Anda di halaman 1dari 43

KONSEP DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS

ELEKTRONIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Inovasi pendidikan

Dosen Pengampu :

Dr. Dadan F. Ramdhan, M.Ag., MM.Pd

Dra. Hj. Titim Fatimah, M. Ag

Disusun Oleh:

Romi Atika Sari 1202090079

Saraswati Oktavia 1202090084

Tiara Nur Oktafiani 1202090099

6 PGMI C

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “KONSEP DAN
IMPLEMENTASI PEMBLAJARAN BEBASIS ELEKTRONIK” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Inovasi Pendidikan. Selain
itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca
mengenai “KONSEP DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BEBASIS
ELEKTRONIK”. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.
Dadan F. Ramdhan, M.Ag., MM.Pd serta Ibu Dra. Hj. Titim Fatimah, M. Ag. pada mata
kuliah Inovasi Pendidikan. Atas bimbingan dan arahan sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritikdan saran yang membangun akan kami
terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 01 Juni 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................

C. Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................

BAB II...............................................................................................................................6

PEMBAHASAN................................................................................................................6

A. Pengertian E-Learning......................................................................................................

B. Konsep E-Learning...........................................................................................................

C. Jenis-Jenis E-learning.....................................................................................................

D. Ciri-ciri Pembelajaran E-Learning.................................................................................

E. Implementasi Pembelajaran berbasis Eletronik..............................................................

F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran berbasis Eletronik........................................

G. Contoh E-Learning.........................................................................................................

BAB III............................................................................................................................32

PENUTUP.......................................................................................................................32

A. Kesimpulan.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................34

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi mendorong banyak perubahan pada diri peserta didik.
Kebiasaan menggunakan buku teks dan buku tulis perlahan semakin berkurang.
Kecanggihan teknologi melahirkan beragamnya metode pembelajaran yang lebih efektif
dan menarik bagi peserta didik, pembelajaran dengan berbagai penggunaan teknologi
biasa disebut e-learning. E-learning sering disebut sebagai pembelajaran online,
pembelajaran online merupakan pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi seperti komputer dan handphone. Sehingga dalam proses belajar mengajar
murid dengan guru tidak perlu pada tempat dan waktu yang sama, namun cukup
menggunakan internet sebagai media.
Secara tidak langsung Covid-19 ini memeberikan dampak yang besar pada
pendidikan, keadaan ini membuat para guru dan murid harus menggunakan e-learning
sebagai saran pembelajaran. Pada awal pembelajaran, mungkin guru dan murid harus
beradaptasi dalam penggunaan media digital yang baru dalam dunia pendidikan. Tetapi
jika dilihat dari sisi lain, e-learning menjadi penyelamat dalam pembelajaran tanpa
adanya batasan ruang.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah antara lain :
1. Apa pengertian E-learning?
2. Bagaimana Konsep E-learning?
3. Apa sajakah Jenis-jenis E-learning?
4. Apa sajakah Ciri-ciri E-learning?
5. Bagaimana Implementasi pembelajaran Berbasis Elektronik?
6. Apa Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran berbasis Elektronik?
7. Apa Contoh E-learning?

C. Tujuan dan Manfaat


Dari rumusan masalah di atas, dapat diambil tujuan dari makalah ini antara lain :
1. Untuk Mengetahui pengertian E-learning?
2. Untuk Mengetahui Konsep E-Learning ?

4
3. Untuk Mengetahui sajakah Jenis-jenis E-Learning?
4. Untuk Mengetahui sajakah Ciri-ciri E-Learning ?
5. Untuk Mengetahui Implementasi pembelajaran Berbasis Elektronik?
6. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran berbasis
Elektronik?
7. Untuk Mengetahui Contoh E-Learning?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian E-Learning
Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an
(Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan
pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-line learning,
internet-enabled learning,virtual learning, atau web-based learning.

Belum adanya standard yang baku baik dalam hal definisi maupun implementasi
e-learning menjadikan banyak orang mempunyai konsep yang bermacam-macam. E-
learning merupakan kependekan dari electronic learning (Sohn, 2005). Salah satu
definisi umum dari e-learning diberikan Gilbert & Jones (2001), yaitu : pengiriman
materi pembelajaran melaluisuatu media elektronik seperti internet, intranet/extranet,
satellite broadcast, audio/video tape,interactive TV, CD-ROM, dan computer-based
training (CBT). Definisi yang hampir samadiusulkan oleh The Australian National
Authority (2003) yakni meliputi aplikasi dan proses yang menggunakan berbagai media
elektronik seperti internet, audio/video tape, interactive TV and CD-ROM guna
mengirimkan materi pembelajaran secara lebih fleksibel. (ANTA., 2003).

E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan


tersampaikannya bahanajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau
media jaringan computer lain (Darin E. Hartley, 2001:1). Secara sederhana dapatlah
dikatakan bahwa pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan jaringan(Internet, LAN, WAN) sebagai metode
penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukungoleh berbagai bentuk layanan
belajar lainnya (Brown, 2000; Feasey, 2001).

E-learning menurut Allan J. Henderson (2003:2) dinyatakan sebagai (1) e-


learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer
(biasanya terkoneksi internet) (2) e-learning dapat digunakan untuk para pekerja dimana
mereka dapat belajar pada di tempatkerja mereka tanpa harus pergi ke kelas (3) e-
learning dapat dijadwalkan dengan kesepakatanantara instruktur dengan siswa (4) e-
Learning dapat merupakan can be an on-demand coursedimana pembelajar dapat belajar
mandiri sesuai waktu yang mereka inginkan. The ILRT of Bristol University

6
mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan teknologi elektronik untuk mengirim,
mendukung, dan meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan penilaian (ILRT., 2005).
Udan and Weggen (2000) menyebutkan bahwa e-learning adalah bagian dari
pembelajaran jarak jauh sedangkan pembelajaran on-line adalah bagian dari e-learning.

Di samping itu, istilah elearning meliputi berbagai aplikasi dan proses


seperticomputer-based learning web-based learning, virtual classroom, dll; sementara
itu pembelajaran on-line adalah bagian dari pembelajaran berbasis teknologi yang
memanfaatkan sumber daya internet, intranet, extranet. Lebih khusus lagi Rosenberg
mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi intranet untuk
mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat mengakses dari mana saja.
Kaitan antara berbagai istilah yang berkaitan dengan e-learning dan pembelajaran jarak
jauh dapat diilustrasikan dalam gambar di bawah. (Rosenberg, M, J., 2001)

B. Konsep E-Learning
Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat
teknologiinformasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang
memadai.Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara
implementasi, caramengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan
(Natakusumah, 2002).

Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan pemahaman


padamateri yang disampaikannya, memahami strategi e-learning yang efektif,
bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul
pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif,
penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara
elektronik. Studio pengajar perlu dikelola lebih baik dari pada ruangan kelas biasa.
Dosen harus dapat menggunakan peralatan, antara lainmenggunakan audio, video
materials, dan jaringan komputer selama pembelajaran berlangsung.

Menurut Koswara (2006) kemampuan baru yang diperlukan dosen untuk e-


learning, antara lain perlu: (a) mengerti tentang e-learning, (b) mengidentifikasi
karakteristikmahasiswa, (c) mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang
interaktif sesuai dengan perkembangan teknologi baru, (d) mengadaptasi strategi
mengajar untuk menyampaikan materi secara elektronik, (e) mengorganisir materi

7
dalam format yang mudah untukdipelajari, (f) melakukan training dan praktek secara
elektronik, (g) terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan,
(h) mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para
mahasiswanya.Untuk menghindari kegagalan e-learning, program-program yang
perludikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna khususnya mahasiswa antara
lain:

 Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan proses pembelajaran


:tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal kuliah, tugas, jadwal
doses,daftar referansi atau bahan bacaan dan kontak pengajar.
 Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah, bahan
presentasi,contoh ujian yang lalu, FAQ (frequently ask question), sumber-
sumber referensiuntuk pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan artikel-
artikel dalam jurnal online.
 Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list diskusi, papan
pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah, informasi
tugasdan batas waktu pengumpulannya).Program e-learning yang efektif dimulai
dengan perencanaan dan terfokus padakebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan
mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapatdiseleksi ketika elemen-elemen ini
dimengerti secara detil. Kenyataannya, kesuksesan program e-learning
berhubungan dengan usaha yang konsisten dan terintegrasi darimahasiswa,
fakultas, falilitator, staf penunjang, dan administrator.
 Mahasiswa. Sehubungan dengan konteks pendidikan, peran utama dari
mahasiswaadalah untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting,
sehingga perludidukung oleh keadaan yang baik, membutuhkan motivasi,
perencanaan dankemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi
atau modul yangterbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu,
menghasilkantantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari
kebersamaan latar belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit
kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung
pada hubungan teknisuntuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam
kelas.

8
 Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha e-learning bergantung juga
padatanggung jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung
jawab pada pemahaman materi dan pengembangan pemahaman tersebut sesuai
dengan kebutuhan paramahasiswa.
 Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator
setempatyang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas.
Supaya lebih efektif,seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para
mahasiswa yang dilayani danharapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting
lagi, fasilitator harus mengikutiarahan yang sudah ditentukan oleh fakultas.
Mereka perlu menyiapkan peralatan,mengumpulkan tugas para mahasiswa,
melakukan tes, dan bertindak sebagaiinstruktur setempat.
 Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program e-learning berhubungan juga
dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa,
perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan
copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis,
dll. Staf penunjang merupakankebutuhan utama untuk menciptakan keadaan,
sehingga e-learning tetap pada jalur yang benar
 Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu
program e-learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis
ketika program sedang beroperasi. Administrator e-learning yang efektif bukan
hanyasekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat
konsensusdengan para pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas.
Mereka harus bekerjasama dengan personel teknis dan staf penunjang,
meyakinkan bahwa sumberdayateknologi perlu dikembangkan secara efektif
untuk keperluan misi akademis kedepan.Lebih penting lagi bahwa didalam
mengelola suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan
kesuksesan para mahasiswa e-learning merupakan tanggung jawab utama. (Cepi,
R., 2019).
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat
diterapkan denganmenggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :
 Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak
dipelajari;contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator),

9
dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk melakukan
penerbangan suatu pesawat tertentu sepertiia berlatih dengan pesawat yang
sesungguhnya.
 Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak
semua halmenarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini
seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih
menarik, dan diharapkan informasiyang sebenarnya dapat diserap secara
tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan
“perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
 Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan
ide/gagasantentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong
untuk mengembangkansuatu ide/gagasan dengan cara memberikan
informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan
ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan
berdasarkan masukan dari mahasiswa.
 Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang
telah terjadimengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung
kepada nara sumberahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang
materi yang hendak dipelajari.Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi
dengan cara menyerap informasi dari narasumber ahli tentang kasus-kasus
yang telah terjadi atas materi tersebut.
 Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan
eksplorasiterhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong
untuk memahami suatumateri dengan cara melakukan eksplorasi mandiri
atas materi tersebut. Aplikasi harusmenyediakan informasi yang cukup
untuk mengakomodasi eksplorasi darimahasiswa. Mempelajari sesuatu
dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendakdicapai (goal-directed
learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorangyang harus
mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yangdiperlukan
dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun
strategimandiri untuk mencapai tujuan tersebut. (Siahaan, S, 2004)

10
C. Teori dalam Pembelajaran
1. Teori Kognitivisme

Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai


persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas
kognition/kognisi ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan
(Muhibbin,
2005: 65). Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh
perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori
behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks (Nugroho, 2015: 290).

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori


belajar kognitif leih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya
(Bahruddin, dkk. 2012: 87). Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa
belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak
seperti model belajar behavioristik yang mempelajari prses belajar hanya
sebagai hubungan stimulusrespon, model belajar kognitif merupakan suatu
bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Model belajar
kognitif mengatakan bahwa tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Perubahan Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebaigai tingkah laku yang Nampak (Nurhadi, 2018: 7; Baharuddin,
2015: 167).

Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian bahawa dari


sistuasi saling berhubungan dengan seluruh kontek situasi tersebut. Memisah-
misahkan atau membagi-bagi situasi /materi pelajaran menjadi komponen-
komponen yang kecilkecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan
kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu

11
proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan infirnasi, emosi, dan
aspek-aspek kejiwaan lainnya.

Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang ssangat


komplek. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang
diitrerima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki
dan sudah terbentuk dalam diri sesorang berdasarkan pemahman dan
pengalaman-pengalaman sebelumnnya. Dalam praktek pembelajaran, teori
kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: “tahap-tahap
perkembangan” yang dikemukakan oleh j.piaget, advance organizer oleh
ausubel, pemahaman konsep oleh bruner, hirarki belajar oleh gagne, webteacing
oleh norman dan sebagainya (Budiningsih, 2015: 34).

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu


proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah
suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri
manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk
memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah
laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas (Given,
2014: 188).

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam


belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme,
belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi
terusmenerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak
kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali
lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari
informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya (Nugroho, 2015: 291).

Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil
interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses
asimilasidan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar
yang dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan
sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Dalam

12
pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang konkret
karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak (Nurhadi, 2018: 9).

Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar, yaitu (Suyono, el. 2011: 75):

1) Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga


melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.
2) Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.

Menurut psikologi kognitivistik, belajar dipandang sebagai suatu usaha


untuk mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan pengetahuan baru kedalam
struktur berfikir yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa.
Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,
memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga, pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sangat menentukkan keberhasilan mempelajari informasi
pengetahuan yang baru (Muhaimin, dkk. 2012: 198).

Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian


aspekaspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model
ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya.
Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku
sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat diamati) (Warsita,
2016: 69). Dalam teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian dari
situasi yang terjadi dalam proses belajar saling berhubungan secara keseluruhan.
Sehingga jika keseluruhan situasi tersebut dibagi menjadi komponen-komponen
kecil dan mempelajarinya secara terpisah, maka sama halnya dengan kehilangan
sesuatu (Muhaimin, dkk. 2012: 199).

13
Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun
ciriciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:

1) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia;


2) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian;
3) Mementingkan peranan kognitif;
4) Mementingkan kondisi waktu sekarang;
5) Mementingkan pembentukan struktur kognitif (Nugroho, 2015: 291).

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan


mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di
representasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan,
gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental,
misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan
perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tempat-tempat
yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang,
orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang
bercerita, tetapi semua tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di
tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan
ceritanya (Nurhadi, 2018: 11; Yamin, dkk, 2013: 25).

2. Teori Kontruktivisme

Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi
dunia pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme
alangkah lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri.
Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup
yang berbudaya modern. Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah
tidak asing lagi bagi dunia pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang
teori konstruktivisme alangkah lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu
sendiri. Konstruktivisme berarti bersifat membangun.

14
Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. (Agus N Cahyo, 2013)
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, bahwa konstruktivisme merupakan
sebuah teori yang sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan,
pemahaman, dalam proses pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat
membangun maka dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkat
kecerdasannya. Dalam teori belajar konstruktivisme, Piaget menekankan bahwa
kecerdasan berasal dari proses mengorganisasikan (organizing) dan
mengadaptasi (adaption). Pengorganisasian diartikan sebagai kecenderungan
setiap anak untuk mengintegrasikan proses menjadi sebuah sistem yang saling
berhubungan (Simatwa, 2010). Sedangkan Bodner(1986) mengartikan adaptasi
(adaption) sebagai kecenderungan bawaan dari seorang anak untuk berinteraksi
dengan lingkungannya. Dan interaksi-interaksi tersebut akan menumbuhkan
perkembangan dari organisasi mental yang kompleks secara progresif.

Menurut Baharuddin (2008), proses adaptasi merupakan proses yang berisi


dua kegiatan yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif
yang membuat seseorang mampu mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun
pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya.
Proses asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru
dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus menerus
sehingga setiap orang selalu mengembangkan proses ini (Suparno, 2012).

Dalam kenyataannya terkadang terjadi Ketika seseorang menghadapi


rangsangan atau pengalaman yang baru, orang tersebut tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah ia miliki.
Pengalaman yang baru itu bisa jadi tidak cocok sama sekali dengan skema yang
telah ada. Berkaitan dengan hal ini Baharuddin (2008) mendefinisikan
akomodasi sebagai suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai
dengan pengalaman baru. Proses ini dapat menghasilkan terbentuknya skema
baru dan berubahnya skema lama.

15
Dari uraian di atas tujuan dari penerapan teori ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk membantu siswa dalam memahami isi dari materi pembelajaran.


b. Untuk mengasah kemampuan siswa untuk selalu bertanya dan mencari solusi
atas pertanyaannya.
c. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep secara
komprehensif.
d. Untuk mendorong siswa untuk menjadi pemikir aktif.

3. Teori Behavioristik

Teori belajar behaviorisme merupakan teori yang menjelaskan mengenai


pembelajaran dalam kaitannya dengan peristiwa-peristiwa lingkungan. Teori
behaviorisme memberikan penekanan pada keadaan lingkunganlah yang
berkaitan erat dalam proses pembelajaran (Schunk, 2012). Menurut (Nahar,
2016) teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang menuntut seorang
guru memberikan rangsangan sebagai stimulus kepada anak dan hasil dari
stimulus tersebut dapat diamati dan diukur berdasarkan tujuan untuk melihat ada
tidaknya perubahan tingkah laku yang signifikan.

Teori belajar behaviorisme merupakan teori psikologi yang materi kajiannya


adalah perilaku yang tidak berhubungan dengan kesadaran atau struktur mental.
Teori ini adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang bersifat
eksperimental dan objektif dengan tujuan meramalkan dan mengontorol
perilaku. Teori belajar behaviorisme menjelaskan bahwa belajar merupakan
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Perubahan tersebut terjadi melalui rangsangan atau stimulus yang menghasilkan
hubungan perilaku reaktif atau respon. Stimuls tersebut berupa lingkungan
belajar anak baik internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar,
sedangkan respon merupakan akibat berupa reaksi fisik terhadap
rangsangan/stimulus tersebut. Jadi, teori belajar behaviorisme merupakan
penguatan ikatan, hubungan, sifat dan hasil stimulus-respon (Fadhoil, 2015).

16
Teori belajar behaviorisme ialah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Teori ini berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku
manusia dan terjadi melalui rangsangan atau stimulus yang menimbulkan
hubungan perilaku yang reaktif atau respon. Dalam teori behaviorisme, tingkah
laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan dan bisa ditentukan.
Menurut teori ini, seseorang yang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena
telah mempelajarinya atau menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah.
Namun, seseorang dapat pula menghentikan tingkah laku karena belum diberi
hadiah. Semua hasil tingkah laku tersebut merupakan tingkah laku yang dapat
dipelajari (Fahyuni & Istikomah, 2016).

Teori belajar behaviorisme merupakan proses perubahan tingkah laku


sebagai akibat dari interaksi antara stimulus-respon. Belajar menurut teori ini
adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya
seorang anak bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan oleh
lingkungannya (Siregar, 2010). Teori belajar behaviorisme mengutamakan
pengamatan tingkah laku dalam mempelajari individu dan bukan mempelajari
bagian dalam tubuh atau mencermati penilaian. Teori belajar ini dapat diamati
secara objektif karena jika ingin menelaah kejiwaan seseorang, maka amatilah
perilaku yang muncul sehingga dapat memperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya (Desmita, 2013).

Teori belajar behaviorisme adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar disebabkan adanya interaksi antara stimulus dengan respon.
Dalam belajar, hal yang terpenting yaitu adanya input (stimulus) dan output
(respon). Misalnya, munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Jadi hakikat dari teori
belajar behaviorisme ini adalah teori yang berfokus hubungan stimulus-respon
dan adanya perilaku nyata (Ismail et al., 2019). Menurut (Zulhammi, 2015) teori
belajar behaviorisme adalah teori tentang tingkah laku manusia. Fokus utama
dari teori belajar behaviorisme ini adalah perilaku yang terlihat dan penyebab
luar menstimulasinya. Belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai

17
pengalaman. Belajar menurut teori ini merupakan akibat adanya interaksi antara
rangsangan (stimulus) dan reaksi (respon). Seseorang akan dianggap telah
belajar jika dapat menunjukkan perubahan perilaku. Sedangkan teori belajar
behaviorisme menurut (Putrayasa, 2013) menekankan bahwa dalam belajar yang
terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada anak, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan anak terhadap stimulus yang diberikan. Untuk itu,
segala sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan segala sesuatu yang
diterima oleh anak (respon) harus dapat diamati dan diukur.

Teori belajar behaviorisme memiliki konsep dasar bahwa belajar merupakan


interaksi antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Stimulus ialah
rangsangan atau dorongan yang digunakan oleh guru untuk membentuk tingkah
laku, sedangkan respon ialah tanggapan atau kemampuan (pikiran, perasaan,
ataupun

D. Jenis-Jenis E-learning
1. Synchronous E-Learning: pembelajaran online secara real-time. Misalnya
webinar, kelas virtual, video conference, dll.
2. Asynchronous E-Learning: pembelajaran online yang bebas dilakukan kapan
saja karena tidak mengharuskan mentor dan murid online bersama. Contohnya
video pembelajaran, Learning Management System (LMS), dll.

E. Ciri-ciri Pembelajaran E-Learning


Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem pembelajaran
pun mengalami perkembangan. ketika kita menduduki bangku sekolah dasar, kita masih
sering diberikan tugas untuk menghafal perkalian. Namun berbeda dengan saat ini,
siswa sekolah dasar mengingat jumlah perkalian bukan lagi dengan menghafal tetapi
mencari asal muasal jumlah tersebut. Dengan kata lain cara yang dilakukan dalam
proses belajar sudah berbeda. Terlebih dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat,
mulai berkembanglah sistem pembelajaran online atau e-learning. Pembelajaran online
sudah jelas berbeda dengan pembelajaran biasa.

18
Pembelajaran online atau e-learning lebih mengedepankan kepada kemampuan
siswa dalam menerima dan mengolah informasi. Online learning sangat berbeda dengan
pembelajaran konvensional. Secara garis besar, perbedaannya terdapat pada cara
mengajar. Pada pembelajaran konvensional terjadi tatap muka antara guru dan siswa,
sedangkan pada pembelajaran online tidak ada tatap muka secara langsung antara guru
dan siswanya. Untuk memahai perbedaan tersebut lebih jelasnya, maka dapat dilihat
pada paparan ciri-ciri pembelajaran online di bawah ini:

1. Pembelajaran individu

Siswa dalam proses pembelajaran online akan belajar secara sendiri dan
mandiri. Ada beberapa faktor internal maupun eksternal yang akan memengaruhi
keberhasilan dari pembelajaran online yang dilakukan oleh siswa. Faktor internal
yang dapat mempengaruhi yaitu kecerdasan, rasa ingin tahu yang tinggi, motivasi,
kepribadian, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi pembelajaran online yaitu teknologi yang dipakai, lingkungan
sekitar, kecepatan akses internet dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran online
setiap siswa perlu untuk menciptakan kehadiran guru, yang dapat digunakan sebagai
kontrol untuk dirinya. Ketika siswa telah menciptakan kehadiran guru, siswa akan
mampu mengotrol kecepatan belajarnya sendiri. Ketika peran guru tidak ada, maka
dapat memungkinkan adanya kemalasan siswa yang dapat mengakibatkan tidak
berjalannya pembelajaran online sesuai jadwal.

2. Terstruktur dan Sistematis

Sebelum diadakannya kegiatan belajar mengajar secara online, terlebih


dahulu guru menyiapkan silabus, materi pelajaran, media dan sumber belajar.
Semua kegiatan tersebut dilakukan secara terstruktur. Selain terstruktur secara
teknis, materi perlajaran pun diatur sedemikian rupa agar dapat terstruktur sesuai
tingkatan kemampuan. Materi yang lebih mudah akan diberikan di awal pertemuan,
dan materi yang sulit akan diberikan di akhir pertemuan. Selain itu materi-materi
yang dirasa sulit akan diberikan penjelasan dan contoh.

19
3. Mengutamakan keaktifan siswa

Dalam pembelajaran online atau e learning, cara mengaktifkan siswa dapat


menggunakan teknologi. Teknologi dipilih, karena dapat memfasilitasi dan
menyediakan berbagai hal yang dapat mengaktifkan siswa. Dengan menggunakan
teknologi, guru dapat merancang beberapa akifitas yang dapat membuat siswa aktif,
baik dalam aktif berpikir, aktif bersosialisasi maupun aktif dalam hal lainnya.

4. Pembelajaran online tidak merubah kebiasaan-kebiasaan


Yang terjadi pada pembelajaran konvensional seperti adanya pertemanan,
ataupun interaksi dengan guru. Salah satu karakteristik dari pembelajaran online
yatu adanya konektivitas. Aktivitas pembelajaran online menghubungkan antara
siswa dan guru, siswa yang satu dan lainnya, menghubungkan antara tim pengajar
ataupun siswa dengan staf pendidik lainnya. Pembelajaran konektif didasarkan pada
pembelajaran sosial dan teori pembelajaran konstruktivis, seperti yang dijelaskan
oleh George Siemens.
Menurutnya bahwa belajar tidak harus dipandang sebagai suatu peristiwa,
tetapi merupakan sebuah proses yang melibatkan antara memori, kognisi, emosi,
keyakinan, dan persepsi. Selain itu belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti mengirim e-mail, melihat blog, melakukan percakapan online dan lain-lain.
Melalui pembelajan online siswa akan terkoneksi dengan dunia maya. Siswa akan
lebih banyak menemukan banyak sumber belajar yang tidak terbatas. Dalam
pembelajaran online tidak adanya batasan ruang dan waktu sehingga siswa dapat
belajar secara terkoneks. (Prasetya, D., 2023)

Ciri-ciri siswa dalam pembelajaran online atau e learning. Menurut


Dabbagh, N. (2007) ada beberapa ciri-ciri siswa dalam pembelajaran online yaitu,
sebagai berikut:
1. Spirit Belajar
Siswa dalam pembelajaran harus memiliki semangat yang kuat untuk
pembelajaran secara mandiri. Dalam pembelajaran online ketuntasan belajar dan
pemahaman materi ditentukan oleh siswa itu sendiri. Siswa dituntut untuk

20
mandiri dan menemukan sendiri pengetahuannya. Keberhasilan dari setiap siswa
akan berbada-beda, tergantung pada bagaimana kemandirian belajar siswa.
2. Literacy terhadap Teknologi

Selain dari kemandirian belajar, keberhasilan dari pembelajaran online


ditentukan dari sejauh mana siswa memahami teknologi yang dipakai untuk
pembelajaran online. Sebelum melakukan pembelajaran online, siswa harus
terlebih dahulu menguasai atau memahami mengenai teknologi yang akan
dipakai sebagai alat untuk pembelajaran online. Salah satu alat yang sering
dipakai untuk pembelajaran online yaitu komputer. Pasti Anda telah mahir
dalam mengoperasikan komputer maupun gadget yang lainnya. Semakin
berkembangnya IPTEK komputer yang digunakan pun semakin canggih dengan
vitur-vitur yang dapat mendukung pembelaraja online.

3. Kemampuan Berkomunikasi Intrapersonal

Siswa yang ingin berhasil dalam pembelajaran online harus memiliki


kemampua interpersonal dan kemamuan komunikasi yang baik. Kemampuan
interpersonal diperlukan untuk tetap menjalin interaksi atau hubungan dengan
siswa yang lainnya. Walaupun pembelajaran online dilakukan secara mandiri,
tetapi tetap saja manusia sebagai makhluk sosial yang memerlukan orang lain.
Oleh karena itu kemampuan interpersonal dan kemampuan komunikasi harus
tetap dilatih untuk digunakan dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Berkolaborasi

Memahami dan menggunakan pembelajaran interaksi dan kolaborasi.


Pembelajaran dilakukan secara mandiri oleh siswa, maka siswa harus pandai
berinteraksi dengan siswa lainnya ataupun dengan guru di dalam forum yang
telah disediakan. Interaksi tersebut sangat diperlukan, terutama ketika siswa
mengalami kesulitan mengenai satu materi pelajaran.

Selain itu siswa dengan pembelajaran online perlu tetap menjalani


interaksi untuk melatih jiwa sosial yang ada. Jangan sampai, dengan
pembelajaran online siswa akan terbentuk menjadi manusia yang lebih
individualisme dan anti sosial. Selain itu, siswa dengan pembelajaran online

21
akan memahami pembelajaran secara berkolaborasi. Siswa akan dilatih untuk
dapat berkolaborasi baik dengan lingkungannya maupun dengan berbagai sistem
yang mendukung pembelajaran online.

5. Keterampilan untuk Belajar Mandiri

Salah satu dari karakteristik pebelajar online adalah memiliki


kemampuan belajar secara mandiri. Belajar secara mandiri sangat diperlukan
dalam pembelajaran online. Karena dalam proses belajar, siswa akan mencari,
menemukan dan menyimpulkan dari apa yang dipelajarinya secara mandiri.
Merujuk pada Kirkman (2007: 180) pembelajaran mandiri merupakan proses
dimana siswa dilibatkan secara langsung dalam mengidentifikasi apa yang perlu
untuk dipelajari menjadi pemegang kendali dalam proses pembelajaran. Pada
belajar mandiri, faktor motivasi menjadi sangat penting dalam menentukan
keberhasilan proses pembelajaran.

Ciri-ciri guru dalam pembelajaran online atau e learning Menurut


Hardianto, terdapat 8 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pembelajaran
online, yaitu sebagai berikut:

1. Menguasai dan Update Terhadap Perkembangan Internet


Dalam hal ini guru harus dapat memanfaatkan setiap teknologi yang
dapat mendukung proses belajar siswa. Selai itu guru harus paham dan
menguasai setiap teknologi dan internet. Jangan sampai siswa lebih mengerti
mengenai teknologi dan internet dar pada gurunya. Maka jika hal tersebut
terjadi, tentunya akan menyulitkan guru ketika ada siswa yang bertanya.
Penguasaan teknologi dan internet pada pembelajaran online dapat
dikatakan hal penting untuk seorang guru dikarenakan guru dituntut untuk
menguasai dan mengoperasikan software dan hardware yang merupakan
basic dalam pembelajaran online.
2. Lebih Menguasai Ilmu Pengetahuan Pokok dan Pendamping
Seorang guru tentunya harus menguasai materi yang akan disampaikan,
maupun materi yang ditulisnya dalam pembelajaran online. Penguasaan
materi ini sangat penting untuk menyamakan setiap persepsi yang dimiliki
siswa. Selain itu penguasaan materi diperlukan ketika adanya permasalahan

22
dalam proses belajar, agar dapat diselesaikan dengan logika dan pengetauan
yang dimiliki guru. Selain pengetahuan pokok, diperlukan juga pengetahuan
lainnya atau pengetahuan pendamping. Pengetahuan pendamping ini untuk
diperlukan untuk mengatasi pertanyaan-pertanyaan diluar konteks materi
pelajaran.
3. Kreatif dan Inovatif Dalam Menyajikan Materi
Guru diharapkan memiliki sifat kreatif dan inovatif. Hal ini diperlukan
dalam membuat materi pelajaran agar materi yang dibuat dapat menarik
perhatian siswa dan bermakna untuk siswa. Selain itu guru perlu
memunculkan inovasi-inovasi baru untuk meminimalisir kebosanan yang
sering dialami oleh siswa. Dengan pembelajaran yang kreatif dan inovaif
akan lebih menarik perhatian siswa, ketika ketertarikan siswa tinggi maka
rasa ingin tahu siswa pun tinggi.
4. Mampu Memotivasi Siswa
Pembelajaran online merupakan pembelajaran mandiri yang dilakukan
oleh siswa. Tetapi sebagai seorang guru perlu terus memotivasi siswa untuk
terus belajar. Salah satu hal yang dpaat dilakukan oleh guru untuk
memotivasi siswa yaitu dapat dengan memberikan poin atau nilai tambahan
kepada siswa yang lebih aktif dalam pengerjaan tugas ataupun kepada siswa
yang aktif dalam forum diskusi.
5. Kemampuan dalam Desain Pembelajaran Online
Desain pembelajaran merupakan salah satu tahapan yang dinilai penting
dalam proses pembelajaran. Guru harus dapat memilah dan memilih desain
pembelajaran yang cocok untuk semua siswa. Desain pembelajaran yang
dipilih harus dapat mengaktifkan siswa dan memunculkan rasa ingin tahu
yang tinggi. Dengan begitu siswa akan termotivasi untuk belajar dan
melakukan prose pembelajaran online dengan senang hati
6. Kemampuan Mengelola Sistem Pembelajaran Online
Dalam pembelajaran online, guru mampu mengelola sistem yang dipakai
dalam pembelajaran online. Hal ini untuk mengatasi permsalah-
permasalahan yang diakibatkan oleh kerusakan sistem. Jangan sampai siswa
terlambat belajar dikarenakan adanya system error.

23
7. Ketepatan dalam Pemilihan Bahan Ajar Online Learning
Pemilihan bahan ajar dan sistem penilaian pun menjadi hal penting
dalam pembelajaran online. Setiap bahan ajar dan penilain yang ada harus
sesuai dengan segala macam karakteristik siswa.
8. Kemampuan dalam Mengontrol Proses Pembelajaran
Guru perlu mengontrol jalannya proses pembelajaran. Guru harus bisa
memposisikan dirinya sebaik mungkin. Pada saat apa guru harus membantu
siswa, dan pada bagaimana guru harus memotivsi siswa. Dalam
pembelajaran online guru harus bisa mengendalikan siswa untuk tetap
menjalankan aktifitas seperti siswa biasanya.
Guru harus melatih siswa untuk tetap terus berinteraksi dengan siswa
lainnya. Hal ini dilakukan agar sifat individualisme siswa tidak terlalu
menonjol, karena manusia sebagai makhluk sosial. Maka guru harus tetap
melatih sifat-sifat naluriah siswa seperti bersosialisasi, berempati,
kepedulian, bekerja sama, dan lain sebagainya. (Riyana, C., & Pd, M, 2019)

F. Implementasi Pembelajaran berbasis Eletronik


Langkah-langkah untuk menyelenggarakan E-Learning sebagai berikut:

1. Strategi pengembangan E-Learning


Strategi pengembangan merupakan langkah mendasar yang harus
dilakukan sebelum menjalankan E-Learning. Dalam langkah ini dilakukan:
a) Analisa
Sebelum memutuskan apakah suatu institusi akan menyelenggarakan E-
Learning atau tidak, harus diputuskan berdasarkan analisa yang matang. Analisa
yang dilakukan didasarkan pada kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai
lembaga tanpa mengesampingkan aspek kemampuan dan kesiapan yang dimiliki
suatu institusi, baik dari sisi SDM, biaya, infrastruktur dan kultur yang ada. Dari
analisa inilah kemudian akan muncul item-item peluang yang bisa dilakukan dan
kelemahan-kelemahan suatu institusi.

24
b) Grand design

Hasil analisa menjadi pijakan dalam langkah ini, jika dari hasil analisa
diputuskan untuk diselenggarakan E-Learning oleh suatu institusi, maka hasil
analisa tersebut bisa ditindaklanjuti menjadi suatu bentuk yang lebih konkret,
yaitu berupa grand design sistem yang akan dijalankan. Grand design
merupakan gambaran umum sistem E-Learning yang akan dijalankan, yang
berisi skenario, sasaran E-Learning, desain sistem, SDM, mekanisme
pengelolaan termasuk pembiayaanya. Dalam langkah ini juga dibuat sebuah
strategi untuk implementasi E-Learning dan strategi pengelolaannnya supaya E-
Learning yang akan dilakukan bisa mencapai tujuan.

2. Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM merupakan faktor yang sangat vital dalam implementasi E-


Learning, oleh karena itu perlu disiapkan dengan sebaik-baiknya sebelum E-
Learning dijalankan. SDM bisa meliputi pengampu kebijakan/manajemen
lembaga beserta staf-stafnya dan SDM pendukung lainnya (keamanan,
kebersihan, dll). Penyiapan SDM bisa dilakukan dari beberapa aspek,
diantaranya adalah paradigma dan skill.

a) Paradigma
Paradigma merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Terkait
ELearning, SDM suatu institusi harus mempunyai paradigma bahwa E-
Learning menjadi kebutuhan institusi untuk mencapai visi dan misi institusi,
sehingga ELearning harus dilakukan. Paradigma ini tentunya membawa
konsekuensi dan menuntut adanya perubahan, diantaranya adalah perubahan
budaya kerja di sebuah institusi. Pengampu kebijakan tentunya akan
membuat kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjalankan E-
Learning.

Begitu juga para staf, akan menyesuaikan pola kerjanya menjadi pola kerja
yang mendukung keterlaksanaan E-Learning. Inilah yang harus dipahami
bersama, dan masingmasing SDM harus mempunya persepsi yang sama.

25
b) Skill
Seperti disebutkan di atas, bahwa untuk menjalankan E-Learning tidak
semudah membalikkan tangan, sehingga skill para pengampu dan pengelola
E-Learning perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Keahlian atau skill
yang harus disiapkan meliputi:
 skill mengelola konten,
 skill mengelola pembelajaran
 skill l mengelola pelaksanaan E-Learning
 skill mengelola infrastruktur E-Learning
3. Pemilihan dan Impelementasi teknologi E-Learning
a) Pemilihan teknologi

Pada langkah ini dimulai proses imlpementasi, yang dimulai dari


pemilihan teknologi yang akan digunakan, yang meliputi:

 teknologi untuk sistem E-Learning,


 teknologi untuk pembuatan konten
 teknologi pendukung lainnya seperti teknologi untuk diskusi, presentasi,
dll.

Apa saja yang menjadi pertimbangan saat pemilihan teknologi? Supaya


pemilihan teknologi yang digunakan tidak melenceng, maka ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya:

 Rumusan kebutuhan terhadap teknologi, baik terkait konten maupun sistem


E-Learning
 Kemampuan SDM yang akan menggunakan teknologi
 Kemampuan atau tinjauan finasial
 Pengembangan yang akan dilakukan di masa akan datang

b) Implementasi
Pada langkah ini menerapkan apa saja yang direncanakan pada semua
langkah sebelumnya menjadi sebuah sistem E-Learning, yaitu mewujudkan
sebuah sistem E-Learning beserta konten yang digunakan untuk

26
pembelajaran. Pada langkah ini juga dilakukan sosialisasi penggunaan sistem
kepada calon pengguna, baik dari sisi akademis maupun infrastrukturnya.

4. Pengelolaan
Setelah sistem berjalan langkah selanjutnya adalah adalah
pengelolaan.Pengelolaan meliputi pengelolaan sistem E-Learning beserta
perangkat/infrastruktur yang terkait. Pengelolaan ini untuk menjamin sistem bisa
berjalan dan digunakan dengan baik. Pengelolaan juga meliputi pembuatan
backup sistem untuk mengantisipasi adanya kerusakan atau gangguan terhadap
sistem.
5. Peluncuran sistem
Pada tahap ini sistem sudah siap digunakan, dan saat sistem berjalan
pengelolaan tetap dilakukan. Selain itu untuk mempermudah para pemula
menggunakan sistem, disediakan pula bantuan atau semacam call center untuk
memberi bantuan jika ada pengguna yang mengalami kesulitan.

Implementasi e-learning yang dapat diterapkan pada sekolah pendidikan


tingkat dasar ialah dengan menggunakan metode pembelajaran interaktif.
Digitalisasi dilakukan untuk memudahkan dan membuat anak didik nyaman
dengan pelajaran yang diberikan, serta menjadikan anak didik paham dengan
apa yang ia temukan nantinya. Bentuk-bentuk eksplorasi dan imajinasi menjadi
titik mutlak dalam mengembangkan pola pendidikan tingkat dasar berbasis e-
learning. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam model dan cara,
dianataranya ialah:
1. Membekali para pengajar dengan kecakapan dan pengetahuan serta
kompetisi pelajaran yang diajarkan. Hal ini penting karena sebelum seorang
guru menggunakan metode e-learning maka wajib atas dirinya untuk
mengenali dan mendeteksi sejauh mana pola pembelajaran efektif melalui e-
learning akan dicapai dengan maksimal. Agar siswa dan guru merasa
nyaman dan e-learning memiliki andil dan peranan penting.
2. Menyiapkan sarana pendukung baik teknis maupun non-teknis. Sarana
pendukung teknis ialah tersedianya instalasi yang cukup dan mudah untuk

27
diakses, sedangkan sarana non-teknis ialah fasilitas-fasilitas pendukung baik
itu sumber belajar hingga tempat yang memadai demi terciptanya pendidikan
e-learning berkelanjutan. Ketersediaan alat bantu pengajaran, e-learning
bukanlah sesuatu yang sulit apabila ketersediaan media belajar memadai.
Akan tetapi permasalahan yang kini ada ialah implementasi e-learning
kekurangan alat bantu, terlebih hal tersebut arus dibeli dengan harga
yang tidak murah. (Nurul, M., 2012)

G. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran berbasis Eletronik


Kelebihan pada pembelajaran berbasis elektronik ini sebagai berikut:

1. Media Pembelajaran Variatif


Dengan menggunakan e-learning kita dapat menggunakan berbagai
format Media seperti video kuis game simulasi interaktif dan lain sebagainya
disesuaikan dengan kemampuan serta kebutuhan. Selain itu dengan
banyaknya pilihan tersebut maka membuat pembelajaran tidak jenuh materi
mudah dipahami serta lebih interaktif.
2. Otomatisasi Proses Administrasi
Artinya seluruh proses yang tadinya manual dapat dikerjakan oleh sistem
mulai dari membagikan modul, mengumpulkan tugas, bahkan menilai
sekalipun.
3. Bisa Diakses Dimanapun dan Kapanpun
Artinya penggunaan e-learning ini dapat diakses di mana saja dan
kapanpun asal terdapat sistem jaringan internet
4. Lebih Fleksibel
Misalnya ketika kita tidak dapat melakukan kehadiran secara langsung
saat itu juga, maka dapat diganti dengan berupa rekaman dalam bentuk
video.
5. Hemat Biaya Operasional
Artinya pengeluaran untuk kelas dalam bentuk fisik perawatan
infrastruktur, transportasi, dan lain sebagainya yang digunakan ketika kelas
offline itu dapat diminimalisir. (Adawi, R., Bahasa, F., & Seni, D. n.d.).

28
Sedangkan mengenai kekurangan yang dimiliki sistem pembelajaran
berbasis elektro ini ada beberapa pula yakni:

1. Isyarat visual yang kurang


Hal ini dapat menjadi penghambat terhadap akses pembelajaran
karena komunikasi dengan pengisyaratan visual sedikit didapati oleh
peserta didik (bila dilakukan melalui WhatsApp grup)
2. Komunikasi lebih banyak terjadi dalam bentuk komunikasi tulis
Pembelajaran melalui WhatsApp grup dan sejenisnya, cenderung
lebih banyak menggunakan komukasi tulis. Dan hal tersebut dapat
membuat pembelajaran cukup membosankan.
3. Peserta cenderung tidak dapat berkontribusi\
Dalam pembelajaran dikarenakan pemalu ataupun tidak berani
mengutarakan pendapatnya (kurang kritis), sehingga dapat dikatakan
kurang berkontribusi terhadap pembelajaran.
4. Pembelajaran cenderung lebih banyak dikendalikan oleh guru
Dalam pembelajaran daring ataupun e-learning banyak kita lihat
lebih cenderung guru yang banyak berbicara dan menjelaskan.
5. Sumber daya manusia

Dalam hal ini meliputi penyelenggara, pengajar dan pembelajar.


Masih banyak pengajar, terutama pengajar yang lama belum bisa
menggunakan E-learning dalam pembelajaran karena mereka memang
belum pernah mengenal apa itu E-learning dan karena sudah lamanya
mereka menggunakan sistem konvensional. Dari pembelajar pun masih
banyak yang belum bisa menggunakan E-learning secara maksimal. Hal
itu karena mereka masih menggunakan cara konvensional yang diajarkan
oleh pengajar sebelumnya.

6. Jaringan internet yang tidak sama

29
Jaringan di setiap daerahnya berbeda, bahkan ada beberapa
daerah belum terkoneksi dengan jaringan internet. Sehingga seringkali
internet menjadi penghambat dalam kegiatan interaksi.

7. Proses pembelajaran cenderung kearah aspek knowledge


(pengetahuan) dari pada menekankan aspek psikomotorik dan
afektif.
Pada proses pembelajarannya lebih banyak ke arah kognitif
ataupun teori saja, karena pergerakan yang cukup terbatas.
8. Tidak tersampaikannya value pelatihan yang berisikan nilai dan
etika moral
Yang sesungguhnya merupakan inti dari proses
pendidikan dan pelatihan justru tidak terimplementasikan dengan mudah
pada pembelajaran berbasis e-learning ini. (Waluyanti, S., n.d.)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

BLENDED LEARNING

Satuan Pendidikan : SD Al Islam

Kelas / Semester : VI (Enam) / 1

Tema 5 : Wirausaha

Sub Tema 1 : Kerja Keras Berbuah Kesuksesan

Pembelajaran :1

Alokasi Waktu : 7 × 35 Menit

Hari / Tgl Pelaksanaan : Jum’at / 10 Desember 2023

30
KOMPETENSI INTI (KI)

KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,


membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain.

KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia.

KOMPETENSI DASAR (KD) IPA

NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR

1 3.5 Mengidentifikasi sifat-sifat 3.5.1 Membedakan macam-macam


magnet dalam kehidupan sehari- magnet.

hari.

2 4.5 Membuat laporan hasil percobaan 4.5.1 Menyajikan hasil eksplorasi


tentang sifat-sifat magnet dan tentangmacam-macam magnet.
penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.

TUJUAN PEMBELAJARAN

31
 Dengan mengamati gambar, bereksplorasi, dan berdiskusi, siswa mampu
membedakan macam-macam magnet secara benar.
 Dengan mengamati gambar, video, bereksplorasi, dan berdiskusi, siswa
mampu menyajikan hasil eksplorasi tentang cara membuat magnet secara benar.

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

 Religius
 Nasionalis
 Mandiri
 Gotong Royong
 Integritas

MATERI PEMBELAJARAN

Sifat magnet

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN

Pendekatan : Scientific-

Model : Cooperative Learning

Strategi : Pembelajaran Inovatif – Blended Learning ( Flipped classroom)

Metode : Penugasan, Pengamatan, Tanya Jawab dan Diskusi ceramah bervariasi

KEGIATAN PEMBELAJARAN ( BLENDED LEARNING)

Tahap Kegiatan Pembelajaran


Pendahuluan Tatap Muka waktu online Waktu
A. Pendahuluan
Orientasi Guru mengucapkan salam dan siswa 5 Secara aktif 5
menjawab salam. menit menjadi menit
Peserta didik berdoa bersama fasilitator di

32
sebelum Orientasi memulai grup WA
pembelajaran
Peserta didik menyanyikan lagu Siswa
Indonesia Raya. mengikuti/
Apersepsi Guru mengaitkan materi dengan masuk melalui
pengalaman peserta didik atau zoom meeting
dengan pembelajaran sebelumnya.
Motivasi Peserta didik melakukan ice breaking Guru memberi
sesuai arahan guru. arahan dari
Guru memutarkan lagu game Zoom meeting
warna.
Peserta didik mengikuti Ice
Breaking Gerakan yang ditampilkan
di layar LCD
Kegiatan Awal Tahap I: Penyampaian Tujuan &
Motivasi Siswa
1. Siswa menyimak penjelasan guru
tentang semua kegiatan yang akan
dilakukan dan tujuan kegiatan
belajar serta motivasi yang
disampaikan guru (4C Comunication)
B. Inti
Tahap 2: 15 Secara aktif 15
Mengorganisasikan siswa untuk menit menjadi menit
siap belajar. fasilitator di
Siswa membaca materi teks dari buku grup WA
siswa. “materi magnet” (Literasi
membaca dan digital/ Saintifik) Guru
menjelaskan
Tahap 3: Melalui
Penyajian Informasi aplikasi Zoom
Siswa menyimak penjelasan guru meeting

33
melalui zoom meeting
Siswa melihat tayangan dari slide Guru menjadi
yang ditampilkan guru. fasilitator, dan
membimbing
Tahap 4: di grup
Membimbing kegiatan belajar
kelompok Pembelajaran Luring Siswa dengan
/Tatap Muka arahan dari
Siswa bersama dengan teman guru mengikuti
berdiskusi mengenai cara membuat kegiatan dari
magnet dengan cara elektromagnetik. zoom.
(Collaboration, Creativity –C4)

Masing-masing kelompok
mendengarkan arahan guru, cara
membuat magnet Elektromagnetik

Siswa mencoba membuat magnet


secara mandiri.

Siswa diberi kesempatan bertanya,


bagi siswa yang masih merasa
bingung dan kurang mengerti terkait
materi yang telah dipelajari
(Menanya-C4)

Secara demontrasi dan interaktif, guru


memberikan penjelasan bagi yang
belum bisa dengan sabar.

Siswa dengan bimbingan guru


membahas materi yang belum

dipahami

C. Penutup

34
Tahap 5 : 5

Kuis atau pemberian evaluasi menit

Siswa mengerjakan evaluasi untuk


diambil penilaian

Siswa menyerahkan evaluasi yang


telah dikerjakan

Tahap 6 :

Pemberian penghargaan kelompok

Guru memberikan penghargaan


berupa alat tulis untuk hasil kerja
belajar (semua anak diberi
penghargaan, berupa alat tulis)

Sebelum pembelajaran ditutup guru


meminta siswa melakukan refleksi
kesimpulan kegiatan hari ini:
pembelajaran hari ini?
(Mengkomunikasikan)

Siswa diajak untuk selalu mensyukuri

nikmat yang diberikan oleh Tuhan


(Religius)

PENILAIAN

Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mengukur
tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian digunakan sebagai bahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari

35
pengamatan sikap, tes pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil karya/projek
dengan rubric penilaian sebagai berikut.

Teknik Penilaian:

Penilaian Sikap : Percaya diri, peduli, tanggung jawab, disiplin

Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis

Penilaian Keterampilan : Praktek

Bentuk Instrumen Penilaian

 Sikap
 Disiplin
 Tanggung jawab
 Peduli

 Percaya Diri
 Pengetahuan
 Siswa mengerjakan soal-soal latihan tertulis, remedial, dan pengayaan pada
buku siswa. link Quizzis

SUMBER DAN MEDIA

 Buku Pedoman Guru Tema 5 Kelas 6 dan Buku Siswa Tema 5 Kelas 6
(BukuTematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018).
 Video/slide/Animasi
 https://youtu.be/ygL27CVGAEA
 Model Magnet/ Peraga
 Sebuah magnet, klip, kawat, batu baterai,
 LCD, Laptop dan Speaker.

Refleksi :
……………………………………………………………………………………………

36
………………………………………………………………………………………….
…….…….…….
…………………………………………………………………………………………….
…….…….…….
…………………………………………………………………………………………….
…….…….…….……………………………………….

Catatan Guru :

Masalah :

Ide Baru :

Momen Spesial :

Bandung, Juni 2023

Mengetahui Kepala Sekolah Guru Kelas VI

Dian Purwaningsih, S.Pd Doni Prasetyo, S.Pd

H. Contoh E-Learning
Setelah memahami pengertian e-learning, pasti Anda tertarik melihat bagaimana
penerapannya. Nah, contoh e-learning adalah sebagai berikut:

1. Zenius

Zenius adalah layanan bimbingan belajar secara online. Selain menyediakan aplikasi,
Zenius juga bisa diakses lewat website.

Menggunakan contoh e-learning ini, para murid akan mendapatkan materi dari SD
hingga SMA. Materi disajikan dalam bentuk video ataupun animasi interaktif. Para
murid juga bisa mendownload soal-soal secara gratis.

37
Fitur menarik:

 Kelas live interaktif;

 Kuis;

 Pembahasan soal live dan interaktif.

2. Brainly

Target pasar: pelajar SD hingga SMA.

Goal: membantu siswa menyelesaikan soal-soal tertentu hingga menyelesaikan PR.

Meski sama-sama membidik target pasar pelajar, cara kerja Brainly dan Zenius cukup
berbeda. Brainly fokus membantu siswa dalam menjawab pertanyaan tertentu. Bukan
sembarang jawab, namun juga memberikan penjelasan lengkapnya. Pengguna Brainly
juga bebas mengajukan pertanyaan apapun. Nantinya, pakar edukasi akan membantu
pengguna mengetahui jawabannya.

Fitur menarik:

 Live answer;

 Memberi dan menjawab pertanyaan lewat panel Ask, Answer, Me;

 Apps yang mobile-friendly.

3. Zoom/ Google Meet


Sebuah layanan konferensi video berbasiskan cloud computing. Aplikasi
tersebut dapat digunakan dalam berbagai perangkat seluler, desktop, hingga telepon
dan sistem ruang. Pada umumnya, para pengguna menggunakan aplikasi ini untuk
melakukan meeting hingga konferensi video dan audio. (Siagian, L, 2021)
4. WhatsApp Grup
Dapat digunakan sebagai alternatif media pembelajaran daring. Meskipun
demikian, kombinasi penggunaan teks, gambar, video, dan games perlu dilakukan
sehingga dapat memfasilitasi berbagai gaya belajar mahasiswa baik
audio maupun visual.
5. WordWall

38
Merupakan aplikasi berbasis website yang digunakan untuk membuat media
pembelajaran seperti kuis, memasangkan pasangan, acak kata, dan anagram.
6. Kahoot!
Adalah sebuah platform pembelajaran berbasis permainan, digunakan sebagai
teknologi pendidikan di sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. Platform ini adalah
permainan pembelajaran, "Kahoots", adalah kuis pilihan ganda yang dibuat oleh
pengguna yang dapat diakses melalui penjelajah web atau aplikasi Kahoot. Asyhar,
R., (2012).

39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
E-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi
computer. Belum adanya standard yang baku baik dalam hal definisi maupun
implementasi e learning menjadikan banyak orang mempunyai konsep yang bermacam-
macam. Sistem pembelajaran tidak langsung yang didesain secara efektif melalui
pengembangan komunikasi penggunaan berbagai media elektonik dan jaringan. Konsep
keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi,
juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu
juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara
mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegiatan.

Terdapat perbedaan antara pembelajaran konvensional yang terjadi tatap muka


antara guru dan siswa dengan pembelajaran e-learning atau online yang tidak ada tatap
muka antara guru dan siswa secara langsung, dalam pembelajaran online atau e learning
terdapat ciri-ciri yaitu pembelajaran individu, terstruktur dan sistematis, mengutamakan
keaktifan siswa, dan pembelajaran online atau e learning tidak merubah kebiasaan-
kebiasaan yang terjadi pada pembelajaran konvensional seperti ada nya pertemanan, dan
interaksi dengan guru. Dalam pembelajaran ini siswa memiliki ciri-ciri yaitu spirit
belajar, literacy terhadap teknologi, kemampuan berkomunikasi intrapersonal,
berkolaborasi, dan memiliki kemampuan keterampilan untuk belajar mandiri.

Selain siswa, dalam pembelajaran ini juga guru memiliki ciri-ciri yaitu
Menguasai dan Update Terhadap Perkembangan Internet, Lebih Menguasai Ilmu
Pengetahuan Pokok dan Pendamping, Kreatif dan Inovatif Dalam Menyajikan Materi,
mampu memotivasi siswa, Kemampuan dalam Desain Pembelajaran Online,
Kemampuan Mengelola Sistem Pembelajaran Online, Ketepatan dalam Pemilihan
Bahan Ajar Online Learning, Kemampuan dalam Mengontrol Proses Pembelajaran.
Sebelum melakukan pembelajaran e learning, kita harus menganalisis terlebih dahulu
Analisa yang dilakukan didasarkan pada kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai
lembaga tanpa mengesampingkan aspek kemampuan dan kesiapan yang dimiliki suatu
institusi, baik dari sisi SDM, biaya, infrastruktur dan kultur yang ada.

40
Kelebihan yang dimiliki oleh pembelajaran e-learning ini tentu sangat banyak,
hanya saja dengan keterbatasan yang dimiliki oleh kami kelebihan yang dapat tercantum
hanya beberapa, diantaranya: 1) Media Pembelajaran Variatif; 2) Otomatisasi Proses
Administrasi; 3) Bisa Diakses Dimanapun dan Kapanpun; 4) Lebih Fleksibel; 5)
Menghemat Biaya Operasional. Begitupun dengan kekurangan, tidak bisa kita katakan
bahwa kekurangan pada penggunaan e-learning ini banyak, karena banyak sedikit itu
tidak dapat dihitung dengan poin yang kita jabarkan. Beberapa kekurangan yang
terdapat pada penggunaan e-learning adalah komunikasi lebih banyak dalam bentuk
tulis, peserta cenderung tidak dapat berkontribusi, lebih banyak dikendalikan oleh guru,
sumber daya manusia yang kurang memadai, dan jaringan internet yang dapat
menghambat kegiatan interaksi.

Kemudian pada pengimplementasi e-learning kita dapat menggunakannya di


Sekolah dasar bila sarana prasarana nya didukung, pada implementasi e-learning ini bisa
menggunakan beberapa macam ataupun aplikasi contohnya seperti penggunaan zoom,
Google classroom, dan kahoot, wordwall, dan lain sebagainya.

41
DAFTAR PUSTAKA
Adawi, R., Bahasa, F., & Seni, D. (n.d.). PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING.

ANTA. (2003). Definition of key terms used in e-learning (version 1.00).


http://www.flexiblelearning.net.au/guides/keyterms.pdf

Cepi, R. (2019). Produksi Bahan Pembelajran Online. 560.

Gilbert, & Jones, M. G. (2001). E-learning is e-normous. Electric Perspectives, 26(3), 66–82.

ILRT. (2005). Institute for learning & research technology of Bristol University.
http://www.ilrt.bris.ac.uk/projects/elearning

Nurul, M. (2012). Langkah-Langkah Mengimplementasikan E-Learning - Artikel.


http://p4tkmatematika.kemdikbud.go.id/artikel/2012/11/04/langkah-langkah-
mengimplementasikan-e-learning/

Prasetya, D. (2023). E. MATERI PEMBELAJARAN. https://youtu.be/ygL27CVGAEA

Riyana, C., & Pd, M. (2019). Konsep Pembelajaran Online.

Rosenberg, M. J. (2001). E-learning: Strategies for delivering knowledge in the digital age.
NewYork: McGraw-Hill.

Siagian, L. (2021). Sosialisasi Penggunaan Google Classroom sebagai Media Pembelajaran


Online. Jurnal Abdidas, 2(5), 1133–1139. https://doi.org/10.31004/abdidas.v2i5.439

Siahaan, S. (2004). E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif


Pembelajaran. http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/sudirman.htm

Waluyanti, S. (n.d.). IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM PENGEMBANGAN


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN.

Asyhar, R., (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran

Schunk, D. H. (2012). Learning Theories: An Educational Perspective (Teori - teori


Pembelajaran: Perspektif pendidikan). Pustaka Pelajar.

Siregar, E. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia.

42
43

Anda mungkin juga menyukai