1
terlempar pada marabahaya,dan kepribadiamya, di masa datang akan
memiliki sifat-sifat kekerasan dan emosional yang melampui batas.
2. Kasih Sayang dalam Pendidikan
Wardani (2002 :12) mengemukakan bahwa seorang pendidik harus
melakukan berbagai peran dalam menjalankan suatu proses pendidikan,
diantaranya:
1) Guru sebagai Pembimbing
2) Pendidik sebagai Pembentuk Kepribadian
3) Pendidik sebagai Tempat Perlindungan
4) Pendidik sebagai Figur Teladan
5) Pendidik Sebagai Sumber Pengetahuan
B. Kewibawaan Dalam Pendidikan
1. Makna Kewibawaan
Kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada
seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengannya secara sadar
dan sukarela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.
2. Awal Penerimaan Kewibawaan oleh Anak
3. Kewibawaan dan Penerimaan Norma Oleh Anak
Sehubungan dengan penerima norma itu, kiranya perlu di paparkan
Bagaimana proses penerimaan norma itu oleh anak. Sadulloh (2011:170)
menyatakan bahwa tahap-tahap proses penerimaan norma adalah, sebagai
berikut:
a. Anak menghadapi pendidik sebagai pendukung norma tertentu.
b. Anak kemudian mengerti bahwa tindakan-tindakan itu atau tingkah
laku pendidiknya itu diatur oleh sesuatu yang disebut norma.
c. Setelah anak dapat melihat norma terlepas dari si pendukung norma,
maka tindakan atau tingkah laku pendidik sebagai pendukung norma,
selalu dibandingkandengan norma yang diketahui anak, juga dengan
peraturan atau norma yang dikatakan oleh pendidiknya itu.
d. Bila ternyata pendidik mempunyai tingkah laku yang cocok dengan
norma yang dikemukakan atau dinasihatkan, maka anak kan merima
norma itu dengan sukarela.
2
Dalam lingkungan pendidikan, menurut Sadulloh (2011:170)
menyatakan bahwa kepercayaan yang diberikan oleh pendidik kepada
anak didik mempunyai dua arti:
1) Bahwa keinginan pendidik untuk terus mengikat pribadi anak didik
pada dirinya telah dapat diatasi oleh pendidik.
2) Bahwa kepercayaan itu merupakan tempat sumber bagi anak didik
untuk tumbuh dan berkembang.
4. Mempertahankan Kewibawaan
Pendidik harus mempertahankan kewibawaan yang dimilikinya,
sehingga kewibawaan tersebut harus dipelihara dan dibinanya Sadulloh
(2011:171)mengemukakan bahwa “ada tiga sendi kewibawaan untuk
memeliharanya, yaitu : kepercayaan, kasih sayang, dan kemampuan
mendidik."
Selain ketiga hal diatas, Sadulloh (2011:171) menyatakan bahwa dalam
mempertahankan kewibawaan tersebut perlu didukung oleh keadaan batin
pemilik kewibawaan (orang dewasa: orang tua, guru dan yang lainnya),
yaitu:
a) Adanya rasa cinta
b) Adanya rasa demi kamu: Demi kamu atau you attitude
c) Adanya kelebihan batin.
d) Adanya ketaatannya kepada norma
5. Mengurangi Kewibawaan dalam Pendidikan
Pendidik lama kelamaan harus mengurangi kewibawaannya, hal ini
berarti, bahwa semakin lama anak harus diberi kesempatan untuk berdiri
sendiri. Anak harus semakin diberi kesempatan mengambil keputusan atas
tanggung jawabnya sendiri.
Sadulloh (2011:73) menyatakan bahwa agar kewibawaannya yang dimiliki
oleh pendidik tidak goyah, tidak melemah, maka hendaknya pendidik itu
selalu:
a. Bersedia memberi alasan.
b. Bersikap demi kamu (You Attitude).
c. Bersikap sabar.
d. Bersikap memberi kesabaran
3
RESUME KEL 8
TANGGUNG JAWAB DAN PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN
KELUARGA
2.1 Pengertian Keluarga
Menurut Munandar (1985:9) keluarga dalam arti sempit kata adalah
kelompok.sosial terkecil dari komunitas yang dibentuk oleh perkawinan dan
terdiri dari seorang suami (ayah), istri (ibu) dan anak-anak mereka. Sedangkan
keluarga dalam arti kata yang lebih luas, misalnya keluarga RT, keluarga yang
kompleks atau keluarga Indonesia.
2.2 Pengertian Pendidikan Keluarga
Dalam berbagai literatur, para ahli memberikan berbagai perspektif tentang
pengertian pendidikan keluarga. Misalnya Mansur (2005:88), mendefinisikan
pendidikan keluarga adalah proses memberi nilai positif bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak sebagai landasan pendidikan lanjutan. Selain itu,
Abdullah juga mendefinisikan pendidikan keluarga sebagai semua upaya yang
dilakukan oleh orang tua dalam bentuk habituasi dan improvisasi untuk membantu
mengembangkan kehidupan pribadi mereka.
2.3 Tanggung Jawab Orang Tua
Pasal 1 Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, mengatakan:
Pernikahan adalah ikatan jasmani dan rohani antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan sejahtera berdasarkan Satu Ketuhanan. Anak yang lahir dari
pernikahan ini adalah anak yang sah dan merupakan hak dan tanggung jawab
kedua orang tua untuk menjaga dan mendidik mereka sebaik mungkin. Kewajiban
orang tua untuk mendidik anak ini terus berlanjut sampai dia menikah atau bisa
berdiri sendiri.
Menurut Fuad Ihsan (2008:1) tanggung jawab pendidikan oleh kedua
orangtua meliputi:
a) Memelihara dan membesarkannya.
b) Melindungi dan menjamin kesehatannya.
c) Mendidiknya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang berguna
untuk hidupnya.
4
d) Membahagiakan anak-anak untuk dunia dan akhirat dengan memberi mereka
pendidikan agama sesuai dengan tuntunan Tuhan sebagai tujuan akhir kehidupan
Muslim. Tanggung jawab ini juga dikategorikan sebagai tanggung jawab kepada
Allah. Agar tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak-anak terwujud,
perlu diupayakan dengan berbagai cara, termasuk:
a) Kesadaran orang tua tentang tanggung jawab pendidikan dan membina
anak terus menerus.
b) Orang tua perlu dilengkapi dengan teori pendidikan atau cara mendidik anak.
c) Selain itu orang tua perlu juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mereka sebagai pendidik pertama dan utama untuk anak-anak mereka, dengan
cara belajar terus menerus.