Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SABELLA ANDHINI PUTRI

NIM : 1813451008
KELAS : REGULER 1 SEMESTER 3

DATA RANCANGAN SURVEILENS VEKTOR DAN BINATANG


PEMBAWA PENYAKIT
No Kegiatan Uraian
.
1 Kode ICD : B74
2 Penyakit untuk surveilens : Filariasis
3 Rasional untuk surveilans : Filariasis pertama kali ditemukan di
Indonesia pada tahun 1877. Filariasis
atau yang lebih dikenal juga
dengan penyakit kakigajah merupakan
penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh infeksi cacing laria dan
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Penyakit ini dapat menimbulkan cacat
seumur hidup berupa pembesaran
tangan, kaki, payudara, dan buah zakar.
cacing filaria hidup disaluran dan
kelenjar getah bening. Data WHO
menunjukkan bahwa di dunia terdapat
1,3 miliar penduduk yang berada di
lebih dari 83 negara berisiko tertular
filariasis, dan lebih dari 60% negara-
negara tersebut berada di Asia
Tenggara. Diperkirakan lebih dari 120
juta orang diantaranya sudah terinfeksi
dengan 43 juta orang sudah
menunjukkan gejala klinis berupa
pembengkakan anggota tubuh di kaki
atau lengan (Lymphoedema) atau
anggota tubuh lainnya. Penyakit ini
tersebar luas terutama di pedesaan,
dapat menyerang semua golongan umur
baik anak-anak maupun dewasa, laki-
laki dan perempuan. Penyakit ini
merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang serius di
Indonesia. Diperkirakan sampai tahun
2009 penduduk berisiko tertular
filariasis lebih dari 125 juta orang yang
tersebar di 337 kabupaten/kota endemis
filariasis dengan 11.914 kasus kronis
yang dilaporkan dan diestimasikan
prevalensi microfilaria 19%, kurang
lebih penyakit ini akan mengenai 40
juta penduduk.
4 Tujuan Surveilens :  Untuk menghasilkan
data/informasi yang akurat,
konsisten, lengkap dan tepat
waktu
 Untuk mengetahui situasi
epidemiologi dan besarnya
masalah penyakit filariasis di
masyarakat
 Mendeteksi dini peningkatan
penyebaran penderita penyakit
filariasis
5 Definisi kasus : Definisi kasus klinis
 Dalam wilayah tempat penyakit
tidak dikenal menjadi ada, pada
pasien berusia 30 tahun atau
lebih mengalami pembengkakan
pada tungkai dan lengan atau
meninggal karena filariasis

Kriteria Laboratorium untuk


diagnosis
Pemeriksaan dari darah berbagai pasien
dengan filariasis

Klasifikasi kasus
Suspected (dicurigai): Suatu kasus
dengan definisi kasus klinis
Probable: tidak dapat diterapkan
Confirmed: Suatu kasus dicurigai yang
dikonfirmasi dengan pemeriksaan
laboratorium

Catatan: Dalam wilayah yang terancam


filariasis, bila jumlah kasus yang
“confirmed” meningkat, perubahan
harus dibuat menggunakan terutama
klasifikasi kasus “suspected”.

* Filariasis muncul pada semua


golongan umur, bagaimanapun,
pelaporan filaria secara bermakna
mengurangi spesifisitas laporan. Untuk
pengelolaan kasus filariasis dalam
wilayah ada epidemik filariasis, filaria
harus suspected pada semua pasien.
Penyakit ini disebabkan karena infeksi
cacing filaria. Penyakit kaki gajah
disebabkan oleh cacing dari kelompok
nematoda, yaitu Wucheraria bancrofti,
Brugia malayi dan Brugia timori.
Filariasis atau yang lebih dikenal juga
dengan penyakit kaki gajah merupakan
penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh infeksi cacing filaria
dan ditularkan oleh berbagai jenis
nyamuk. Penyakit ini dapat
menimbulkan cacat seumur hidup
berupa pembesaran tangan, kaki,
payudara, dan buah zakar. cacing filaria
hidup disaluran dan kelenjar getah
bening. Infeksi cacing filaria dapat
menyebabkan gejala klinis akut dan
atau kronik.
6 Tipe surveilens : Surveilens rutin
Data yang terkumpul pada kasus harus
pula dimasukkan ke dalam laporan
rutin mingguan dari tingkat intermedia
ke tingkat pusat.
Syndromic surveillance (multiple
disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap
sindroma (kumpulan gejala) penyakit,
bukan masing-masing penyakit.
Surveilans sindromik mengamati
indikator-indikator individu sakit,
seperti pola perilaku, gejala-gejala,
tanda, atau temuan laboratorium, yang
dapat ditelusuri dari aneka sumber,
sebelum diperoleh konfirmasi
laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat
dikembangkan pada level lokal,
regional, maupun nasional
Internasional:
 Kasus pertama yang dicurigai
harus dilaporkan ke WHO
(mandatory)
 Data agregat pada kasus harus
dilaporkan ke WHO
(mandatory)

7 Data minimum yang di : Data berbasis-kasus untuk investigasi


kumpulkan dan laporan
1. Data penyakit minimum 3-5
tahun terakhir → untuk
membuat grafik maksimum-
maksimum dari laporan
bulanan.
2. Data Mingguan → SKD-KLB
(PWS)
3. Kasus dengan Gol.umur
4. Data Faktor Risiko Lingkungan
5. → (Cakupan sumber &
persebaran vektor dan binatang
pembawa penyakit
6. Data Demografi ( jumlah
penduduk pergolongan)

Data yang diagregasi untuk laporan


Jumlah kasus menurut umur, jenis
kelamin
Jumlah kematian

8 Laporan, penyajian, analisis : Gunakan jumlah mingguan, bukan


data yang direncanakan angka rata-rata
Case fatality rate (CFR)  grafik
Plot Mingguan/Bulanan menurut area
geografik (distrik) dan kelompok umur
(GIS) (Grafik)
Perbandingan dengan periode yang
sama dalam lima tahun sebelumnya.

9 Manfaat utama data untuk : Deteksi outbreak, estimasi insidens dan


membuat keputusan case fatality rate
Kelayakan jadwal investigasi
Menilai penyebaran dan perkembangan
dari penyakit
Perenacanaan untuk pengobatan yang
mendukung pengukuran pencegahan
dan pemberantasan.
10 Aspek-aspek khusus : Sedikitnya ada satu laboratorium
rujukan pada setiap wilayah
direkomendasikan untuk identifikasi
spesies. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara pengolahan dan analisis
data dilakukan secara kuantitatif
dengan cara mengkaji aspek
epidemiologi yang meliputi parasit,
vektor, reservoir, lingkungan,
pengobatan maupun peran serta
masyarakat dalam penanggulangan
filariasis di Indonesia. Pemantauan
suatu epidemic haruslah dilakukan,
bagaimanapun juga, termasuk
konfirmasi laboratorium dari proporsi
kecil dari kasus-kasus pada suatu basis
berlanjut.

11 Informasi kontak : Rumah Sakit

Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai