjalankan E-
Learning.
Begitu juga para staf, akan menyesuaikan pola kerjanya menjadi pola kerja
yang mendukung keterlaksanaan E-Learning. Inilah yang harus dipahami
bersama, dan masingmasing SDM harus mempunya persepsi yang sama.
25
b) Skill
Seperti disebutkan di atas, bahwa untuk menjalankan E-Learning tidak
semudah membalikkan tangan, sehingga skill para pengampu dan pengelola
E-Learning perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Keahlian atau skill
yang harus disiapkan meliputi:
skill mengelola konten,
skill mengelola pembelajaran
skill l mengelola pelaksanaan E-Learning
skill mengelola infrastruktur E-Learning
3. Pemilihan dan Impelementasi teknologi E-Learning
a) Pemilihan teknologi
b) Implementasi
Pada langkah ini menerapkan apa saja yang direncanakan pada semua
langkah sebelumnya menjadi sebuah sistem E-Learning, yaitu mewujudkan
sebuah sistem E-Learning beserta konten yang digunakan untuk
26
pembelajaran. Pada langkah ini juga dilakukan sosialisasi penggunaan sistem
kepada calon pengguna, baik dari sisi akademis maupun infrastrukturnya.
4. Pengelolaan
Setelah sistem berjalan langkah selanjutnya adalah adalah
pengelolaan.Pengelolaan meliputi pengelolaan sistem E-Learning beserta
perangkat/infrastruktur yang terkait. Pengelolaan ini untuk menjamin sistem bisa
berjalan dan digunakan dengan baik. Pengelolaan juga meliputi pembuatan
backup sistem untuk mengantisipasi adanya kerusakan atau gangguan terhadap
sistem.
5. Peluncuran sistem
Pada tahap ini sistem sudah siap digunakan, dan saat sistem berjalan
pengelolaan tetap dilakukan. Selain itu untuk mempermudah para pemula
menggunakan sistem, disediakan pula bantuan atau semacam call center untuk
memberi bantuan jika ada pengguna yang mengalami kesulitan.
27
diakses, sedangkan sarana non-teknis ialah fasilitas-fasilitas pendukung baik
itu sumber belajar hingga tempat yang memadai demi terciptanya pendidikan
e-learning berkelanjutan. Ketersediaan alat bantu pengajaran, e-learning
bukanlah sesuatu yang sulit apabila ketersediaan media belajar memadai.
Akan tetapi permasalahan yang kini ada ialah implementasi e-learning
kekurangan alat bantu, terlebih hal tersebut arus dibeli dengan harga
yang tidak murah. (Nurul, M., 2012)
28
Sedangkan mengenai kekurangan yang dimiliki sistem pembelajaran
berbasis elektro ini ada beberapa pula yakni:
29
Jaringan di setiap daerahnya berbeda, bahkan ada beberapa
daerah belum terkoneksi dengan jaringan internet. Sehingga seringkali
internet menjadi penghambat dalam kegiatan interaksi.
(RPP)
BLENDED LEARNING
Tema 5 : Wirausaha
Pembelajaran :1
30
KOMPETENSI INTI (KI)
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia.
hari.
TUJUAN PEMBELAJARAN
31
Dengan mengamati gambar, bereksplorasi, dan berdiskusi, siswa mampu
membedakan macam-macam magnet secara benar.
Dengan mengamati gambar, video, bereksplorasi, dan berdiskusi, siswa
mampu menyajikan hasil eksplorasi tentang cara membuat magnet secara benar.
Religius
Nasionalis
Mandiri
Gotong Royong
Integritas
MATERI PEMBELAJARAN
Sifat magnet
Pendekatan : Scientific-
32
sebelum Orientasi memulai grup WA
pembelajaran
Peserta didik menyanyikan lagu Siswa
Indonesia Raya. mengikuti/
Apersepsi Guru mengaitkan materi dengan masuk melalui
pengalaman peserta didik atau zoom meeting
dengan pembelajaran sebelumnya.
Motivasi Peserta didik melakukan ice breaking Guru memberi
sesuai arahan guru. arahan dari
Guru memutarkan lagu game Zoom meeting
warna.
Peserta didik mengikuti Ice
Breaking Gerakan yang ditampilkan
di layar LCD
Kegiatan Awal Tahap I: Penyampaian Tujuan &
Motivasi Siswa
1. Siswa menyimak penjelasan guru
tentang semua kegiatan yang akan
dilakukan dan tujuan kegiatan
belajar serta motivasi yang
disampaikan guru (4C Comunication)
B. Inti
Tahap 2: 15 Secara aktif 15
Mengorganisasikan siswa untuk menit menjadi menit
siap belajar. fasilitator di
Siswa membaca materi teks dari buku grup WA
siswa. “materi magnet” (Literasi
membaca dan digital/ Saintifik) Guru
menjelaskan
Tahap 3: Melalui
Penyajian Informasi aplikasi Zoom
Siswa menyimak penjelasan guru meeting
33
melalui zoom meeting
Siswa melihat tayangan dari slide Guru menjadi
yang ditampilkan guru. fasilitator, dan
membimbing
Tahap 4: di grup
Membimbing kegiatan belajar
kelompok Pembelajaran Luring Siswa dengan
/Tatap Muka arahan dari
Siswa bersama dengan teman guru mengikuti
berdiskusi mengenai cara membuat kegiatan dari
magnet dengan cara elektromagnetik. zoom.
(Collaboration, Creativity –C4)
Masing-masing kelompok
mendengarkan arahan guru, cara
membuat magnet Elektromagnetik
dipahami
C. Penutup
34
Tahap 5 : 5
Tahap 6 :
PENILAIAN
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mengukur
tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian digunakan sebagai bahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari
35
pengamatan sikap, tes pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil karya/projek
dengan rubric penilaian sebagai berikut.
Teknik Penilaian:
Sikap
Disiplin
Tanggung jawab
Peduli
Percaya Diri
Pengetahuan
Siswa mengerjakan soal-soal latihan tertulis, remedial, dan pengayaan pada
buku siswa. link Quizzis
Buku Pedoman Guru Tema 5 Kelas 6 dan Buku Siswa Tema 5 Kelas 6
(BukuTematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018).
Video/slide/Animasi
https://youtu.be/ygL27CVGAEA
Model Magnet/ Peraga
Sebuah magnet, klip, kawat, batu baterai,
LCD, Laptop dan Speaker.
Refleksi :
……………………………………………………………………………………………
36
………………………………………………………………………………………….
…….…….…….
…………………………………………………………………………………………….
…….…….…….
…………………………………………………………………………………………….
…….…….…….……………………………………….
Catatan Guru :
Masalah :
Ide Baru :
Momen Spesial :
H. Contoh E-Learning
Setelah memahami pengertian e-learning, pasti Anda tertarik melihat bagaimana
penerapannya. Nah, contoh e-learning adalah sebagai berikut:
1. Zenius
Zenius adalah layanan bimbingan belajar secara online. Selain menyediakan aplikasi,
Zenius juga bisa diakses lewat website.
Menggunakan contoh e-learning ini, para murid akan mendapatkan materi dari SD
hingga SMA. Materi disajikan dalam bentuk video ataupun animasi interaktif. Para
murid juga bisa mendownload soal-soal secara gratis.
37
Fitur menarik:
Kuis;
2. Brainly
Meski sama-sama membidik target pasar pelajar, cara kerja Brainly dan Zenius cukup
berbeda. Brainly fokus membantu siswa dalam menjawab pertanyaan tertentu. Bukan
sembarang jawab, namun juga memberikan penjelasan lengkapnya. Pengguna Brainly
juga bebas mengajukan pertanyaan apapun. Nantinya, pakar edukasi akan membantu
pengguna mengetahui jawabannya.
Fitur menarik:
Live answer;
38
Merupakan aplikasi berbasis website yang digunakan untuk membuat media
pembelajaran seperti kuis, memasangkan pasangan, acak kata, dan anagram.
6. Kahoot!
Adalah sebuah platform pembelajaran berbasis permainan, digunakan sebagai
teknologi pendidikan di sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. Platform ini adalah
permainan pembelajaran, "Kahoots", adalah kuis pilihan ganda yang dibuat oleh
pengguna yang dapat diakses melalui penjelajah web atau aplikasi Kahoot. Asyhar,
R., (2012).
39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
E-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi
computer. Belum adanya standard yang baku baik dalam hal definisi maupun
implementasi e learning menjadikan banyak orang mempunyai konsep yang bermacam-
macam. Sistem pembelajaran tidak langsung yang didesain secara efektif melalui
pengembangan komunikasi penggunaan berbagai media elektonik dan jaringan. Konsep
keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi,
juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu
juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara
mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegiatan.
Selain siswa, dalam pembelajaran ini juga guru memiliki ciri-ciri yaitu
Menguasai dan Update Terhadap Perkembangan Internet, Lebih Menguasai Ilmu
Pengetahuan Pokok dan Pendamping, Kreatif dan Inovatif Dalam Menyajikan Materi,
mampu memotivasi siswa, Kemampuan dalam Desain Pembelajaran Online,
Kemampuan Mengelola Sistem Pembelajaran Online, Ketepatan dalam Pemilihan
Bahan Ajar Online Learning, Kemampuan dalam Mengontrol Proses Pembelajaran.
Sebelum melakukan pembelajaran e learning, kita harus menganalisis terlebih dahulu
Analisa yang dilakukan didasarkan pada kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai
lembaga tanpa mengesampingkan aspek kemampuan dan kesiapan yang dimiliki suatu
institusi, baik dari sisi SDM, biaya, infrastruktur dan kultur yang ada.
40
Kelebihan yang dimiliki oleh pembelajaran e-learning ini tentu sangat banyak,
hanya saja dengan keterbatasan yang dimiliki oleh kami kelebihan yang dapat tercantum
hanya beberapa, diantaranya: 1) Media Pembelajaran Variatif; 2) Otomatisasi Proses
Administrasi; 3) Bisa Diakses Dimanapun dan Kapanpun; 4) Lebih Fleksibel; 5)
Menghemat Biaya Operasional. Begitupun dengan kekurangan, tidak bisa kita katakan
bahwa kekurangan pada penggunaan e-learning ini banyak, karena banyak sedikit itu
tidak dapat dihitung dengan poin yang kita jabarkan. Beberapa kekurangan yang
terdapat pada penggunaan e-learning adalah komunikasi lebih banyak dalam bentuk
tulis, peserta cenderung tidak dapat berkontribusi, lebih banyak dikendalikan oleh guru,
sumber daya manusia yang kurang memadai, dan jaringan internet yang dapat
menghambat kegiatan interaksi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Adawi, R., Bahasa, F., & Seni, D. (n.d.). PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING.
Gilbert, & Jones, M. G. (2001). E-learning is e-normous. Electric Perspectives, 26(3), 66–82.
ILRT. (2005). Institute for learning & research technology of Bristol University.
http://www.ilrt.bris.ac.uk/projects/elearning
Rosenberg, M. J. (2001). E-learning: Strategies for delivering knowledge in the digital age.
NewYork: McGraw-Hill.
42
43