Anda di halaman 1dari 1

Rangkuman Tata Bahasa

Indonesia

Uploaded by Ivan Lanin

 94% (16) · 28K views · 71 pages


AI-enhanced title

Document Information 
Rangkuman tata bahasa Indonesia untuk para peser…

OriginalDownload
Title 
Rangkuman tata bahasa Indonesia

Copyright
© Attribution Non-Commercial ShareAlike (BY-NC-SA)

Available Formats
Rangkuman tata bahasa Indonesia
DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
Oleh Ivan Lanin

Share
I.
this document
Bahasa ................................................................................................................................................. 1
II. Fonologi .............................................................................................................................................. 5
III. Morfologi ............................................................................................................................................ 6
IV. Sintaksis ............................................................................................................................................ 16
V. Semantik ........................................................................................................................................... 31
VI. Facebook Twitter
Kesusastraan ..................................................................................................................................... 40
VII. Gaya bahasa ...................................................................................................................................... 54
VIII. Kemahiran berbahasa........................................................................................................................ 59


Disusun berdasarkan materi dari http://bit.ly/dAUQ8u sebagai bahan bacaan tambahan bagi para peserta
TSN HPI 2010.

Email
Lisensi CC-BY-NC-SA: Diperkenankan untuk menyalin, mendistribusikan, dan mengadaptasi karya ini
asalkan mencantumkan sumber, bukan untuk tujuan komersial, dan menggunakan lisensi yang serupa
dengan lisensi ini.
Penafian: Meskipun segala upaya telah dilakukan untuk memastikan validitasnya, informasi pada karya
ini diberikan apa adanya tanpa jaminan validitas. Penulis karya tidak bertanggung jawab terhadap
Did you find this document useful?
informasi yang tak akurat atau terhadap penggunaan Anda atas informasi yang ada dalam karya ini.
Selamat mengikuti ujian. Teruskan perjuangan!

Jakarta, 9 Juli 2010.


Oh, hampir lupa. Komentar dapat dikirimkan melalui surel ke ivan at bahtera dot org.

Is this content inappropriate? Report this Document

Rangkuman tata bahasa Indonesia

I. Bahasa
A. Pengertian bahasa
Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem
lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai
makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili
Kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad,
disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus atau leksikon.
Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitu
saja, melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kita
harus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan aturan bahasa. Seperangkat
aturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yang
disebut tata bahasa.
Pada bab berikutnya, sehubungan dengan tata bahasa akan kita bicarakan secara terperinci fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik dan etimologi. Fonologi ialah bagian tata bahasa yang membahas atau
mempelajari bunyi bahasa. Morfologi mempelajari proses pembentukan kata secara gramatikal beserta
unsur-unsur dan bentuk-bentuk kata. Sintaksis membicarakan komponen-komponen kalimat dan proses
pembentukannya. Bidang ilmu bahasa yang secara khusus menganalisis arti atau makna kata ialah
semantik, sedang yang membahas asal-usul bentuk kata adalah etimologi,

B. Fungsi bahasa
Fungsi utama bahasa, seperti disebutkan di atas, adalah sebagai alat komunikasi, atau sarana untuk
menyampaikan informasi (fungsi informatif).
Tetapi, bahasa pada dasarnya lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan
pikiran, perasaan, atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi:
a. untuk tujuan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.
b. untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya guna
pemuasan rasa estetis manusia.
c. sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan kebahasaan.
d. untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia, selama
kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan filologis).
Dikatakan oleh para ahli budaya, bahwa bahasalah yang memungkinkan kita membentuk diri sebagai
makhluk bernalar, berbudaya, dan berperadaban. Dengan bahasa, kita membina hubungan dan kerja sama,
mengadakan transaksi, dan melaksanakan kegiatan sosial dengan bidang dan peran kita masing-masing.
Dengan bahasa kita mewarisi kekayaan masa lampau, menghadapi hari ini, dan merencanakan masa
depan.
Jika dikatakan bahwa setiap orang membutuhkan informasi itu benar. Kita ambil contoh, misalnya,
mahasiswa. Ia membutuhkan informasi yang berkaitan dengan bidang studinya agar lulus dalam setiap
ujian dan sukses meraih gelar atau tujuan yang diinginkan. Seorang dokter juga sama. Ia memerlukan
informasi tentang kondisi fisik dan psikis pasiennya agar dapat menyembuhkannya dengan segera.
Contoh lain, seorang manager yang mengoperasikan, mengontrol, atau mengawasi perusahaan tanpa
informasi tidak mungkin dapat mengambil keputusan atau menentukan kebijakan. Karena setiap orang

BE
I
C

AY ULDK
I
L
3940,

M OL
SHTA

Accessthe
ultimatelibrary
withScribd.

Startyourfree30days

Cancelanytime.

Rangkuman tata bahasa Indonesia

membutuhkan informasi, komunikasi sebagai proses tukar-menukar informasi, dengan sendirinya bahasa
juga mutlak menjadi kebutuhan setiap orang.

C. Perkembangan bahasa Indonesia


Kata Indonesia berasal dari gabungan kata Yunani Indus ‘India’ dan nesos ‘pulau atau kepulauan’. Jadi
secara etimologis berarti kepulauan yang telah dipengaruhi oleh kebudayaan India, atau hanya kepulauan
India. Pencipta kata tersebut ialah George Samuel Windsor Earl, sarjana Inggris yang menulis dan
memakai kata itu dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, Vol. IV, hlm. 17, bulan
Februari 1850. Ia menggunakan kata Indonesians dalam majalah itu. Sedangkan, orang yang
memopulerkan kata lndonesien adalah ahli etnologi Jerman, Adolf Bastian, yang memakainya dalam
buku yang ditulisnya sejak tahun 1884. Buku ini diberi judul Indonesien oder die Inseln des Malayischen
Archipel.
Bahasa Indonesia yang sekarang itu ialah bahasa Melayu Kuno, yang dahulu digunakan orang Melayu di
Riau, Johor. dan Lingga, yang telah mengalami perkembangan berabad-abad lamanya Dalam keputusan
Seksi A No. 8. hasil Kongres Bahasa Indonesia 11 di Medan, 1954, dikatakan bahwa dasar bahasa
Indonesia ialah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan pertumbuhan dalam masyarakat dan kebudayaan
Indonesia sekarang.
Sehubungan dengan perkembangan bahasa Indonesia, ada beberapa masa dan tahun bersejarah yang
penting, yakni:
1. Masa Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-7. Pada waktu itu Bahasa Indonesia yang masih
bernama bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca atau bahasa penghubung, bahasa
pengantar. Bukti historis dari masa ini antara lain prasasti atau batu bertulis yang ditemukan di
Kedukan Bukit, Kota Kapur, Talang Tuwo. Karang Brahi yang berkerangka tahun 680 Masehi.
Selain ini dapat disebutkan bahwa data bahasa Melayu paling tua justru dalam prasasti yang
ditemukan di Sojomerta dekat Pekalongan, Jawa Tengah.
2. Masa Kerajaan Malaka, sekitar abad ke-15. Pada masa ini peran bahasa Melayu sebagai alat
komunikasi semakin penting. Sejarah Melayu karya Tun Muhammad Sri Lanang adalah
peninggalan karya sastra tertua yang ditulis pada masa ini. Sekitar tahun 1521, Antonio Pigafetta
menyusun daftar kata Italia-Melayu yang pertama. Daftar itu dibuat di Tidore dan berisi kata-kata
yang dijumpai di sana.
3. Masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, sekitar abad ke-19. Fungsi bahasa Melayu sebagai sarana
pengungkap nilai-nilai estetik kian jelas. Ini dapat dilihat dari karya-karya Abdullah seperti
Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah, Syair tentang Singapura
Dimakan Api, dan Pancatanderan. Tokoh lain yang Perlu dicatat di sini ialah Raja Ali Haji yang
terkenal sebagai pengarang Gurindam Dua Belas, Silsilah Melayu Bugis, dan Bustanul Katibin.
4. Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan yang pertama kali oleh Prof. Ch. van Ophuysen
dibantu Engku Nawawi dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yang dikenal
dengan Ejaan Van Ophuysen ditulis dalam buku yang berjudul Kitab Logat Melajoe.
5. Tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan Commissie der lndlandsche School en Volkslectuur
(Komisi Bacaan Sekolah Bumi Putra dan Rakyat). Lembaga ini mempunyai andil besar dalam
menyebarkan serta mengembangkan bahasa Melayu melalui bahan-bahan bacaan yang
diterbitkan untuk umum.
6. Tahun 1928 tepatnya tanggal 28 Oktober, dalam Sumpah Pemuda, bahasa Melayu diwisuda
menjadi bahasa Nasional bangsa Indonesia sekaligus namanya diganti menjadi bahasa Indonesia.
Alasan dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa nasional ini didasarkan pada kenyataan bahwa
bahasa tersebut (1) telah dimengerti dan dipergunakan selama berabad-abad sebagai lingua

Rangkuman tata bahasa Indonesia

franca hampir di seluruh daerah kawasan Nusantara, (2) strukturnya sederhana sehingga mudah
dipelajari dan mudah menerima pengaruh luar untuk memperkaya serta menyempurnakan
fungsinya, (3) bersifat demokratis sehingga menghindarkan kemungkinan timbulnya perasaan
sentimen dan perpecahan, dan (4) adanya semangat kebangsaan yang lebih besar dari penutur
bahasa Jawa dan Sunda.
"Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa jang sama, bahasa Indonesia"
demikian rumusan Sumpah Pemuda yang terakhir dan yang benar.
7. Tahun 1933 terbit majalah Poedjangga Baroe yang pertama kali. Pelopor pendiri majalah ini
ialah Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane, yang ketiganya ingin dan
berusaha memajukan bahasa Indonesia dalam segala bidang.
8. Tahun 1938, dalam rangka peringatan 10 tahun Sumpah Pemuda diadakan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo, yang dihadiri ahli-ahli bahasa dan para budayawan seperti Ki Hadjar
Dewantara, Prof Dr Purbatjaraka, dan Prof Dr. Husain Djajadiningrat. Dalam kongres ditetapkan
keputusan untuk mendirikan Institut Bahasa Indonesia, mengganti ejaan van Ophuysen, serta
menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
9. Masa pendudukan Jepang (1942-1945). Pada masa ini peran bahasa Indonesia semakin penting
karena pemerintah Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai
bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa mengangkat bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
dalam administrasi pemerintahan dan bahasa pengantar di lembaga pendidikan, karena bahasa
Jepang sendiri belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Untuk mengatasi berbagai
kesulitan, akhirnya Kantor Pengajaran Balatentara Jepang mendirikan Komisi Bahasa Indonesia.
10. Tahun 1945, tepatnya 18 Agustus, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa negara, sesuai
dengan bunyi UUD 45, Bab XV, Pasal 36: Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
11. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan pemakaian Ejaan Repoeblik sebagai penyempurnaan ejaan
sebelumnya. Ejaan ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi.
12. Balai Bahasa yang dibentuk Wont 1948, yang kemudian namanya diubah menjadi Lembaga
Bahasa Nasional (LBN) tahun 1968, dan diubah lagi menjadi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa pada tahun 1972 adalah lembaga yang didirikan dalam rangka usaha
pemantapan perencanaan bahasa.
13. Atas prakarsa Menteri PP dan K, Mr. Moh. Yamin, Kongres Bahasa Indonesia Kedua diadakan di
Medan tanggal 28 Oktober s.d. 1 November 1954. Dalam kongres ini disepakati suatu rumusan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, tetapi bahasa Indonesia berbeda dari bahasa
Melayu karena bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang sudah disesuaikan pertumbuhannya
dengan masyarakat Indonesia sekarang .
14. Tahun 1959 ditetapkan rumusan Ejaan Malindo, sebagai hasil usaha menyamakan ejaan bahasa
Indonesia dengan bahasa Melayu yang digunakan Persekutuan Tanah Melayu. Akan tetapi,
karena pertentangan politik antara Indonesia dan Malaysia, ejaan tersebut menjadi tidak pernah
diresmikan pemakaiannya.
15. Tahun 1972, pada tanggal 17 Agustus, diresmikan pemakaian Ejaan Yang Disempurnakan yang
disingkat EYD. Ejaan yang pada dasarnya adalah hasil penyempurnaan dari Ejaan Bahasa
Indonesia yang dirancang oleh panitia yang diketuai oleh A. M. Moeliono juga digunakan di
Malaysia dan berlaku hingga sekarang.
16. Tahun 1978, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-50. bulan November di
Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III. Kongres ini berhasil mengambil
keputusan tentang pokok-pokok pikiran mengenai masalah pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia. Di antaranya ialah penetapan bulan September sebagai bulan bahasa.

Rangkuman tata bahasa Indonesia

17. Tanggal 21-26 November 1983, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, berlangsung Kongres Bahasa
Indonesia IV. Kongres yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr. Nugroho
Notosusanto, berhasil merumuskan usaha-usaha atau tindak lanjut untuk memantapkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan negara.
18. Dengan tujuan yang sama, di Jakarta 1988, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V.
19. Tahun 1993, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Kongres Bahasa
Indonesia berikutnya akan diselenggarakan setiap lima tahun sekali.

D. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia


Sebagaimana kita ketahui dari uraian di atas, bahwa sesuai dengan ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi UUD 45, Bab
XV, Pasal 36 Indonesia juga dinyatakan sebagai bahasa negara. Hal ini berarti bahwa bahasa Indonesia
mempunyai kedudukan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa ialah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya,
yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya Sedang fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa tersebut
di dalam kedudukan yang diberikan.

1. Bahasa Nasional

Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi.
Keempat fungsi tersebut ialah sebagai:
1. lambang identitas nasional,
2. lambang kebanggaan nasional,
3. alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya dan bahasa
yang berbeda-beda, dan
4. alat perhubungan antarbudaya dan daerah.

2. Bahasa Negara

Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. bahasa resmi negara,
2. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3. bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4. bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi.

E. Bahasa Indonesia baku


Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang-orang terdidik dan yang
dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yang
baku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang dimaksud
dengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti kaidah atau aturan yang
tetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa

Rangkuman tata bahasa Indonesia

baku dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai
bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan.
Bahasa Indonesia baku dipakai dalam:
1. komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi resmi
atau undang-undang;
2. tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-buku ilmu
pengetahuan;
3. pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato; dan
4. pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang belum dikenal.

II. Fonologi
A. Pengertian
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara
umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone ‘bunyi’ dan ‘logos’ tatanan, kata,
atau ilmu’ disebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian.
 Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana
suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.
 Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai
pembeda arti.
Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedang fonem
ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan
yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan
huruf.
Untuk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu:
1. udara,
2. artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3. titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.

B. Vokal dan konsonan


Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan.
Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan.
Yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan
atau perubahan posisi artikulator .

C. Diftong
Diftong adalah dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Diftong dalam bahasa
Indonesia adalah ai, au, dan oi. Contoh: petai, lantai, pantai, santai, harimau, kerbau, imbau, pulau,
amboi, sepoi.

Trusted by over 1 million members

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million


titles without ads or interruptions!

Start Free Trial

Cancel Anytime.

Rangkuman tata bahasa Indonesia

D. Fonem
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti. Fonem dapat dibuktikan melalui
pasangan minimal.
Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu bahasa yang mengandung kontras minimal.
Contoh:
 pola & pula: membedakan /o/ dan /u/
 barang & parang: membedakan /b/ dan /p/

E. Fonem dan huruf


Bahasa Indonesia memakai ejaan fonemis, artinya setiap huruf melambangkan satu fonem. Namun
demikian masih terdapat fonem-fonem yang dilambangkan dengan digraf (dua huruf melambangkan satu
fonem) seperti ny, ng, sy, dan kh.
Di samping itu ada pula diafon (satu huruf yang melambangkan dua fonem) yakni huruf e yang digunakan
untuk menyatakan e pepet dan e taling.
Huruf e melambangkan e pepet terdapat pada kata seperti: sedap, segar, terjadi. Huruf e melambangkan e
taling terdapat pada kata seperti: ember, tempe, dendeng.

III. Morfologi
Bidang linguistik atau tata bahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal
disebut morfologi. Dalam beberapa buku tata bahasa, morfologi dinamakan juga tata bentukan.
Satuan ujaran yang mengandung makna (leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan
kata atau yang menjadi bagian dari kata disebut morfem. Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri
sendiri dalam suatu tuturan, morfem dibedakan atas dua macam yaitu:
1. morfem terikat, morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri, sehingga harus
selalu hadir dengan mengikatkan dirinya dengan modem bebas lewat proses morfologis, atau
proses pembentukan kata, dan
2. morfem bebas, yang secara potensial mampu berdiri sendiri sebagai kata dan secara gramatikal
menduduki satu fungsi dalam kalimat.
Dalam bahasa Indonesia morfem bebas disebut juga kata dasar. Satuan ujaran seperti buku, kantor, arsip,
uji, ajar, kali, pantau, dan liput merupakan modem bebas atau kata dasar; sedang me-, pe-, -an, ke--an, di-,
swa-, trans-, -logi, -isme merupakan morfem terikat.
Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, sering mengalami perubahan. Misalnya, morfem
terikat me- dapat berubah menjadi men-, mem-, meny-, menge-, dan menge- sesuai dengan lingkungan
yang dimasuki. Variasi modem yang terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alomorf.

A. Proses morfologis
Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian.
Proses ini , meliputi afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang ketiga proses morfologis di atas perlu ditegaskan terlebih dahulu
tiga istilah pokok dalam proses ini, Yaitu kata dasar, bentuk dasar, dan unsur langsung.

Rangkuman tata bahasa Indonesia

Kata dasar: kata yang belum berubah, belum mengalami proses morfologis, baik berupa proses
penambahan imbuhan, proses pengulangan, maupun proses pemajemukan.
Bentuk dasar: bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, dapat berupa kata dasar, kata
berimbuhan, kata ulang, dan dapat pula berupa kata majemuk.
Unsur langsung: bentuk dasar dan imbuhan yang membentuk kata jadian.

1. Afiksasi

Dalam tata bahasa tradisional afiks disebut imbuhan, yaitu morfem terikat yang dapat mengubah makna
gramatikal suatu bentuk dasar. Misalnya me- dan -kan, di- dan -kan, yang dapat mengubah arti gramatikal
seperti arsip menjadi mengarsipkan, diarsipkan.
Proses penambahan afiks pada sebuah bentuk dasar atau kata dasar inilah yang disebut afiksasi.
Afiks yang terletak di awal bentuk kata dasar. seperti ber-, di-; ke-, me-, se-, pe-, per-, ter-, pre-, swa-,
adalah prefiks atau awalan.
Yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar, seperti -em, -er-, -el-, disebut infiks atau sisipan.
Yang terletak di akhir kata dasar, seperti -i -an, -kan, -isme, -isasi, -is,-if dan lain-lain dinamakan sufiks
atau akhiran.
Gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk satu kesatuan dan bergabung dengan kata dasarnya secara
serentak seperti:ke-an pada kata keadilan, kejujuran, kenakalan, keberhasilan, kesekretarisan, pe-an
seperti pada kata pemberhentian, pendahuluan, penggunaan, penyatuan, dan per-an sebagaimana dalam
kata pertukangan, persamaan, perhentian, persatuan dinamakan konfiks.
Ingat, karena konfiks sudah membentuk satu kesamaan, maka harus tetap dihitung satu morfem. Jadi kata
pemberhentian dihitung tiga morfem, bukan empat, Bentuk dasarnya henti, satu morfem, mendapat
prefiks ber-, satu morfem, dan mendapat konfiks pe-an yang juga dihitung satu morfem, maka semuanya
tiga morfem.
Tidak semua afiks dibicarakan di sini. Yang akan dibahas hanya afiks-afiks yang memiliki frekuensi
kemunculan dalam soal-soal tinggi.
Afiks produktif ialah afiks yang mampu menghasilkan terus dan dapat digunakan secara teratur
membentuk unsur-unsur baru. Yang termasuk afiks produktif ialah: me-, di-, pe-, ber-, -an, -i, pe-an, per-
an, dan ke-an. Sedangkan yang termasuk afiks improduktif ialah: sisipan -el-, -em-, er-, atau akhiran -
wati.

a) Prefiks me-

Berfungsi membentuk verba atau verba. Prefiks ini mengandung arti struktural:
a. ‘melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar ’. Contoh: menari, melompat, mengarsip,
menanam, menulis, mencatat.
b. ‘membuat jadi atau menjadi’. Contoh: menggulai, menyatai, meninggi, menurun, menghijau,
menua.
c. ‘mengerjakan dengan alat’. Contoh: mengetik, membajak, mengail mengunci, mengetam.
d. ‘berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai’. Contoh: membujang, menjanda, membabi buta.
e. ‘mencari atau mengumpulkan’. Contoh: mendamar, merotan.
f. dll.

Rangkuman tata bahasa Indonesia

b) Prefiks ber-

Berfungsi membentuk verba (biasanya dari nomina, adjektiva, dan verba sendiri). Prefiks ini mengandung
arti:
a. ‘mempunyai’ contoh: bernama, beristri, beruang, berjanggut.
b. ‘memakai’ contoh: berbaju biru, berdasi, berbusana.
c. ‘melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)’ contoh: berhias, bercukur, bersolek.
d. ‘berada dalam keadaan’ contoh: bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria, berleha-leha.
e. ‘saling’, atau ‘timbal-balik ’ (resiprok) contoh:bergelut, bertinju bersalaman, berbalasan.
f. dll.

c) Prefiks pe-

Berfungsi membentuk nomina (dan verba, adjektiva, dan nomina sendiri). Prefiks ini mendukung makna
gramatikal:
a. ‘pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar contoh: penguji, pemisah, pemirsa,
penerjemah, penggubah, pengubah, penatar, penyuruh, penambang.
b. ‘alat untuk me...’ contoh: perekat, pengukur, pengadang, penggaris.
c. ‘orang yang gemar’ contoh: penjudi, pemabuk, peminum, pencuri pecandu, pemadat.
d. ‘orang yang di ...’ contoh: petatar, pesuruh.
e. ‘alat untuk ...’ contoh: perasa, penglihat, penggali.
f. dll.

d) Prefiks per-

Berfungsi membentuk verba imperatif. Mengandung arti:


a. ‘membuat jadi’ (kausatif) contoh: perbudak, perhamba, pertuan.
b. ‘membuat lebih’ contoh. pertajam, perkecil, perbesar, perkuat
c. ‘membagi jadi’ contoh: pertiga, persembilan
d. dll.

e) Prefiks di-

Berfungsi membentuk verba, dan menyatakan makna pasif, contoh: diambil, diketik, ditulis, dijemput,
dikelola.

f) Prefiks ter-

Berfungsi membentuk verba (pasif) atau adjektiva. Arti yang dimiliki antara lain ialah:
a. ‘dalam keadaan di’ contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat.
b. ‘dikenai tindakan secara tak sengaja’, contoh: tertinju, terbawa, terpukul.
c. ‘dapat di-’, contoh: terangkat, termakan, tertampung.

Rangkuman tata bahasa Indonesia

d. ‘paling (superlatif)’, contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.


e. dll.

g) Prefiks ke-

Berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, nomina, dan verba. Sebagai
pembentuk nomina, prefiks ke- bermakna gramatikal ‘yang di ... i’, atau ‘yang di ... kan’, seperti pada kata
kekasih dan ketua.

h) Sufiks –an

Berfungsi membentuk nomina. Prefiks ini mengandung arti:


a. ‘hasil’ atau ‘akibat dari me-’, contoh: tulisan, ketikan, catatan, pukulan, hukuman, buatan,
tinjauan, masukan.
b. ‘alat untuk melakukan pekerjaan’, contoh: timbangan, gilingan, gantungan.
c. ‘setiap’, contoh: harian, bulanan, tahunan, mingguan.
d. ‘kumpulan’, ‘seperti’, atau ‘banyak’, contoh: lautan, durian, rambutan.
e. dll.

i) Konfiks ke-an

Berfungsi membentuk nomina abstrak, adjektiva, dan verba pasif. Konfiks ini bermakna:
a. ‘hal tentang’, contoh: kesusastraan, kehutanan, keadilan, kemanusiaan, kemasyarakatan,
ketidakmampuan, kelaziman.
b. ‘yang di...i’, contoh: kegemaran ‘yang digemari’, kesukaan ‘yang disukai’, kecintaan ‘yang
dicintai’.
c. ‘kena’, atau ‘terkena’, contoh: kecopetan, kejatuhan, kehujanan, kebanjiran, kecolongan.
d. ‘terlalu’, contoh: kebesaran, kekecilan, kelonggaran, ketakutan.
e. ‘seperti’, contoh: kekanak-kanakan, kemerah-merahan.
f. dll.

j) Konfiks pe-an

Berfungsi membentuk nomina. Arti konfiks ini di antaranya ialah:


a. ‘proses’, contoh: pemeriksaan ‘proses memeriksa’, penyesuaian ‘proses menyesuaikan’,
pelebaran ‘proses melebarkan’;
b. ‘apa yang di-’, contoh: pengetahuan ‘apa yang diketahui’, pengalaman ‘apa yang dialami’,
pendapatan ‘apa yang didapat’.
c. dll.

k) Konfiks per-an

berfungsi membentuk nomina. Arti konfiks ini ialah:

Rangkuman tata bahasa Indonesia

a. ‘perihal ber-’, contoh: persahabatan ‘perihal bersahabat’, perdagangan ‘perihal berdagang’,


perkebunan ‘perihal berkebun’, pertemuan ‘perihal bertemu’.
b. ‘tempat untuk ber-’, contoh: perhentian, perburuan persimpangan, pertapaan.
c. ‘apa yang di’, contoh: pertanyaan, perkataan.
d. dll.

l) Afiks serapan

Untuk memperkaya khazanah bahasa Indonesia, kita menyerap unsur-unsur dari bahasa daerah dan
bahasa asing. Contoh afiks serapan:
1. dwi-: dwilingga, dwipurwa, dwiwarna, dwipihak, dwifungsi.
2. pra-: praduga, prasangka, prasejarah, prasarana, prakiraan, prasaran, prabakti, prasetia,
prawacana, prakata.
3. swa- : swalayan. swadesi, swasembada, swapraja, swatantra, swadaya, swasta.
4. awa- : awagas, awabau, awaracun, awalengas.
5. a-, ab-: asusila, amoral, ateis, abnormal.
6. anti-: antipati, antiklimaks, antitoksin, antihama, antiseptik
7. homo-: homogen, homoseks, homofon, homonim, homograf, homorgan
8. auto-: autodidak, autokrasi, autobiografi, automobil, autonomi
9. hipo-: hiponim, hipotesis, hipokrit, hipovitaminosis
10. poli-: polisemi, poligami, poliandri, polisilabis, poliklinik
11. sin-: sintesis, sinonim, sintaksis, sinkronis, simpati, simposium
12. tele-: telepon, telegraf, telegram, telepati, teleskop, teleks
13. trans-: transaksi, transisi, transportasi, transkripsi, transmisi, transliterasi, transformasi,
transmigrasi, transfer, transitif
14. inter-: interaksi, interelasi, interupsi, internasional, intersuler, intermeso, interlokal, dan lain-lain.
15. -isasi: modernisasi, tabletisasi, pompanisasi, kuningisasi, dan lain-lain

2. Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasar. Ada beberapa macam
reduplikasi, sebagai berikut:
1. Kata ulang penuh, yaitu yang diperoleh dengan mengulang seluruh bentuk dasar ; ada dua.
macam:
a. Yang bentuk dasarnya sebuah morfem bebas, disebut dwilingga: ibu-ibu, buku-buku,
murid-murid
b. Yang bentuk dasarnya kata berimbuhan: ujian-ujian, kunjungan-kunjungan, persoalan-
persoalan

10

Rangkuman tata bahasa Indonesia

2. Dwipurwa, yang terjadi karena pengulangan suku pertama dari bentuk dasarnya: reranting, lelaki,
leluhur, tetangga, kekasih, lelembut . Di antara dwipurwa ada yang mendapat akhiran, seperti kata
ulang pepohonan, rerumputan, dan tetanaman.
3. Dwilingga salin suara adalah dwilingga yang mengalami perubahan bunyi: sayur-mayur, mondar-
mandir, gerak-gerik, bolak-baliki, seluk-beluk, compang-camping, ingar-bingar, hiruk-pikuk,
ramah-tamah, serba-serbi, serta-merta, dan lain-lain.
4. Kata ulang berimbuhan: berjalan-jalan, anak-anakan, guruh-gemuruh, rias-merias, tulis-menulis,
berbalas-balasan, kekanak-kanakan, mengulur-ulur, meraba-raba, menjulur-julurkan, dan lain-
lain.
5. Kata ulang semu (bentuk ini sebenarnya merupakan kata dasar, jadi bukan hasil pengulangan atau
reduplikasi): laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, dan empek-empek .
Reduplikasi menyatakan arti antara lain sebagai berikut:
1. ‘jamak’: Murid-murid berkumpul di halaman sekolah. Di perpustakaan terdapat buku-buku
pelajaran.
2. ‘intensitas kualitatif’: Anto menggandeng tangan Anti erat-erat. Baju yang dijual di toko itu
bagus-bagus.
3. ‘intensitas kuantitatif’: Berjuta-juta penduduk Bosnia menderita akibat perang berkepanjangan.
Kapal itu mengangkut beratus-ratus peti kemas.
4. ‘intensitas frekuentatif ’: Orang itu berjalan mondar-mandir. Pada akhir bulan ini ayah pergi-
pergi saja. Berkali-kali anak itu dimarahi ibunya.
5. ‘melemahkan’: Warna bajunya putih kehijau-hijauan. Wati tersenyum kemalu-maluan melihat
calon mertuanya datang.
6. ‘bermacam-macam’: Pepohonan menghiasi puncak bukit itu. Ibu membeli buah-buahan. Sayur-
mayur dijual di pasar itu.
7. ‘menyerupai’: Tingkah laku orang itu kekanak-kanakan. Orang-orangan dipasang di tengah
sawah. Adik bermain mobil-mobilan.
8. ‘resiproks (saling)’ : Mereka tolong-menolong menggarap ladang. Kedua anak itu berpukul-
pukulan setelah cekcok mulut.

Anda mungkin juga menyukai