BAB. V
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN
KOTA SINGKAWANG
5.1.1.2.1. Bandara
Bandara Singkawang direncanakan berlokasi di Jalan Penkam Kelurahan Pangmilang
Kecamatan Singkawang Selatan dengan sumbu landas pacu yang mempunyai azimuth
90o00’1,187‖ dimana ujung barat landasan pacunya berjarak sekitar 700 m dari Pawon
Tiga (batas alam antara Kelurahan Pangmilang dengan Desa Karimunting). Landasan pacu
Bandara Singkawang ini berjarak 6 km dari garis pantai dan memiliki elevasi dasar 8 m di
atas permukaan laut rata-rata (msl; mean sea level) dengan koordinat geografis sebagai
berikut :
Pada tahap awal, Bandara Singkawang dibangun sebagai bandara pengumpan (spoke)
dengan panjang landasan pacu 1.400 meter. Dalam kondisi seperti ini, Bandara Singkawang
dapat melayani penerbangan pesawat seperti ATR 42-500 (46-48 penumpang), ATR 72-
500 (64-68 penumpang), dan Fokker 50 (58 penumpang). Pada akhir masa rencana,
bandara tersebut direncanakan menjadi bandara pengumpul dengan panjang landasan pacu
2,6 km.Pengembangan landasan pacu dapat dilakukan dengan penambahan panjang ke
arah timur sekitar 800 meter dan ke arah barat sekitar 400 meter.
Oleh karena diawali dengan penetapannya sebagai bandara pengumpan, maka pada tahap
awal, rute yang dilayani Bandara Singkawang dapat dimulai dengan rute pengumpan yang
berfungsi sebagai penunjang rute utama yang menghubungkan:
Pemegang izin usaha angkutan udara niaga tak berjadwal dapat melakukan kegiatan
angkutan udara niaga tidak berjadwal dalam negeri dan atau luar negeri. Dalam keadaan
tertentu, pemegang izin usaha angkutan udara niaga tidak berjadwal dapat melakukan
usaha angkutan udara niaga berjadwal, apabila adanya kebutuhan kapasitas pada rute
tertentu (Pontianak-Jakarta misalnya), tidak dapat dipenuhi atau tidak dilayani oleh
perusahaan angkutan udara niaga berjadwal (Kepmenhub No. KM 11/2001 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara pasal 34 dan 35).
Agar bandara dapat beroperasi sesegera mungkin saat selesai dibangun, maka perlu segera
dilakukan kegiatan merendahkan puncak dari G. Ulu Sedau yang pelaksanaannya harus
diintegrasikan dengan berbagai kegiatan pembangunan yang membutuhkan proses
penimbunan di antaranya pembangunan landasan pacu dan jalan akses ke bandara serta
pembangunan infrastruktur transportasi lainnya.
a. Difungsikan untuk trayek jarak jauh terutama yang jumlahnya relatif masih sedikit yaitu
trayek LBN (lintas batas negara) dan AKAP (antarkota antarprovinsi), dan AKDP
(antarkota dalam provinsi) di antaranya trayek ke Pontianak, Ngabang, Entikong,
Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Semitau, dan Ketapang.
b. Memberikan peluang terbaginya trayek Singkawang-Sambas, Singkawang-Kartiasa, dan
trayek lainnya untuk terbagi ke terminal Alianyang dengan disertai insentif untuk
trayek antara Terminal Alianyang dengan Terminal Beringin yang melewati kawasan
sekitar Terminal Pasiran.
c. Memberikan peluang terselenggaranya pelayanan angkutan bis malam.
d. Desain ulang terminal (baik dalam hal luas, tata letak, tata pemanfaatan bangunan,
fasilitas penunjang, serta pelebaran rumija atau perubahan jalan akses / jalan masuk
khususnya dari arah barat hingga ke Jalan Ratu Sepudak) sehingga menciptakan
kenyamanan bagi pengemudi serta kondisi dan suasana yang kondusif bagi penumpang
terutama rasa aman dan nyaman seperti melengkapinya dengan pos polisi, minimarket
24 jam, tempat atau ruang tunggu yang nyaman, dan hiburan yang sesuai.
Terminal Pasiran dan Beringin masih merupakan lokasi strategis bagi tujuan pepergian
karena kedua terminal tersebut melayani penduduk yang pada umumnya mengadakan
pepergian ke Kota Singkawang dengan tujuan ke tempat-tempat kegiatan perdagangan dan
jasa yang keberadaannya membutuhkan batas ambang (threshold) jumlah penduduk
pendukung yang relatif tinggi seperti perdagangan alat-alat mesin, perdagangan grosir, dan
jasa reparasi. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah trayek Singkawang-Pemangkat.
Fungsi dan peran Kota Singkawang sebagai pusat pelayanan regional sebagai tarikan
pepergian (trip attraction) harus ditingkatkan dengan peningkatan pelayanan kedua
terminal tersebut.
Untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah armada sehingga melebihi daya daya tampung
kedua terminal tersebut, perlu segera dikaji upaya memfungsikan Terminal Alianyang
dengan memberikan insentif untuk trayek yang melayani hubungan antara kawasan
Terminal Berigin, kawasan Terminal Pasiran, dan Terminal Induk, serta pemindahan trayek
antarkota jarak jauh (lebih dari 100 km) atau untuk tujuan selain Kabupaten Sambas dan
Bengkayang.
a. Penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, yang diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan
jalan, yaitu klasifikasi jalan berdasarkan muatan sumbu terberat (MST) dan karakteristik
lalu lintas; dan
b. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan, yang membedakan menjadi empat macam
yaitu: jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil.
Berdasarkan klasifikasi jalan menurut spesifikasi penyediaan prasarana jalan, maka pada
akhir masa rencana di wilayah Kota Singkawang terdapat jalan bebas hambatan ( free way),
jalan raya (high way), jalan sedang (road), dan jalan kecil (street).Berdasarkan RTRWN,
jalan Singkawang-Pontianak adalah jalan bebas hambatan. Karenanya, rumija jalan tersebut
adalah 30 meter. Jalan arteri primer yang menghubungkan Singkawang-Sambas
direncanakan sebagai jalan raya dengan rumija (jarak antar pagar yang berhadapan) selebar
25 meter.
DAS Raya) agar tidak masuk ke Danau Sarantangan. Air di Danau Sarantangan saat ini
terkontaminasi oleh air limbah dari daerah PETI. Selanjutnya adalah pembangunan
saluran yang merupakan Batas Kota antara Sagatani dengan Sungai Raya, Rukmajaya,
Goa Boma, dan Rantau. Saat ini belum ada batas pasti di lapangan untuk daerah
perbatasan tersebut.
1. Selakau-Senggang Selakau S. Selakau, Kanal Batas Semelagi (baru), Kanal Selakau-Kulor, S. Senggang, S.
S. Semelagi Kecil, S. Setapuk Besar, Airhitam, S. Airputih, S. Jepang,
(26.256 Ha; 43,04%)
S. Setapuk Kecil, S. Rasau, S. Kokop, S. Tangket, S. Mentoman,
S. Perintok, dan S. Sepangkai.
Jl. G. Sari).
3. Jamthang-Sedau Jamthang, S. Sakok. S. Jamthang, Kanal Jimban- S. Sempalit, S. Pasi, dan S. Acoi.
Sedau, Merah Sedau (baru), S. Sedau, serta S. Merah
(12.874 Ha ; 21,11%) dan terusannya (merupakan kanal batas
kota hingga ke Pawon Tiga).
Peta 5.3. Peta rencana sistem jaringan distribusi air minum, lokasi intakeKota Singkawang
Pada masa rencana, kawasan di sekitar intake harus dipelihara sedini mungkin untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan permasalahan yang akan muncul di masa mendatang
terutama terganggunya kualitas air pada sumber-sumber air baku. Kawasan-kawasan yang
perlu diamankan kualitas lingkungannya dalam rangka menjaga ketersediaan air baku yang
memadai dengan kualitas yang baik pada masa mendatang meliputi Kawasan Cagar alam
dan Kawasan RTH yang ditetapkan Hutan Kota tipe perlindungan daerah rawan
longsor.Dalam pengembangan kawasan-kawasan tersebut, harus didasarkan pada
pentingnya pengamanan kuantitas dan kualitas sumber air baku dan keunggulan komparatif
wilayah Kota Singkawang dalam hal daya dukung lingkungan dan sumberdaya alam bila
dibandingkan dengan wilayah lainnya, khususnya di Kalimantan Barat. Pada kawasan
tersebutdiarahkan pengembangan secara intensif kegiatan pertanian yang mempunyai
keunggulan komparatif yang tinggi (khususnya hortikultura) di samping untuk kegiatan
penelitian dan ilmu pengetahuan. Pada kawasan tersebut juga diharapkan dapat
dikembangkan arboretum dan dibangun herbarium yang menjadi pusat wisata pengetahuan
dengan kelengkapan berbagai jenis flora. Adapun kegiatan pertanian di kawasan yang telah
ditetapkan sebagai RTHKota diupayakan dilakukan dengan sistem wanatani (agroforestry).
Untuk memudahkan pendistibusian air bersih secara gravitasi (agar murah dan lancar), perlu
diamankan lokasi potensial untuk pembangunan reservoar terutama lokasi sebagai berikut :
a. Bukit Jimban atau Ha Sak Kok (antara Sedau dengan G. Jamthang) dengan kapasitas
lebih dari 100 m², untuk memaksimalkan pelayanan di Kecamatan Singkawang Selatan
bagian barat.
b. Mungguk yang terletak di hulu S. Garam dengan kapasitas lebih dari 100 m², untuk
pelayanan Kecamatan Singkawang Utara.
Mungguk di sebelah selatan IPA (instalasi pengolahan air bersih) di Jalan Tirtasari dengan
kapasitas lebih dari 500 m², untuk pelayanan Kecamatan Singkawang Barat dan Kecamatan
Singkawang Tengah.
Peta 5.4. Peta rencana sistem jaringan sumber daya air dan jaringan drainase Kota Singkawang
Demi efisiensi dan keefektifan penggunaan ruang, maka menara harus digunakan secara
bersama sebagaimana diatur dalam Permenkominfo No. 02/PER/M.KOMINFO/3/2008
tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi. Hal
yang harus diperhatikan dalampenggunaan menara bersama ini adalah bahwa
penyelenggara telekomunikasi dilarang menimbulkan interferensi yang merugikan. Selain
itu, Pemerintah Daerah harus memperhatikan ketentuan hukum tentang larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam pembangunan Menara pada wilayahnya.
Karenanya, penyelenggara telekomunikasi atau penyedia menara yang memiliki menara,
atau pengelola menara yang mengelola menara, harus memberikan kesempatan yang sama
tanpa diskriminasi kepada para penyelenggara telekomunikasi lain untuk menggunakan
menara miliknya secara bersama-sama sesuai kemampuan teknis menara.
b. Menara yang digunakan untuk keperluan Jaringan Utama, yaitu bagian dari jaringan
infrastruktur telekomunikasi yang menghubungkan berbagai elemen jaringan
telekomunikasi yang berfungsi sebagai Central Trunk, Mobile Switching Center (MSC)
dan Base Station Controller (BSC).
Perencanaan pola ruang kawasan lindung di wilayah Kota Singkawang mengacu kepada
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan perundang-undangan beserta peraturan
pelaksanaannya yang di antaranya adalah sebagai berikut:
1. UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
2. UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya.
3. UU No. 41/1999 tentang Kehutanan.
4. UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang.
5. PP No. 10/1993 tentang Pelaksanaan UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya.
6. PP No. 18/1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
7. PP No. 68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
8. PP No. 63/2002 tentang Hutan Kota.
9. PP No. 44/2004 tentang Perencanaan Hutan.
10. PP No. 6/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Serta Peman-faatan Hutan sebagaimana diubah dengan PP No. 3/2008 tentang
Perubahan Atas PP No. 6/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan.
11. PP No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
12. PP No. 26/2008 tentang RTRWN.
13. Keppres No. 32 /1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
14. Permendagri No.1/2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan.
15. Permenhut No. P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi.
16. Permenhut No. P.41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
17. Permen PU No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
RTH di Kawasan Perkotaan.
18. Perda Provinsi Kalimantan Barat No. 5/2004 tentang RTRWP Kalimantan Barat.
1. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya yang berupa kawasan cagar
alam dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
2. Kawasan perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, dan RTH kota.
3. Kawasan lindung geologi yang meliputi kawasan sempadan mata air dan kawasan
rawan abrasi.
C. Kawasan suaka alam, 1. Cagar Alam Kawasan Cagar Alam dan Tahura di Kota
pelestarian alam, dan cagar Singkawang juga berfungsi sebagai kawasan
budaya resapan air
2. Kawasan Cagar Budaya dan Batasan secara lebih teliti untuk kawasan
Ilmu Pengetahuan. tersebut dituangkan dalam RDTRK
6. RTH (ruang terbuka hijau) Terdiri dari Hutan Kota, Kebun Botani (kaw.
kota konservasi ex-situ atau di luar
ekosistem/habitat aslinya, Jalur Hijau
Pengaman Infrastruktur, Tempat Pemakaman
Umum, dll.
E. Kawasan lindung geologi 7. Kaw. yang Memberikan Batasan secara lebih teliti untuk kedua
Perlindungan Terhadap Air kawasan tersebut dituangkan dalam
Tanah (kawasan imbuhan RDTRK.
air tanah dan sempadan
mata air)
D. Kawasan rawan bencana 9. Kawasan Rawan Tanah Tercakup dalam CA, Arboretum, dan Hutan
alam Longsor Kota (hamparan lahan dgn bertumbuhan
pepohonan yang kompak dan rapat, PP No.
63/2002)
11. Kawasan Rawan Gelombang Pada jalur pantai sebagai RTH Hutan Kota
Pasang (banjir rob) Perlindungan Pantai dan pada bagian dalam
diifungsikan sebagai kawasan budidaya
pertanian terbatas.
Dari jenis-jenis kawasan lindung di atas, yang dihitung luasannya dalam RTRWK
Singkawang adalah kawasan cagar alam danbeberapa jenis RTH Kota.
Pada tabel berikut disajikan ketentuan mengenai luasan yang harus dipenuhi dalam
penyediaan Hutan Kota dan RTH Publik.
Tabel 5.4. Luasan minimal RTH kota putusan publik, RTH dalam wilayah Kota
PERSENTASE DASAR
NO KAWASAN KETERANGAN
MINIMAL HUKUM
2. RTH Kota Publik 20 % PP No. 26/2008 Hutan Lindung, Hutan Konservasi (CA dan
Tahura), Kebun Botani, Arboretum, dan
Bumi Perkemahan dapat diperhitungkan
3. Hutan Kota 10 % PP No. 63/2002 sebagai luasan hutan kota untuk memenuhi
(Pasal 8) 10%.
Kawasan cagar alam di Kota Singkawang adalah bagian dari Kawasan Cagar Alam G. Raya
Pasi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Kepmenhut No. 111/Kpts-II/1990 (luas
seluruhnya 3.700 Ha). Luas kawasan tersebut di wilayah Kota Singkawang adalah 2.255,4
Ha dimana bagian lainnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Monterado Kabupaten
Bengkayang. Pengelolaan kawasan Cagar Alam ini diatur berdasarkan:
a. PP No. 68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
b. PP No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
c. PP No. 26/2008 tentang RTRWN.
d. Permenhut No. P.41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Peraturan zonasi untuk cagar alam dan tahura disusun dengan memperhatikan:
Kawasan yang direncanakan untuk ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan adalah:
1. Kawasan Vihara Hiap Thian Thai Thie di Jalan Kaliasin Kecamatan Singkawang Selatan.
2. Kawasan Vihara Tri Darma Bumi Raya di Jalan Sejahtera di Kecamatan Singkawang
Barat.
3. Kawasan lokasi rumah mirip bentuk ―si hi yuan‖ Keluarga Xia di Kecamatan
Singkawang Barat.
Fasilitas dan kegiatan yang diijinkan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tidak menyebabkan gangguan terhadap kelestarian ekosistem pantai, termasuk
gangguan terhadap kualitas visual.
b. Penanaman vegetasi bertujuan untuk mencegah terjadinya abrasi, meredam angin
kencang, melindungi dari ancaman gelombang pasang, dan wildlife habitat. Dalam hal
ini, pemilihan vegetasi mengutamakan vegetasi yang berasal dari daerah setempat
Pada masa rencana tidak diperkenankan lagi adanya bangunan yang membelakangi
sungai yang lebarnya lebih dari 15 meter.
Melakukan penertiban secara bertahap dengan penghijauan kembali.
Di sepanjang tepian sungai yang telah dibangun perumahan, tidak diperkenankan
meningkatkan kualitas dan ukuran bangunan.
Pemanfaatan sebagai RTH pada daerah sempadan sungai dapat dilakukan untuk
perlindungan bantaran di kedua sisi sungai yang rawan erosi, peningkatan fungsi sungai,
mencegah okupasi penduduk yang mudah menyebabkan erosi, dan pengendalian daya
rusak sungai melalui kegiatan penatagunaan, perizinan, dan pemantauan. RTH di kawasan
sempadan sungai dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan-kegiatan:
yang dapat mengganggu kualitas air dan kondisi fisik kawasan tersebut dan
sekitarnya.Kriteria kawasan ini adalah daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang
lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk sekurang-
kurangnya 50 m hingga 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan tersebut
berlaku untuk sepanjang tepian Danau Sarantangan dan danau kecil di sekitarnya (luasnya
sekitar 5,8 ha atau 0,01% dari luas kota). Beberapa pengaturan yang perlu dilakukan
terhadap kawasan tersebut adalah:
RTH publik lainnya sebagaimana dimaksud adalah seperti kawasan kebun botani/kebun
raya (kawasan konservasi ex-situ; di luar habitat), bumi perkemahan, stadion olahraga,
taman kota, dan kawasan RTH pengaman infrasturktur kota (penyangga bandara dan jalur
hijau jalan).Luas keseluruhan kawasan yang direncanakan untuk dikembangkan menjadi
hutan kota, kebun botani, dan bumi perkemahan adalah sekitar 5.256,0 Ha atau sekitar
8,62% dari luas wilayah kota dengan rincian masing-masing adalah sebagai berikut:
Kawasan Hutan Kota Perlindungan Rawan Abrasi yang ditetapkan sebagai kawasan lindung
di wilayah Kota Singkawang adalah kawasan dengan lebar minimal 250 meter. Ketentuan
ini tetap berlaku pada kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan kegiatan sektor
perikanan. Kawasan tersebut direncanakan seluas 361,5 Ha atau 0,59% dari luas wilayah
kota. Peraturan zonasi untuk kawasan Hutan Kota Perlindungan Rawan Abrasi disusun
dengan memperhatikan:
Kawasan Hutan Kota Perlindungan Rawan Abrasi ini juga berfungsi sebagai kawasan rawan
bencana alam geologi (bagian dari kawasan lindung geologi) kawasan yaitu kawasan rawan
abrasi. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam geologi disusun dengan
memperhatikan:
Luas keseluruhan kawasan yang ditetapkan sebagai RTH hutan kota tipe perlindungan
rawan longsor di wilayah Kota Singkawang adalah 666,4 Ha atau 1,09% dari luas wilayah
kota yang tersebar di tujuh lokasi yaitu (lihat Gambar 4.1):
Khusus untuk hutan kota di G. Ulu Sedau, pengembangannya dilakukan setelah ketinggian
gunung tersebut tidak lagi melebihi 35 meter dari permukaan laut rata-rata.Peraturan zonasi
untuk kawasan hutan kota tipe perlindungan rawan longsor disusun dengan
memperhatikan:
Pemanfaatan kawasan hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dapat dilakukan melalui
kegiatan (a) pemanfaatan kawasan, (b) pemanfaatan jasa lingkungan, atau (c) pemungutan
hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan hutan kota tipe perlindungan rawan longsor
dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan dan izin usaha
pemanfaatan jasa lingkungan tanpa pemungutan hasil berupa kayu. Pemanfaatan kawasan
pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dilakukan, antara lain melalui kegiatan
usaha budidaya tanaman obat, tanaman hias, jamur, lebah, penangkaran satwa liar,
rehabilitasi satwa, atau budidaya hijauan makanan ternak. Kegiatan usaha pemanfaatan
kawasan pada hutan lindung dilakukan dengan ketentuan:
Pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dilakukan,
antara lain, melalui kegiatan usaha pemanfaatan jasa aliran air, pemanfaatan air, wisata
alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan,
atau penyerapan dan/atau penyimpanan karbon. Kegiatan usaha pemanfaatan jasa
lingkungan pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor, dilakukan dengan ketentuan
tidak:
Pemegang izin, dalam melakukan kegiatan usaha pemanfaatan aliran air dan pemanfaatan
air pada hutan kota tipe perlindungan, harus membayar biaya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Izin pemanfaatan aliran air dan izin pemanfaatan air pada
hutan kota tipe perlindungan tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan, baik sebagian
maupun seluruhnya.Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan kota tipe perlindungan
rawan longsor antara lain berupa rotan, madu, getah, buah, jamur, atau sarang burung
walet.Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan kota tipe perlindungan rawan
longsor dilakukan dengan ketentuan:
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam masa rencana terhadap kawasan hutan kota tipe
perlindungan rawan longsor adalah:
Kebun botani (atau kebun raya) adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi
utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya koleksi, pemeliharaan dan
perbanyakan berbagai jenis tumbuhan dalam rangka membentuk dan mengembangkan
habitat baru (ex situ), sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan dimanfaatkan
sebagai sarana pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana
rekreasi yang sehat (Permenhut No. P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi).
Kriteria kebun botani, meliputi :
a. Koleksi berbagai jenis tumbuhan baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi undang-
undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies
of Flora Fauna (CITES),
b. Memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar,
c. Memiliki sarana pendukung pengelolaan, antara lain terdiri dari: green house,
laboratorium, dan kebun bibit,
d. Memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung,
e. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain ahli biologi atau konservasi,
tenaga kehutanan, interpreter, tenaga keamanan.
B. RTH Arboretum
Arboretum merupakan koleksi botani yang khusus diisi dengan jenis pepohonan (buah-
buahan, industri, dan perkebunan). Pada umumnya arboretum menampung semua jenis
tanaman tahunan baik yang langka maupun yang telah dibudidayakan dan terkesan
arboretum tersebut sebagai hutan buatan. Kawasan ini diarahkan pengembangannya di
daerah kaki G. Raya-Pasi dengan luas keseluruhan sekitar 2.133 Ha atau 3,5% dari luas
wilayah kota. Pada kawasan tersebut dapat dialih fungsi menjadi RTH Kebun Koleksi khusus
untuk tanaman pepohonan (tahunan) buah-buahan.Selain sebagai penyeangga kawasan
cagar alam, kawasan RTH Arboretum ini juga berfungsi sebagai kawasan resapan air
sebagaimana halnya kawasan Cagar Alam G. Raya Pasi.
ini adalah melindungi mata air dari kegiatan budidaya manusia yang dapat mengganggu
kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Kawasan sempada mata air yang
ditetapkan sebagai kawasan lindung adalah:
a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi
mata air.
b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 meter dari mata air.
Tabel 5.5. Luasan rencana beberapa kawasan lindung utama Kota Singkawang
DAS
Sing- Jam - Jum lah
Selakau Sedau Merah Raya
No. Jenis Kaw asan kaw ang thang
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (%)
26.802,0 9.583,0 2.016,0 9.192,0 1.666,0 11.741,0 61.000,0 100,00
1 Cagar Alam 751,6 454,7 0,0 373,0 0,0 676,1 2.255,4 3,70
2 RTH HKP raw an abrasi 107,9 169,4 84,2 0,0 0,0 0,0 361,5 0,59
3 RTH HKP raw an terjadi longsor 0,0 186,4 104,3 313,1 101,9 0,0 705,7 1,16
4 RTH HKP raw an terkena longsor 0,0 141,9 241,0 549,3 373,1 3.404,0 4.709,2 7,72
5 RTH Kebun Botani/Raya 468,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 468,0 0,77
6 RTH Bumi Perkemahan 78,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 78,8 0,13
7 RTH Arboretum 408,3 943,0 99,0 515,6 0,0 166,7 2.132,6 3,50
8 RTH Sabuk Hijau & Pnyg. TPA 529,6 200,6 0,0 0,0 0,0 0,0 730,2 1,20
9 RTH Pnyg. Landasan Pacu 0,0 0,0 0,0 261,6 0,0 253,3 514,9 0,84
10 RTH Kaw . Terminal Bandara 0,0 0,0 0,0 343,5 0,0 0,0 343,5 0,56
12.299,85 2.344,2 2.096,0 528,5 2.356,1 475,1 4.500,1 12.299,9 20,2
% 8,7 21,9 26,2 25,6 28,5 38,3 20,2
Berdasarkan PP No. 26/2008 tentang RTRWN, peraturan zonasi untuk kawasan rawan
bencana alam geologi disusun dengan memperhatikan:
Kawasan yang rawan mengalami banjir rob (banjir akibar pasang laut) pada masa rencana
adalah kawasan koridor jalan arteri primer Pontianak-Sambas dan kawasan di sebelah
baratnya hingga ke pantai mulai dari batas utara Kota Singkawang hingga ke sisi selatan
Sungai Sedau. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka pengembangan kawasan
permukiman khususnya perumahan skala besar diarahkan ke bagian timur kawasan tersebut
terutama di koridor Jalan Demang Akub hingga koridor Jalan Matang Lintang – Lokta, serta
di koridor jalan kolektor primer menuju Bengkayang.Kawasan rawan banjir bandang di
wilayah Kota Singkawang adalah kawasan Gayung Bersambut. Pada masa rencana, kawasan
ini diarahkan untuk dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya pertanian, perkebunan, dan
atau kawasan hutan yang juga berfungsi sebagai sempadan sungai.Berdasarkan
kecenderungan perubahan iklim global, intensitas curah hujan pada masa rencana
cenderung meningkat secara signifikan sebagai akibat peningkatan panas di muka bumi.
Karenanya, dalam masa rencana, perkembangan kawasan permukiman di daerah yang
berkemiringan lebih dari 10% atau di sekitar pinggiran dari daerah yang berkemiringan
lebih dari 25% perlu dihindari untuk meminimalkan resiko kemungkinan terkena dampak
akibat longsor. Kawasan rawan longsor di wilayah Kota Singkawang ini perlu diidentifikasi
lebih lanjut dalam RDTRK.
Berikut diuraikan rencana pola ruang kawasan budidaya di wilayah Kota Singkawang pada
masa rencana yang dibagi menjadi dua bagian yaitu budidaya pertanian dan budidaya
terbatas, serta budidaya non-pertanian.
A. Hutan Produksi
Seluruh kawasan Hutan Produksi di wilayah Kota Singkawang berada di Kecamatan
Singkawang Timur dengan luas sekitar 6.712 hektar sesuai dengan Kepmenhutbun No
259/kpts-II/2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Kalimantan
Barat.
B. Tambak
Kegiatan budidaya perikanan tambak pada masa rencana diarahkan pengembangannya
hanya di Kecamatan Singkawang Utara di sebalah barat koridor jalan arteri primer dengan
alokasi lahan yang diarahkan sekitar 280 Ha. Pada kawasan tersebut, lahan yang tidak
dimanfaatkan untuk kegiatan pertambakan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya
pertanian lahan basah (persawahan pasang surut) dan perkebunan kelapa.
F. Perkebunan
Kawasan perkebunan (tanaman tahunan) yang dikembangkan di wilayah Singkawang
terdiri dari perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Khusus untuk perkebunan besar,
pengembangannya hanya dilakukan di Kecamatan Singkawang Timur dan Singkawang
Selatan. Khusus di Kecamatan Singkawang Timur, diupayakan ketersediaan lahan yang
berfungsi sebagai kawasan kebun koleksi sekitar 3.000 Ha. Lokasi kebun koleksi ini di
sebelah timur S. Airhitam dan berjarak lebih dari 3 km dari S. Selakau.
Sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan muka air laut global,
maka untuk jangka panjang, kawasan yang diarahan untuk pengembangan kebun koleksi ini
juga diarahkan untuk dapat berfungsi sebagai kawasan tujuan evakuasi bencana skala besar
sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang (pasal 28).
Khusus untuk budidaya tanaman kelapa sawit, hanya diperkenankan pada kawasan yang
direncanakan sebagai kawasan perkebunan di DAS Raya (Kecamatan Singkawang Selatan)
pada areal yang memiliki lereng kurang dari 15% (datar hingga bergelombang).
a. Bahaya meresapnya lindi ke dalam mata air dan badan air lainnya yang dipakai
penduduk untuk kehidupan sehari-hari;
b. Bahaya ledakan gas metan;
c. Bahaya penyebaran vektor penyakit melalui lalat; serta
d. Gangguan kenyamanan lingkungan akibat polusi udara, dan lain-lain.
A. Kawasan Pariwisata
Kawasan pariwisata dengan alokasi lahan yang cukup besar diarahkan di sebelah utara dan
sebelah barat G. Besar dengan luas masing-masing sekitar 195 Ha dan 556 Ha, serta di
pesisir barat, utara, dan timur D. Sarantangan. Selain obyek wisata tersebut, dalam masa
rencana juga tetap diupayakan pengembangan obyek wisata lainnya baik wisata alam,
wisata budaya, maupun agrowisata yang diatur lebih lanjut dalam RDTRK. Dalam
pengembangan kegiatan pariwisata di wilayah Kota Singkawang, tidak diperkenankan di
dalam kawasan cagar alam.
Wilayah Pertambangan (WP) adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau
batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan
bagian dari tata ruang nasional, yang terdiri dari:
1. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), adalah bagian dari WP yang telah memiliki
ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. Satu WUP terdiri atas 1 (satu)
atau beberapa WIUP (wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP [ijin usaha
pertambangan]) yang berada pada lintas wilayah provinsi, lintas wilayah
kabupaten/kota, dan/atau dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota. Luas dan batas
WIUP mineral logam dan batubara ditetapkan oleh Pemerintah berkoordinasi dengan
pemerintah daerah berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh Pemerintah.
2. Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) adalah bagian dari WP tempat dilakukan
kegiatan usaha pertambangan rakyat.
3. Wilayah Pencadangan Negara (WPN) adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk
kepentingan strategis nasional.
Untuk kepentingan strategis nasional, Pemerintah dengan persetujuan DPR dan dengan
memperha-tikan aspirasi daerah menetapkan WPN sebagai daerah yang dicadangkan untuk
komoditas tertentu (antara lain: tembaga, timah, emas, besi, nikel, dan bauksit serta
batubara) dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan
lingkungan. Konservasi yang dimaksud juga mencakup upaya pengelolaan mineral dan/atau
batubara yang keberadaannya terbatas. Penetapan WPN untuk kepentingan nasional ini
dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan energi dan
industri strategis nasional, serta meningkatkan daya saing nasional dalam menghadapi
tantangan global. Karenanya, WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat
diusahakan sebagian luas wilayahnya dengan persetujuan DPR. Sebagaimana diatur dalam
UU No. 41/1999 tentang Kehutanan (pasal 38 ayat 1), penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam
kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung (dilarang di dalam kawasan hutan
konservasi). Yang dimaksudkan dengan kepentingan pembangunan di luar kehutanan di sini
adalah kegiatan untuk tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan, antara lain kegiatan
pertambangan, pembangunan jaringan listrik, telepon, instalasi air bersih, kepentingan
religi, serta kepentingan pertahanan keamanan.Kepentingan pembangunan di luar
kehutanan yang dapat dilaksanakan di dalam kawasan hutan lindung dan hutan produksi
ditetapkan secara selektif. Kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan serius dan mengakibatkan hilangnya fungsi hutan yang bersangkutan dilarang.
hutan, tanpa izin Menteri (pasal 50 ayat 3). Untuk wilayah Kota Singkawang, kawasan
hutan yang dimaksudkan di sini adalah kawasan hutan lindung (tidak termasuk RTH Hutan
Kota), oleh karena untuk kawasan hutan konservasi dilarang dan untuk hutan produksi
tidak ada peruntukan lahannya dalam rencana pola ruang wilayah Kota
Singkawang.Namun demikian, pada kawasan hutan lindung ini dilarang melakukan
penambangan dengan pola pertambangan terbuka (pasal 38 ayat 4). Hal ini juga
diberlakukan untuk kawasan RTH Hutan Kota yang berada di sekeliling batas kawasan
hutan lindung. Dengan demikian, kegiatan penambangan mineral tidak diperkenankan
mengkonversi kawasan hutan konservasi, kawasan hutan lindung, dan RTH hutan kota
yang merupakan penyangga kawasan hutan lindung.
a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.
b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.
Yang dimaksud dengan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan
sosial dan lingkungan hidup. IUP Eksplorasi diberikan oleh Walikota Singkawang apabila
WIUP hanya berada di dalam wilayah Kota Singkawang (tidak lintas kabupaten/kota).
Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertam-bangan yang meliputi konstruksi,
penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta
sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan. IUP Operasi
Produksi diberikan oleh:
Menteri apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan
berada di wilayah provinsi yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur
dan walikota/bupati setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Untuk pertambangan batuan, kegiatannya pada masa rencana diarahkan di tiga
lokasi yakni di Kelurahan Sijangkung yang luasnya sekitar 18 Ha (tanah dan batu), di
Kelurahan Pangmilang sekitar 12 Ha (batu), dan di G. Ulusedau dengan luas sekitar 44 Ha
(tanah dan batu). Khusus untuk kegiatan penambangan di G. Ulusedau tersebut, kegiatan
penambangan hanya diperkenankan hingga tinggi muka galian paling antara 35 meter dari
permukaan laut. Penambangan mineral batuan di G. Ulusedau ini perlu dilakukan secara
intensif untuk mengantisipasi agar ketika pengopersian bandara yang direncanakan tidak
mengalami kendala adanya gangguan pada kawasan keselamatan operasi penerbangan
(KKOP). Adapun pertambangan mineral bukan logam (kaolin), pada masa rencana
diarahkan di Kecamatan Singkawang Timur. Sedangkan pertambangan mineral logam
(bauksit), pada masa rencana diarahkan di Kecamatan Singkawang Selatan. Untuk kegiatan
kedua jenis kegiatan pertambangan tersebut, tidak diperkenankan di kawasan G. Raya-Pasi
hingga pada jalan regional yang mengelilinginya.
c. Kawasan Pusat Lingkungan dengan kawasan utamanya ditetapkan lebih lanjut dalam
rencana tata ruang kawasan strategis atau rencana detail kawasan kota.
Kawasan pertahanan dan Keamanan di wilayah Kota Singkawang berada di empat lokasi
yaitu di Kelurahan Sedau (Secata dan Sartaif), Kelurahan Pasiran (Kodim), dan di Kelurahan
Pajintan (Yonif 641). Keempat kawasan tersebut dipertahankan keberadaannya pada masa
rencana.
G. Kawasan Pendidikan
Kawasan pendidikan tinggi diarahkan pengembangannya mendekati Kantor Camat
Singkawang Utara. Pengembangan kawasan tersebut hendaknya didahului dengan
pembangunan kanal terusan Sungai Wie untuk menghindari kemungkinan banjir kiriman
dari daerah hulu S. Singkawang (Hang Mui). Untuk kawasan pendidikan jenjang yang lebih
rendah dapat mengkonversi lahan yang direncanakan sebagai kawasan permukiman dan
kawasan pertanian lahan kering.
H. Kawasan Industri
Kawasan industri direncanakan pengembangannya tidak jauh dari jalan yang direncanakan
sebagai pengalihan jalan arteri primer di Kelurahan Sedau yakni di sebelah tenggara G. Hak
Sak Kok atau di sebelah barat daya G. Jamthang.
b. kawasan strategis provinsi, yang ditetapkan dalam RTRWP Kalimantan Barat yang
terkait dengan wilayah Kota Singkawang; dan
c. kawasan strategis kota.
a. Kawasan Pariwisata Pasir Panjang dan sekitarnya sebagai kawasan strategis dari
sudut kepentingan ekonomi dengan sektor unggulan pariwisata, industri, dan
perikanan. Kawasan tersebut merupakan bagian dari Kelurahan Sedau Kecamatan
Singkawang Selatan.
b. Kawasan Strategis Ekosistem Gunung Raya-Pasi sebagai kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.
c. Kawasan Rawan Bencana Alam Gayung Bersambut sebagai kawasan strategis dari
sudut kepentingan sosial.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebanyak empat kawasan yaitu :
1. Kawasan Pusat Kota di Kecamatan Singkawang Barat dan Singkawang Tengah;
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi sebanyak dua kawasan yaitu:
1. Kawasan Peternakan dan Pertanian Terpadu di Kecamatan Singkawang Selatan, dan
2. Kawasan Bandara di Kecamatan Singkawang Selatan;
Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya hanya sebanyak satu kawasan yaitu
kawasan permukiman Bukit Batu di Kecamatan Singkawang Tengah.
B. Kawasan Bandara.
Kawasan tersebut merupakan mencakup bagian dari Kelurahan Sedau dan Kelurahan
Pangmilang (lihat Gambar 5.1). Kawasan ini memiliki nilai strategis dari aspek ekonomi,
optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tinggi, maupun lingkungan di
antaranya adalah:
a. memiliki potensi bagi pengembangan ekonomi kota.
b. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang untuk perluasan kegiatan
ekonomi baru.
c. memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
d. pusat pemantauan klimatologi.
e. kebutuhan untuk antisipasi jika Bandara di Pontianak mengalami gangguan (cuaca
buruk, kabut asap, atau gangguan lainnya).
F. Kawasan Nyarungkop-Bagak
Kawasan tersebut termasuk dalam Kelurahan Nyarungko dan Kelurahan Bagak Sahwa di
Kecamatan Singkawang Timur. Kawasan ini memiliki nilai strategis dari aspek ekonomi,
sosial budaya, optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, maupun fungsi dan daya
dukung lingkungan di antaranya adalah:
a. merupakan bagian wilayah kota untuk pengembangan bagian wilayah kota lainnya
yang tertinggal (BWK B), atau bagian kota yang memiliki ketertinggalan secara
ekonomi.
b. merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis.
c. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro.
d. mendayagunakan SDA yang dimiliki kota (air baku) dan strategis untuk kepentingan
pembangunan kota.
c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan;
d. sebagai dasar estimasi penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima)
tahun; dan
e. sebagai acuan bagi masyarakat untuk melakukan investasi.
Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan. Dalam hal ini
lokasi yang dimaksud meliputi wilayah Kota Singkawang.Umumnya lokasi dirinci dengan
menyebutkan kecamatan, kelurahan, atau nama daerah yang sudah dikenal secara umum
masyarakat Kota Singkawang.
Untuk instansi yang merupakan unsur dari Pemerintah Kota Singkawang, mencakup
beberapa Badan dan Dinas sebagai berikut:
a. Badan Perencanaan Pembagunan Daerah.
b. Badan Lingkungan Hidup.
c. Dinas Tata Kota, Petanahan, & Cipta Karya.
d. Dinas Bina Marga, Sumber Daya Air, dan Energi Sumber Daya Mineral.
e. Dinas Pehubungan, Komunikasi, dan Informatika.
f. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah.
g. Dinas Pertanian dan Kehutanan.
h. Dinas Kelautan dan Perikanan.
i. Dinas Kebersihan dan Perumahan.
j. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga.
k. Dinas Kesehatan.
l. Dinas Pendidikan.
Untuk BUMN, instansi yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di
antaranya adalah:
a. PT Angkasa Pura.
b. PT Pelabuhan Indonesia.
c. PT Kereta Api Indonesia.
d. PT Perusahaan Lintrik Negara.
e. PT Telekomunikasi Indonesia.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah ruang Kota Singkawang diarahkan untuk mewujudkan
pemanfaatan ruang yang berkualitas, serasi dan optimal, sesuai dengan kebijaksanaan
pembangunan nasional dan provinsi di Kota Singkawang yang berlandaskan wawasan
nusantara, dan juga sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kemampuan daya dukung
lingkungan, melalui pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan (mencakup peningkatan produksi dan produktivitas) dengan tetap melakukan upaya
pelestarian lingkungan untuk mencapai keseimbangan pembangunan antarsektor dan
antarwilayah/kawasan guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan.
UMUM
C Revitalisasi dan percepatan Kelurahan Sekip Lama, APBD, Investasi Bappeda Instansi lain
. pengembangan bagian strategis Bukit Batu, dan Roban Swasta dan/atau yang terkait
dari PPK kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM
D Pengendalian perkembangan Kelurahan Pasiran, Kuala, APBD, Investasi Bappeda Instansi lain
. bagian kawasan PPKberbasis Sei Wie, dan Sei Garam Swasta dan/atau yang terkait
mitigasi bencana kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM
B Revitalisasi dan percepatan Setapuk Besar APBD, Investasi Bappeda Instansi lain
. pengembangan SPK Swasta dan/atau yang terkait
kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM
C Mendorong Pengembangan Pajintan, Bagak, Lirang, dan APBD, Investasi Bappeda Instansi lain
. SPK Sagatani. Swasta dan/atau yang terkait
kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM
D Pengendalian SPKberbasis Sedau dan Setapuk Besar APBD, Investasi Bappeda Instansi lain
. mitigasi bencana Swasta dan/atau yang terkait
kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM
B Revitalisasi dan percepatan Pusat-pusat Lingkungan Investasi Swasta Bappeda, Instansi lain
. pengembangan PL yang berada relatif jauh dan/atau kerja DTKPCK, yang terkait
dari daerah rawan bencana sama pendanaan DBMAEM
namun berpo-tensi cepat
berkembang untuk
meningkatkan keefektifan
pelayan kota
C Perwujudan Sistem
. Jaringan Jalur Kereta Api
E Perwujudan Bandar
. Udara
C Pengembangan
. Jaringan Air Bersih
1. Peningkatan Intake di APBN, APBD, PDAM DBMAEM,
KapasitasIntake diiringi Sungai Seluang, Investasi BUMD
peningkatan kapasitas Semelagi Gunung dan/atau kerja
pipa transmisi air baku. Besar, dan di sama
pendanaan
Gunung Raya-Pasi
2. Pembangunan Intake S. DBMA PDAM
intake baru diiringi Sekabu, S. EM
dengan pemasangan Sagatani, dan
pipa transmisi air baku Danau
Srantangan
3. Pengembangan PDAM DBMAE
jaringan M
distribusi/pelayan air
minum
PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA LINGKUNGAN
A Pengembangan
. prasarana persampahan
C Perwujudan Sistem
. Jaringan Jalur Kereta Api
E Perwujudan Bandar
. Udara
C Pengembangan
. Jaringan Air Bersih
4. Peningkatan Intake di APBN, APBD, PDAM DBMAEM,
KapasitasIntake diiringi Sungai Seluang, Investasi BUMD
peningkatan kapasitas Semelagi Gunung dan/atau kerja
pipa transmisi air baku. Besar, dan di sama
pendanaan
Gunung Raya-Pasi
5. Pembangunan Intake S. DBMA PDAM
intake baru diiringi Sekabu, S. EM
dengan pemasangan Sagatani, dan
pipa transmisi air baku Danau
Srantangan
6. Pengembangan PDAM DBMAE
jaringan M
distribusi/pelayan air
minum
PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA LINGKUNGAN
A Pengembangan
. prasarana persampahan
SUMBER I II III IV
NO. INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN
UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032
SUMBER I II III IV
NO. INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN
UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032
PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA ALAM
A. Pengembangan Kawasan Kecamatan Singkawang APBD, Investasi Distanhut dan Semua
Peternakan dan Pertanian Selatan Swasta, dan/atau Bappeda instansi
Terpadu kerja sama pemerintah
pendanaan yang terkait
B. Pengembangan Kawasan Bandar Kecamatan Singkawang APBN, APBD Prov, Bappeda, Semua
Udara Selatan APBD, Investasi Dishubki, dan instansi
Swasta, dan/atau DBMAEM pemerintah
kerja sama yang terkait
pendanaan
PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
A. Pengembangan Kawasan Kecamatan Singkawang APBN, APBD, Kemenhut; Semua
Ekosistem Cagar Alam Raya-Pasi Utara dan Selatan Investasi Swasta, Distanhut, instansi
dan/atau kerja Bappeda, dan pemerintah
sama pendanaan DBMAEM yang terkait
B. Peningkatan Fungsi dan Kecamatan Singkawang APBD, Investasi Bappeda dan Semua
Penanggulangan Kawasan Rawan Tengah Swasta, dan/atau DBMAEM instansi
Bencana Alam Bukit Batu kerja sama pemerintah
pendanaan yang terkait
Peraturan zonasi untuk pusat kegiatan perdagangan dan jasadiarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. pusat kegiatan perdagangan dan jasa merupakan zona dalam kawasan perdagangan
dan jasa, yang adalah untuk kegiatan perdagangan pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 4,0;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana pejalan
kaki yang menerus, sarana peribadatan dan sarana perparkiran, sarana kuliner, sarana
transportasi umum;
f. pusat perdagangan dan jasa bernuansa lokal serta berupa pola superblock (mix use);
sarana media ruang luar komersial harus memperhatikan tata bangunan dan tata
lingkungan; dan
g. pada kawasan perdagangan dan jasa terutama pasar tradisional, pasar modern, dan
pusat perbelanjaanyang berbatasan dengan ruang milik jalan dari jalan arteri primer
dan jalan kolektor primer, dibangunlajurkhusus agar tidak mengganggu kelancaran
lalu lintas atau meminimalkan tingkat hambatan samping pada jalan arteri primer
ataupun jalan kolektor primer.
Peraturan zonasi untuk pusat kegiatan pemerintahan diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pusat kegiatan pemerintahan merupakan zona dalam kawasan pemerintahan yang
adalah untuk kegiatan pemerintahan kota dengan kegiatan perkantoran
pemerintahan, kegiatan akomodasi , rekreasi, dan dilarang untuk kegiatan lain seperti
perumahan dan kegiatan-kegiatan yang mengganggu kenyamanan dan keamanan
serta menimbulkan pencemaran;
b. KDB paling tinggi sebesar 60%;
c. KLB paling tinggi sebesar 2,0;
d. KDH paling rendah sebesar 30%; dan
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana pejalan
kaki yang menerus, sarana peribadatan dan sarana perparkiran, sarana kuliner, sarana
transportasi umum.
Peraturan zonasi untuk pusat kegiatan pertanian diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pusat kegiatan pertanian adalah Kecamatan Singkawang Selatan, Singkawang Utara,
dan Singkawang Timur;
b. elemen sentra kawasan agropolitan ini meliputi terminal komoditas pertanian;
pertokoan untuk saprotan dan fasilitas perniagaan; kantor administrasi sentra
kawasan agropolitan; pergudangan dan industri pengolahan hasil pertanian.
c. peruntukan lain yang tidak sesuai dengan fungsi sentra kawasan agropolitan tidak
dibenarkan ada;
d. KDB paling tinggi sebesar 60%;
e. KLB paling tinggi sebesar 1; dan
f. KDH paling rendah sebesar 30%.
Peraturan zonasi untuk pusat kegiatan transportasi udara regional diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pusat kegiatan utama adalah bandara dan didukung oleh kegiatan pergudangan,
industri, perkantoran, niaga (perdagangan dan jasa), pelayanan sosial, terminal
barang, terminal penumpang, parkir area, perumahan, cadangan perumahan, dan
mixused.
b. indikasi elemen kawasan kegiatan bandara harus strategis dan mudah terjangkau.
Peraturan zonasi untuk pusat kegiatan industridiarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kawasan pusat kegiatan industri adalah untuk perkantoran industri, pergudangan,
jasa-jasa penunjang industri seperti jasa promosi dan informasi hasil industri, jasa
ketenagakerjaan, kepabeanan dan jasa ekspedisi serta dilarang untuk kegiatan
penimbunan yang membahayakan keselamatan;
b. kawasan pusat kegiatan industri dikelilingi ruang penyangga berupa RTH sabuk hijau
kawasan industri atau taman yang dilarang untuk dikembangkan kawasan perumahan
hingga jarak 300 m dari sekeliling kawasan pusat kegiatan industri;
c. KDB paling tinggi sebesar 60%;
d. KLB paling tinggi sebesar 2,1;
e. KDH paling rendah sebesar 20%;
f. pusat kegiatan industri dilengkapi dengan prasarana dan sarana seperti prasarana
transportasi dan sarana perkantoran, pertamanan, dan perparkiran;
g. lokasi pusat kegiatan industri memiliki akses langsung ke jalan arteri primer, jalan
arteri sekunder, atau jalan kolektor primer yang dapat dilalui oleh kendaraan yang
berukuran besar; dan
h. pada sisi kawasan pusat kegiatan industri yang berimpit dengan ruang milik jalan dari
jalan arteri primer, arteri sekunder, atau kolektor primer, harus disediakan jalur untuk
jalan khusus sehingga hanya maksimum dua jalan masuk/keluar yang
menghubungkan antara jalan khusus tersebut dengan jalan arteri primer, arteri
sekunder, atau kolektor primer yang ruang milik jalannya berimpit dengan kawasan
pusat kegiatan industri.
Peraturan zonasi untuk pendidikan untuk sekolah lanjutan pertama dan lanjutan atas
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pendidikan untuk sekolah lanjutan pertama dan lanjutan atas terdiri dari gedung
ruang belajar (kelas), laboratorium, gedung administrasi dan rumah penjaga sekolah;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti lapangan olah
raga, sarana peribadatan, sarana perparkiran dan sarana kantin.
Peraturan zonasi untuk pusat pelayanan kesehatan diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pusat pelayanan kesehatan terdiri dari gedung puskesmas dan rumah tenaga medis;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. Pusat pelayanan kesehatan ini dapat berdiri sendiri atau menjadi bagian dari komplek
pusat pelayanan kelurahan (kantor kekelurahan).
Peraturan zonasi untuk pelayanan umum berupa kantor kelurahan diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan umum berupa kantor kelurahan terdiri dari gedung kantor kelurahan dan
perumahan pejabat kelurahan;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. Pusat pelayanan kantor kecamatan ini dapat berdiri sendiri atau menjadi bagian dari
pusat pelayanan kecamatan (pada kompleks kantor kecamatan).
Peraturan zonasi untuk pelayanan keamanan berupa kantor polisi/polsek diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan keamanan berupa kantor polisi/polsek yang terdiri dari gedung kantor dan
gedung pendukung lainnya;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana
peribadatan dan sarana perparkiran, sarana kantin.
Peraturan zonasi untuk pelayanan sosial dan budaya yang merupakan bagian dari kantor
kecamatan diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan sosial dan budaya terdiri dari gedung kantor administrasi;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. Pusat pelayanan kantor sosial dan budaya ini dapat berdiri sendiri atau menjadi
bagian dari pusat pelayanan kecamatan (pada kompleks kantor kecamatan).
Peraturan zonasi untuk pelayanan ekonomi berupa pasar kecamatan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. pelayanan ekonomi berupa pasar kecamatan terdiri gedung pasar dan gedung
pendukung perekonomian lainnya;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana
peribadatan dan sarana perparkiran, serta mempunyai aksesibilitas tinggi.
Peraturan zonasi untuk pendidikan untuk sekolah dasar diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pusat pendidikan sekolah terdiri dari gedung ruang belajar (kelas), gedung
administrasi dan rumah penjaga sekolah;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana
peribadatan dan sarana perparkiran dan sarana kantin.
Peraturan zonasi untuk pusat pelayanan kesehatan diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pusat pelayanan kesehatan terdiri dari gedung puskesmas dan rumah tenaga medis;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. Pusat pelayanan kesehatan ini dapat berdiri sendiri atau menjadi bagian dari komplek
pusat pelayanan kecamatan (kantor kecamatan)..
Peraturan zonasi untuk pelayanan umum berupa kantor kecamatan diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan umum berupa kantor kecamatan terdiri dari gedung kantor kecamatan
dan perumahan pejabat kecamatan;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. Pusat pelayanan kantor kecamatan ini dapat berdiri sendiri atau menjadi bagian dari
pusat pelayanan kecamatan (pada kompleks kantor kecamatan).
Peraturan zonasi untuk pelayanan sosial dan budaya yang merupakan bagian dari kantor
kecamatan diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan sosial dan budaya terdiri dari gedung kantor administrasi;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%; dan
e. Pusat pelayanan kantor sosial dan budaya ini dapat berdiri sendiri atau menjadi
bagian dari pusat pelayanan kecamatankelurahan (pada kompleks kantor kelurahan).
Peraturan zonasi untuk pelayanan ekonomi berupa pertokoan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pelayanan ekonomi berupa pertokoan;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana
perparkiran, serta mempunyai aksesibilitas tinggi; dan
f. pada kawasan pertokoanterutama yang berupa pusat perbelanjaan atau terdapat
pasar modern di dalamnya yang berbatasan dengan ruang milik jalan arteri primer
dan jalan kolektor primer, dibangunlajurkhusus agar tidak mengganggu kelancaran
lalu lintas atau meminimalkan tingkat hambatan samping pada jalan arteri primer
ataupun jalan kolektor primer.
b. zona ruang manfaat jalan adalah untuk median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu
jalan, lereng, ambang pengaman, trotoar, badan jalan, saluran tepi jalan, peletakan
bangunan utilitas dalam tanah dan dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan
terganggunya fungsi jalan;
c. zona ruang milik jalan adalah untuk ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan
penambahan jalur lalu lintas serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan dan
dilarang untuk kegiatan-kegiatan yang di luar kepentingan jalan;
d. zona ruang pengawasan jalan adalah untuk ruang terbuka yang bebas pandang dan
dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan;
e. RTH pada zona ruang milik jalan minimal 20 %;
f. dilengkapi dengan fasilitas pengaturan lalu lintas dan marka jalan; dan
g. jaringan jalan yang merupakan lintasan angkutan barang dan angkutan umum
memiliki lajur minimal 2 lajur, menghindari persimpangan sebidang.
Peraturan zonasi untuk jaringan transportasi lautterdiri dari kawasan lingkungan kerja
pelabuhan dan kawasan penunjang kegiatan pelabuhan;
a. Kawasan kerja pelabuhan diarahkan untuk fasilitas pokok pelayaran yang meliputi:
dermaga, kolam peabuhan, alur pelayaran, areal penumpukan barang bongkar muat,
perkantoran, serta fasilitas penunjang pelabuhan yang meliputi: toko dan restoran,
fasilitas penempatan kendaraan bermotor, fasilitas perawatan pada umumnya dan
fasilitas lainnya yang menunjang secara langsung atau tidak langsung kegiatan
pelabuhan.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan lingkungan kerja pelabuhan diatur dalam
peraturan Menteri Perhubungan.
Peraturan zonasi untuk jaringan transportasi udara sebagaimana terdiri dari kawasan
lingkungan kerja bandar udara dan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP);
a. Kawasan kerja bandar udara diarahkan untuk fasilitas pokok penerbangan yang
meliputi: fasilitas sisi udara, fasilitas sisi darat, fasilitas navigasi penerbangan, fasilitas
alat bantu pendaratan visual, dan fasilitas komunikasi penerbangan serta fasilitas
penunjang bandar udara yang meliputi:fasilitas penginapan/hotel, fasilitas penyediaan
toko dan restoran, fasilitas penempatan kendaraan bermotor, fasilitas perawatan
pada umumnya dan fasilitas lainnya yang menunjang secara langsung atau tidak
langsung kegiatan Bandar udara.
b. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) diarahkan untuk zona
pendekatan dan lepas landas; zona kemungkinan bahaya kecelakaan; zona di bawah
permukaan horisontal-dalam, dan zona permukaan kerucut dan permukaan transisi
dengan luas KKOP 500 ha.
c. Di KKOP dilarang untuk kegiatan yang menimbulkan asap, menghasilkan cahaya serta
memelihara burung yang mengganggu keselamatan penerbangan.
d. Untuk keselamatan penerbangan, kegiatan budi daya tanaman yang diperkenankan
di kawasan penyangga landasan pacu hanyalah budi daya tanaman semusim.
Peraturan zonasi untuk gardu induk diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona gardu induk terdiri dari zona manfaat dan zona bebas;
b. zona manfaat adalah untuk instalasi GI dan fasilitas pendukungnya;
c. zona bebas berjarak minimum 20 m di luar sekeliling gardu induk dan dilarang untuk
bangunan dan kegiatan yang mengganggu operasional gardu induk.
Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi listrikdiarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona jaringan transmisi terdiri dari ruang bebas dan ruang aman;
b. zona ruang bebas harus dibebaskan baik dari orang, maupun benda apapun demi
keselamatan orang, makhluk hidup, dan benda lainnya;
c. zona ruang aman adalah untuk kegiatan apapun dengan mengikuti jarak bebas
minimum vertikal dan horizontal;
d. ketinggian serta jarak bangunan, pohon, pada zona ruang aman mengikuti ketentuan
minimum terhadap konduktor dan as menara, mengacu peraturan SUTT yang
berlaku.
Peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gasdiarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. jaringan pipa minyak dan gas berada pada jalur yang berjarak lebih dari 4 mil laut
dari garis pantai Kota Singkawang ke arah laut; dan
b. pada alur pelayaran dari Pelabuhan Kuala, pipa minyak dan gas berada pada
kedalaman lebih dari 7 meter dari permukaan air laut rata-rata; dan
c. pada alur pelayaran dari Pelabuhan Sedau, pipa minyak dan gas berada pada
kedalaman lebih dari 10 meter dari permukaan air laut rata-rata.
b. zona ruang manfaat adalah untuk tiang dan kabel-kabel dan dapat diletakkan pada
zona manfaat jalan;
c. zona ruang bebas dibebaskan dari bangunan dan pohon yang dapat mengganggu
fungsi jaringan.
Peraturan zonasi untuk sentral telekomunikasi diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi sentral telekomunikasi terdiri dari zona fasilitas utama dan zona fasilitas
penunjang;
b. zona fasilitas utama adalah untuk instalasi peralatan telekomunikasi;
c. zona fasilitas penunjang adalah untuk bangunan kantor pegawai, dan pelayanan
publik.
d. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 50 % ;
e. prasarana dan sarana penunjang terdiri dari parkir kendaraan, sarana kesehatan,
ibadah gudang peralatan, papan informasi, dan loket pembayaran.
Peraturan zonasi untuk jaringan bergerak selular (menara telekomunikasi) diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. zona menara telekomunikasi terdiri dari zona manfaat dan zona aman;
b. zona manfaat adalah untuk instalasi menara baik di atas tanah atau di atas bangunan;
c. zona aman dilarang untuk kegiatan yang mengganggu sejauh radius sesuai tinggi
menara;
d. menara harus dilengkapi dengan sarana pendukung dan identitas hukum yang jelas.
sarana pendukung antara lain pentanahan (grounding), penangkal petir, catu daya,
lampu halangan penerbangan (aviation obstruction light), dan marka halangan
penerbangan (aviation obstruction marking), identitas hukum antara lain nama
pemilik, lokasi, tinggi, tahun pembuatan / pemasangan, kontraktor, dan beban
maksimum menara;
e. dilarang membangun menara telekomunikasi pada bangunan bertingkat yang
menyediakan fasilitas helipad;
f. jarak antar menara BTS adalah anatar 4- 5 km;
g. tinggi maksimum menara telekomunikasi yang berupa menara rangka adalah 82
meter apabila dibangun di luar KKOP dan mengikuti ketentuan mengenai KKOP
Bandar Udara Singkawang apabila dibangun di KKOP;
h. menara telekomunikasi dilarang dibangun pada lahan dengan topografi lebih dari
800 m dpl dan lereng lebih dari 20%;
i. demi efisiensi dan efektifitas penggunaan ruang, maka menara harus digunakan secara
bersama dengan tetap memperhatikan kesinambungan pertumbuhan industri
telekomunikasi.
5.1.5.1.1.8. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan prasarana perkotaan lainnya
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan prasarana perkotaan lainnya, meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transmisi tenaga listrik;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem penyediaan air minum (SPAM);
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan limbah;
e. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan persampahan.
Peraturan zonasi untuk sistem penyediaan air minum (SPAM) diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. di sepanjang jalur SUTT ditetapkan sebagai Jalur Hijau SUTT yang lebarnya 40
(empat puluh) meter; dan
b. Jalur Hijau SUTT dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budi daya petanian tanaman
pangan dengan komoditas tanaman semusim.
Peraturan zonasi untuk sistem penyediaan air minum (SPAM) diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. zonasi penyediaan air minum terdiri dari zona unit air baku; zona unit produksi;
zona unit distribusi; zona unit pelayanan dan zona unit pengelolaan;
b. zona unit air baku adalah untuk bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya;
c. zona unit produksi adalah untuk prasarana dan sarana pengolahan air baku menjadi
air minum;
d. zona unit distribusi adalah untuk sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan
penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan;
e. zona unit pelayanan adalah untuk sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran;
f. zona unit pengelolaan adalah untuk pengelolaan teknis yang meliputi kegiatan
operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi dan pengelolaan nonteknis yang meliputi administrasi dan pelayanan;
g. persentase luas lahan terbangun pada zona unit air baku maksimal 20%;
h. persentase luas lahan terbangun pada zona unit produksi maksimal 40%;
i. persentase luas lahan terbangun pada zona unit distribusi maksimal 20%;
j. unit produksi terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat
operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan
penampungan air minum;
k. limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku atau daerah terbuka;
l. unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan jaminan
kontinuitas pengaliran 24 jam per hari;
m. untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran umum harus
dipasang alat ukur berupa meter air yang wajib ditera secara berkala oleh instansi
yang berwenang.
Peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona jaringan drainase terdiri dari zona manfaat dan zona bebas;
b. zona manfaat adalah untuk penyaluran air dan dapat diletakkan pada zona manfaat
jalan;
c. zona bebas di sekitar jaringan drainase dibebaskan dari kegiatan yang dapat
mengganggu kelancaran penyaluran air;
d. pemeliharan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan selaras dengan
pemeliharaan dan pengembangan atas ruang milik jalan.
Peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi limbah domestik, limbah industri,dan limbah bahan berbahaya dan beracum
(B3).
Peraturan zonasi untuk sistem jaringan limbah domestik diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. zona limbah domestik terpusat tidak berada di daerah hulu dari sumber air baku dan
berjarak lebih dari 1 km di daerah hilir sumber air baku;
b. zona limbah domestik terpusat terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang
penyangga yang lokasinya;
c. zona ruang manfaat adalah untuk bangunan atau instalasi pengolahan limbah;
d. zona ruang penyangga berupa RTH sabuk hijau yang dilarang untuk kegiatan yang
mengganggu fungsi pengolahan limbah hingga jarak 100 m dari sekeliling ruang
manfaat;
e. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 10 %;
f. pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran
manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat
agar tidak mencemari daerah tangkapan air/ resapan air baku;
g. perumahan dengan kepadatan rendah hingga sedang, setiap rumah wajib dilengkapi
dengan sistem pembuangan air limbah setempat atau individual yang berjarak
minimal 10 m dari sumur;
h. perumahan dengan kepadatan tinggi, wajib dilengkapi dengan sistem pembuangan
air limbah terpusat atau komunal, dengan skala pelayanan satu lingkungan, hingga
satu kelurahan serta memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan sistem
penyediaan air minum (SPAM) serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat;
i. sistem pengolahan limbah domestik pada kawasan dapat berupa IPAL sistem
konvensional atau alamiah dan pada bangunan tinggi berupa IPAL dengan teknologi
modern.
Peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahanterdiri dari TPS (Tempat Penampungan
Sementara); TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu); dan TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir).
f. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang pemilahan, gudang,
tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container dan pagar
tembok keliling;
g. luas lahan minimal 100 m² untuk melayani penduduk pendukung 2500 jiwa (1 RW).
Peraturan zonasi untuk TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. zona TPA tidak berada di daerah hulu dari sumber air baku dan berjarak lebih dari 2
km di daerah hilir sumber air baku;
b. zona TPA terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
c. zona ruang manfaat adalah untuk pengurugan dan pemrosesan akhir sampah;
d. zona ruang penyangga berupa RTH sabuk hijau yang dilarang untuk kegiatan yang
mengganggu pemrosesan sampah sampai sejarak 300 m untuk perumahan kepadatan
rendah dan 3 km untuk bandar udara dari sekeliling zona ruang manfaat;
e. persentase luas lahan terbangun sebesar 20 %;
f. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa lahan penampungan,
sarana dan peralatan pemrosesan sampah, jalan khusus kendaraan sampah, kantor
pengelola, tempat parkir kendaraan, tempat ibadah, tempat olahraga dan pagar
tembok keliling;
g. menggunakan metode lahan urug terkendali;
h. tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman;
i. lokasi dilarang di kawasan perkotaan dan kawasan lindung.
Peraturan zonasi untuk cagar alam diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kawasan cagar alam dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian dan
pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan penunjang budi daya;
dan
b. di dalam kawasan cagar alam tidak dapat dilakukankegiatan rehabilitasi hutan dan
pemanfaatan kawasan hutan selain dari yang telah ditetapkan pada huruf b.
Peraturan zonasi kawasan cagar budayadan ilmu pengetahuan diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. zona cagar budaya terdiri dari zona mintakat inti, zona mintakat penyangga, dan
mintakat pengembang;
b. zona mintakat inti adalah untuk lahan situs; dan dilarang melakukan kegiatan yang
mengurangi, menambah, mengubah, memindahkan, dan mencemari benda cagar
budaya;
c. zona mintakat penyangga di sekitar situs adalah untuk kegiatan yang mendukung dan
sesuai dengan bagi kelestarian situs; serta dilarang untuk kegiatan yang dapat
mengganggu fungsi cagar budaya;
d. zona mintakat pengembangan adalah untuk kegiatan untuk sarana sosial, ekonomi,
dan budaya, serta dilarang untuk kegiatan yang bertentangan dengan prinsip
pelestarian benda cagar budaya dan situsnya;
e. di kawasan cagar budaya dilarang untuk menyelenggarakan:
1) kegiatan yang merusak kekayaan budaya bangsa yang berupa peninggalan sejarah
dan bangunan arkeologi;
2) pemanfaatan ruang dan kegiatan yang mengubah bentukan geologi tertentu yang
mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan;
3) pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar
peninggalan sejarah dan bangunan arkeologi serta wilayah dengan bentukan
geologi tertentu; dan/atau
4) pemanfaatan ruang yang mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat
setempat.
f. persentase luas lahan terbangun untuk zona mintakat inti dan penyangga maksimum
40 %,dan untuk zona mintakat pengembang maksimum 50 %.
Peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat yang meliputi sempadan sungai,
sempadan waduk/danau dan mata air diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Peraturan zonasi untuk sempadan sungai diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,mengganggu kesuburan dan
keawetan tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, serta
kelestarian fungsi lingkungan hidup;
2) pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau
3) kegiatan yang merusak kualitas air sungai, kondisi fisik tepi sungai dan dasar
sungai, serta mengganggu aliran air.
b. Peraturan zonasi untuk sempadan danau/waduk diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, mengganggu kesuburan dan
keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian
fungsi lingkungan hidup;
2) pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau
3) kegiatan yang merusak kualitas air, kondisi fisik kawasan sekitarnya, dan daerah
tangkapan air kawasan yang bersangkutan.
Peraturan zonasi untuk RTH kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ddiarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona ruang terbuka hijau adalah untuk RTH kawasan perlindungan setempat berupa
RTH sempadan sungai, RTH pengamanan sumber air baku/mata air, dan rekreasi,
serta dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi ruang terbuka
hijau;
b. proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30 % yang terdiri dari
20 % ruang terbuka hijau publik dan 10 % terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
c. pendirian bangunan dibatasi untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan
fasilitas umum lainnya, dan bukan bangunan permanen;
d. ruang terbuka hijau di kota memiliki luas paling sedikit 343 (tiga ratus empat tiga) ha,
dengan bentuk satu hamparan, atau jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan
dan jalur; dan didominasi komunitas tumbuhan;
e. luas area yang ditanami tanaman atau berfungsi sebagai ruang hijau dalam RTH
hutan kota seluas 90% hingga 100% dari luas hutan kota dengan pepohonan yang
kompak dan rapat;
f. hutan kota dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas sosial masyarakat secara
terbatas, meliputi aktivitas pasif atau aktivitas aktif, wahana pendidikan dan
penelitian, kawasan konservasi ex situ berupa Taman Tumbuhan Khusus, wisata alam,
rekreasi, penghasil oksigen, serta penghasil produk hasil hutan dan produk hasil
pertanian tanaman tahunan yang diizinkan;
g. RTH Hutan Kota Penyangga dapat dimanfaatkan untuk penghasil produk hasil
pertanian tanaman pangan;
h. Pemanfataan RTH hutan kota perbatasan dapat dilakukan apabila penegasan batas
wilayah kota telah disepakati oleh Pemerintah Kabupaten yang terkait; dan
i. Khusus untuk RTH hutan Kota Gunung Ulu Sedau, pengembanganannya sebagai
hutan kota setelah ketinggian gunung tersebut tidak lagi melebihi 35 meter dari
permukaan laut rata-rata untuk keselamatan penerbangan menuju bandar udara
Singkawang.
Peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam meliputi rawan bencana tanah longsor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona kawasan rawan bencana alam tanah longsor terdiri dari zona tingkat
kerawanan tinggi, zona tingkat kerawanan menengah/sedang, dan zona tingkat
kerawanan rendah;
b. zona tingkat kerawanan tinggi untuk tipologi A (lereng bukit dan gunung) adalah
untuk kawasan lindung, untuk tipologi B dan C (kaki bukit dan gunung,
tebing/lembah sungai) adalah untukkegiatan pertanian, kegiatan pariwisata terbatas;
dilarang untuk budidaya dan kegiatan yang dapat mengurangi gaya penahan gerakan
tanah;
c. zona tingkat kerawanan menengah untuk tipologi A, B, C adalah untuk kegiatan
perumahan, transportasi, pariwisata, pertanian, perkebunan, perikanan, hutan
kota/rakyat/produksi, dan dilarang untuk kegiatan industri.
d. zona tingkat kerawanan rendah tipologi A, B, dan C adalah untuk kegiatan budidaya,
dilarang untuk kegiatan industri;
e. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan tinggi untuk tipologi
A maksimum 5 %; dan untuk tipologi B maksimum 10 %;
f. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan menengah untuk
tipologi A, B, C maksimum 40 %;
g. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan rendah untuk tipologi
A, B, C maksimum 60 %. Penerapan prinsip terhadap setiap kegiatan budi daya
terbangun yang diajukan izinnya;
Peraturan zonasi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. zonasi kawasan perdagangan dan jasa terdiri dari zona perdagangan dan jasa
Regional, serta zona perdagangan dan jasa lokal;
b. zona perdagangan dan jasa Regional adalah untuk kegiatan perdagangan besar dan
eceran, jasa keuangan, jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa hiburan dan
rekreasi serta jasa kemasyarakatan;
c. zona perdagangan dan jasa lokal adalah untuk kegiatan perdagangan eceran, jasa
keuangan, jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa hiburan dan rekreasi serta
jasa kemasyarakatan dan perumahan kepadatan menengah dan tinggi;
d. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan dan jasa Regional adalah maksimal KDB
40 % dan minimal KDH 30 %;
e. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan dan jasa lokal adalah maksimal KDB 50
% dan minimal KDH 30 %;
f. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana pejalan
kaki yang menerus, sarana peribadatan dan sarana perparkiran, sarana kuliner, sarana
transportasi umum, ruang terbuka; serta jaringan utilitas;
g. memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat;
h. kegiatan hunian kepadatan menengah dan tinggi diizinkan di kawasan ini maksimum
10 % dari total luas lantai;
i. wajib menyediakan zona penyangga berupa RTH apabila berbatasan langsung
dengan kawasan lindung;
j. pusat perdagangan dan jasa bernuansa internasional;
k. sarana media ruang luar komersial harus memperhatikan tata bangunan dan tata
lingkungan; kestabilan struktur serta keselamatan;
l. kawasan perdagangan dan jasa yang merupakan lahan reklamasi wajib mengikuti
ketentuan AMDAL;
m. kawasan perdagangan dan jasa wajib dilengkapi dengan RTBL;
n. kegiatan industri yang memiliki izin dan berada pada kawasan perdagangan dan jasa,
harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin;
o. kegiatan industri yang tidak memiliki izin direlokasi paling lambat 3 tahun.
Peraturan zonasi kawasan peruntukan industri diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi kawasan industri terdiri zona industri polutan dan zona industri non polutan;
b. zona industri polutanadalah untuk kegiatan industri yang menimbulkan polusi;
c. zona industri non polutan adalah untuk industri yang tidak menimbulkan polusi;
d. persentase koefisien dasar bangunan sebesar 60 % dan ruang terbuka hijau sebesar 10
%;
e. fasilitas penunjang industri meliputi perkantoran industri, terminal barang, tempat
ibadah, fasilitas olah raga, pemadam kebakaran, IPAL, rumah telkom, dan jasa-jasa
penunjang industri seperti jasa promosi dan informasi hasil industri, jasa
ketenagakerjaan, dan jasa ekspedisi;
f. pada kawasan industri diizinkan untuk kegiatan lain yang berupa hunian, rekreasi,
serta perdagangan dan jasa dengan luas total tidak melebihi 10% total luas lantai;
g. memiliki akses yang baik dari dan ke semua kawasan yang dikembangkan dalam
Wilayah Kota terutama akses ke zona perdagangan dan jasa serta bandara;
h. lokasi zona industri polutif tidak bersebelahan dengan kawasan perumahan dan
kawasan lindung;
i. wajib menyediakan IPAL sesuai dengan kapasitas produksi;
j. pengembangan kawasan industri memperhatikan konsep eco industrial park
k. kawasan industri yang merupakan lahan reklamasi wajib mengikuti ketentuan
AMDAL;
l. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki izin yang berada pada kawasan industri,
harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin dan kegiatan lain yang tidak
memiliki izin direlokasi paling lambat 3 tahun.
Peraturan zonasi kawasan peruntukan wisata diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi kawasan pariwisata terdiri dari zona usaha jasa pariwisata; zona objek dan
daya tarik wisata dan zona usaha sarana pariwisata;
b. zona usaha jasa pariwisata adalah untuk jasa biro perjalanan wisata; jasa agen
perjalanan wisata; jasa pramuwisata; jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran;
jasa impresariat; jasa konsultan pariwisata, dan jasa informasi pariwisata;
c. zona objek dan daya tarik wisata adalah untuk objek dan daya tarik wisata alam;
objek dan daya tarik wisata budaya; dan objek dan daya tarik wisata minat khusus;
d. zona usaha sarana pariwisata adalah untuk penyediaan akomodasi; makan dan
minum; angkutan wisata; sarana wisata tirta; dan kawasan pariwisata;
e. persentase KDB pada zona usaha jasa pariwisata maksimal sebesar 60 % dan RTH
20%;
f. persentase KDB pada zona objek dan daya tarik wisata maksimal sebesar 20 % dan
RTH 40 %;
Untuk ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pusat pemerintahan, kawasan
peruntukan ruang sektor informal, kawasan peruntukkan ruang terbuka non hijau, dan
kawasan peruntukkan ruang evakuasi bencana diatur lebih lanjut dalam dalam rencana rinci
tata ruang.
e. pada kawasan pertanian lahan basah tidak diizinkan untuk kegiatan selain kegiatan
pertanian lahan basah.
c. prasarana dan sarana penunjang meliputi fasilitas parkir, IPAL, jalur-jalur evakuasi
dan landasan helipad;
d. kawasan kesehatan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang berupa hunian,
pendidikan dan riset serta rekreasi, olahraga dengan luas total tidak melebihi 10%
total luas lantai;
e. kawasan kesehatan menyediakan zona penyangga terhadap gangguan dari
lingkungan sekitarnya.
Izin prinsip diwajibkan bagi perusahaan yang akan melakukan investasi yang berdampak
besar terhadap lingkungan sekitarnya. Izin prinsip diberikan oleh suatu badan bagi pemohon
yang memenuhi persyaratan. Bagi pemohon yang melakukan kegiatan investasi yang tidak
berdampak besar, tidak memerlukan izin prinsip dan dapat langsung mengajukan
permohonan izin lokasi. Izin lokasi diberikan kepada perusahaan yang sudah mendapat
persetujuan penanaman modal untuk memperoleh tanah yang diperlukan. Jangka waktu izin
lokasi dan perpanjangannya mengacu pada ketentuan yang ditetapkan oleh Dinas Tata
Ruang. Perolehan tanah oleh pemegang izin lokasi harus diselesaikan dalam jangka waktu
izin lokasi. Permohonan izin lokasi yang disetujui harus diberitahukan kepada masyarakat
setempat. Penolakan permohonan izin lokasi harus diberitahukan kepada pemohon beserta
alasan-alasannya. Izin peruntukan penggunaan tanah diberikan berdasarkan rencana tata
ruang, rencana detail tata ruang dan atau peraturan zonasi sebagai persetujuan terhadap
kegiatan budidaya secara rinci yang akan dikembangkan dalam kawasan. Setiap orang atau
badan hukum yang akan memanfaatkan ruang harus mendapatkan izin peruntukkan
penggunaan tanah. Izin peruntukan penggunaan tanah ini berlaku selama 1 tahun, serta
dapat diperpanjang 1 kali berdasarkan permohonan yang bersangkutan. Izin peruntukan
penggunaan tanah yang tidak diajukan perpanjangannnya dinyatakan gugur dengan
sendirinya. Apabila pemohon ingin memperoleh kembali izin yang telah dinyatakan gugur
dengan sendirinya, dan harus mengajukan permohonan baru. Untuk memperoleh izin
peruntukan penggunaan tanah permohonan diajukan secara tertulis kepada Dinas Tata
Ruang dengan tembusan kepada Pemerintah Kota. Perubahan izin peruntukan penggunaan
tanah yang telah disetujui wajib dimohonkan kembali secara tertulis kepada Dinas Tata
Ruang. Permohonan izin peruntukan penggunaan tanah ini ditolak apabila tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, rencana detail tata ruang dan atau peraturan zonasi serta
persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa. Dinas Tata
Ruang dapat mencabut izin peruntukan penggunaan tanah yang telah dikeluarkan apabila
terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya. Terhadap orang atau badan hukum yang
akan memanfaatkan ruang kawasan dikenakan retribusi izin peruntukan penggunaan tanah.
Besarnyaretribusi izin peruntukan penggunaan tanah ditetapkan berdasarkan fungsi lokasi,
peruntukkan, ketinggian tarif dasar fungsi, luas penggunaan ruang serta biaya pengukuran
Izin peruntukan penggunaan tanah berlaku izin fatwa planologi, yang diberikan berdasarkan
ketentuan meliputi:
a. tata bangunan dan lingkungan;
b. peruntukan dan fungsi bangunan;
c. perpetakan / kavling;
d. Garis Sempadan Bangunan (GSB);
e. KLB, KDB & KDH;
f. rencana elevasi / grading plan;
g. rencana jaringan utilitas;
h. rencana jaringan jalan; dan
i. perencanaan lingkungan / peruntukan.
Izin mendirikan bangunan diberikan berdasarkan surat penguasaan tanah, Rencana Tata
Ruang, Rencana Detail Tata Ruang, peraturan zonasi dan persyaratan teknis lainnya. Setiap
orang atau badan hukum yang akan melaksanakan pembangunan fisik harus mendapatkan
izin mendirikan bangunan. Untuk memperoleh izin mendirikan bangunan permohonan
diajukan secara tertulis kepada Pemerintah Kota dengan tembusan kepada Dinas Tata Ruang.
Setiap orang atau badan hukum yang melaksanakan pembangunan fisik tanpa memiliki izin
mendirikan bangunan akan dikenakan sanksi Izin mendirikan bangunan berlaku sampai
pembangunan fisik selesai. Perubahan izin mendirikan bangunan yang telah disetujui wajib
dimohonkan kembali secara tertulis kepada Dinas Tata Ruang. Permohonan izin mendirikan
bangunan ditolak apabila tidak sesuai dengan fungsi bangunan, ketentuan atas KDB, KTB,
KLB, GSB, dan ketinggian bangunan, garis sempadan yang diatur dalam rencana tata ruang
serta persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa. Dinas
Tata Ruang dapat meminta Pemerintah Kota untuk memberikan keputusan atas permohonan
izin mendirikan bangunan dan Pemerintah Kota wajib memberikan jawaban. Pemerintah
Kota dapat pula mencabut izin mendirikan bangunan yang telah dikeluarkan apabila
terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya terhadap orang atau badan hukum yang
akan memanfaatkan ruang kawasan dikenakan retribusi izin mendirikan bangunan. Besarnya
retribusi izin mendirikan bangunan ditetapkan berdasarkan fungsi lokasi, peruntukkan,
ketinggian tarif dasar fungsi, luas penggunaan ruang serta biaya pengukuranIzin usaha
pertambangan di Kota Singkawang hanya diberikan untuk pertambangan batuan. Izin usaha
pertambangan diberikan berdasarkan surat penguasaan tanah, Rencana Tata Ruang, Rencana
Detail Tata Ruang, peraturan zonasi dan persyaratan teknis lainnya. IUP diberikan oleh
walikota apabila WIUP berada di dalam wilayah Kota Singkawang. IUP ini diberikan kepada
badan usaha, koperasi, atau perorangan dengan memuat ketentuan-ketentuan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. IUP tidak dapat digunakan selain yang
dimaksud dalam pemberian IUP.
Izin usaha pertambangan diberikan hanya untuk 1 (satu) jenis mineral. IUP ini terdiri atas:
a. IUP Eksplorasi yang meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi
kelayakan; dan
b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. Pemegang IUP Eksplorasi dan
pemegang IUP Operasi Produksi dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan.
Pemegang IUP yang menemukan mineral lain di dalam WIUP yang dikelola diberikan
prioritas untuk mengusahakannya. Pemegang IUP yang bermaksud mengusahakan mineral
lain tersebut, wajib mengajukan permohonan IUP baru kepada walikota sesuai denga
kewenangannya.Pemegang dapat pula IUP menyatakan tidak berminat untuk mengusahakan
mineral lain yang dimaksud tersebut.Pemegang IUP yang tidak berminat untuk
mengusahakan mineral lain yang ditemukan ini, wajib menjaga mineral lain tersebut agar
tidak dimanfaatkan pihak lain.IUP untuk mineral lain ini dapat diberikan kepada pihak lain
oleh walikota sesuai denga kewenangannya.
c. apabila usulan berdampak penting, maka usulan tersebut dilakukan uji publik;
d. apabila hasil dengar pendapat publik berakibat terhadap perubahan rencana, akan
dilakukan penyesuaian rencana;
e. setelah menerima izin lokasi, pemohon melaporkannya kepada Pemerintah Kota
setempat untuk dilakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat.
Bentuk insentif dan disinsentif dapat berupa fiskal seperti keringanan/pemotongan pajak atau
kenaikan pajak, pemberian/pembebanan prasarana dasar lingkungan,
kemudahan/pembatasan administrasi pertanahan, atau kemudahan/pembatasan proses
perijinan.
Peringatan tertulis dilakukan melalui penerbitan surat peringatan tertulis dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:
a. peringatan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta bentuk
pelanggarannya;
b. peringatan untuk segera melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan / atau ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku; dan
c. batas waktu maksimal yang diberikan melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang.
dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan / atau
ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;
c. batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
sendiri melakukan penghentian sementara kegiatan dan melakukan penyesuaian
pemanfaatan ruang; dan
d. konsekuensi akan dilakukannya penghentian kegiatan sementara secara paksa apabila
pelanggar mengabaikan surat perintah.
e. penerbitan keputusan pencabutan iyin oleh pejabat yang memiliki kewenangan untuk
melakukan pencabutan izin;
f. pemberitahuan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dicabut
sekaligus perintah untuk secara permanen menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
yang telah dicabut izinnya.
lingkungan hidup, utilitas dan fasilitas penyelenggaraan bangunan dan pengawasan dan
sanksi terhadap pelanggaraan.
Pemerintah daerah wajib melakukan pendataan bangunan untuk keperluan pembinaan tertib
pembangunan dan pemanfaatan.
Peruntukan lokasi merupakan peruntukan utama, sedangkan apabila pada bangunan tersebut
terdapat peruntukan penunjang agar berkonsultasi dengan bidang yang mengatur urusan
bangunan. Setiap pihak yang memerlukan informasi tentang peruntukan lokasi atau
ketentuan tata bangunan dan lingkungan lainnya, dapat memperolehnya pada bidang yang
mengatur urusan bangunan. Peruntukan lokasi untuk pembangunan diatas jalan umum, atau
sarana lain, gedung bawah tanah yang melintasi sarana dan prasarana jaringan kota,
dibawah atau diatas air dan pada daerah hantaran udara (transmisi) tenggangan tinggi harus
mendapat persetujuan dari walikota.
sepanjang lebar daerah milik jalan dihitung dari tepi daerah milik jalan atau 200 m dari
pasang tertinggi pada pantai. Bila dihitung pada bagian samping yang berbatasan dengan
tetangga adalah minimal 2 m dari batas kapling atau atas dasar kesepakatan tertulis dengan
tetangga yang saling berbatasan yang diketahui oleh RT dan Lurah.
5.2.11. Keserasianlingkungan
Setiap bangunan yang akan dibangun harus dapat menjamin keamanan, keselamatan umum,
keseimbangan/pelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan. Untuk bangunan tertentu
berdasarkan Peraturan Walikota harus dilengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL) atau upaya pemantauan lingkungan (UPL) dan upaya pengelolaan
lingkungan (UKL).
terhadap letak sumber air minum/bersih, sepanjang tidak ada ketentuan lain yang
diisyaratkan/diakibatkan oleh suatu kondisi tanah.
berkesinambungan untuk suatu jangka waktu lima belas (15) tahun, yang memuat strategi,
sasaran utama dan program yang dipergunakan guna mewujudkan misi utama kota
Singkawang dalam bidang air bersih yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi
dan dinamika eksternal yang dihadapi serta kompetensi, kapasitas dan potensi sumber daya
yang dimiliki perusahaan.Pengeloaan air bersih adalah merupakan hajat hidup orang banyak
dan kebutuhan pokok masyarakat yang di amanatkan oleh Undang-Undang dasar kita agar
dapat dikelola untuk kesejahteraan bersama. Untuk itu tentunya diperlukan perencanaan
yang terpadu dan berkesinambungan demi untuk mewujudkan cita-cita tersebut.Kota
Singkawang adalah merupakan kota dengan misi visi untuk pengembangan pariwisata
tentunya pemenuhan kebutuhan akan air bersih adalah mutlak diperlukan.
Untuk memudahkan dan menunjang pelayanan air bersih yang berkesinambungan maka
perlu kiranya perencanaan jangka panjang dalam hal pola pengembangan jaringan
perpipaan air bersih. Agar tercapainya target pelayanan yang maksimal tentunya perlu
dibuat pola pengembangan garis besar dalam hal pengembangan jaringan pipa ini. Pada saat
ini banyak hal yang dihadapi dalam pelayanan air bersih Kota Singkawang, untuk itu perlu
dibuat perencanaan jaringan perpipaan yang secara acuan garis besar adalah sebagai berikut :
Tahun 2010
Tahun 2015
Tahun 2020
Tahun 2025
Adapun kebutuhan air kota Singkawang berdasarkan perhitungan adalah sebagai berikut :
Tahun 2010 sebesar 216 l/det
Tahun 2015 sebesar 313 l/det
Tahun 2020 sebesar 401 l/det
Tahun 2025 sebesar 484 l/det
1. Pengadaaan dan pemasangan pipa transmisi air baku dia 300 mm pvc +
jembatan pipa Sungai Seluang jarak 25 m.
2. Rehabilitasi Intake Tirtayasa, perpipaan dan penambahan pompa ( 40 l/det 2
unit ).
3. Rehabilitasi IPA II kapasitas 50 l/det
4. Rehabilitasi filter IPA I
Jarak IPA dengan kota berjarak sekitar 12 km sehingga perlu penambahan pipa transmisi
untuk pemanfaatannya. Untuk masa yang akan datang sumber air pegunungan sudah tidak
dapat diharapkan lagi kehandalannya sebagai sumber air baku, sehingga pola pemanfaatan
air permukaan lebih diprioritaskan.
o Kap 30 l/det
o Kap 100 l/det
Sumber air pegunungan ( hangmoi, poteng dll ) kap 20 l/det
Sehingga total kapasitas IPA dan sumber air pegunungan yang sudah terbangun adalah
sebesar 320 l/det. Dengan demikian kekurangan sebesar 81 l/det pada tahun 2020, tetapi
berdsarkan pembagian Zona pelayanan maka kebutuhan akan air bersih untuk pelayanan
IPA Sungai Bulan sebesar 150 l/det sampai tahun 2020. Untuk itu pada tahap ini
direncanakan pembangunan IPA baru sebesar 150 l/det dan dipusatkan di Kompleks IPA
Sungai Bulan. Dengan demikian tambahan investasi yang di perlukan adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan IPA kap 150 l/det.
2. Pengadaan dan pemasangan pompa Intake170 l/det 2 unit
3. Pengadaan dan Pemasangan Pompa distribusi kap 100 l/det 2 unit
4. Pengadaan dan pemasangan Pompa distriusi di Reservoar pelayanan
100 l/det 2 unit.
Misi Sanitasi : 1. Meningkatkan kerjasama antar pemerintah kota, pelaku bisnis, dan masyarakat dalam
rangka mewujudkan sanitasi yang baik.
Tujuan Utama: Menciptakan hubungan yang harmonis dan kerjasama yang baik antar pemangku
kepentingan dalam upaya pengolahan air limbah demi terwujudnya sanitasi yang baik di
masyarakat.
1. Meningkatkan Kualitas Sasaran 1. Harmonisasi dan 1. Advokasi kepada Pemangku
pelayanan publik dalam penyelarasan Instansi terkait yang kepentingan, masyarakat dan
pengelolaan air limbah menangani Pengelolaan Air limbah baik pihak ketiga dalam pengelolaan
Pemerintah, Masyarakat dan Pihak air limbah
Ketiga 2. Membuat rancangan
peraturan daerah tentang
kelembagaan pengelolaan air
limbah
3. Peningkatan kewenangan
kelembagaan dalam
pengelolaan air limbah
Sasaran 2: 1. Meningkatkan kapasitas
1. Mengoptimalkan kapasitas instalasi pengelola air limbah
pengolahan air limbah yang sudah ada yang sudah
Misi Sanitasi: 2. Mengoptimalkan Tata Kelola Air Limbah , Persampahan, Drainase Lingkungan dan Air
Minum Dalam Kehidupan Masyarakat Higiene
1. Tersusunnya rencana induk (master Kajian terhadap kapasitas dan
Plan) pengelolaan air limbah Kota kualitas sarana dengan SKPD
Meningkkan Cakupan Singkawang terkait
pelayanan air limbah kepada
2. Mengembangkan IPAL Komunal Membangun IPAL Komunal dan
masyarakat dan sanimas sanimas
3. Meningkatkan peran swasta Menjalin kerjasama layanan air
dalam pelayanan air limbah limbah dengan pihak swasta
Misi : 3. Meningkatkan Kualitas SDM yang beriman, bertaqwa, berilmu pengatahuan, dan berteknologi
dalam rangka mengelola lingkungan
3. Menumbuhkan Penyadaran kepada masyarakat
1. Tumbuhnya kesadaran seluruh
kesadaran masyarakat pelanggan/calon pelanggan air
masyarakat tentang pentingnya
tentang pentingnya limbah tentang pentingnya
pengelolaan air limbah dan kewajiban
pengelolaan air limbah pengelolaan air limbah melalui;
membayar retribusi air limbah
tahun 2015 1. Sosialisasi dan penyuluhan
2. Kampanye
3. Pameran dan workshop
4. Lomba sanitasi
5. Pemanfaatan berbagai media
5.4.2. Persampahan
Misi Sanitasi : 1. Meningkatkan kerjasama antar pemerintah kota, pelaku bisnis, dan masyarakat dalam
rangka mewujudkan sanitasi yang baik.
Tujuan Utama : Mewujudkan lingkungan Kota Singkawang yang sehat dan bersih
Meningkatkan kualitas
1. Meningkatkan derajat Meningkatnya derajat kesehatan melalui kesehatan pekerja dan
kesehatan pekerja peningkatan kemampuan ekonomi pekerja masyarakat sekitar,
pengangkut sampah dan sampah dan pemulung
Pengorganisasian
masyarakat pengelola sampah dan
pemulung
2. Meningkatkan kesadaran Meningkatnya kesadaran masyarakat Penyuluhan dan sosialisasi
masyarakat dalam dalam pengelolaan sampah secara 3R di 26 Kelurahan
pelaksanaan pengelolaan
Pengembangan kapasitas
sampah secara 3R.
di kelurahan untuk
pengelolaan sampah 3R
3. Meningkatkan kebersihan Memperoleh kembali adipura Menggalakkan program
kota melalui pengelolaan CGH, penilaian kelurahan
sampah terpadu hingga sehat,
tahun 2015
Mengembangkan kawasan
pengelolaan sampah
melalui program 3R
Misi Sanitasi: 2. Mengoptimalkan Tata Kelola Air Limbah , Persampahan, Drainase Lingkungan dan Air
Minum Dalam Kehidupan Masyarakat Higiene
1. Terpenuhinya kebutuhan Meningkatnya kebutuhan minimal sarpras Meningkatkan kualitas dan
minimal sarpras pengelolaan sampah kota kuantitas sarana dan
pengelolaan sampah kota prasarana pengelolaan
persampahan
2. Penyediaan sarana pilot Terlaksananya pilot project pengelolaan Penguatan kelembagaan
project pengelolaan sampah 3R (komunal) di 26 Kelurahan masyarakat dalam rangka
sampah komunal di 26 pelaksanaan pilot project
Kelurahan
Membangun sarpras
pengelolaan sampah
komunal 3R
Misi : 3. Meningkatkan Kualitas SDM yang beriman, bertaqwa, berilmu pengatahuan, dan berteknologi
dalam rangka mengelola lingkungan
5.4.3. Drainase
5.6.2. Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Jl. K. S. Tubun, Jl. Tama, Perumnas
Roban dan Kelurahan Condong
Kondisi air bersih pada kawasan Permukiman Jl. K. S. Tubun, Jl. Tama, Perumnas Roban dan
Kelurahan Condong, tingkat pelayanan PDAM hanya sebesar 46,14%. Sementara non PDAM
adalah 53,86%. Untuk kondisi air limbah, pada kawasan ini, masih terdapat KK tanpa MCK.
Sementara untuk aspek persampahan, area pelayanan persampahan pada daerah ini sekitar
46,14% yang baru terlayani. Untuk aspek drainase, ada beberapa ruas jalan pada kawasan
ini yang tidak tersedia drainase. Selain itu, luas genangan mencapai 25% dari luas kawasan.
Sementara untuk kondisi jalan lingkungan, sebagian besar sudah perkerasan beton/aspal.
Maka rencana pembangunan yang diperlukan pada daerah ini adalah
a. Penyusunan RTBL Kawasan (Rencana Teknis Penanganan Kawasan)
b. Pengembangan Rusunawa atau Rusunami tiga lantai
c. Program peremajaan area eks warga pengungsi
d. Menata streetscape koridor-koridor kawasan
e. Penyediaan RTH