Abstrak
Abstract
A. PENDAHULUAN
Upaya dalam KBBI adalah usaha atau ikhtiar. Dalam hal ini, upaya merupakan suatu usaha
untuk menyelesaikan sebuah persoalan atau masalah dengan mencari jalan keluar. Selain itu,
upaya adalah kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Torsina, 1987:4). Melalui
upaya, seseorang dapat membuat keputusan untuk mengatasi konflik yang terjadi di
lingkungan sekolah seperti dalam organisasi.
Organisasi yaitu sekelompok orang yang sepakat untuk bekerja sama untuk kepentingan
bersama, maka dikatakan bahwa mereka berorganisasi atau mereka memerlukan organisasi.
Dalam pengertian lain, organisasi adalah suatu kelompok orang dalam sebuah wadah yang
memiliki kesepakatan bersama untuk meraih tujuan bersama secara teratur dan rasional
dengan adanya pemimpin yang terencana (El-Fata, 2021:19, 21) Di dalam organisasi, ada
kepentingan yang membutuhkan sejumlah komponen, tujuan, serta sasaran organisasi yang
tepat (Badrianto, 2021). Menurut McKinsey, komponen yang dibutuhkan dalam organisasi
ada 7. Model ini paling sering digunakan sebagai alat untuk menilai dan memantau perubahan
situasi internal organisasi. Di dalam pelaksanaannya, ke-7 komponen tersebut sangat perlu
dilakukan dengan selaras dan saling mendung satu dengan yang lain. 7 model tersebut yaitu :
– Struktur dibentuk dengan fleksibel berdasarkan sumber daya yang ada atau budget.
Selanjutnya adalah tujuan organisasi, secara umum tujuan organisasi untuk mencapai atau
merealisasikan keinginan atau cita-cita bersama dari tiap anggota organisasi untuk
mendapatkan keuntungan dan keberhasilan dari tujuan organisasi serta untuk mengatasi
terbatasnya kemandirian dan kemampuan pribadi untuk mencapai tujuan bersama.
Dari beberapa pengertian serta komponen dalam organisasi, sebenarnya ada yang lebih
penting untuk menyelesaikan persoalan dari artikel yang penulis buat ini yaitu
pembelajaran abad 21. Penulis menggunakan abad 21 karena hidup yang sedang kita
jalani yaitu pada abad 21. Lalu, sebenarnya apasih abad 21 itu? Pada pembahasan kali ini,
penulis telah merangkumnya untuk menjadi sebuah solusi dari permasalahan organisasi
yang biasa terjadi di sekolah.
B. METODE
Artikel ini menggunakan metode kualitatif yang di mana metode kualitatif adalah sebuah
penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam kontak sosial secara
alami dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti
dengan fenomena yang ingin dibahas. Tujuan penelitian ini juga untuk mendapatkan
informasi sedetail-detailnya. Semakin mendalam data yang diperoleh maka semakin bagus
kualitas penelitian tersebut. Dalam metode kualitatif, jenis yang digunakan oleh penulis
sendiri adalah jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam
tentang individu, organisasi, bisnis, atau lembaga tertentu. Tujuannya untuk menggambarkan
kondisi, mencari penyebab, serta memungkinkan peneliti menemukan solusi atas
permasalahan yang ada.
Dari data di atas, “perbedaan pendapat” yang menjadi mayoritas jawaban. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sumber utama permasalahan dalam organisasi adalah perbedaan pendapat.
Perbedaan pendapat atau dissenting opinion adalah pendapat yang berbeda dengan apa yang
diputuskan dan dikemukakan oleh satu atau lebih orang dalam suatu pengambilan keputusan.
Istilah dissenting opinion merupakan jargon dalam sejarah peradilan Indonesia yang lahir dan
berkembang dalam negara-negara yang menggunakan sistem hukum common law, seperti
Amerika Serikat dan Inggris. Hal tersebut lantas diadopsi negara-negara yang menganut
sistem hukum kontinental, seperti Indonesia, Belanda, Perancis, dan Jerman. Penerapan legal
opinion khususnya dissenting opinion dalam kasus tersebut tidak lain tidak bukan bertujuan
akhir mencari kebenaran hakiki (Ihwan, 2015).
Lebih jauhnya lagi, kompetensi abad 21 mencakup banyak hal. Keterampilan (skills) yang
tergolong dalam kompetensi abad 21 meliputi:
Berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,
membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan
mengembangkannya ke arah lebih sempurna (Wijaya C, 2010)
Berpikir kritis berarti proses mental yang efektif dan handal, digunakan dalam mengejar
pengetahuan yang relevan dan benar tentang dunia (Jansen, 2011).
Berpikir kritis yaitu kegiatan aktif, gigih, dan pertimbangan yang cermat mengenai
sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun yang diterima dipandang dari
berbagai sudut alasan yang mendukung dan menyimpulkan (Surya, 2011).
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pemikiran kritis, bisa disimpulkan bahwa
critical thinking adalah kemampuan seseorang dalam menganalisis permasalahan serta
ide atau gagasan, ke arah yang lebih spesifik untuk mencari solusi sesuai nalar dan
pengetahuan yang dimiliki.
Jika dalam sebuah organisasi memiliki sumber daya manusia yang mampu berpikir kritis,
tentu permasalahan-permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan dengan cepat dan
sebaik-baiknya.
2. Creativity (kreativitas)
Secara sederhana, kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta. Artinya, bagaimana
seseorang menggunakan daya imajinasinya dan sejumlah kemungkinan yang diperoleh
karena interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain, serta lingkungan.
Suatu kreativitas dapat mewujudkan ide cemerlang yang belum pernah terpikirkan
sebelumnya oleh sebagian besar orang. Kemampuan ini dapat berguna untuk banyak hal,
salah satunya untuk menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi (Mulachela, 2022)
3. Collaboration (kolaborasi)
Secara etimologi, collaborative berasal dari kata co dan labor yang mengandung makna
sebagai penyatuan tenaga atau peningkatan kemampuan yang dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama. Selanjutnya,
kata kolaborasi sering kali digunakan untuk menjelaskan proses penyelesaian pekerjaan
yang bersifat lintas batas, lintas sektor, lintas hubungan (O’Leary, 2010), ataupun lintas
organisasi bahkan lintas negara sekalipun. Adapun secara terminologi kolaborasi
mengandung makna yang sangat umum dan luas yang mendeskripsikan adanya situasi
tentang terjadinya kerja sama antara dua orang ataupun institusi atau lebih yang saling
memahami permasalahan masing-masing secara bersama-sama dan berusaha untuk saling
membantu memecahkan permasalahan masing-masing secara bersama-sama pula. Bahkan
secara lebih spesifik, kolaborasi merupakan kerja sama yang intensif untuk
menanggulangi permasalahan kedua pihak secara bersamaan (Saleh, 1.4)
4. Communication (komunikasi)
Komunikasi dalam suatu orga- nisasi selalu merupakan komunikasi
timbal balik, demi kepentingan semua
pihak.
Dalam berkomunikasi kita
menciptakan persamaan pengertian,
ide, pemikiran, dan sikap tingkah laku
kita terhadap orang lain. Jadi komu- nikator dan komunikan mempunyai
kesamaan dan kesepakatan pesan
sehingga menimbulkan suatu pengertian. Dalam proses komunikasi meli- batkan
beberapa komponen yaitu:
1. Komunikator (sumber)
2. Pesan
3. Saluran
4. Komunikan (organisasi/publik)
5. Efek
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sangatlah penting dalam suatu
kehidupan berorganisasi, bahkan menjadi tuntutan. Komunikasi dalam
organisasi menjadi titik sentral dalam menciptakan situasi dan lingkungan
yang kondusif, menjalin komunikasi berkesinambungan, meningkatkan
kepercayaan publik, meningkatkan citra baik perusahaan/ organisasi bahkan
membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu
produk/jasa. Oleh karena itu komunikasi dalam suatu organisasi harus
dipahami dengan benar, diaplikasikan serta dikembangkan oleh siapapun
baik perorangan, masyarakat dan organisasi.
(Rahmanto, 2004)
7. Initiative (inisiatif)
8. Productivity (produktivitas)
9. Social skills (keterampilan sosial)
Keterampilan belajar (4C) mengajarkan Anda tentang proses mental yang diperlukan untuk
beradaptasi dan memperbaiki lingkungan kerja modern. Pasalnya kemampuan berpikir kritis
bisa membantu untuk menyelesaikan sebuah masalah dan menemukan solusi. Sementara
kreativitas digunakan untuk menemukan inovasi-inovasi. Adapun kolaborasi dan komunikasi
digunakan untuk kemampuan bersosialisasi dengan orang lain.
Adaptive learning adalah pendekatan cara pengajaran yang memungkinkan siswa untuk
belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan dapat bergerak maju melalui unit-unit pelajaran
dengan kecepatan mereka sendiri.
Dalam rangka mencapai kompetensi abad 21, pembelajaran abad 21 menekankan pada Higher
Order Thinking (HOTS) atau proses pembelajaran dengan melibatkan unsur berpikir tingkat
tinggi. Biasanya pembelajaran abad 21 menggunakan metode berbasis proyek (Project Based
Learning) atau Inquiry Based Learning.
Ketidakmampuan peserta didik bisa terus diperbaiki dengan adaptive learning. Pembelajaran
adaptif mengacu pada personalisasi pengalaman belajar bagi peserta pelatihan dengan
menggunakan teknologi berbasis komputer. Menggunakan teknologi pembelajaran adaptif,
komputer memodifikasi konten pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan.
D. SIMPULAN
E. SARAN
F. DAFTAR PUSTAKA