Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 1 HK20D

LEGAL
MEMORANDUM

ANALISIS VALIDITAS
TEORI-TEORI Clas
ified
KRIMINOLOGI DARI
PERSPEKTIF
SOSIOLOGIS
Anggota Kelompok : Our
Te am

● AHMAD YUNIANTO (20416274201065)


● DEDE NURHAYATIE (20416274201051)
● DONNA YULIANITA (20416274201008)
● GARDA ARYANSYAH (20416274201069)
● HAYATI NUPUS (20416274201136)
● HILYATUN HASANAH (20416274201007)
● INDAH NURHAYATIE (20416274201078)
● M. IPAN CHANDRA NUR (19416274201136)
● MUSLIM HAMBALI (20416274201017)
● SIVA RIZKIA ADIMU (20416274201044)
● SULKARNAIN (20416274201161)
● SUKMAWATI (20416274201024)
01
KASUS POSISI
Identitas Korespondensi

Nama : Roman

Usia : 25 Tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Cibogo


Kec. Cijago
Kab. Karawang
KRONOLOGI KASUS
Bermula dari tertangkapnya seorang pelaku pencuri sepeda
motor oleh masyarakat yang akhirnya berujung pada
pengeroyokan yang dilakukan oleh massa di suatu daerah.
Roman, begitu nama yang diketahui berdasarkan kartu
identitas yang ditemukan di dalam dompet pelaku tersebut di
tempat kejadian perkara (TKP). Belum genap usia lelaki itu
berkepala tiga, diketahui bahwa usianya baru beranjak 25 Clas
tahun, namun naas harus meregang nyawa akibat ified
pengeroyokan yang dilakukan oleh warga tempat dimana
diduga telah terjadi percobaan (poging) pencurian sepeda
motor. Saat ini provokator yang mengajak warga untuk
melakukan pengeroyokan sudah diamankan oleh aparatur
kepolisian. Roman merupakan seorang pengangguran yang
berdomisili tidak jauh dari daerah tempat ia melakukan
kejahatannya. Hal itu disampaikan oleh beberapa saksi yang
pada saat itu melihat kejadian pengeroyokan dan mencoba
melerai pertikaiannya dengan warga.
Kronologi Kasus
Hidup sehari-hari pada garis kemiskinan sedangkan ia tinggal di daerah yang cukup berada, membuat
Roman seringkali menjadi cemo’ohan tetangganya karena dinilai rendah, baik itu dari segi materi atau pun
pendidikan. Sebenarnya di daerah tempat ia tinggal, juga bukan merupakan tempat yang baik menurut warga sekitar
daerah tersebut, dilekatkan penamaan “Kampung Maling” semakin membuat daerah tempat dimana Roman tinggal,
sering menjadi perlintasan lalu lalangnya aparatur penegak hukum terutama dari instansi kepolisian yang sedang
mencari target operasinya karena diduga telah melakukan tindak pidana pencurian. Pada awalnya daerah tempat
Roman tinggal merupakan daerah pedesaan yang ramah lingkungan dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai
petani atau pun pedagang di pasar tradisional, namun sejak mulai berubahnya peruntukan daerah tersebut menjadi
wilayah industri, lahan-lahan untuk persawahan mulai digunakan untuk tempat berdirinya pabrik-pabrik besar
sehingga mulai menyempitnya pemukiman yang mulai berdesak-desakan untuk membangun rumah.
Pada mulanya masyarakat sekitar yang menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian, mereka
harus membanting stir menjadi buruh. Namun hal yang terjadi tidak semudah apa yang dibayangkan, sulitnya
beradaptasi dengan perkembangan daerah industri membuat masyarakat sekitar sulit untuk bekerja di pabrik-pabrik
besar tersebut dikarenakan ada syarat kualifikasi pekerja yang tidak mereka penuhi, terutama pada minimum tingkat
pendidikannya. Semakin tingginya pengangguran di daerah tersebut namun kebutuhan masyarakat semakin
meningkat, akhirnya banyak yang memilih menyempitnya pemukiman yang mulai berdesak-desakan untuk
membangun rumah. Pada mulanya masyarakat sekitar yang menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian,
mereka harus membanting stir menjadi buruh jalan pintas sebagai pelaku kriminal untuk memenuhi kebutuhannya,
bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa banyak terbentuknya kelompok-kelompok kriminal di daerah tersebut dan
memungkinkan adanya regenerasi para pelaku kejahatan, termasuk Roman yang menjadi contoh pembelajaran agar
tidak ditiru atau dicontoh di kemudian hari.
02
TEORI-TEORI
Teori-teori Kriminologi dari Perspektif Sosiologis
Strain Theory Control Social
(Teori Theory
Ketegangan (Teori Kontrol
Sosial) Sosial)

01 02 03 04 05

Cultural Deviance
Teori Theory
Theories
Anomie Labeling
(Teori-teori
Penyimpangan Budaya)
Theo
r ies

01. TEORI ANOMIE


Anomie adalah sebuah istilah yang perkenalkan oleh Emile Durkheim untuk menggambarkan
keadaan kacau,tanpa peraturan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani ‘a’: ‘tanpa’ , dan ‘nomos’ :
‘hukum’ atau “peraturan’.

Ahli sosiologi Perancis, Emile Durkheim (1858-1917). menekankan pada normlessness, lessens
social control yang berarti mengendornya pengawasan dan pengendalian sosial yang berpengaruh
terhadap terjadinya kemerosotan moral menyebabkan individu sukar menyesuaikan diri dalam
perubahan norma, bahkan sering kali terjadi konflik norma dalam pergaulan. Dikatakan oleh
Durkheim, trend sosial dalam masyarakat industri perkotaan modern mengakibatkan perubahan
norma, kebingungan dan berkurangnya kontrol sosial atas individu, Individualisme meningkat dan
timbul berbagai gaya hidup baru yang besar kemungkinan menciptakan kebebasan yang lebih luas
disamping meningkatkan kemungkinan perilaku yang menyimpang, seperti kebebasan seks di
kalangan anak muda.
02. STRAIN THEORY (Teori Ketegangan Sosial)
Seperti halnya Durkheim, Robert Merton mengaitkan masalah kejahatan dengan anomie. Tetapi konsepsi Merton
tentang anomie agak berbeda dengan konsepsi anomie dari Durkheim. Masalah sesungguhnya, menurut Merton,
tidak diciptakan oleh sudden social change (perubahan sosial yang cepat) tetapi oleh social structure (struktur
sosial) yang menawarkan tujuan-tujuan yang sama untuk semua anggotanya tanpa memberi sarana yang merata
untuk mencapainya.

Menurut Merton, di dalam suatu masyarakat yang berorientasi kelas, kesempatan untuk menjadi yang teratas
tidaklah dibagikan secara merata. Sangat sedikit anggota kelas bawah mencapainya. Teori anomie dari Merton
menekankan pentingnya dua unsur penting di setiap masyarakat, yaitu:
(1) cultural aspiration atau culture goals yang diyakini berharga untuk diperjuangkan, dan
(2) institutionalised means atau accepted ways untuk mencapai tujuan itu. Jika suatu masyarakat stabil, dua unsur
ini akan terintegrasi; dengan kata lain sarana harus ada bagi setiap individu guna mencapai tujuan-tujuan yang
berharga bagi mereka. Disparity between goals and means fosters frustation, which leads to strain.

Berdasarkan perspektif di atas, struktur sosial merupakan akar dari masalah kejahatan (karena itu kadang-kadang
pendekatan ini disebut a structural explanation). Strain teori ini berasumsi bahwa orang itu taat hukum, tetapi di
bawah tekanan besar mereka akan melakukan kejahatan; disparitas antara tujuan dan sarana inilah yang
memberikan tekanan tadi.
03. CULTURAL DEVIANCE THEORIES
(Teori-teori Penyimpangan Budaya)
Cultural deviance theories terbentuk antara 1925 dan 1940. Teori penyimpangan budaya ini memusatkan
perhatian kepada kekuatan- kekuatan sosial (social forces) yang menyebabkan orang melakukan aktivitas
kriminal. Cultural deviance theories memandang kejahatan sebagai seperangkat nilai-nilai yang khas pada
lower class. Proses penyesuaian diri dengan sistem nilai kelas bawah yang menentukan tingkah laku di
daerah-daerah kumuh, menyebabkan benturan dengan hukum-hukum masyarakat. Adapun pengembangan
teori-teori penyimpangan budaya adalah sebagai berikut:

Social Disorganization Theory Differential Association Culture Conflict Theory


Thorsten Sellin dalam buku Culture
Memfokuskan diri pada Teori ini berlandaskan pada Conflict and Crime (1938) bahwa
perkembangan area-area yang proses belajar, yaitu semua konflik kebudayaan adalah
angka kejahatannya tinggi yang perilaku kejahatan adalah
konflik dalam nilai sosial,
berkaitan dengan disintegrasi hal yang dapat dipelajari. kepentingan dari norma-norma.
nilai-nilai konvensional yang Untuk beberapa kejadian
Konflik kadang- kadang sebagai
disebabkan oleh industrialisasi memang benar, akan tetapi hasil sampingan dari proses
yang cepat, peningkatan tentunya tidak benar untuk perkembangan kebudayaan dan
imigrasi, dan urbanisasi. semua kasus.
peradaban.
04. CONTROL SOCIAL THEORY (Teori Kontrol Sosial)

Pengertian teori kontrol atau control theory merujuk pada setiap perspektif
yang membahas ikhwal pengendalian tingkah laku manusia. Sementara itu
pengertian teori kontrol sosial merujuk kepada pembahasan delinquency
dan kejahatan yang dikaitkan dengan variabel-variabel yang bersifat
sosiologis, antara lain struktur keluarga, pendidikan, dan kelompok
dominan.
05. THEORY LABELING
Para penganut labeling theory mamandang para kriminal bukan
sebagai orang yang bersifat jahat yang terlibat dalam perbuatan –
perbuatan salah tetapi mereka adalah individu –individu yang
sebelumnya pernah berstatus jahat sebagai pemberian system
perdilan pidana maupun masyarkat secara luas.
Di pandang dari perspektif ini,perbuatan kriminal tidak sendirinya
signifikan,justru reaksi sosial atasnyalah yang signifikan. Jadi,
peyimpangan dan kontrol atasnya telibat dalam satu proses definisi
sosial di mana tangapan dari pihak lain terhadap tingkah laku
seorang individu merupakan pengaruh kunci terhadap tingkah laku
berikutnya dan juga pada pandangan individu pada diri mereka
sendiri.
PENDAPAT HUKUM
Hasil analisis mengenai teori kriminologi dari
perspektif sosiologis
1. Teori Anomie
Menurut kelompok kami teori ini valid, karena keadaan pelaku, ekonomi dan
pendidikannya rendah, karenanya sering di cemo‟oh dan di pandang sebelah mata oleh
masyarakat. Menurut teori anomie satu cara dalam mempelajari masyarakat adalah
dengan melihat pada bagian-bagian komponennya dalam usaha mengetahui bagaimana
masing-masing berhubungan satu sama lain. Dengan kata lain, kita melihat kepada
struktur suatu masyarakat guna melihat bagaimana ia berfungsi. Jika masyarakat itu
stabil, bagian-bagiannya beroperasi secara lancar, susunan-susunan sosial berfungsi
dengan baik. Masyarakat seperti itu ditandai oleh kepaduan, kerjasama, dan
kesepakatan, namun jika bagian-bagian komponennya tertata dalam keadaan yang
membahayakan keteraturan/ketertiban sosial, susunan masyarakat itu menjadi
dysfunctional (tidak berfungsi).
2. Teori Ketegangan Soisal (Strain Teory)
Menurut kelompok kami teori ini valid, pelaku mencuri motor karena tidak mampu untuk
memiliki kendaraan, dikarenakan keterbatasan ekonomi mendorongnya untuk memenuhi
keinginannya dengan melakukan pencurian. Kekurangpanduan antara apa yang di minta oleh
budaya (yang mendorong kesuksesan )dengan apa yang di perbolehkan oleh struktur(yang
mencegahnya untuk mencapai kesuksesan )dapat meyebabkan norma-norma runtuh karena
tidak lagi efektif untuk membimbing tingkah laku.

Karena pelaku berada pada garis kemiskinan sedangkan ia tinggal di daerah yang cukup
berada, dan tempat tinggal pelaku yang tadinya merupakan daerah pedesaan yang ramah
lingkungan dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan pedagang, namun sejak
berubah menjadi daerah industri lahan- lahan berubah menjadi pabrik, masyarakat setempat
sulit untuk beradabptasi dengan perkembangan daerah industri membuat masyarakat sulit
mencari kerja karena kualifikasi pendidikan yang tidak terpenuhi. Seperti Teori dari Merton
menekankan pentingnya dua unsur penting di setiap masyarakat, yaitu cultural aspiration atau
culture goals dan institusionalised means atau ccepted ways dan disparitas antara tujuan dan
sarana inilah yang memberikan tekanan (strain).
3. Teori Penyimpangan Budaya (Cultural Devience Theory)

1) social Disorganization Theory

Menurut kelompok kami teori ini valid, karena pada awalnya daerah tempat
Roman tinggal merupakan daerah pedesaan yang ramah lingkungan dan
mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani atau pun pedagang di pasar
tradisional, namun sejak mulai berubahnya peruntukan daerah tersebut menjadi
wilayah industri, lahan-lahan untuk persawahan mulai digunakan untuk tempat
berdirinya pabrik-pabrik besar sehingga nilai-nilai dan tradisi kriminal
mengantikan nilai-nilai dan tradisi konvesional dan di transmisikan (di
teruskan)dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2) DifferentialAssociation
Menurut kelompok kami teori ini valid, karena sudah
banyak terbentuknya kelompok-kelompok kriminal di
daerah tersebut yang memungkinkan adanya regenerasi
para pelaku kejahatan termasuk si pelaku (roman). Dalam
bidang studi sosiologi hukum, tindakan menyimpang yang
dilakukan oleh seseorang terjadi karena adanya proses
pembelajaran pelaku dari lingkungan atau kelompok- Clas
kelompok jahat. Sutherland memandang bahwa perilaku ified
menyimpang bersumber pada pergaulan yang berbeda
(diffrential assosiation), artinya seorang individu
mempelajari suatu perilaku meyimpang dan interaksinya
dengan seorang individu yang berbeda latar belakang
asal, kelompok, atau budaya.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil akhir dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa di dalam
suatu teori kriminologi dari perspektif sosiologis teori yang menurut kami
dapat dikatakan valid, yaitu sebagai berikut :

• Teori Anomie
• Teori Ketegangan Sosial (Strain Teory)
• Teori Penyimpangan Budaya (Cultural Devience Theory)
• Theory social Control
• Teori Labeling
Thank you
Any question ?

Anda mungkin juga menyukai