Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN KONFLIK (UPAYA-UPAYA PENYELESAIAN MASALAH DALAM

ORGANISASI SEKOLAH MENGGUNAKAN SISTEM PEMBELAJARAN ABAD 21)


Diah Nofita Dewi
UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan
diahnofita38@gmail.com

Abstrak

Abstract

A. PENDAHULUAN
Upaya dalam KBBI adalah usaha atau ikhtiar. Dalam hal ini, upaya merupakan suatu usaha
untuk menyelesaikan sebuah persoalan atau masalah dengan mencari jalan keluar. Selain itu,
upaya adalah kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Torsina, 1987:4). Melalui
upaya, seseorang dapat membuat keputusan untuk mengatasi konflik yang terjadi di
lingkungan sekolah seperti dalam organisasi.

Organisasi yaitu sekelompok orang yang sepakat untuk bekerja sama untuk kepentingan
bersama, maka dikatakan bahwa mereka berorganisasi atau mereka memerlukan organisasi.
Dalam pengertian lain, organisasi adalah suatu kelompok orang dalam sebuah wadah yang
memiliki kesepakatan bersama untuk meraih tujuan bersama secara teratur dan rasional
dengan adanya pemimpin yang terencana (El-Fata, 2021:19, 21) Di dalam organisasi, ada
kepentingan yang membutuhkan sejumlah komponen, tujuan, serta sasaran organisasi yang
tepat (Badrianto, 2021). Menurut McKinsey, komponen yang dibutuhkan dalam organisasi
ada 7. Model ini paling sering digunakan sebagai alat untuk menilai dan memantau perubahan
situasi internal organisasi. Di dalam pelaksanaannya, ke-7 komponen tersebut sangat perlu
dilakukan dengan selaras dan saling mendung satu dengan yang lain. 7 model tersebut yaitu :

1. Strategy (Hard Element)


Maksudnya adalah apa saja yang masuk ke dalam strategi mestinya sesuai dengan arah
dan cakupan perusahaan dalam jangka panjang. Itulah sebabnya sangat penting untuk
menentukan fokus dari organisasi. Barulah ditentukan tahapan untuk bisa
memperolehnya. Upayakan untuk merampingkan proses di dalam tujuan.

2. Structure (Hard Element)


Buatlah struktur yang dapat berkaitan di dalam menjalankan strategi guna mencapai
tujuan. Struktur dapat dibuat berdasarkan beberapa hal:
– Struktur dibentuk berdasarkan strategi

– Struktur dibentuk berdasarkan fungsi dan dapat bersifat matriks.

– Struktur dibentuk dengan fleksibel berdasarkan sumber daya yang ada atau budget.

3. System (Hard Element)


Sistem sangat penting ketika ingin menjalankan sebuah organisasi. Beberapa sistem yang
dapat digunakan yaitu : a. HRIS, sebuah perangkat lunak yang memiliki database dan
memungkinkan untuk melakukan penginputan penyimpanan dan memanipulasi data dari
karyawan yang berada di perusahaan. Ini memungkinkan untuk melakukan visualisasi
global dan mengakses informasi penting dari karyawan (Gulati, 2012). b, Sistem
informasi manajemen, yaitu sekumpulan sub-sistem informasi yang menyeluruh dan
terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga
menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai
dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang ditetapkan (Scott, 1997:100).
c. Sistem retail, software berbasis web. d. Call center sistem, e. Online sistem, dan
sebagainya. Dengan banyaknya sistem yang sudah ada, harapannya adalah organisasi bisa
berjalan dengan baik dan efektif.

4. Staff (Soft Element)


Merupakan komponen yang terpenting dari organisasi. Karena staff ini berupa sumber
daya manusia yang menjadi pelaku utama dalam organisasi. Semua SDM yang ada
haruslah dikembangkan, diberikan pelatihan dan juga motivasi.

5. Skill (Soft Element)


Semua bagian yang termasuk dalam organisasi diharapkan mempunyai kemampuan dan
kompetensi agar dapat memberikan sesuatu yang terbaik bagi lembaga atau organisasi.

6. Style (Soft Element)


Style ini berupa gaya kepemimpinan, gaya komunikasi, dan gaya mengambil keputusan.
Dalam organisasi, gaya-gaya tersebut sangat penting dikuasai oleh staff (SDM).

7. Shared Value (Soft Element)


Organisasi sangat penting menentukan apa yang menjadi nilai-nilai yang akan dianutnya.
Berdasarkan nilai-nilai inilah kemudian semua keputusan dan tindakan dapat didasarkan.

Selanjutnya adalah tujuan organisasi, secara umum tujuan organisasi untuk mencapai atau
merealisasikan keinginan atau cita-cita bersama dari tiap anggota organisasi untuk
mendapatkan keuntungan dan keberhasilan dari tujuan organisasi serta untuk mengatasi
terbatasnya kemandirian dan kemampuan pribadi untuk mencapai tujuan bersama.

Dari beberapa pengertian serta komponen dalam organisasi, sebenarnya ada yang lebih
penting untuk menyelesaikan persoalan dari artikel yang penulis buat ini yaitu
pembelajaran abad 21. Penulis menggunakan abad 21 karena hidup yang sedang kita
jalani yaitu pada abad 21. Lalu, sebenarnya apasih abad 21 itu? Pada pembahasan kali ini,
penulis telah merangkumnya untuk menjadi sebuah solusi dari permasalahan organisasi
yang biasa terjadi di sekolah.
B. METODE
Artikel ini menggunakan metode kualitatif yang di mana metode kualitatif adalah sebuah
penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam kontak sosial secara
alami dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti
dengan fenomena yang ingin dibahas. Tujuan penelitian ini juga untuk mendapatkan
informasi sedetail-detailnya. Semakin mendalam data yang diperoleh maka semakin bagus
kualitas penelitian tersebut. Dalam metode kualitatif, jenis yang digunakan oleh penulis
sendiri adalah jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam
tentang individu, organisasi, bisnis, atau lembaga tertentu. Tujuannya untuk menggambarkan
kondisi, mencari penyebab, serta memungkinkan peneliti menemukan solusi atas
permasalahan yang ada.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Masalah dalam organisasi itu lumrah terjadi apalagi di dalam sebuah organisasi banyak sekali
perkumpulan manusia yang memiliki sifat berbeda-beda. Namun, dalam suatu organisasi
biasanya memiliki tujuan yang sama walaupun sering terkendala dalam perbedaan pendapat
dan lain sebagainya.
Sebelumnya, penulis telah membuat kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan terkait
organisasi. Nah dari kuesioner yang penulis bagikan, ada beberapa orang yang mengisi dan
menjawab pertanyaan seputar masalah atau problem yang biasa terjadi di dalam organisasi.
Sehingga menghasilkan data seperti di bawah ini.

Nama pengisi Pertanyaan : Apakah Pertanyaan : Apa yang harus


masalah yang biasa muncul dilakukan untuk
dalam organisasi menyelesaikan masalah
tersebut
Aulia Mirliani Safitri Ragu-ragu dalam Berlatih
menyampaikan pendapat atau
biasa disebut teori komunikasi
spiral of silent
Winda Alaisa Masalah internal Bermusyawarah
Ning Imas Zuhrotul Perbedaan pendapat, kurang Mengadakan evaluasi
disiplin, dan masih
mementingkan ego
Anugrah Kurrniati Perbedaan pendapat Membuat forum
Viki Makhlihatuz Zakiyah Masalah yang biasa muncul Adakan evaluasi guna
dalam organisasi adalah memperbaiki kesalahan-
perbedaan pendapat antara satu kesalahan yang pernah
anggota dengan anggota lain, dilakukan supaya dapat
kurangnya kesadaran diri dibenahi
sendiri, dan lain sebagainya

Dari data di atas, “perbedaan pendapat” yang menjadi mayoritas jawaban. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sumber utama permasalahan dalam organisasi adalah perbedaan pendapat.
Perbedaan pendapat atau dissenting opinion adalah pendapat yang berbeda dengan apa yang
diputuskan dan dikemukakan oleh satu atau lebih orang dalam suatu pengambilan keputusan.
Istilah dissenting opinion merupakan jargon dalam sejarah peradilan Indonesia yang lahir dan
berkembang dalam negara-negara yang menggunakan sistem hukum common law, seperti
Amerika Serikat dan Inggris. Hal tersebut lantas diadopsi negara-negara yang menganut
sistem hukum kontinental, seperti Indonesia, Belanda, Perancis, dan Jerman. Penerapan legal
opinion khususnya dissenting opinion dalam kasus tersebut tidak lain tidak bukan bertujuan
akhir mencari kebenaran hakiki (Ihwan, 2015).

Selanjutnya, pada kasus ini menekankan penyelesaian masalah dengan menggunakan


pembelajaran abad 21. Tapi, apasih sebenarnya abad 21 itu?
Pada umumnya, kompetensi abad 21 disebut 4C. Kompetensi abad 21 merupakan kumpulan
keterampilan yang diperlukan pada perkembangan zaman. Adapun kompetensi abad 21 yang
dimaksud meliputi keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan
pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication),
dan berkolaborasi (collaboration). Kompetensi 4C tersebut mulai ditanamkan baik dalam
proses pembelajaran.

Lebih jauhnya lagi, kompetensi abad 21 mencakup banyak hal. Keterampilan (skills) yang
tergolong dalam kompetensi abad 21 meliputi:

1. Critical thinking (pemikiran kritis)

Berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,
membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan
mengembangkannya ke arah lebih sempurna (Wijaya C, 2010)

Berpikir kritis berarti proses mental yang efektif dan handal, digunakan dalam mengejar
pengetahuan yang relevan dan benar tentang dunia (Jansen, 2011).

Berpikir kritis yaitu kegiatan aktif, gigih, dan pertimbangan yang cermat mengenai
sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun yang diterima dipandang dari
berbagai sudut alasan yang mendukung dan menyimpulkan (Surya, 2011).

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pemikiran kritis, bisa disimpulkan bahwa
critical thinking adalah kemampuan seseorang dalam menganalisis permasalahan serta
ide atau gagasan, ke arah yang lebih spesifik untuk mencari solusi sesuai nalar dan
pengetahuan yang dimiliki.

Jika dalam sebuah organisasi memiliki sumber daya manusia yang mampu berpikir kritis,
tentu permasalahan-permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan dengan cepat dan
sebaik-baiknya.

2. Creativity (kreativitas)
Secara sederhana, kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta. Artinya, bagaimana
seseorang menggunakan daya imajinasinya dan sejumlah kemungkinan yang diperoleh
karena interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain, serta lingkungan.

Suatu kreativitas dapat mewujudkan ide cemerlang yang belum pernah terpikirkan
sebelumnya oleh sebagian besar orang. Kemampuan ini dapat berguna untuk banyak hal,
salah satunya untuk menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi (Mulachela, 2022)

3. Collaboration (kolaborasi)
Secara etimologi, collaborative berasal dari kata co dan labor yang mengandung makna
sebagai penyatuan tenaga atau peningkatan kemampuan yang dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama. Selanjutnya,
kata kolaborasi sering kali digunakan untuk menjelaskan proses penyelesaian pekerjaan
yang bersifat lintas batas, lintas sektor, lintas hubungan (O’Leary, 2010), ataupun lintas
organisasi bahkan lintas negara sekalipun. Adapun secara terminologi kolaborasi
mengandung makna yang sangat umum dan luas yang mendeskripsikan adanya situasi
tentang terjadinya kerja sama antara dua orang ataupun institusi atau lebih yang saling
memahami permasalahan masing-masing secara bersama-sama dan berusaha untuk saling
membantu memecahkan permasalahan masing-masing secara bersama-sama pula. Bahkan
secara lebih spesifik, kolaborasi merupakan kerja sama yang intensif untuk
menanggulangi permasalahan kedua pihak secara bersamaan (Saleh, 1.4)

4. Communication (komunikasi)
Komunikasi dalam suatu orga- nisasi selalu merupakan komunikasi
timbal balik, demi kepentingan semua
pihak.
Dalam berkomunikasi kita
menciptakan persamaan pengertian,
ide, pemikiran, dan sikap tingkah laku
kita terhadap orang lain. Jadi komu- nikator dan komunikan mempunyai
kesamaan dan kesepakatan pesan
sehingga menimbulkan suatu pengertian. Dalam proses komunikasi meli- batkan
beberapa komponen yaitu:
1. Komunikator (sumber)
2. Pesan
3. Saluran
4. Komunikan (organisasi/publik)
5. Efek
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sangatlah penting dalam suatu
kehidupan berorganisasi, bahkan menjadi tuntutan. Komunikasi dalam
organisasi menjadi titik sentral dalam menciptakan situasi dan lingkungan
yang kondusif, menjalin komunikasi berkesinambungan, meningkatkan
kepercayaan publik, meningkatkan citra baik perusahaan/ organisasi bahkan
membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu
produk/jasa. Oleh karena itu komunikasi dalam suatu organisasi harus
dipahami dengan benar, diaplikasikan serta dikembangkan oleh siapapun
baik perorangan, masyarakat dan organisasi.
(Rahmanto, 2004)

5. Information literacy (informasi literasi)


Zaman digital sekarang ini harusnya dapat lebih mudah dan cepat dalam meningkatan
budaya literasi di setiap tempat. Dengan meningkatkan budaya literasi akan berpengaruh
baik terhadap kecakapan seluruh masyarakai Indonesia untuk bernalar dan berpikir kritis
terhadap kehidupa sehari-hari, khususnya menghadapi tantangan globalisasi. Selain itu,
Indonesia juga akan menghadapi defisit sumber daya manusia yang cerdas dan
berkualitas jika generasi penerus atau generasi muda dan pegiat literasi harus mampu
meningkatkan kapasitas diri secara mandiri dan memperluas diri dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, meningkatkan menguatkan budaya
literasi pada era digital perlu ditingkatkan dan dipertahankan guna meningkatkan
kecakapan dan upaya pemerataan pendidikan dan pemberantasan buta aksara,
meningkatkan pemahaman intelektual dan kesiapan untuk menghadapi tantangan
globalisasi serta mengubah pola pikir dan bernalar masyarakat dalam menghadapi
perkembangan dunia. (Susanti Ginting, 2020)
6. Leadership (kepemimpinan)
kepemimpinan merupakan suatu usaha dari seorang pemimpin untuk dapat
merealisasikan tujuan individu atau- pun tujuan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin
diharapkan dapat memengaruhi, mendukung, dan memberikan motivasi agar para
pengikutnya tersebut mau melaksanakannya secara antusias dalam mencapai tujuan yang
diinginkan baik secara individu maupun organisasi (Wijono, 2018:4)

7. Initiative (inisiatif)
8. Productivity (produktivitas)
9. Social skills (keterampilan sosial)

3 Kategori kompetensi abad 21


Kompetensi abad 21 terbagai menjadi tiga kategori meliputi:

1. Keterampilan belajar (learning skills)


Learning skills adalah keterampilan yang melatih keterampilan belajar. Dalam hal ini learning
skills menekankan pada kompetensi abad 21 yang mencakup 4C (creative thinking, critical
thinking,communication, dan collaboration).

Keterampilan belajar (4C) mengajarkan Anda tentang proses mental yang diperlukan untuk
beradaptasi dan memperbaiki lingkungan kerja modern. Pasalnya kemampuan berpikir kritis
bisa membantu untuk menyelesaikan sebuah masalah dan menemukan solusi. Sementara
kreativitas digunakan untuk menemukan inovasi-inovasi. Adapun kolaborasi dan komunikasi
digunakan untuk kemampuan bersosialisasi dengan orang lain.

2. Keterampilan literasi (literacy skills)


Keterampilan literasi (literacy skills) berfokus pada bagaimana Anda dapat membedakan
fakta, menentukan sumber informasi, mampu menangkal informasi bohong (hoaks), dan
mengetahui teknologi di baliknya. Keterampilan ini sangat diperlukan di tengah era informasi
yang berkembang pesat. Ada banyak informasi yang membanjiri internet, oleh sebab itu perlu
keterampilan untuk memilah dan mengecek apakah informasi tersebut benar atau tidak.

Adapun tiga keterampilan literasi abad 21 (literacy skills) adalah:

Literasi informasi: memahami fakta, angka, statistik, dan data


Literasi media: memahami metode dan saluran di mana informasi diterbitkan
Literasi teknologi: memahami mesin yang membuat informasi

3. Keterampilan hidup (life skills)


Keterampilan hidup berfokus untuk mewujudkan kecakapan Anda dalam bertahan hidup dan
kualitas kehidupan pribadi maupun profesional. Keterampilan ini bisa membantu dan
memengaruhi karier Anda.

Keterampilan yang masuk dalam life skills antara lain:

Fleksibilitas (flexibility): kemampuan untuk mudah beradaptasi dan keterampilan untuk


adaptif ketika rencana tak berjalan sesuai rencana.
Kepemimpinan (leadership): kemampuan memimpin menjadi hal penting dalam memotivasi
tim untuk mencapai tujuan.
Inisiatif (initiative): Memulai proyek, strategi, dan rencana sendiri
Produktivitas (productivity): kemampuan untuk mempertahankan efisiensi di tengah
lingkungan kerja yang banyak distraksi
Keterampilan sosial (social skills): kemampuan untuk bersosialisasi dan berjejaring dengan
orang lain untuk saling menguntungkan
Pengertian pembelajaran abad 21
Setelah mengetahui kompetensi abad 21, perlu strategi untuk mewujudkan kompetensi
tersebut. Pembelajaran abad 21 pun hadir sebagai jalan menuju tercapainya kompetensi abad
21. Pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran yang menggabungkan tiga kompetensi abad
21, yakni kemampuan belajar (learning skills), kemampuan literasi (literacy skills),
keterampilan hidup (life skills), keterampilan dan sikap, serta penguasaan terhadap teknologi.

Pembelajaran abad 21 menekankan pada pembelajaran adaptif menggunakan siklus berulang.


Mulai dari mengajukan pertanyaan (pengujian), pembelajaran atau materi penguat (belajar),
dan menilai kepercayaan peserta didik dalam apa yang dia ketahui.

Dengan menggunakan pendekatan “pertanyaan-pertama”, pembelajaran adaptif menyelidiki


apa yang pelajar ketahui dan kuasai dan di mana mereka memiliki kesenjangan dan
membutuhkan dukungan instruksional. Menggunakan kurikulum yang disesuaikan,
pembelajaran adaptif dapat memperkuat kompetensi abad ke-21 dan memberikan
pengetahuan baru tentang produk, layanan, dan proses khusus perusahaan.

Adaptive learning adalah pendekatan cara pengajaran yang memungkinkan siswa untuk
belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan dapat bergerak maju melalui unit-unit pelajaran
dengan kecepatan mereka sendiri.

Dalam rangka mencapai kompetensi abad 21, pembelajaran abad 21 menekankan pada Higher
Order Thinking (HOTS) atau proses pembelajaran dengan melibatkan unsur berpikir tingkat
tinggi. Biasanya pembelajaran abad 21 menggunakan metode berbasis proyek (Project Based
Learning) atau Inquiry Based Learning.

Ketidakmampuan peserta didik bisa terus diperbaiki dengan adaptive learning. Pembelajaran
adaptif mengacu pada personalisasi pengalaman belajar bagi peserta pelatihan dengan
menggunakan teknologi berbasis komputer. Menggunakan teknologi pembelajaran adaptif,
komputer memodifikasi konten pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan.

Perkembangan teknologi pembelajaran adaptif didorong oleh kebutuhan untuk menyesuaikan


konten pembelajaran sehingga peserta pelatihan dengan berbagai tingkat keterampilan dapat
lebih efisien mengakses informasi berdasarkan kebutuhan spesifik mereka. Kompetensi abad
21 pun mudah tercapai dengan pembelajaran abad 21 berbasis pembelajaran adaptif.

D. SIMPULAN
E. SARAN
F. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai