Hurdle Tech
Hurdle Tech
MIKROBIOLOGI PANGAN
“Hurdle Technology”
Oleh :
Kelompok 10
Syifaul Mubarokah A1M011027
Farha Herzegovina A1M011075
Nadya Wihartati R A1M011083
Nurestu Hidyatiasih A1M011085
A. HURDLE TECHNOLOGY
II. A. 1. Definisi Hurdle Technology
Hurdle Technology merupakan konsep mengenai kombinasi berbagai
pengawetan dan landasan ilmiah yang dikembangkan oleh Leistner, seorang
peneliti dari Jerman. Hurdle technology atau dikenal juga dengan teknologi
kombinasi adalah metode yang mengkombinasikan dua atau lebih metode
pengawetan pada level rendah dibandingkan bila pengawetan tersebut
dilakukan dengan metode pengawetan tunggal. Hurdle technology tidak
hanya sekedar mengkombinasikan berbagai metode pengawetan, namun juga
dapat digunakan untuk mengoptimalkan efek pengawetan yang diinginkan
tanpa memberikan perlakuan pengawetan yang berlebihan. Setiap faktor yang
berperan dalam pengawetan atau metode yang digunakan untuk tujuan
pengawetan disebut hurdle. Beberapa contoh hurdle tersebut termasuk garam,
pH berkurang, aktivitas air berkurang, perlakuan panas dan kemasan.
Gambar 2. Berbagai hurdle yang diterapkan pada bahan pangan untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. (Leistner, 1995)
Gambar 2c menunjukkan kondisi yang hampir mendekati keadaan
sebenarnya, dimana intensitas masing-masing hurdle juga berbeda. Hurdle
utama pada Gambar 2c hanya aw dimana mikroorganisme tidak bisa
melewati hurdle tersebut. Sedangkan pada gambar 2d menunjukkan bahwa
keseluruhan hurdle tidak dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang menyebabkan makanan membusuk.
Sifat dari asap cair dipengaruhi oleh komponen utama yaitu selulosa,
hemiselulosa dan lignin yang proporsinya bervariasi tergantung pada jenis
bahan yang akan di pirolisis. Proses pirolisis sendiri melibatkan berbagai
proses reaksi diantaranya dekomposisi, oksidasi, polimerisasi dan kondensasi.
Asap cair juga mengandung senyawa yang merugikan yaitu tar dan
senyawa benzopiren yangbersifat toksik dan karsinogenik serta menyebabkan
kerusakan asam amino esensial dari protein dan vitamin. Pengaruh ini
disebabkan adanya sejumlah senyawa kimia di dalam asap cair yang dapat
bereaksi dengan komponen bahan makanan. Upaya untuk memisahkan
komponen berbahaya di dalam asap cair dapat dilakukan dengan cara
redistilasi, yaitu proses pemisahan kembali suatu larutan berdasarkan titik
didihnya. Redistilasi dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang
tidak diinginkan dan berbahaya sehingga diperoleh asap cair yang jernih,
bebas tar, poliaromatik hidrokarbon (PAH) dan benzopiren pendispersi.
II. B. 3. Penggunaan Asap Cair pada Pembuatan Dendeng Sapi.
Daging yang sudah diasapkan memiliki kadar air yang sangat rendah.
Makanan yang memiliki kadar air rendah akan lebih tahan terhadap mikroba.
Mikroba adalah semacam bakteri yang dapat menyebabkan makanan busuk
dalam waktu cepat. Dendeng sapi asap yang rendah air membuat salah satu
olahan daging ini menjadi tidak cepat busuk.
Materi
Metode
Aktivitas air
Kombinasi Perlakuan
Lama
penyimpana Penambahan Asap Cair Rata-rata
n (bulan) Pengemasan
0% 2% 3% 5%
0
Vakum 0,598 0, 596 0,590 0,590 0,595ns
3
Vakum 0,610 0,616 0,617 0,619 0,616b
Kombinasi Perlakuan
Lama
penyimpanan Penambahan Asap Cair Rata-rata
(bulan) Pengemasan
0% 2% 3% 5%
PE 3,9 x 104 2,4 x 104 1,8 x 104 1,5 x 104 2,4 x 104 ns
Vakum 4,8 x 104 2,3 x 104 1,5 x 104 1,4 x 104 2,5 x 104 ns
0
PE 6,7 x 103 4,7 x 103 2,4 x 103 1,8 x 103 3,9 x 103 ns
Vakum 6,8 x 103 3,7 x 103 1,9 x 103 1,5 x 103 3,5 x 103 ns
1
PE 6,2 x 103 2,8 x 103 1,7 x 103 1,8 x 103 3,1 x 103 a
Vakum 4,4 x 103 2,1 x 103 1,3 x 103 1,1 x 103 2,2 x 103 b
2
PE 3,5 x 104 2,1 x 104 9,3 x 103 8,5 x 103 5,8 x 103 a
Vakum 1,9 x 104 1,2 x 104 7,4 x 103 8,7 x 103 1,8 x 103 b
3
PE 3,2 x 106 2,1 x 106 4,7 x 105 9,7 x 104 1,4 x 106 a
4 Vakum 1,6 x 106 5,9 x 105 2,2 x 105 5,6 x 104 1,2 x 105 b
2. Metode pengemasan
3. Kyuring
Gula 80 40
Garam dapur 10 5
Ketumbar 4 2
Lengkuas 4 2
4. Pengeringan
Angka TBA
Kombinasi Perlakuan
Lama
penyimpanan Penambahan Asap Cair Rata-rata
(bulan) Pengemasan
0% 2% 3% 5%
Nilai pH
Nilai pH dendeng pada penelitian ini memiliki rerata 5,39 pada awal
bulan penyimpanan dan 5,32 pada akhir penyimpanan. Nilai pH pada kisaran
tersebut masih mampu untuk menghambat mikroba. Menurut Buckle et al.
(1985), nilai pH rendah antara 5,1 sampai 6,1 menyebabkan daging
mempunyai struktur terbuka sehingga sangat baik untuk pengasinan, berwarna
merah muda cerah dan mempunyai flavor yang disukai oleh konsumen, serta
mempunyai stabilitas yang lebih baik terhadap kerusakan oleh
mikroorganisme. Nilai pH dendeng sapi pada masing‐masing persentase
perlakuan pemberian asap cair cenderung mengalami kenaikan selama
penyimpanan. Kenaikan pH disebabkan karena selama penyimpanan
komponen asap yaitu phenol dan asam‐asam lemak yang ada di dalam
produk menguap sehingga jumlahnya makin berkurang.
Kombinasi Perlakuan
Lama
Rata-
penyimpanan Penambahan Asap Cair
Pengemasan rata
(bulan)
0% 2% 3% 5%
Warna
Tingkat kesukaan
0 1 2 3 4
B. Saran
Arga Arya Achmadi Awal. 2012. Penggunaan Asap Cair pada Daging dan
Pengaruhnya Terhadap Kualitas Daging. Universitas Hassanudin.
Makassar.
Burt, J.R. 1988. Fish Smohng and Drying. The Effect of Smolring and Dwng
onThe Nutritional Properties of Fish. Elsevier Applied Science.
Iwan Setiawan, dkk. 1997. Pengawetan Ikan dengan Pencelupan Asap Cair.
Prosiding Seminar Tek.Pangan 1997. UGM. Yogyakarta.
Maga, J.A. 1987. Smoke in Food Processing. CRC Press Inc. Boca Raton. Florida.
S. Rahayu, V.P. Bintoro, Kusrahayu. 2012. “Pengaruh Pemberian Asap Cair dan
Metode Pengemasan Terhadap Kualitas dan Tingkat Kesukaan Dendeng
Sapi Selama Penyimpanan”. Jurnal Aplikasi Pangan Vol.1: 108-114.