Laporan Pendahuluan Struma Nodusa Non Toxic
Laporan Pendahuluan Struma Nodusa Non Toxic
OLEH:
HJ. YUNITA, S. Kep
NPM. 2314901210119
2. Etiologi/Penyebab
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tiroid merupakan
faktor penyebab pembedaran tiroid antara lain:
2.1 Defisiensi iodium :
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang
kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya
daerah pegunungan.
2.2 Kelainan metabolik kongenital yang menghambat hormon tiroid
2.3 Penghambatan sintesis hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam
kol, lobal. dan kacang kedelai)
2.4 Penghambatan sintesis hormon oleh obat-obatan (thiocarbamide,
sulfonylyurea) (Brunicardi et al, 2010)
3. Tanda Gejala
3.1 Gagguan menelan
3.2 Peningkatan metabolisme karena kien hiperaktif dengan meningkatnya
denyut nadi
3.3 Peningkatan simpat (jantung berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak
tahan cuaca dingin, diare, gemetar dan kelelahan)
Pada pemeriksaan status lokalis struma nodusa, dibedakan dalam hal :
Jumlah nodul ; satu (soliter), atau lebih dari satu (multipel)
Konsistensi : lunak, kistik, keras dan sangat keras
Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada.
Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.
Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tyroid ; ada atau tidak ada
(Brunicardi et al, 2010)
4. Penatalaksanaan
4.1 Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di
daerah endemik sedang dan berat.
4.2 Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan
dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
4.3 Penyuntikan lipidol.
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah
endemik diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang
dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun
diberi 0,2 cc – 0,8 cc.
4.4 Tindakan operasi (strumektomi).
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan
operasi bila pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya :
penekanan pada organ sekitarnya, indikasi, kosmetik, indikasi keganasan
yang pasti akan dicurigai.
4.5 L-tiroksin selama 4-5 bulan
Preparat ini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan
pemeriksaan sidik tiroid ulng. Apabila nodul mengecil, terapi dianjutkan
apabila tidak mengecil bahkan membesar dilakukan biopsy atau operasi.
4.6 Biopsy aspirasi jarum halus.
Dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10mm.
5. Pemeriksaan Penunjang
5.1 Pada palpasi teraba batas yang jelas, bemodul satu atau lebih,
konsistensinya kenyal.
5.2 Human trylogobulin (untuk keganasan tyroid)
5.3 Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troskin) dan T3
(tridotironim) dalam batas normal. Nilai normal T3 = 0,6-2,0, T4 = 4,6-11
5.4 Pada pemeriksaan USG dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul.
5.5 Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsy aspirasi jarum halus
yang hanya dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang
berpengalaman.
5.6 Pemeriksaan sidik tiroid.
Hasil dapat dibedakan 3 bentuk yaitu :
a) Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.
b) Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada
sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
c) Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini
berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain
6. Mekanisme Fisiologis
7. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
7.1 Diagnosa 1 : Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Definisi : Kurang dari Kebutuhan tubuh adalah Asupan nutrisi tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
7.2 Diagnosa 2 : Resiko Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi : Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan
jalan nafas tetap paten.
7.3 Diagnosa 3 : Gangguan Rasa Nyaman
Definisi : Merasa kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial
7.4 Diagnosa 3 : Gangguan Konsep Diri
Definisi : Gangguan identitas diri merupakan diagnosis keperawatan yang
didefinisikan sebagai ketidakmampuan mempertahankan keutuhan
persepsi terhadap identitas diri.
8. Batasan Karteristik
8.1 Diagnosa 1 : Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
- Cepat kenyang setelah makan
- Nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
10. NOC
10.1 Diagnosa 1 : Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi meningkat dengan kriteria hasil :
- Porsi makan yang dihabiskan meningkat
- Berat badan membaik
- Indek massa tubuh (IMT) membaik
10.2 Diagnosa 2 : Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
jalan napas pasien menjadi normal dengan kriteria hasil :
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Mengi atau wheezing menurun
10.3 Diagnosa 3 : Gangguan Rasa Nyaman
Setelah dilakukan asuhan kep selama 1x24 jam diharapkan status
kenyamanan pasien meningkat dengan kriteria hasil :
- Status kenyamanan meningkat
- Kualitas tidur dan istirahat adekuat
10.4 Diagnosa 3 : Gangguan Konsep Diri
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
konsep diri pasien meningkat dengan kriteria hasil :
- Persepsi terhadap diri baik
- Perasaan fluktuatif terhadap diri menurun
- Penampilan peran efektif meningkat
11. NIC
11.1 Diagnosa 1 : Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Monitor asupan makanan
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (k/p)
10.5 Diagnosa 2 : Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif
- Monitor jalan napas
- Monitor sputum
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik (k/p)
11.2 Diagnosa 3 : Gangguan Rasa Nyaman
- Intruksikan menggunakan Teknik relaksasi
- Identifikasi skala nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
11.3 Diagnosa 3 : Gangguan Konsep Diri
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
- Ajarkan memecahkan masalah secara kontruktif
12. NIC
Armerinayanti, N. W. (2017). Goiter Sebagai Faktor Predisposisi Karisinoma
Tiroid. Warmadewa Medical Journal. 1 (2), 42.
https://doi.org/10.22225/wmj.1.2.27.42-50. Diakses pada tanggal 10
maret 2021.
Syarifuddin, drs. AMK. 2010. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa
keperawatan, edisi 3. EGC : Jakarta.
Tampatty, G. T. (2018). Profil Pemeriksaan Ultrasonografi Pada Pasien
Struma Di RSUP Prof. DR. R. D. Kandaou Manado Periode Januari
2018-Juni 2018.