Anda di halaman 1dari 129

RPI2JM (2015)

BAB. V
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN
KOTA SINGKAWANG

5.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA SINGKAWANG


Arahan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Singkawang tertuang dalam Perda RTRW
Kota Singkawang Tahun 2012-2032 No. 3 Tahun 2012, dan penjelasannya adalah sebagai
berikut :

5.1.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Singkawang


Rencana struktur ruang wilayah Kota Singkawang ini terdiri rencana sistem pusat-pusat
kegiatan, rencana sistem jaringan prasarana utama yang berupa rencana sistem transportasi,
dan rencana sistem jaringan prasarana lainnya yang mencakup jaringan energi,
telekomunikasi, sumber daya air, dan infrastruktur perkotaan.

5.1.1.1. Sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan


Berdasarkan kebijakan dan strategi di atas serta kajian terhadap keterkaitan fungsional
antarkawasan, dan pertimbangan berdasarkan hasil-hasil analisis sebagaimana telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka pusat-pusat pelayanan kegiatan di wilayah Kota
Singkawang yang luasnya sekitar 610 km²adalah sebagai berikut :
(1) Pusat Pelayanan Kota yang meliputi seluruh Kecamatan Singkawang Tengah, sebagian
dari Kecamatan Singkawang Barat, dan sebagian dari Kecamatan Singkawang Selatan
yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, pusat
pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta simpul transportasi darat.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-1


RPI2JM (2015)

(2) Subpusat Pelayanan Kota yang terletak:


a. di Kelurahan Sedau sebagai pusat kegiatan industri, subpusat perdagangan, dan
simpul transportasi laut,
b. di koridor jalan arteri primer menuju bandar udara yang berdekatan dengan
kawasan bandar udara yang berfungsi sebagai subpusat perdagangan dan simpul
transportasi udara,
c. di Kelurahan Pajintan yang berfungsi sebagai subpusat perdagangan,
d. di Kelurahan Setapuk Besar yang berfungsi sebagai subpusat perdagangan,
e. di Kelurahan Bagak Sahwa yang berfungsi sebagai subpusat perdagangan, dan
f. di Kelurahan Sagatani yang berfungsi sebagai subpusat perdagangan.
(3) Pusat Lingkungan yang terletak di Lirang, Pakunam, Sakok, Nyarungkop, Mayasopa,
Sungai Garam, Naram, dan di Gayung Bersambut.
Penetapan pusat-pusat pelayanan kegiatan juga disertai dengan penetapan kawasan primer
dan kawasan sekunder (I hingga III) yang ditujukan untuk penentuan fungsi dari jalan
sekunder yang menghubungkan antarkawasan di wilayah Kota Singkawang sebagaimana
diatur berdasarkan PP No. 34/2006 tentang Jalan.

Peta 5.1. Peta sistem pusat-pusat pelayanan Kota Singkawang

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-2


RPI2JM (2015)

5.1.1.2. Sistem jaringan transportasi


Rencana sistem jaringan transportasi Kota Singkawang terdiri dari penetapan simpul
transportasi dan sistem jaringan jalan. Simpul transportasi yang dimaksud adalah bandara,
pelabuhan, dan terminal.

5.1.1.2.1. Bandara
Bandara Singkawang direncanakan berlokasi di Jalan Penkam Kelurahan Pangmilang
Kecamatan Singkawang Selatan dengan sumbu landas pacu yang mempunyai azimuth
90o00’1,187‖ dimana ujung barat landasan pacunya berjarak sekitar 700 m dari Pawon
Tiga (batas alam antara Kelurahan Pangmilang dengan Desa Karimunting). Landasan pacu
Bandara Singkawang ini berjarak 6 km dari garis pantai dan memiliki elevasi dasar 8 m di
atas permukaan laut rata-rata (msl; mean sea level) dengan koordinat geografis sebagai
berikut :

a. Ujung barat as landasan: 0o 46’ 54,958‖ LU dan 108o 55’ 44,582‖ BT


b. Ujung timur as landasan: 0o 46’ 54,949‖ LU dan 108o 56’ 29,842‖ BT

Pada tahap awal, Bandara Singkawang dibangun sebagai bandara pengumpan (spoke)
dengan panjang landasan pacu 1.400 meter. Dalam kondisi seperti ini, Bandara Singkawang
dapat melayani penerbangan pesawat seperti ATR 42-500 (46-48 penumpang), ATR 72-
500 (64-68 penumpang), dan Fokker 50 (58 penumpang). Pada akhir masa rencana,
bandara tersebut direncanakan menjadi bandara pengumpul dengan panjang landasan pacu
2,6 km.Pengembangan landasan pacu dapat dilakukan dengan penambahan panjang ke
arah timur sekitar 800 meter dan ke arah barat sekitar 400 meter.
Oleh karena diawali dengan penetapannya sebagai bandara pengumpan, maka pada tahap
awal, rute yang dilayani Bandara Singkawang dapat dimulai dengan rute pengumpan yang
berfungsi sebagai penunjang rute utama yang menghubungkan:

a. bandara pengumpul dengan bandara pengumpan (Bandara Singkawang).


b. antarbandara pengumpan (misalnya ke Sampit, dan ke Natuna).

Untuk memaksimalkan fungsi bandara dan percepatan pencapaian prasyarat untuk


peningkatannya, perlu diupayakan insentif untuk tumbuhnya usaha angkutan udara niaga
tidak berjadwal seperti kargo, penumpang rombongan tertentu (affinity group), atau
penumpang yang dikumpulkan untuk melakukan perjalanan dalam bentuk paket.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-3


RPI2JM (2015)

Pemegang izin usaha angkutan udara niaga tak berjadwal dapat melakukan kegiatan
angkutan udara niaga tidak berjadwal dalam negeri dan atau luar negeri. Dalam keadaan
tertentu, pemegang izin usaha angkutan udara niaga tidak berjadwal dapat melakukan
usaha angkutan udara niaga berjadwal, apabila adanya kebutuhan kapasitas pada rute
tertentu (Pontianak-Jakarta misalnya), tidak dapat dipenuhi atau tidak dilayani oleh
perusahaan angkutan udara niaga berjadwal (Kepmenhub No. KM 11/2001 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara pasal 34 dan 35).
Agar bandara dapat beroperasi sesegera mungkin saat selesai dibangun, maka perlu segera
dilakukan kegiatan merendahkan puncak dari G. Ulu Sedau yang pelaksanaannya harus
diintegrasikan dengan berbagai kegiatan pembangunan yang membutuhkan proses
penimbunan di antaranya pembangunan landasan pacu dan jalan akses ke bandara serta
pembangunan infrastruktur transportasi lainnya.

5.1.1.2.2. Pelabuhan laut


Berdasarkan pertimbangan untuk kemudahan pengembangan pelabuhan dengan prasyarat
kondisi teknis yang terlindung dari gelombang dan untuk percepatan pertumbuhan kegiatan
perekonomian kota, Kota Singkawang direncanakan memiliki pelabuhan nasional yang
dikembangkan di dua lokasi dalam satu sistem pengelolaan yaitu Pelabuhan Kuala sebagai
pelabuhan eksisting dan Pelabuhan Sedau sebagai pelabuhan pengembangan yang ditujukan
untuk melayani kegiatan pelayaran lintas provinsi dan internasional.
Pengembangan pelabuhan di Sedau dimaksudkan untuk menunjang kelancaran kegiatan
perekonomian di wilayah Kota Singkawang dalam rangka mendukung upaya mewujudkan
visi pembangunan Kota Singkawang tahun 2008-2027 yaitu Singkawang Maju Sejahtera
Berbasis Jasa, Perdagangan, dan Agroindustri khususnya menjadi sentra produksi vital
dalam lingkup provinsi Kalimantan Barat yang berbasis agroindustri. Pengembangan
pelabuhan di Sedau ditujukan sebagai penunjang untuk percepatan kegiatan produksi serta
perdagangan dan jasa di wilayah Kota Singkawang dan sekitarnya yang perlu dukungan
pelabuhan yang bebas dari kemungkinan ancaman bahaya kenaikan muka air laut.
Pelabuhan Sedau direncanakan berfungsi untuk melayani angkutan bahan baku, hasil
produksi dan peralatan penunjang produksi sendiri dalam jumlah besar dan jangkauan
pelayanan nasional/internasional, tingkat keselamatan pelayaran tinggi dengan teknologi
tinggi, serta berperan dalam perkembangan ekonomi secara nasional. Kedalaman di depan
dermaga di pelabuhan tersebut.direncanakan lebih dari6 m LWS (low water spring;
kedalaman air pada saat air pasang terendah) atau lebih. Pelabuhan ini pada akhir masa
rencana diharapkan berkembang hingga menjadi pelabuhan utama di Kota

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-4


RPI2JM (2015)

Singkawang.Dalam masa rencana, Pelabuhan Kuala tetap difungsikan untuk melayani


angkutan pelayaran rakyat dan angkutan pelayaran perintis.

Peta 5.2. Peta sistem jaringan transportasi Kota Singkawang

5.1.1.2.3. Terminal angkutan umum penumpang


Berdasarkan sebaran dan karakteristik pusat-pusat permukiman di dalam wilayah kota, di
sekitar pinggiran kota (dalam radius 20km), serta yang jauh di luar wilayah kota (radius
lebih dari 25m), terminal angkutan penumpang di wilayah Kota Singkawang pada masa
rencana terdiri dari :
a. Satu terminal penumpang tipe A dengan memfungsikan Terminal Induk dengan
perluasan area (dengan desain baru atau penataan ulang) ke arah barat yang berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) dan/atau
angkutan lintas batas negara (ALBN), angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP),
angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Luas kawasan terminal tersebut adal 5 Ha
(luas minimal 3 Ha).
b. Satu terminal penumpang tipe B di pusat kota, yakni Terminal Pasiran.
c. Lima terminal penumpang tipe Cyang terdiri atas:

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-5


RPI2JM (2015)

 satu terminal yang merupakan pengembangan yaitu Terminal Beringin di


Kecamatan Singkawang Tengah.
 empat terminal yang merupakan pembanguan baru di kawasan pinggiran kota,
yakni di Lirang, Pajintan, Bagak Sahwa, dan Setapuk Besar.

Untuk memfungsikan Terminal Induk (terminal di Jalan Alianyang) sebagai terminal


penumpang tipe A, perlu ditunjang dengan upaya berikut:

a. Difungsikan untuk trayek jarak jauh terutama yang jumlahnya relatif masih sedikit yaitu
trayek LBN (lintas batas negara) dan AKAP (antarkota antarprovinsi), dan AKDP
(antarkota dalam provinsi) di antaranya trayek ke Pontianak, Ngabang, Entikong,
Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Semitau, dan Ketapang.
b. Memberikan peluang terbaginya trayek Singkawang-Sambas, Singkawang-Kartiasa, dan
trayek lainnya untuk terbagi ke terminal Alianyang dengan disertai insentif untuk
trayek antara Terminal Alianyang dengan Terminal Beringin yang melewati kawasan
sekitar Terminal Pasiran.
c. Memberikan peluang terselenggaranya pelayanan angkutan bis malam.
d. Desain ulang terminal (baik dalam hal luas, tata letak, tata pemanfaatan bangunan,
fasilitas penunjang, serta pelebaran rumija atau perubahan jalan akses / jalan masuk
khususnya dari arah barat hingga ke Jalan Ratu Sepudak) sehingga menciptakan
kenyamanan bagi pengemudi serta kondisi dan suasana yang kondusif bagi penumpang
terutama rasa aman dan nyaman seperti melengkapinya dengan pos polisi, minimarket
24 jam, tempat atau ruang tunggu yang nyaman, dan hiburan yang sesuai.

Terminal Pasiran dan Beringin masih merupakan lokasi strategis bagi tujuan pepergian
karena kedua terminal tersebut melayani penduduk yang pada umumnya mengadakan
pepergian ke Kota Singkawang dengan tujuan ke tempat-tempat kegiatan perdagangan dan
jasa yang keberadaannya membutuhkan batas ambang (threshold) jumlah penduduk
pendukung yang relatif tinggi seperti perdagangan alat-alat mesin, perdagangan grosir, dan
jasa reparasi. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah trayek Singkawang-Pemangkat.
Fungsi dan peran Kota Singkawang sebagai pusat pelayanan regional sebagai tarikan
pepergian (trip attraction) harus ditingkatkan dengan peningkatan pelayanan kedua
terminal tersebut.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-6


RPI2JM (2015)

Untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah armada sehingga melebihi daya daya tampung
kedua terminal tersebut, perlu segera dikaji upaya memfungsikan Terminal Alianyang
dengan memberikan insentif untuk trayek yang melayani hubungan antara kawasan
Terminal Berigin, kawasan Terminal Pasiran, dan Terminal Induk, serta pemindahan trayek
antarkota jarak jauh (lebih dari 100 km) atau untuk tujuan selain Kabupaten Sambas dan
Bengkayang.

5.1.1.2.4. Sistem jaringan jalan


Jalan yang direncanakan dalam revisi RTRW Kota Singkawang ini adalah jalan umum, baik
terhadap jalan yang sudah ada (berkaitan dengan penetapan fungsinya) maupun jalan baru
yang direncanakan pembangunannya, dan jalan khusus yang direncanakan menjadi jalan
umum. Jalan yang direncanakan dikelompokkan dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan,
status jalan, dan kelas jalan. Berikut uraian mengenai recana sistem jaringan jalan di wilayah
Kota Singkawang.

5.1.1.2.4.1. Sistem jaringan dan fungsi jalan


Rencana jaringan jalan di wilayah Kota Singkawang menurut sistem jaringan dan fungsinya
yang terdiri dari arteri primer, kolektor primer, lokal primer, arteri sekunder, dan kolektor
sekunder (catatan, penentuan jalan lokal sekunder atau jalan lingkungan sekunder
ditetapkan lebih lanjut dalam RDTRK, agar dihasilkan perencanaan sistem jaringan jalan
lokal yang sangat efektif dan efisien dalam melayani lalu lintas perkotaan).
Sebagai jaringan jalan utama, yaitu :

a. jalan arteri primer, meliputi:


1. Jalan Raya Sedau,
2. Jalan Ratu Sepudak, dan
3. Rencana jalanBy Pass yang menghubungkan Lirang, Kuala, dan Jalan Ratu Sepudak di
Kelurahan Sungai Garam Hilir.
b. jalan kolektor primer, meliputi:
1. Rencana jalanLingkar Selatan yang menghubungkan Kelurahan Pasiran dan
KelurahanRoban,
2. Rencana jalan Lingkar Utara yang menghubungkan Kelurahan Sungai Garam,
KelurahanBukit Batu, dan Kelurahan Roban, dan
3. Jalan Sudirman; Jalan Raya Pajintan – Jalan Raya Nyarungkop – Jalan Raya Bagak
Sahwa.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-7


RPI2JM (2015)

c. jalan lokal primer, meliputi:


1. Jalan Demang Akub,
2. Jalan Raya Mayasopa,
3. Jalan yang menghubungkan Sagatani dengan Kecamatan Monterado Kabupaten
Bengkayang,
4. Jalan Lapangan Tembak, dan
5. Rencana jalanyang menghubungkan Pangkalan Batu (di Kelurahan Sagatani)dengan
batasDesaKarimunting(Kabupaten Bengkayang).
d. jalan arteri sekunder, meliputi:
1. Jalan Ahmad Yani,
2. Rencana jalan yang menghubungkan Jalan Ahmad Yani dengan Jalan Sudirman,
3. Jalan Jendral Sudirman, dan
4. Jalan Ratu Sepudak yang menghubungkan Jalan Jenderal Sudirman dengan Jalan
Alianyang.
e. jalan kolektor sekunder .

5.1.1.2.4.2. Status jalan


Menurut statusnya, jalan yang ada di wilayah Kota Singkawang dibedakan menjadi jalan
nasional, jalan provinsi, dan jalan kota. Jalan nasional adalah jalan yang menghubungkan
Pontianak-Sambas (250 km) dan jalan arteri primer menuju Bandara Singkawang (7 km dari
Marhaban). Sedangkan jalan provinsi adalah jalan kolektor primer ke Bengkayang
(termasuk jalan lingkar dalam) dan jalan elak (by pass) Sungai Sinjun—Bandara
(direncanakan sebagai jalan strategis provinsi). Jalan by pass Sungai Sinjun—Bandara
merupakan jalan alternatif untuk menghindari kegiatan latihan militer di kawasan pasir
panjang.

5.1.1.2.4.3. Kelas jalan


Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan:

a. Penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, yang diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan
jalan, yaitu klasifikasi jalan berdasarkan muatan sumbu terberat (MST) dan karakteristik
lalu lintas; dan
b. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan, yang membedakan menjadi empat macam
yaitu: jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-8


RPI2JM (2015)

Berdasarkan klasifikasi jalan menurut spesifikasi penyediaan prasarana jalan, maka pada
akhir masa rencana di wilayah Kota Singkawang terdapat jalan bebas hambatan ( free way),
jalan raya (high way), jalan sedang (road), dan jalan kecil (street).Berdasarkan RTRWN,
jalan Singkawang-Pontianak adalah jalan bebas hambatan. Karenanya, rumija jalan tersebut
adalah 30 meter. Jalan arteri primer yang menghubungkan Singkawang-Sambas
direncanakan sebagai jalan raya dengan rumija (jarak antar pagar yang berhadapan) selebar
25 meter.

5.1.1.3. Sistem prasarana lain


Sistem prasarana yang lain adalah meliputi : drainase, air minum, energi, telekomunikasi
dan akhir sampah.

5.1.1.3.1. Sistem jaringan drainase


Berdasarkan pola aliran sungai/kanal yang ada, wilayah Kota Singkawang direncanakan
terbagi menjadi dari empat sistem jaringan drainase (lihat Tabel 3.2). Adapun rencana
pengembangan yang diprioritas untuk setiap sistem drainase adalah sebagai berikut:

a. Sistem Selakau-Senggang. Pada sistem tersebut direncanakan pembangunan Kanal Batas


Kota antara Semelagi Kecil dan Semelagi Kecil untuk penanggulangan banjir di daerah
hulu Semelagi Kecil.
b. Sistem Singkawang-Garam. Pada sistem tersebut direncanakan pembangunan Terusan
Sungai Wie hingga ke Bukit Batu untuk penanggulangan banjir di Kelurahan Bukit Batu
dan Condong. Selain itu juka dilaksanakan normalisasi atau pelebaran Terusan S.
Cabang Tiga ke kaki G. Sari bagian utara.
c. Sistem Jamthang-Sedau. Pada sistem tersebut direncanakan pembangunan saluran
penghubung Sungai Sakok-Sungai Jamthang untuk penanggulangan banjir di daerah
timur jembatan S. Sakok. Selain itu juga direncanakan pembangunan Kanal Bantu
untuk pembuangan dari bagian hulu S. Sedau ke Muara S. Jamthang untuk
penanggulangan banjir di daerah timur jembatan S. Sedau. Selanjutnya adalah
pembangunan saluran yang merupakan Batas Kota antara Sedau dan Karimunting yang
juga berfungsi membantu pengaliran air limpasan dari DAS Sedau. Saat ini belum ada
batas pasti di lapangan antara Sedau dan Karimunting di daerah hulu Sungai Merah.
d. Sistem Raya. Pada sistem tersebut direncanakan normalisasi S. Air Mati dan S. Seluang
untuk penanggulangan banjir di daerah Sagatani. Selain itu juga direncanakan
pembangunan kanal untuk pengalihan aliran limpasan dari daerah PETI (kawasan hulu

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-9


RPI2JM (2015)

DAS Raya) agar tidak masuk ke Danau Sarantangan. Air di Danau Sarantangan saat ini
terkontaminasi oleh air limbah dari daerah PETI. Selanjutnya adalah pembangunan
saluran yang merupakan Batas Kota antara Sagatani dengan Sungai Raya, Rukmajaya,
Goa Boma, dan Rantau. Saat ini belum ada batas pasti di lapangan untuk daerah
perbatasan tersebut.

Tabel 5.1.Sistem drainase primer dan sekunder utama Kota Singkawang

SALURAN DRAINASE SEKUNDER


No. SISTEM DRAINASE DAS SALURAN DRAINASE PRIMER
UTAMA

1. Selakau-Senggang Selakau S. Selakau, Kanal Batas Semelagi (baru), Kanal Selakau-Kulor, S. Senggang, S.
S. Semelagi Kecil, S. Setapuk Besar, Airhitam, S. Airputih, S. Jepang,
(26.256 Ha; 43,04%)
S. Setapuk Kecil, S. Rasau, S. Kokop, S. Tangket, S. Mentoman,
S. Perintok, dan S. Sepangkai.

2. Singkawang-Garam Singkawang S. Bulan, S. Nangka, S. Garam, S. Wie Kanal Kulor-Selakau,


(10.129 Ha; 16,60%) dan terusannya (hingga ke Bukit Burung),
S. Singkawang, serta S. Cabang Tiga S. Sinam,

dan terusannya (hingga ke kawasan

Jl. G. Sari).

3. Jamthang-Sedau Jamthang, S. Sakok. S. Jamthang, Kanal Jimban- S. Sempalit, S. Pasi, dan S. Acoi.
Sedau, Merah Sedau (baru), S. Sedau, serta S. Merah
(12.874 Ha ; 21,11%) dan terusannya (merupakan kanal batas
kota hingga ke Pawon Tiga).

6. Raya Raya S. Airmati (hingga ke D. Sarantangan). S. Adung, S. Pangsek,

(11.741 Ha; 19,25%) S. Seluang, S. Kencana,

S. Sagatani, dan S. Pinang.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-10


RPI2JM (2015)

Peta 5.3. Peta rencana sistem jaringan distribusi air minum, lokasi intakeKota Singkawang

5.1.1.3.2. Sistem jaringan air minum


Hingga pada tahun 2008, intake air baku untuk melayani ketersediaan air minum bagi
penduduk Kota Singkawang yang beroperasi selama 24 jam berjumlah 10 unit dengan
jumlah produksi total sebesar 265 liter/detik. Namun, pada musim kemarau, produksi dari
kesepuluh intake tersebut hanya 19 liter/detik. Adapun intake Seluang yang merupakan
intake air baku (bukan air bersih) yang bersumber dari S. Selakau hanya memiliki kapasitas
terpasang sebesar 100 liter/detik. Sedangkan intake Hangmoi Irigasi hanya kapasitas 20
liter/detik. Sementara itu, sebagaimana diuraikan pada Buku Analisis, pada
akhirmasarencana dibutuhkan pendistribusian air bersih sekitar 500 liter/detik untuk
penduduk Kota Singkawang. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perlu segera dikaji
kelayakan pembangunan intake S.Sekabu (diintegrasikan dengan intake Eria), intake S.
Sagatani (gravitasi), dan intake D. Sarantangan (air baku). Selain itu, juga perlu distudi
kemungkinan pembangunan waduk di muara S. Tangket di S. Kokop (batas antara
Kelurahan Nyarungkop dan Mayasopa). Memperhatikan kestabilan produksi intake Poteng,
perlu pengkajian secara cermat untuk redesain atau pembangunan intake-intake lainnya
agar ketersediaan air bersih pada musim kemarau tetap terjaga. Intake-intake yang perlu
dikaji untuk diredesain terutama adalah intake Bagak dan intake Eria.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-11


RPI2JM (2015)

Tabel 5.2.Intake air bersih gravitasi di wilayah Kota Singkawang


Tahun Ele- Kapasitas Kapasitas Idle
Diameter Prod.
No Lokasi Ter- vasi Intake Terpang
Intake, (ltr/det)
bangun (m) (ltr/det) (ltr/det) Lt/det %

1. Pangmilang (G. Apui) 2002 150 20 150 15 10 5 33,33

2. Sijangkung Pasqua 1992 90 5 75 5 5 0 -

3. Sijangkung Bagyo 2000 181 20 150 7 7 0 -

4. Hangmoi II (Subarang) 2002 120 20 150 15 10 5 33,33

5. Hangmoi I (Parong) 1993 185 20 150 20 20 0 -

6. Hangmoi III (Parong) 2000 185 20 250 24 20 4 16,66

7. Poteng 1927 204 10 100 20 5 5 75

8. Eria 1976 26 100 400 80 80 0 -

9. Bagak Sahwa 1992 34 5 75 5 5 0 -

10. Teluk Mak Jantu 1997 52 20 150 3 3 0 -

Jumlah 310 294 265 19 9,86

Pada masa rencana, kawasan di sekitar intake harus dipelihara sedini mungkin untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan permasalahan yang akan muncul di masa mendatang
terutama terganggunya kualitas air pada sumber-sumber air baku. Kawasan-kawasan yang
perlu diamankan kualitas lingkungannya dalam rangka menjaga ketersediaan air baku yang
memadai dengan kualitas yang baik pada masa mendatang meliputi Kawasan Cagar alam
dan Kawasan RTH yang ditetapkan Hutan Kota tipe perlindungan daerah rawan
longsor.Dalam pengembangan kawasan-kawasan tersebut, harus didasarkan pada
pentingnya pengamanan kuantitas dan kualitas sumber air baku dan keunggulan komparatif
wilayah Kota Singkawang dalam hal daya dukung lingkungan dan sumberdaya alam bila
dibandingkan dengan wilayah lainnya, khususnya di Kalimantan Barat. Pada kawasan
tersebutdiarahkan pengembangan secara intensif kegiatan pertanian yang mempunyai
keunggulan komparatif yang tinggi (khususnya hortikultura) di samping untuk kegiatan
penelitian dan ilmu pengetahuan. Pada kawasan tersebut juga diharapkan dapat
dikembangkan arboretum dan dibangun herbarium yang menjadi pusat wisata pengetahuan
dengan kelengkapan berbagai jenis flora. Adapun kegiatan pertanian di kawasan yang telah
ditetapkan sebagai RTHKota diupayakan dilakukan dengan sistem wanatani (agroforestry).

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-12


RPI2JM (2015)

Untuk memudahkan pendistibusian air bersih secara gravitasi (agar murah dan lancar), perlu
diamankan lokasi potensial untuk pembangunan reservoar terutama lokasi sebagai berikut :

a. Bukit Jimban atau Ha Sak Kok (antara Sedau dengan G. Jamthang) dengan kapasitas
lebih dari 100 m², untuk memaksimalkan pelayanan di Kecamatan Singkawang Selatan
bagian barat.
b. Mungguk yang terletak di hulu S. Garam dengan kapasitas lebih dari 100 m², untuk
pelayanan Kecamatan Singkawang Utara.

Mungguk di sebelah selatan IPA (instalasi pengolahan air bersih) di Jalan Tirtasari dengan
kapasitas lebih dari 500 m², untuk pelayanan Kecamatan Singkawang Barat dan Kecamatan
Singkawang Tengah.

5.1.1.3.3. Sistem jaringan energi


Pada masa rencana, penyediaan energi listrik di wilayah Kota Singkawang dilayani dengan
sistem jaringan listrik interkoneksi dengan SUTT (saluran udara tegangan tinggi) 150 KV
dimana sumber pembangkit berasal dari PLTU Tanjung Gondol (Kabupaten Bengkayang)
dan Wajok (Kabupaten Pontianak). Dengan adanya sistem interkoneksi tersebut, maka
PLTD Sei Wie direncanakan hanya sebagai pembantu jika terjadi gangguan yang tak
terduga. Jaringan listrik SUTT ini melintasi dari batas selatan hingga ke batas utara wilayah
Kota Singkawang.Untuk keamanan operasi penerbangan di kawasan keselamatan operasi
penerbangan (KKOP) di sekitar Bandara Singkawang, jaringan SUTT ini direncanakan
berjarak lebih dari 1 km ke arah luar dari garis horizontal dalam (inner horizontal)
berdasarkan landasan pacu yang direncanakan. Untuk keamanan kegiatan perkotaan, pada
jalur yang dilintasi SUTT ini direncanakan jalur hijau selebar 40 m (20 meter dari as jalur
SUTT).

5.1.1.3.4. Sistem jaringan telekomunikasi


Sejalan dengan perkembangan kebutuhan akan pelayanan sistem telekomunikasi melalui
telepon, pada masa rencana diperlukan upaya agar seluruh penduduk di wilayah Kota
Singkawang terlayani jaringan telepon dengan baik. Untuk itu, perlu dibangun menara BTS
(Base Transceiver Station) secara optimal agar sarana telepon seluler dapat berfungsi dengan
baik di seluruh pelosok wilayah Kota Singkawang. Pembangunan menara ini dapat
dilaksanakan oleh penyelenggara telekomunikasi, penyedia menara, dan/atau kontraktor
menara baik BUMN ataupun pihak swasta. Dalam pembangunannya, menara

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-13


RPI2JM (2015)

telekomunikasi ini harus mematuhi ketentuan mengenai Kawasan Keselamatan Operasi


Penerbangan (KKOP). Selain itu, menara harus dilengkapi dengan sarana pendukung antara
lain pentanahan (grounding), penangkal petir, catu daya, lampu halangan penerbangan
(aviation obstruction light), dan marka halangan penerbangan (aviation obstruction
marking).

Peta 5.4. Peta rencana sistem jaringan sumber daya air dan jaringan drainase Kota Singkawang

Demi efisiensi dan keefektifan penggunaan ruang, maka menara harus digunakan secara
bersama sebagaimana diatur dalam Permenkominfo No. 02/PER/M.KOMINFO/3/2008
tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi. Hal
yang harus diperhatikan dalampenggunaan menara bersama ini adalah bahwa
penyelenggara telekomunikasi dilarang menimbulkan interferensi yang merugikan. Selain
itu, Pemerintah Daerah harus memperhatikan ketentuan hukum tentang larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam pembangunan Menara pada wilayahnya.
Karenanya, penyelenggara telekomunikasi atau penyedia menara yang memiliki menara,
atau pengelola menara yang mengelola menara, harus memberikan kesempatan yang sama
tanpa diskriminasi kepada para penyelenggara telekomunikasi lain untuk menggunakan
menara miliknya secara bersama-sama sesuai kemampuan teknis menara.

Dalam penyelenggaraan menara bersama ini, Pemerintah Daerah harus menyusun


pengaturan penempatan lokasi menara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan harus mempertimbangkan aspek–aspek teknis dalam penyelenggaraan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-14


RPI2JM (2015)

telekomunikasi dan prinsip-prinsip penggunaan Menara Bersama. Pengaturan penempatan


lokasi menara ini harus dilakukan dengan mekanisme yang transparan dan dengan
melibatkan peran masyarakat dalam menentukan kebijakan untuk penataan ruang yang
efisien dan efektif demi kepentingan umum. Adapun prinsip-prinsip penggunaan menara
bersama ini adalah:

o Penyelenggara Telekomunikasi yang memiliki Menara, Penyedia Menara dan/atau


Pengelola Menara harus memperhatikan ketentuan hukum tentang larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
o Penyelenggara Telekomunikasi yang memiliki Menara, Penyedia Menara dan/atau
Pengelola Menara harus menginformasikan ketersediaan kapasitas Menaranya kepada
calon pengguna Menara secara transparan.

Penyelenggara Telekomunikasi yang memiliki Menara, Penyedia Menara, dan/atau


Pengelola Menara harus menggunakan sistem antrian dengan mendahulukan calon
pengguna Menara yang lebih dahulu menyampaikan permintaan penggunaan Menara
dengan tetap memperhatikan kelayakan dan kemampuan.

Ketentuan-ketentuan mengenai penggunaan Menara Bersama sebagaimana diuraikan di atas


tidak berlaku untuk:

a. Menara yang dibangun pada daerah-daerah yang belum mendapatkan layanan


telekomunikasi atau daerah-daerah yang tidak layak secara ekonomis.

b. Menara yang digunakan untuk keperluan Jaringan Utama, yaitu bagian dari jaringan
infrastruktur telekomunikasi yang menghubungkan berbagai elemen jaringan
telekomunikasi yang berfungsi sebagai Central Trunk, Mobile Switching Center (MSC)
dan Base Station Controller (BSC).

Berkenaan dengan keberadaan Bandara Singkawang, maka stasiun pemancar komersial


(sepereti TV dan radio FM) tidak diperkenankan berlokasi dalam radius 1 NM (nautical
mile; dalam Standard-International setara dengan 1.853,18 meter, dalam navigasi setara
dengan 1.852 meter) dari fasilitas komunikasi Bandara.

5.1.1.3.5. Tempat pemrosesan akhir sampah


Tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-15


RPI2JM (2015)

lingkungan(menurut UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah). Di wilayah Kota


Singkawang, direncanakan dibangun TPA regional di Jalan Caicai; Areal TPA yang
tergambar sudah termasuk sabuk hijau/zona inti). Luas area untuk TPA ini direncanakan
seluas 40 Ha. Pada saat dioperasikannya TPA tersebut pada masa rencana, maka TPA yang
digunakan pada saat ini (TPA Sampah Wonosari) tidak difungsikan lagi dan dapat
dialihfungsikan menjadi RTH.Berkaitan dengan keberadaan TPA Sampah Regional tersebut,
maka di kawasan perbatasan antara Kelurahan Roban dan Pajintan perlu ditetapkan RTH
Hutan Kota dalam masa rencana yang berfungsi sebagai kawasan penyangga TPA
Sampah.Teknik pemrosesan sampah yang diterapkan dapat diawali dengan pengurugan
berlapis terkendali (controlled landfill) yaitu sarana pengurugan sampah yang bersifat
―antara‖ sebelum mampu melaksanakan operasi pengurugan berlapis bersih (sanitary
landfill) tempat sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area pengurugan ditutup
dengan tanah, sedikitnya satu kali setiap tujuh hari. Teknik pemrosesan sampah dengan
pengurugan berlapis bersih diupayakan telah dapat diterapkan pada akhir masa rencana
dimana sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang disiapkan dan dioperasikan secara
sistematik, dengan penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan, serta
penutupan sampah setiap hari.Perbedaan pemanfaatan lahan sekitar TPA antara TPA
dengan pengurugan berlapis terkendali dan TPA dengan pengurugan berlapis bersih.
Perbedaannya adalah terletak pada perlunya penetapan kawasan budi daya terbatas di
sekitar TPA yang berjarak antara 400-700 m dari batas luar sabuk hijau (lebar sabuk 100m)
selama teknik pemrosesan sampah yang diterapkan adalah pengurugan berlapis terkendali.

5.1.2. Rencana Pola Ruang Wilayah


Rencana pola ruang wilayah terdiri atas rencana pola ruang kawasan lindung dan rencana
pola ruang kawasan budidaya.

5.1.2.1. Rencana pola ruang kawasan lindung


Perencanaan pola ruang kawasan lindung merupakan langkah awal dalam perencanaan
keseluruhan materi rencana pola ruang wilayah kota, mengingat kawasan lindung dapat
merupakan kendala (constraint) atau bahkan pembatas (limitation) bagi pengembangan
kegiatan budidaya. Secara umum, perencanaan pola ruang kawasan lindung bertujuan
untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

Perencanaan pola ruang kawasan lindung di wilayah Kota Singkawang mengacu kepada
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan perundang-undangan beserta peraturan
pelaksanaannya yang di antaranya adalah sebagai berikut:

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-16


RPI2JM (2015)

1. UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
2. UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya.
3. UU No. 41/1999 tentang Kehutanan.
4. UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang.
5. PP No. 10/1993 tentang Pelaksanaan UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya.
6. PP No. 18/1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
7. PP No. 68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
8. PP No. 63/2002 tentang Hutan Kota.
9. PP No. 44/2004 tentang Perencanaan Hutan.
10. PP No. 6/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Serta Peman-faatan Hutan sebagaimana diubah dengan PP No. 3/2008 tentang
Perubahan Atas PP No. 6/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan.
11. PP No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
12. PP No. 26/2008 tentang RTRWN.
13. Keppres No. 32 /1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
14. Permendagri No.1/2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan.
15. Permenhut No. P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi.
16. Permenhut No. P.41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
17. Permen PU No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
RTH di Kawasan Perkotaan.
18. Perda Provinsi Kalimantan Barat No. 5/2004 tentang RTRWP Kalimantan Barat.

Jenis-jenis kawasan lindung yang direncanakan di wilayah Kota Singkawang sebagaimana


penjabaran dari RTRWN adalah terdiri dari:

1. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya yang berupa kawasan cagar
alam dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
2. Kawasan perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, dan RTH kota.
3. Kawasan lindung geologi yang meliputi kawasan sempadan mata air dan kawasan
rawan abrasi.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-17


RPI2JM (2015)

4. Kawasan rawan bencana alam yang berupa:


a. kawasan rawan tanah longsor (menyatu dengan kawasan cagar alam dan RTH
hutan kota);
b. kawasan rawan gelombang pasang (menyatu dengan kawasan RTH hutan kota
perlindungan pantai); dan
c. kawasan rawan banjir.

Tabel 5.3. Jenis kawasan lindung di Kota Singkawang


FUNGSI PERLINDUNGAN
NO. JENIS KAWASAN LINDUNG KETERANGAN
KAWASAN

C. Kawasan suaka alam, 1. Cagar Alam Kawasan Cagar Alam dan Tahura di Kota
pelestarian alam, dan cagar Singkawang juga berfungsi sebagai kawasan
budaya resapan air

2. Kawasan Cagar Budaya dan Batasan secara lebih teliti untuk kawasan
Ilmu Pengetahuan. tersebut dituangkan dalam RDTRK

B. Kawasan perlindungan 3. Sempadan Pantai


setempat
4. Sempadan Sungai Batasan secara lebih teliti untuk kedua
kawasan tersebut dituangkan dalam
5. Kawasan Sekitar Danau / RDTRK
Waduk / Embung

6. RTH (ruang terbuka hijau) Terdiri dari Hutan Kota, Kebun Botani (kaw.
kota konservasi ex-situ atau di luar
ekosistem/habitat aslinya, Jalur Hijau
Pengaman Infrastruktur, Tempat Pemakaman
Umum, dll.

E. Kawasan lindung geologi 7. Kaw. yang Memberikan Batasan secara lebih teliti untuk kedua
Perlindungan Terhadap Air kawasan tersebut dituangkan dalam
Tanah (kawasan imbuhan RDTRK.
air tanah dan sempadan
mata air)

8. Kaw. Rawan abrasi Kawasan rawan bencana alam geologi


(kawasan rawan abrasi) tercakup dalam
kawasan yang direncanakan sebagai kawasan
hutan kota perlindunganpantai.

D. Kawasan rawan bencana 9. Kawasan Rawan Tanah Tercakup dalam CA, Arboretum, dan Hutan
alam Longsor Kota (hamparan lahan dgn bertumbuhan
pepohonan yang kompak dan rapat, PP No.
63/2002)

10. Kawasan Rawan Banjir Difungsikan sebagai kawasan budidaya


(terutama banjir bandang) pertanian terbatas

11. Kawasan Rawan Gelombang Pada jalur pantai sebagai RTH Hutan Kota
Pasang (banjir rob) Perlindungan Pantai dan pada bagian dalam
diifungsikan sebagai kawasan budidaya

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-18


RPI2JM (2015)

pertanian terbatas.

Ket.: 1. B, C, D, dan E pada kolom nomor merupakan urutan pada RTRWN.


2. Untuk angka 6, 8, 9, 10, merupakan bagian dari RTH Perkotaan (menurut Permen PU No. 05/PRT/M/2008).

Dari jenis-jenis kawasan lindung di atas, yang dihitung luasannya dalam RTRWK
Singkawang adalah kawasan cagar alam danbeberapa jenis RTH Kota.

Pada tabel berikut disajikan ketentuan mengenai luasan yang harus dipenuhi dalam
penyediaan Hutan Kota dan RTH Publik.

Tabel 5.4. Luasan minimal RTH kota putusan publik, RTH dalam wilayah Kota
PERSENTASE DASAR
NO KAWASAN KETERANGAN
MINIMAL HUKUM

1. RTH Kota 30 % PP No. 26/2008 PP No. 63/2002, Penjelasan Pasal 8 ayat 3:

2. RTH Kota Publik 20 % PP No. 26/2008 Hutan Lindung, Hutan Konservasi (CA dan
Tahura), Kebun Botani, Arboretum, dan
Bumi Perkemahan dapat diperhitungkan
3. Hutan Kota 10 % PP No. 63/2002 sebagai luasan hutan kota untuk memenuhi
(Pasal 8) 10%.

5.1.2.1.1. Kawasan cagar alam


Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi
dan perkembangannya berlangsung secara alami. Kawasan cagar alam ditetapkan dengan
kriteria:
a. memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya;
b. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;
c. memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu
manusia;
d. memiliki luas dan bentuk tertentu; atau
e. memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta
keberadaannya memerlukan konservasi.

Kawasan cagar alam di Kota Singkawang adalah bagian dari Kawasan Cagar Alam G. Raya
Pasi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Kepmenhut No. 111/Kpts-II/1990 (luas
seluruhnya 3.700 Ha). Luas kawasan tersebut di wilayah Kota Singkawang adalah 2.255,4
Ha dimana bagian lainnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Monterado Kabupaten
Bengkayang. Pengelolaan kawasan Cagar Alam ini diatur berdasarkan:

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-19


RPI2JM (2015)

a. PP No. 68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
b. PP No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
c. PP No. 26/2008 tentang RTRWN.
d. Permenhut No. P.41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Peraturan zonasi untuk cagar alam dan tahura disusun dengan memperhatikan:

a. ketentuan pelarangan kegiatan selain pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan,


dan wisata alam.
b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain untuk menunjang kegiatan
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
c. khusus untuk cagar alam, ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan
pelepasan satwa yang bukan merupakan flora dan satwa endemik kawasan.

5.1.2.1.2. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan


Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang merupakan lokasi
bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi. Kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi
yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Peraturan zonasi untuk
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan


b. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan
fungsi kawasan.

Kawasan yang direncanakan untuk ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan adalah:
1. Kawasan Vihara Hiap Thian Thai Thie di Jalan Kaliasin Kecamatan Singkawang Selatan.
2. Kawasan Vihara Tri Darma Bumi Raya di Jalan Sejahtera di Kecamatan Singkawang
Barat.
3. Kawasan lokasi rumah mirip bentuk ―si hi yuan‖ Keluarga Xia di Kecamatan
Singkawang Barat.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-20


RPI2JM (2015)

4. Kawasan lokasi bangunan-bangunan di sekitar Taman Burung Kecamatan Singkawang


Barat (dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota).
5. Kawasan Batu Belimbing.

5.1.2.1.3. Kawasan sempadan pantai


Kawasan sempadan pantai adalah kawasan tertentu di sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tujuan perlindungan
kawasan ini adalah melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian
fungsi pantai. Yang termasuk kawasan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian
(di luar kawasan pantai berhutan bakau) yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik pantai; minimal 100 m ke arah darat dihitung dari titik pasang tertinggi.Di Kota
Singkawang, kawasan sempadan pantai ini merupakan batas barat wilayah Kota
Singkawang yang memanjang dari muara Sungai Sedau ke muara Sungai Merah dengan luas
9,1 Ha (0,015% dari luas kota). Pengaturan yang perlu dilakukan dalam masa rencana
terhadap kawasan tersebut tidak memperkenankan adanya kegiatan budidaya kecuali yang
mendukung terhadap usaha peningkatan fungsi kawasan.Pemanfaatan sebagai RTH di
kawasan sempadan pantai memiliki fungsi utama sebagai pembatas pertumbuhan
permukiman atau aktivitas lainnya agar tidak menggangu kelestarian pantai. RTH sempadan
pantai ini merupakan area pengaman pantai dari kerusakan atau bencana seperti abrasi,
tiupan angin kencang, dan gelombang pasang laut.

Fasilitas dan kegiatan yang diijinkan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tidak menyebabkan gangguan terhadap kelestarian ekosistem pantai, termasuk
gangguan terhadap kualitas visual.
b. Penanaman vegetasi bertujuan untuk mencegah terjadinya abrasi, meredam angin
kencang, melindungi dari ancaman gelombang pasang, dan wildlife habitat. Dalam hal
ini, pemilihan vegetasi mengutamakan vegetasi yang berasal dari daerah setempat

5.1.2.1.4. Kawasan sempadan sungai


Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai
buatan, kanal, dan saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. tujuan perlindungan kawasan ini adalah
melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air
sungai, kondisi fisik sungai serta mengamankan aliran sungai. Sempadan sungai ini
ditetapkan 100 meter untuk Sungai Selakau dan 10 meter di kedua sisi sungai lainnya yang

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-21


RPI2JM (2015)

merupakan jaringan drainase primer.Berdasarkan kriteria penetapan sungai besar pada


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, yang dikategorikan
sebagai Sungai Besar adalah sungai yang luas wilayah pengalirannya 500 km² atau lebih. Di
Kota Singkawang, sungai yang dimaksud hanya Sungai Selakau (batas kota di sebelah timur
laut). Pengaturan yang perlu dilakukan dalam masa rencana terhadap kawasan sempadan
sungai adalah:

 Pada masa rencana tidak diperkenankan lagi adanya bangunan yang membelakangi
sungai yang lebarnya lebih dari 15 meter.
 Melakukan penertiban secara bertahap dengan penghijauan kembali.
 Di sepanjang tepian sungai yang telah dibangun perumahan, tidak diperkenankan
meningkatkan kualitas dan ukuran bangunan.

Pemanfaatan sebagai RTH pada daerah sempadan sungai dapat dilakukan untuk
perlindungan bantaran di kedua sisi sungai yang rawan erosi, peningkatan fungsi sungai,
mencegah okupasi penduduk yang mudah menyebabkan erosi, dan pengendalian daya
rusak sungai melalui kegiatan penatagunaan, perizinan, dan pemantauan. RTH di kawasan
sempadan sungai dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan-kegiatan:

a. budi daya pertanian rakyat tanaman tahunan,


b. kegiatan penimbunan sementara hasil galian tambang golongan C,
c. papan penyuluhan dan peringatan, serta rambu-rambu pekerjaan,
d. pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telpon, dan pipa air minum,
e. pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan,
f. penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, keolahragaan, pariwisata dan
kemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan
keamanan fungsi serta fisik sungai, dan
g. pembangunan prasarana lalu lintas air, serta bangunan pengambilan dan pembuangan
air.

5.1.2.1.5. Kawasan sekitar danau atau waduk


Kawasan ini merupakan kawasan tertentu di sekeliling danau atau waduk yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk.
Perlindungan terhadap kawasan ini dilakukan untuk melindungi danau atau waduk dari
kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau atau waduk terutama

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-22


RPI2JM (2015)

yang dapat mengganggu kualitas air dan kondisi fisik kawasan tersebut dan
sekitarnya.Kriteria kawasan ini adalah daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang
lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk sekurang-
kurangnya 50 m hingga 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan tersebut
berlaku untuk sepanjang tepian Danau Sarantangan dan danau kecil di sekitarnya (luasnya
sekitar 5,8 ha atau 0,01% dari luas kota). Beberapa pengaturan yang perlu dilakukan
terhadap kawasan tersebut adalah:

 melakukan konservasi lahan dengan penghijauan kembali, terutama pada lahan-lahan


yang berada dalam radius 50 meter di sepanjang tepian danau.
 hanya diperkenankan adanya kegiatan budidaya pertanian tanaman tahunan yang tidak
mengganggu upaya peningkatan fungsi kawasan.
 Dapat dibangun jaringan utilitas (air baku, air bersih, listrik, telepon, menara BTS),
jaringan jalan dan jembatan, papan penyuluhan dan peringatan, serta taman obyek
wisata (tidak termasuk bangunan yang berfungsi untuk penginapan).

5.1.2.1.6. Ruang terbuka hijau kota


Ruang Terbuka Hijau Kota terdiri dari Hutan Kota, Kebun Botani, Bumi Perkemahan,
Arboretum, Kebun Koleksi, Stadion Olahraga, Taman Kota, Taman Lingkungan (termasuk
lapangan olahraga lingkungan), Pemakaman Umum, Sabuk Hijau dan Penyangga TPA, Jalur
Hijau SUTT, dan Jalur Hijau pengaman prasarana transportasi.

A. RTH Hutan Kota, Kebun Botani dan Bumi Perkemahan


Berdasarkan PP No. 63/2002 tentang Hutan Kota, Hutan kota adalah suatu hamparan
lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah
perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota
oleh pejabat yang berwenang. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah
perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat dimana kebun botani atau kebun
raya, kebun binatang, arboretum, dan bumi perkemahan dapat diperhitungkan sebagai
luasan kawasan yang berfungsi sebagai hutan kota (pasal 8 ayat 3).
Berdasarkan uraian pada subbab sebelumnya, luas keseluruhan kawasan yang mencakup
Hutan Kota dan Hutan Konservasi (kawasan konservasi in-situ: cagar alam) di wilayah Kota
Singkawang adalah 4.223,5 Ha atau sekitar 6,92% dari luas wilayah kota. Dengan
demikian, sekurangnya 3,08% dari luas wilayah kota masih perlu direncanakan hutan kota
dan bila ditambah dengan RTH publik lainnya, sekurangnya 13,08% dari luas wilayah kota
agar proporsi luas RTH Publik Kota Singkawang lebih dari 20% dari luas wilayah kota.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-23


RPI2JM (2015)

RTH publik lainnya sebagaimana dimaksud adalah seperti kawasan kebun botani/kebun
raya (kawasan konservasi ex-situ; di luar habitat), bumi perkemahan, stadion olahraga,
taman kota, dan kawasan RTH pengaman infrasturktur kota (penyangga bandara dan jalur
hijau jalan).Luas keseluruhan kawasan yang direncanakan untuk dikembangkan menjadi
hutan kota, kebun botani, dan bumi perkemahan adalah sekitar 5.256,0 Ha atau sekitar
8,62% dari luas wilayah kota dengan rincian masing-masing adalah sebagai berikut:

a. RTH hutan kota : 4.709,2 Ha (7,72% dari luas kota)


b. RTH kebun botani : 468,0 Ha (0,77%)
c. RTH bumi perkemahan : 78,8 Ha (0,13%)

Kawasan Hutan Kota Perlindungan Rawan Abrasi yang ditetapkan sebagai kawasan lindung
di wilayah Kota Singkawang adalah kawasan dengan lebar minimal 250 meter. Ketentuan
ini tetap berlaku pada kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan kegiatan sektor
perikanan. Kawasan tersebut direncanakan seluas 361,5 Ha atau 0,59% dari luas wilayah
kota. Peraturan zonasi untuk kawasan Hutan Kota Perlindungan Rawan Abrasi disusun
dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata alam.


b. ketentuan pelarangan pemanfaatan kayu bakau.
c. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah mengurangi luas dan/atau
mencemari ekosistem bakau.

Kawasan Hutan Kota Perlindungan Rawan Abrasi ini juga berfungsi sebagai kawasan rawan
bencana alam geologi (bagian dari kawasan lindung geologi) kawasan yaitu kawasan rawan
abrasi. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam geologi disusun dengan
memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman


bencana;
b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan
c. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman
bencana dan kepentingan umum.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-24


RPI2JM (2015)

Luas keseluruhan kawasan yang ditetapkan sebagai RTH hutan kota tipe perlindungan
rawan longsor di wilayah Kota Singkawang adalah 666,4 Ha atau 1,09% dari luas wilayah
kota yang tersebar di tujuh lokasi yaitu (lihat Gambar 4.1):

1. G. Besar (275,1 Ha),


2. G. Besi (75,9 Ha),
3. G. Jamthang (39,9 Ha),
4. G. Sari (78 Ha),
5. G. Sijangkung (85,5 Ha),
6. G. Sijangkung Kecil (19,5),
7. G. Roban (92,5 Ha), dan
8. G. Ulu Sedau (39,3 Ha).

Khusus untuk hutan kota di G. Ulu Sedau, pengembangannya dilakukan setelah ketinggian
gunung tersebut tidak lagi melebihi 35 meter dari permukaan laut rata-rata.Peraturan zonasi
untuk kawasan hutan kota tipe perlindungan rawan longsor disusun dengan
memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;


b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan
berhutan dan tutupan vegetasi; dan
c. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli
dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah
pengawasan ketat.

Pemanfaatan kawasan hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dapat dilakukan melalui
kegiatan (a) pemanfaatan kawasan, (b) pemanfaatan jasa lingkungan, atau (c) pemungutan
hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan hutan kota tipe perlindungan rawan longsor
dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan dan izin usaha
pemanfaatan jasa lingkungan tanpa pemungutan hasil berupa kayu. Pemanfaatan kawasan
pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dilakukan, antara lain melalui kegiatan
usaha budidaya tanaman obat, tanaman hias, jamur, lebah, penangkaran satwa liar,
rehabilitasi satwa, atau budidaya hijauan makanan ternak. Kegiatan usaha pemanfaatan
kawasan pada hutan lindung dilakukan dengan ketentuan:

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-25


RPI2JM (2015)

a. tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya,


b. pengolahan tanah terbatas,
c. tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi,
d. tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat, dan/atau
e. tidak membangun sarana dan prasarana yang mengubah bentang alam.

Pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor dilakukan,
antara lain, melalui kegiatan usaha pemanfaatan jasa aliran air, pemanfaatan air, wisata
alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan,
atau penyerapan dan/atau penyimpanan karbon. Kegiatan usaha pemanfaatan jasa
lingkungan pada hutan kota tipe perlindungan rawan longsor, dilakukan dengan ketentuan
tidak:

a. mengurangi, mengubah, atau menghilangkan fungsi utamanya,


b. mengubah bentang alam, dan
c. merusak keseimbangan unsur-unsur lingkungan (yaitu unsur hayati seperti dinamika
populasi flora-fauna, phytogeografi/geobotani [distribusi geografis suatu spesies
tanaman] dan unsur non hayati seperti sifat fisik dan kimia tanah, bebatuan,
hydrografi, suhu, dan kelembaban).

Pemegang izin, dalam melakukan kegiatan usaha pemanfaatan aliran air dan pemanfaatan
air pada hutan kota tipe perlindungan, harus membayar biaya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Izin pemanfaatan aliran air dan izin pemanfaatan air pada
hutan kota tipe perlindungan tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan, baik sebagian
maupun seluruhnya.Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan kota tipe perlindungan
rawan longsor antara lain berupa rotan, madu, getah, buah, jamur, atau sarang burung
walet.Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan kota tipe perlindungan rawan
longsor dilakukan dengan ketentuan:

a. tidak merusak lingkungan.


b. tidak mengurangi, mengubah, atau menghilangkan fungsi utamanya.
c. hasil hutan bukan kayu yang dipungut harus sudah tersedia secara alami; dilarang
memungut hasil hutan bukan kayu yang banyaknya melebihi kemampuan
produktifitas lestarinya;
d. dilarang memungut beberapa jenis hasil hutan yang dilindungi oleh undang-undang.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-26


RPI2JM (2015)

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam masa rencana terhadap kawasan hutan kota tipe
perlindungan rawan longsor adalah:

 penghutanan kembali kawasan tersebut, terutama pada lahan-lahan yang terbengkalai.


 mengawasi dan menindak tegas terhadap kegiatan yang sifatnya dapat merusak
kelestarian dan fungsi kawasan tersebut.
 tidak memberikan izin terhadap kegiatan budidaya tanaman semusim, pendirian
bangunan kecuali untuk kepentingan pelestarian kawasan tersebut.
 menghentikan kegiatan penambangan hingga pada jarak 200 m dari batas luar kawasan
tersebut.

Kebun botani (atau kebun raya) adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi
utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya koleksi, pemeliharaan dan
perbanyakan berbagai jenis tumbuhan dalam rangka membentuk dan mengembangkan
habitat baru (ex situ), sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan dimanfaatkan
sebagai sarana pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana
rekreasi yang sehat (Permenhut No. P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi).
Kriteria kebun botani, meliputi :

a. Koleksi berbagai jenis tumbuhan baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi undang-
undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies
of Flora Fauna (CITES),
b. Memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar,
c. Memiliki sarana pendukung pengelolaan, antara lain terdiri dari: green house,
laboratorium, dan kebun bibit,
d. Memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung,
e. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain ahli biologi atau konservasi,
tenaga kehutanan, interpreter, tenaga keamanan.

B. RTH Arboretum
Arboretum merupakan koleksi botani yang khusus diisi dengan jenis pepohonan (buah-
buahan, industri, dan perkebunan). Pada umumnya arboretum menampung semua jenis
tanaman tahunan baik yang langka maupun yang telah dibudidayakan dan terkesan
arboretum tersebut sebagai hutan buatan. Kawasan ini diarahkan pengembangannya di
daerah kaki G. Raya-Pasi dengan luas keseluruhan sekitar 2.133 Ha atau 3,5% dari luas

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-27


RPI2JM (2015)

wilayah kota. Pada kawasan tersebut dapat dialih fungsi menjadi RTH Kebun Koleksi khusus
untuk tanaman pepohonan (tahunan) buah-buahan.Selain sebagai penyeangga kawasan
cagar alam, kawasan RTH Arboretum ini juga berfungsi sebagai kawasan resapan air
sebagaimana halnya kawasan Cagar Alam G. Raya Pasi.

C. RTH Kebun Koleksi


Kebun koleksi adalah kebun yang dikelola oleh lembaga-lembaga penelitian, perguruan
tinggi, dan swasta yang umumnya berisi koleksi plasma nutfah jenis unggul masa lalu serta
perangkat plasma nutfah lainnya yang langsung dapat dimanfaatkan untuk perakitan jenis
unggul baru. Koleksi yang dimaksudkan hendaknya memenuhi kriteria (a) memiliki potensi
ekonomi tinggi, (b) sudah mengalami erosi, (c) statusnya langka karena jumlah populasinya
rendah, dan (d) penyebarannya sangat terbatas.Kawasan ini direncanakan seluas minimal
3.000 Ha atau sekitar 11,2% dari luas DAS Selakau yang pengembangannya terbagi di
Kelurahan Nyarungkop (3.969 Ha) dan di Kelurahan Mayasopa (6.022 Ha).

D. RTH Stadion Olah Raga, Taman Kota dan Taman Lingkungan


Ketiga jenis kawasan tersebut merupakan RTH publik. Namun, yang tergambar dalam
RTRWK ini hanya RTH Stadion Olahraga dan Taman Kota yang direncanakan lokasinya
secara berdampingan di daerah perbatasan Kelurahan Roban dan Kelurahan Pasiran pada
bagian selatan dengan luas keseluruhan sekitar 60 Ha. Adapun RTH Taman Lingkungan
(termasuk lapangan olahraga lingkungan) diatur lebih lanjut dalam RDTRK. Kawasan ini
menyatu dengan kawasan sempadan sungai dan kawasan yang masih dipertahankan
sebagai kawasan pertanian.

E. RTH Pemakaman Umum


Di samping memiliki fungsi utama sebagai tempat pelayanan publik untuk penguburan
jenasah, pemakaman juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat
pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung, serta
fungsi sosial masyarakat di sekitarnya di antaranya sebagai sumber pendapatan (musiman).
Karenanya, penyediaan RTH pada areal pemakaman umum perlu diupayakan untuk
menambah keindahan kota, meningkatkan kemampuan peresapan air, dan pendukung
ekosistem, sehingga bila keberadaan RTH tertata dengan baik maka dapat dihilangkan
kesan seram pada wilayah tersebut.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-28


RPI2JM (2015)

F. RTH Sabuk Hijau dan Penyangga TPA Sampah Regional


Pendeliniasian kawasan sabuk hijau (green belt) dan penyangga TPA Sampah Regional
ditujukan untuk meminimalkan dampak lindi, polusi udara, dan populasi binatang vektor
(lalat dan tikus) terhadap kawasan sekitarnya TPA terutama kawasan permukiman. Lebar
minimal sabuk hijau TPA Sampah Regional adalah 100 m dari batas TPA, sedangkan zona
penyangga 400 m dari batas luar sabuk hijau. Kawasan penyangga dapat dimanfaatkan
untuk RTH Hutan Kota tipe penyangga kota (RTH publik) atau hutan rakyat (non publik;
dapat diisi dengan tanaman pertanian non-pangan berupa pepohonan, seperti karet). Luas
kawasan penyangga TPA direncanakan 730,2 Ha dimana termasuk di dalamnya areal untuk
hutan rakyat dan areal cadangan untuk keperluan pengembangan areal TPA Sampah
Regional.

G. RTH Jalur Hijau SUTT


Kawasan RTH jalur hijau SUTT (saluran udara tegangan tinggi; 150 KV) ditujukan untuk
pengaman jalringan listrik tegangan tinggi yang harus dibebaskan dari berbagai kegiatan
masyarakat serta perlu dilengkapi tanda/peringatan untuk masyarakat agar tidak
beraktivitas di kawasan tersebut selain kegiatan pertanian tanaman semusim. Jalur hijau
SUTT yang melintasi Kota Singkawang dari utara hingga selatan direncanakan selebar 20
meter dimana garis tengah jalur tersebut merupakan garis penghubung antara titik tengah
menara SUTT.

H. RTH Pengaman Prasarana Transportasi


RTH Pengamanan Prasarana Transportasi di wilayah Kota Singkawang meliputi RTH jalur
hijau jalan dan RTH bandara yang terdiri dari RTH jalur hijau landasan pacu dan RTH
sekitar terminal bandara. Jalur hijau jalan meliputi daerah milik jalan selain dari bagian
perkerasan dan saluran drainase jalan. Jalur ini merupakan RTH publik yang dapt
dimanfaatkan untuk pelebaran badan jalan. RTH jalur hijau landasan pacu dan RTH sekitar
terminal bandara hanya dapat dimanfaatkan bagi pembangunan fasilitas-fasilitas untuk
kegiatan operasional penerbangan dan fasilitas penunjangnya. Luas keseluruhan kawasan
tersebut direncanakan sekitar 858,4 Ha atau sekitar 1,4% luas kota.

5.1.2.1.7. Kawasan sempadan mata air


Kawasan sempadan mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang mempunyai manfaat
memperta-hankan kelestarian fungsi mata air. Kawasan ini merupakan kawasan lindung
geologi yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Tujuan perlindungan kawasan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-29


RPI2JM (2015)

ini adalah melindungi mata air dari kegiatan budidaya manusia yang dapat mengganggu
kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Kawasan sempada mata air yang
ditetapkan sebagai kawasan lindung adalah:
a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi
mata air.
b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 meter dari mata air.

Tabel 5.5. Luasan rencana beberapa kawasan lindung utama Kota Singkawang
DAS
Sing- Jam - Jum lah
Selakau Sedau Merah Raya
No. Jenis Kaw asan kaw ang thang
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (%)
26.802,0 9.583,0 2.016,0 9.192,0 1.666,0 11.741,0 61.000,0 100,00
1 Cagar Alam 751,6 454,7 0,0 373,0 0,0 676,1 2.255,4 3,70
2 RTH HKP raw an abrasi 107,9 169,4 84,2 0,0 0,0 0,0 361,5 0,59
3 RTH HKP raw an terjadi longsor 0,0 186,4 104,3 313,1 101,9 0,0 705,7 1,16
4 RTH HKP raw an terkena longsor 0,0 141,9 241,0 549,3 373,1 3.404,0 4.709,2 7,72
5 RTH Kebun Botani/Raya 468,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 468,0 0,77
6 RTH Bumi Perkemahan 78,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 78,8 0,13
7 RTH Arboretum 408,3 943,0 99,0 515,6 0,0 166,7 2.132,6 3,50
8 RTH Sabuk Hijau & Pnyg. TPA 529,6 200,6 0,0 0,0 0,0 0,0 730,2 1,20
9 RTH Pnyg. Landasan Pacu 0,0 0,0 0,0 261,6 0,0 253,3 514,9 0,84
10 RTH Kaw . Terminal Bandara 0,0 0,0 0,0 343,5 0,0 0,0 343,5 0,56
12.299,85 2.344,2 2.096,0 528,5 2.356,1 475,1 4.500,1 12.299,9 20,2
% 8,7 21,9 26,2 25,6 28,5 38,3 20,2

5.1.2.1.8. Kawasan rawan bencana alam


Kawasan rawan bencana alam di wilayah Kota Singkawang terdiri dari kawasan rawan
abrasi (salah satu jenis bencana alam geologi), kawasan rawan banjir rob, kawasan rawan
banjir bandang, dan kawasan rawan longsor. Kawasan rawan abrasi ini sebagian besar
tercakup dalam kawasan lindung sempadan pantai dan kawasan pantai berhutan bakau.
Adapun yang berada di luarnya adalah kawasan pelabuhan. Untuk mengantisipasi resiko
kemungkinan terkena abrasi, pada sisi kawasan pelabuhan yang menghadap pantai perlu
dibangun bangunan pemecah gelombang (break water).

Berdasarkan PP No. 26/2008 tentang RTRWN, peraturan zonasi untuk kawasan rawan
bencana alam geologi disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman


bencana,
b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk, dan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-30


RPI2JM (2015)

c. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman


bencana dan kepentingan umum.

Kawasan yang rawan mengalami banjir rob (banjir akibar pasang laut) pada masa rencana
adalah kawasan koridor jalan arteri primer Pontianak-Sambas dan kawasan di sebelah
baratnya hingga ke pantai mulai dari batas utara Kota Singkawang hingga ke sisi selatan
Sungai Sedau. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka pengembangan kawasan
permukiman khususnya perumahan skala besar diarahkan ke bagian timur kawasan tersebut
terutama di koridor Jalan Demang Akub hingga koridor Jalan Matang Lintang – Lokta, serta
di koridor jalan kolektor primer menuju Bengkayang.Kawasan rawan banjir bandang di
wilayah Kota Singkawang adalah kawasan Gayung Bersambut. Pada masa rencana, kawasan
ini diarahkan untuk dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya pertanian, perkebunan, dan
atau kawasan hutan yang juga berfungsi sebagai sempadan sungai.Berdasarkan
kecenderungan perubahan iklim global, intensitas curah hujan pada masa rencana
cenderung meningkat secara signifikan sebagai akibat peningkatan panas di muka bumi.
Karenanya, dalam masa rencana, perkembangan kawasan permukiman di daerah yang
berkemiringan lebih dari 10% atau di sekitar pinggiran dari daerah yang berkemiringan
lebih dari 25% perlu dihindari untuk meminimalkan resiko kemungkinan terkena dampak
akibat longsor. Kawasan rawan longsor di wilayah Kota Singkawang ini perlu diidentifikasi
lebih lanjut dalam RDTRK.

5.1.2.2. Rencana pola ruang kawasan budidaya


Berdasarkan uraian di atas, diperkirakan luasan kawasan lindung di wilayah Kota
Singkawang sekitar 25% dari luas wilayah kota. Namun demikian, alokasi RTH Kota
(publik dan privat) dalam suatu sekurang-kurangnya adalah 30% dari luas wilayah kota.
Karenanya, luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya di wilayah
Kota Singkawang masih bisa mendekati 70% dari luas wilayah kota atau sekitar 40.000 Ha
mengingat di wilayah Kota Singkawang terdapat daerah perairan dan rawan genangan
yang merupakan kendala pengembangan.Secara umum, peraturan zonasi untuk kawasan
budi daya disusun dengan memperhatikan ketentuan:

a. pelarangan pemanfaatan ruang yang membahayakan keselamatan umum,


b. pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan kualitas fungsi lingkungan,
c. pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan rawan bencana alam, dan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-31


RPI2JM (2015)

d. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa mengubah


bentang alam. Kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan di luar kawasan
permukiman adalah kegiatan pendidikan di alam terbuka. Kegiatan penelitian dapat
mencakup kegiatan eksplorasi yang bertujuan memperoleh informasi mengenai
kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan energi dan
sumber daya mineral, yang dilakukan secara terbatas tanpa mengubah fungsi utama
kawasan.

Berikut diuraikan rencana pola ruang kawasan budidaya di wilayah Kota Singkawang pada
masa rencana yang dibagi menjadi dua bagian yaitu budidaya pertanian dan budidaya
terbatas, serta budidaya non-pertanian.

5.1.2.2.1. Kawasan budidaya pertanian dan budidaya terbatas


Kawasan budidaya pertanian yang akan dikembangkan dalam masa rencana meliputi hutan
produksi, tambak, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, dan
pertanian tanaman pangan terpadu.

A. Hutan Produksi
Seluruh kawasan Hutan Produksi di wilayah Kota Singkawang berada di Kecamatan
Singkawang Timur dengan luas sekitar 6.712 hektar sesuai dengan Kepmenhutbun No
259/kpts-II/2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Kalimantan
Barat.

B. Tambak
Kegiatan budidaya perikanan tambak pada masa rencana diarahkan pengembangannya
hanya di Kecamatan Singkawang Utara di sebalah barat koridor jalan arteri primer dengan
alokasi lahan yang diarahkan sekitar 280 Ha. Pada kawasan tersebut, lahan yang tidak
dimanfaatkan untuk kegiatan pertambakan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya
pertanian lahan basah (persawahan pasang surut) dan perkebunan kelapa.

C. Pertanian Lahan Basah


Pertanian lahan basah adalah pertanian dengan sistem pertanian yang memerlukan air
(dengan komoditas utama padi sawah), baik secara terus menerus sepanjang tahun maupun
secara bergilir (adanya rotasi jenis tanaman yang dibudidayakan). Dalam masa rencana,
kawasan tersebut perlu dipertahankan keberadaannya dengan tidak mengijinkan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-32


RPI2JM (2015)

pembangunan perumahan skala besar di kawasan tersebut, terutama untuk kawasan


persawahan yang sudah beririgasi teknis dan semi-teknis. Untuk mendukung ketahanan
pangan nasional, maka dalam RDTRK dideliniasi secara lebih detail kawasan yang perlu
ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi, yang dikembangkan sesuai dengan
tingkat ketersediaan air termasuk yang berada di dalam kawasan yang ditetapkan dalam
RTRWK ini sebagai kawasan pertanian lahan kering.

D. Pertanian Lahan Kering.


Kawasan tersebut merupakan pertanian dengan sistem pengelolaan yang tidak memerlukan
air dalam jumlah yang banyak sepanjang tahun. Kegiatan budidaya yang bisa diusahakan
pada lahan ini meliputi tanaman semusim meliputi tanaman palawija dan tanaman
hortikultura. Kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk perkebunan (tanaman tahunan) rakyat
dan merupakan kawasan cadangan pengembangan permukiman sehingga dapat dikonversi
untuk pengembangan kawasan perumahan dengan koefisien dasar bangunan (KDB) paling
tinggi 40% (dari sangat rendah [<5%] hingga menengah [20-40%]).Untuk kepentingan
program ketahanan pangan jangka panjang, pada lahan yang telah ditetapkan sebagai
pertanian lahan kering, dapat dikonversi dan dikembangkan menjadi pertananian lahan
basah terutama pada lahan yang potensial untuk mendapatkan sistem pengairan di
antaranya di daerah hulu S. Singkawang, S. Air Hitam, S. Tangket, S. Eria, S. Bagak, S. Acoi,
dan S. Sagatani.

E. Peternakan dan Pertanian Terpadu


Kawasan pertanian terpadu merupakan kawasan pengembangan peternakan unggas dan
pertanian yang didominasi tanaman hortikultura terutama tanaman sayur-sayuran. Kawasan
ini direncanakan dikembangkan di Kecamatan Singkawang Selatan di Kelurahan Sijangkung
dan di bagian timur Kelurahan Sedau. Luasan daerah yang diarahkan untuk pengembangan
kawasan tersebut adalah sekitar 350 Ha.

F. Perkebunan
Kawasan perkebunan (tanaman tahunan) yang dikembangkan di wilayah Singkawang
terdiri dari perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Khusus untuk perkebunan besar,
pengembangannya hanya dilakukan di Kecamatan Singkawang Timur dan Singkawang
Selatan. Khusus di Kecamatan Singkawang Timur, diupayakan ketersediaan lahan yang
berfungsi sebagai kawasan kebun koleksi sekitar 3.000 Ha. Lokasi kebun koleksi ini di
sebelah timur S. Airhitam dan berjarak lebih dari 3 km dari S. Selakau.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-33


RPI2JM (2015)

Sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan muka air laut global,
maka untuk jangka panjang, kawasan yang diarahan untuk pengembangan kebun koleksi ini
juga diarahkan untuk dapat berfungsi sebagai kawasan tujuan evakuasi bencana skala besar
sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang (pasal 28).
Khusus untuk budidaya tanaman kelapa sawit, hanya diperkenankan pada kawasan yang
direncanakan sebagai kawasan perkebunan di DAS Raya (Kecamatan Singkawang Selatan)
pada areal yang memiliki lereng kurang dari 15% (datar hingga bergelombang).

G. Budi Daya Terbatas


Zona budi daya terbatas adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan dengan batasan tertentu. Zona budi daya terbatas tidak
diberlakukan bila teknik pemrosesan sampah yang diterapkan tidak dengan sistem
pengurugan berlapis bersih. Untuk sistem pengurugan berlapis terkendali, zona budi daya
terbatas ditentukan mulai dari batas terluar zona penyangga sampai pada jarak 300 meter
untuk meminimalkan pengaruh dampak TPA yang berupa:

a. Bahaya meresapnya lindi ke dalam mata air dan badan air lainnya yang dipakai
penduduk untuk kehidupan sehari-hari;
b. Bahaya ledakan gas metan;
c. Bahaya penyebaran vektor penyakit melalui lalat; serta
d. Gangguan kenyamanan lingkungan akibat polusi udara, dan lain-lain.

Pemanfaatan ruang pada zona budi daya terbatas adalah:

a. Fasilitas pemilahan, pengemasan, dan penyimpanan sementara.


b. Industri terkait pengolahan sampah; pengolahan kompos, pendaurulangan sampah,
dan lain-lain.
c. Pertanian non pangan.
d. Rekreasi dan RTH.
e. Permukiman di arah hulu (yang elevasinya jauh lebih tinggi) dari TPA bersangkutan
dengan persyaratan tertentu untuk menghindari dampak pencemaran lindi pada
daerah hilir TPA. Persyaratan tersebut termasuk sistem drainase yang baik, penyediaan
air bersih yang tidak bersumber dari air tanah setempat.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-34


RPI2JM (2015)

5.1.2.2.2. Kawasan budidaya non pertanian


Kawasan budidaya non pertanian yang dimaksud meliputi kawasan pariwisata, kawasan
pertambangan terbatas, kawasan pusat perdagangan dan jasa komersial, perkantoran
pemerintah dan swasta, permukiman, pendidikan, militer, dan industri.

A. Kawasan Pariwisata
Kawasan pariwisata dengan alokasi lahan yang cukup besar diarahkan di sebelah utara dan
sebelah barat G. Besar dengan luas masing-masing sekitar 195 Ha dan 556 Ha, serta di
pesisir barat, utara, dan timur D. Sarantangan. Selain obyek wisata tersebut, dalam masa
rencana juga tetap diupayakan pengembangan obyek wisata lainnya baik wisata alam,
wisata budaya, maupun agrowisata yang diatur lebih lanjut dalam RDTRK. Dalam
pengembangan kegiatan pariwisata di wilayah Kota Singkawang, tidak diperkenankan di
dalam kawasan cagar alam.

B. Kawasan Pertambangan Mineral Terbatas


Kegiatan usaha pertambangan di wilayah Kota Singkawang dalam masa rencana adalah
pertambangan mineral. Yang dimaksud dengan pertambangan mineral di sini adalah
pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi,
minyak dan gas bumi, serta air tanah (sebagaimana dalam UU No. 4/2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara). Pertambangan mineral ini digolongkan atas:

a. pertambangan mineral radioaktif,


b. pertambangan mineral logam, terdiri dari:
 logam mulia (emas, perak, platina, dan air raksa),
 logam besi (bijih besi, bijih mangan, dan molibden), serta
 logam non-besi (antara lain: bauksit, tembaga, arsen, bismut, antimon, dan timah
hitam/galena).
c. pertambangan mineral bukan logam (mineral industri, antara lain: intan, batu mulia,
batu gamping untuk industri semen, kuarsa, dan kaolin).
d. pertambangan batuan (batu, pasir, dan tanah).

Wilayah Pertambangan (WP) adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau
batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan
bagian dari tata ruang nasional, yang terdiri dari:

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-35


RPI2JM (2015)

1. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), adalah bagian dari WP yang telah memiliki
ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. Satu WUP terdiri atas 1 (satu)
atau beberapa WIUP (wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP [ijin usaha
pertambangan]) yang berada pada lintas wilayah provinsi, lintas wilayah
kabupaten/kota, dan/atau dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota. Luas dan batas
WIUP mineral logam dan batubara ditetapkan oleh Pemerintah berkoordinasi dengan
pemerintah daerah berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh Pemerintah.
2. Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) adalah bagian dari WP tempat dilakukan
kegiatan usaha pertambangan rakyat.
3. Wilayah Pencadangan Negara (WPN) adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk
kepentingan strategis nasional.

Untuk kepentingan strategis nasional, Pemerintah dengan persetujuan DPR dan dengan
memperha-tikan aspirasi daerah menetapkan WPN sebagai daerah yang dicadangkan untuk
komoditas tertentu (antara lain: tembaga, timah, emas, besi, nikel, dan bauksit serta
batubara) dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan
lingkungan. Konservasi yang dimaksud juga mencakup upaya pengelolaan mineral dan/atau
batubara yang keberadaannya terbatas. Penetapan WPN untuk kepentingan nasional ini
dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan energi dan
industri strategis nasional, serta meningkatkan daya saing nasional dalam menghadapi
tantangan global. Karenanya, WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat
diusahakan sebagian luas wilayahnya dengan persetujuan DPR. Sebagaimana diatur dalam
UU No. 41/1999 tentang Kehutanan (pasal 38 ayat 1), penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam
kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung (dilarang di dalam kawasan hutan
konservasi). Yang dimaksudkan dengan kepentingan pembangunan di luar kehutanan di sini
adalah kegiatan untuk tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan, antara lain kegiatan
pertambangan, pembangunan jaringan listrik, telepon, instalasi air bersih, kepentingan
religi, serta kepentingan pertahanan keamanan.Kepentingan pembangunan di luar
kehutanan yang dapat dilaksanakan di dalam kawasan hutan lindung dan hutan produksi
ditetapkan secara selektif. Kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan serius dan mengakibatkan hilangnya fungsi hutan yang bersangkutan dilarang.

Berkaitan dengan ketentuan tersebut, setiap orang dilarang melakukan kegiatan


penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-36


RPI2JM (2015)

hutan, tanpa izin Menteri (pasal 50 ayat 3). Untuk wilayah Kota Singkawang, kawasan
hutan yang dimaksudkan di sini adalah kawasan hutan lindung (tidak termasuk RTH Hutan
Kota), oleh karena untuk kawasan hutan konservasi dilarang dan untuk hutan produksi
tidak ada peruntukan lahannya dalam rencana pola ruang wilayah Kota
Singkawang.Namun demikian, pada kawasan hutan lindung ini dilarang melakukan
penambangan dengan pola pertambangan terbuka (pasal 38 ayat 4). Hal ini juga
diberlakukan untuk kawasan RTH Hutan Kota yang berada di sekeliling batas kawasan
hutan lindung. Dengan demikian, kegiatan penambangan mineral tidak diperkenankan
mengkonversi kawasan hutan konservasi, kawasan hutan lindung, dan RTH hutan kota
yang merupakan penyangga kawasan hutan lindung.

Ijin Usaha Pertambangan (IUP) terdiri atas dua tahap, yaitu:

a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.
b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

Yang dimaksud dengan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan
sosial dan lingkungan hidup. IUP Eksplorasi diberikan oleh Walikota Singkawang apabila
WIUP hanya berada di dalam wilayah Kota Singkawang (tidak lintas kabupaten/kota).
Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertam-bangan yang meliputi konstruksi,
penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta
sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan. IUP Operasi
Produksi diberikan oleh:

a. Walikota apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta


pelabuhan berada di wilayah kota.
b. Gubernur apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta
pelabuhan berada di wilayah kota/kabupaten yang berbeda setelah mendapatkan
rekomendasi dari walikota/bupati setempat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-37


RPI2JM (2015)

Menteri apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan
berada di wilayah provinsi yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur
dan walikota/bupati setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Untuk pertambangan batuan, kegiatannya pada masa rencana diarahkan di tiga
lokasi yakni di Kelurahan Sijangkung yang luasnya sekitar 18 Ha (tanah dan batu), di
Kelurahan Pangmilang sekitar 12 Ha (batu), dan di G. Ulusedau dengan luas sekitar 44 Ha
(tanah dan batu). Khusus untuk kegiatan penambangan di G. Ulusedau tersebut, kegiatan
penambangan hanya diperkenankan hingga tinggi muka galian paling antara 35 meter dari
permukaan laut. Penambangan mineral batuan di G. Ulusedau ini perlu dilakukan secara
intensif untuk mengantisipasi agar ketika pengopersian bandara yang direncanakan tidak
mengalami kendala adanya gangguan pada kawasan keselamatan operasi penerbangan
(KKOP). Adapun pertambangan mineral bukan logam (kaolin), pada masa rencana
diarahkan di Kecamatan Singkawang Timur. Sedangkan pertambangan mineral logam
(bauksit), pada masa rencana diarahkan di Kecamatan Singkawang Selatan. Untuk kegiatan
kedua jenis kegiatan pertambangan tersebut, tidak diperkenankan di kawasan G. Raya-Pasi
hingga pada jalan regional yang mengelilinginya.

C. Kawasan Pusat Perdagangan dan Jasa Komersial


Secara umum, kawasan pusat perdagangan dan jasa komersial Kota Singkawang
direncanakan pengembangannya ke arah timur (di Kelurahan Roban) dari kawasan pusat
kota. Dalam pengembangan kawasan tersebut, perlu ditunjang dengan pembangunan
sistem drainase yang memadai di samping juga diiringi dengan pengurugan pada lahan yang
akan dikembangkan. Kawasan pengembangan dari pusat perdangan dan jasa komersial ini
direncanakan berdampingan dengan kawasan yang direncanakan menjadi taman kota.

Kawasan perdagangan dan jasa dikembangkan sebagai:

a. Kawasan Pusat Pelayanan Kota dengan kawasan utama di:


1. Jalan Diponegoro,
2. Jalan Merdeka,
3. Jalan Bambang Ismoyo,
4. Jalan Ratu Sepudak,
5. Komodor Yos Sudarso,
6. Jalan Alianyang,
7. Jalan Terminal Induk,

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-38


RPI2JM (2015)

8. Jalan SM. Tsjafioeddin,


9. Jalan Hermansyah,
10. Jalan Mesjid Raya,
11. Jalan Jenderal Sudirman,
12. Jalan Nusantara,
13. Jalan Kalimantan,
14. Jalan Budi Utomo,
15. Jalan Setiabudi,
16. Jalan Saman Bujang I,
17. Jalan Saman Bujang II,
18. Jalan Sejahtera,
19. Jalan Niaga,
20. Jalan Kepol Mahmud,
21. Jalan Pasar Turi,
22. Jalan Bawal,
23. Jalan Sama-sama,
24. Jalan GM. Situt,
25. Jalan Raya Singkawang-Sagatani,
26. Jalan Kridasana, dan
27. Jalan Yohana Godang.

b. Kawasan Subpusat Pelayanan Kota dengan kawasan utama:


1. di kawasan Pasar sedau hingga Pasar Sakok di Jalan Pasar Raya Sedau, Jalan
Saliung, dan Jalan Tanjung Batu di Kelurahan Sedau,
2. di kawasan Pasar Lirang Kelurahan Sedau,
3. di kawasan Pasar Pajintan Kelurahan Pajintan,
4. di kawasan Pasar Semelagi Kecil hingga kawasan pertokoan di Setapuk Besar di
Kelurahan Semelagi Kecil dan Kelurahan Setapuk Besar,
5. di kawasan pertokoan di Kelurahan Bagak Sahwa, dan
6. di kawasan Pasar Sagatani Kelurahan Sagatani.

c. Kawasan Pusat Lingkungan dengan kawasan utamanya ditetapkan lebih lanjut dalam
rencana tata ruang kawasan strategis atau rencana detail kawasan kota.

D. Kawasan Perkantoran Pemerintah dan Swasta

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-39


RPI2JM (2015)

Keberadaan kawasan perkantoran pemerintah yang cenderung terkonsentrasi di sekitar


persimpangan Jalan Alianyang dan Jalan Firdaus pada masa rencana tidak direncanakan
mengalami perubahan. Untuk mengantisipasi kepadatan lalulintas di jalan arteri primer
(Pontianak-Sambas) pada masa mendatang, maka untuk perkantoran swasta diarahkan
pengembangannya di kawasan pengembangan baru pusat perdagangan dan jasa komersial.

E. Kawasan Permukiman dan Perumahan


Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan beserta prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur. Perumahan adalah
kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang dilengkapai dengan prasarana dan sarana lingkungan. Kawasan permukiman
direncanakan dikembangkan secara dominan ke arah timur laut kota yakni mulai dari
koridor Jalan Demang Akub hingga koridor Jalan Matang Lintang. Untuk memacu
perkembangan kawasan-kawasan perumahan baru, maka dalam periode lima tahunan
pertama, perlu segera direalisasikan pembangunan drainase terusan Sungai Wie yang diiringi
pembangunan jalan lingkar utara hingga timur yang menghubungkan antara daerah sekitan
jembatan Sungai Wie dengan daerah sekitar Jl. Bukit Burung. Kawasan permukiman dapat
dikonversi untuk perkantoran, perdagangan skala kecil (maksimum empat ruko yang
berdampingan), fasilitas sosial (peribadatan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan), SPBU
(stasiun pengisian bahan bakar umum) dengan koefisien dasar bangunan (KDB) maksimum
75%. Khusus untuk pengembangan kawasan perumahan skala besar baru (lebih dari 10 unit
dan permohonan perijinannya dilakukan setelah RTRWK tersebut disosialisasikan),
diarahkan pengem-bangannya pada kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
permukiman dan perumahan selain dari:

1. daerah di sisi barat jalan regional Pontianak-Sambas


2. berjarak kurang dari 300 meter dari batas RTH penyangga TPA.
3. dalam daerah yang dikelilingi jalan lingkar regional yang mengelilingi kawasan G.
Raya-Pasi.
4. kawasan dilarang mendirikan bangunan sebagaimana diatur dalam KKOP (kawasan
kesela-matan operasi penerbangan).
Penentuan KDB pada kawasan permukiman secara detail diatur lebih lanjut dalam RDTRK.
F. Kawasan Pertahanan dan Keamanan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-40


RPI2JM (2015)

Kawasan pertahanan dan Keamanan di wilayah Kota Singkawang berada di empat lokasi
yaitu di Kelurahan Sedau (Secata dan Sartaif), Kelurahan Pasiran (Kodim), dan di Kelurahan
Pajintan (Yonif 641). Keempat kawasan tersebut dipertahankan keberadaannya pada masa
rencana.

G. Kawasan Pendidikan
Kawasan pendidikan tinggi diarahkan pengembangannya mendekati Kantor Camat
Singkawang Utara. Pengembangan kawasan tersebut hendaknya didahului dengan
pembangunan kanal terusan Sungai Wie untuk menghindari kemungkinan banjir kiriman
dari daerah hulu S. Singkawang (Hang Mui). Untuk kawasan pendidikan jenjang yang lebih
rendah dapat mengkonversi lahan yang direncanakan sebagai kawasan permukiman dan
kawasan pertanian lahan kering.

H. Kawasan Industri
Kawasan industri direncanakan pengembangannya tidak jauh dari jalan yang direncanakan
sebagai pengalihan jalan arteri primer di Kelurahan Sedau yakni di sebelah tenggara G. Hak
Sak Kok atau di sebelah barat daya G. Jamthang.

5.1.3. Penetapan Kawasan Strategis


Kawasan strategis kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh besar atau sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Di dalam kawasan strategis ini berlangsung kegiatan
yang direncanakan untuk mengembangkan, melestarikan/melindungi dan/atau
mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan
dalam mendukung penataan ruang wilayah.
Kawasan strategis di wilayah Kota Singkawang ditetapkan dengan kriteria nilai strategis dari:
a. sudut kepentingan ekonomi, yang merupakan aglomerasi berbagai kegiatan
ekonomi,
b. sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi,
c. sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan, dan
d. sudut kepentingan sosial.

Kawasan strategis meliputi di wilayah Kota Singkawang terdiri atas:


a. kawasan strategis nasional, yang ditetapkan dalam RTRWN yang terkait dengan
wilayah Kota Singkawang,

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-41


RPI2JM (2015)

b. kawasan strategis provinsi, yang ditetapkan dalam RTRWP Kalimantan Barat yang
terkait dengan wilayah Kota Singkawang; dan
c. kawasan strategis kota.

5.1.3.1. Kawasan strategis nasional di Kota Singkawang


Wilayah Kota Singkawang merupakan bagian dari KAPET (kawasan pengembangan
ekonomi terpadu) Khatulistiwa yang merupakan kawasan strategis nasional sebagaimana
telah ditetapkan di dalam RTRWN. Dalam hal ini, Kota Singkawang merupakan PKW
utama untuk bagian wilayah pesisir dari KAPET Khatulistiwa. Kota Singkawang yang
direncanakan memiliki pelabuhan nasional dan bandara pengumpan yang terus
dikembangkan hingga menjadi bandara pengumpul merupkan simpul transportasi penting
yang melayani Kabupaten Sambas dan Kabupaten Bengkayang.

5.1.3.2. Kawasan strategis provinsi di Kota Singkawang


Kawasan strategis provinsi di wilayah Kota Singkawang sebagaimana ditetapkan dalam
RTRWP Kalimantan Barat adalah:

a. Kawasan Pariwisata Pasir Panjang dan sekitarnya sebagai kawasan strategis dari
sudut kepentingan ekonomi dengan sektor unggulan pariwisata, industri, dan
perikanan. Kawasan tersebut merupakan bagian dari Kelurahan Sedau Kecamatan
Singkawang Selatan.
b. Kawasan Strategis Ekosistem Gunung Raya-Pasi sebagai kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.
c. Kawasan Rawan Bencana Alam Gayung Bersambut sebagai kawasan strategis dari
sudut kepentingan sosial.

5.1.3.3. Kawasan strategis kota


Kawasan strategis Kota Singkawang terdiri atas:
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi,
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi, dan
c. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebanyak empat kawasan yaitu :
1. Kawasan Pusat Kota di Kecamatan Singkawang Barat dan Singkawang Tengah;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-42


RPI2JM (2015)

2. Kawasan Muara Sungai Sedau di Kecamatan Singkawang Selatan;


3. Kawasan Nyarungkop – Bagak di Kecamatan Singkawang Timur; dan
4. Kawasan rencana untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Singkawang di Kecamatan Singkawang Selatan, Barat, Tengah, dan Utara.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi sebanyak dua kawasan yaitu:
1. Kawasan Peternakan dan Pertanian Terpadu di Kecamatan Singkawang Selatan, dan
2. Kawasan Bandara di Kecamatan Singkawang Selatan;

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya hanya sebanyak satu kawasan yaitu
kawasan permukiman Bukit Batu di Kecamatan Singkawang Tengah.

A. Kawasan Pusat Kota.


Kawasan tersebut meliputi Kecamatan Singkawang tengah dan Singkawang Barat. Kawasan
ini memiliki banyak nilai strategis baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, maupun
lingkungan di antaranya, adalah:
a. memiliki potensi bagi pengembangan ekonomi kota.
b. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
c. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya.
d. merupakan hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan
jatidiri maupun penanda (vocal point, landmark) budaya kota.
e. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya (cagar budaya) dan memiliki
aset lainnya yang harus dilindungi dan dilestarikan.
f. memiliki banyak fasilitas dan unsur pengikat sosial (kesehatan, pendidikan,
peribadatan, olahraga tempat rekreasi, dan wisata budaya).
g. merupakan lokasi pusat perkantoran pemerintah.
h. memiliki tempat untuk pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya.
i. merupakan kawasan rawan bencana alam.
j. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

B. Kawasan Bandara.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-43


RPI2JM (2015)

Kawasan tersebut merupakan mencakup bagian dari Kelurahan Sedau dan Kelurahan
Pangmilang (lihat Gambar 5.1). Kawasan ini memiliki nilai strategis dari aspek ekonomi,
optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tinggi, maupun lingkungan di
antaranya adalah:
a. memiliki potensi bagi pengembangan ekonomi kota.
b. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang untuk perluasan kegiatan
ekonomi baru.
c. memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
d. pusat pemantauan klimatologi.
e. kebutuhan untuk antisipasi jika Bandara di Pontianak mengalami gangguan (cuaca
buruk, kabut asap, atau gangguan lainnya).

C. Kawasan Muara Sungai Sedau.


Kawasan tersebut seluruhnya berada di Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Selatan.
Kawasan ini memiliki nilai strategis baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan di
antaranya, adalah:
a. memiliki potensi bagi pengembangan ekonomi kota.
b. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang untuk perkembangan ekonomi.
c. memiliki kawasan potensial untuk pengembangan pelabuhan.
d. merupakan kawasan rawan bencana alam.
e. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang
menimbulkan kerugian.

D. Kawasan Peternakan dan Pertanian Terpadu.


Kawasan tersebut berada di Kecamatan Singkawang Selatan. Kawasan ini memiliki nilai
strategis baik dari aspek ekonomi, maupun lingkungan di antaranya, adalah:
a. memiliki potensi bagi pengembangan ekonomi kota.
b. memiliki sumber komoditi unggulan kota;
c. memiliki potensi ekspor;
d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang untuk perkembangan ekonomi.
e. merupakan bagian wilayah kota untuk memacu perkembangan wilayah di
sekitarnya yang relatif tertinggal (Kelurahan Pangmilang dan Sagatani).

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-44


RPI2JM (2015)

E. Kawasan Wisata Pasir Panjang-Teluk Mak Jantu


Kawasan tersebut termasuk dalam Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Selatan.
Kawasan ini merupakan kawasan strategis provinsi yang memiliki nilai strategis dari aspek
ekonomi, optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, maupun lingkungan di antaranya
adalah:
a. memiliki potensi bagi pengembangan ekonomi kota.
b. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
c. memiliki sumber daya alam strategis.

F. Kawasan Nyarungkop-Bagak
Kawasan tersebut termasuk dalam Kelurahan Nyarungko dan Kelurahan Bagak Sahwa di
Kecamatan Singkawang Timur. Kawasan ini memiliki nilai strategis dari aspek ekonomi,
sosial budaya, optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, maupun fungsi dan daya
dukung lingkungan di antaranya adalah:
a. merupakan bagian wilayah kota untuk pengembangan bagian wilayah kota lainnya
yang tertinggal (BWK B), atau bagian kota yang memiliki ketertinggalan secara
ekonomi.
b. merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis.
c. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro.
d. mendayagunakan SDA yang dimiliki kota (air baku) dan strategis untuk kepentingan
pembangunan kota.

G. Kawasan Ekosistem Gunung Raya-Pasi


Kawasan Strategis Ekosistem Gunung Raya-Pasi termasuk dalam Kecamatan Singkawang
Timur dan Singkawang Selatan. Kawasan ini merupakan kawasan strategis provinsi yang
memiliki nilai strategis dari aspek optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, maupun
fungsi dan daya dukung lingkungan di antaranya adalah:
a. Merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem,
keanekaragaman hayati, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan
akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
b. merupakan kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-45


RPI2JM (2015)

H. Kawasan Permukiman Bukit Batu


Kawasan tersebut merupakan perbatasan bagian timur antara Kecamatan Singkawang
Tengah dan Singkawang Utara. Kawasan ini memiliki nilai strategis dari aspek sosial,
optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan, dan daya dukung lingkungan di antaranya
adalah:
a. merupakan kawasan rawan bencana alam.
b. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang
menimbulkan kerugian.
c. penuntasan penyebab banjir berpotensi memperluas areal yang potensial
dikembangan untuk lingkungan perumahan bebas banjir.

I. Kawasan Rawan Bencana Alam Gayung Bersambut


Kawasan Rawan Bencana Alam Gayung Bersambut merupakan bagian dari Kecamatan
Singkawang Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Sambas. Kawasan ini merupakan
kawasan strategis provinsi yang memiliki nilai strategis dari aspek sosial, optimalisasi
pemanfaatan sumber daya lahan, dan daya dukung lingkungan di antaranya adalah:
a. merupakan kawasan rawan bencana alam,
b. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang
menimbulkan kerugian, dan
c. penuntasan penyebab banjir berpotensi memperluas areal yang potensial
dikembangan untuk pertanian lahan basah bebas resiko banjir bandang.

5.1.4. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Singkawang


Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan arahan pengembangan wilayah Kota
Singkawang untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kota tersebut agat
sesuai dengan RTRW Kota Singkawang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
penataan/pengembangan kota beserta pembiayaannya dalam suatu indikasi program utama
yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu
pelaksanaan dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun
perencanaan (20 tahun).

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota berfungsi:


a. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman
penataan/pengembangan kota;
b. sebagai arahan untuk sektor dalam program;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-46


RPI2JM (2015)

c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan;
d. sebagai dasar estimasi penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima)
tahun; dan
e. sebagai acuan bagi masyarakat untuk melakukan investasi.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota disusun berdasarkan:


a. rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis;
b. ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;
d. prioritas pengembangan wilayah kota dan pentahapan rencana pelaksanaan
program sesuai dengan RPJPD; dan
e. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota disusun dengan kriteria:


a. mendukung perwujudan rencana struktur ruang, pola ruang, dan pengembangan
kawasan strategis;
b. mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi;
c. realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;
d. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam
jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan; dan
e. sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu kerangka program terpadu
pengembangan wilayah kota.

5.1.4.1. Usulan program utama


Usulan program utama adalah program-program utama pengembangan wilayah kota yang
diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan
struktur dan pola ruang wilayah kota sesuai tujuan. Program utama yang diusulkan harus
mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi sehingga mampu
mewujudkan RTRW Kota Singkawang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Untuk itulah, program-program utama dirumuskan dan ditetapkan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang dalam hal ini program utama yang disusun harus
mendukung terwujudnya struktur ruang, pola ruang, aspek-aspek yang terkait dengan
tujuan pembangunan dan penataan ruang Kota Singkawang seperti pembangunan
ekonomi, sosial budaya serta tetap mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan.
5.1.4.2. Lokasi

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-47


RPI2JM (2015)

Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan. Dalam hal ini
lokasi yang dimaksud meliputi wilayah Kota Singkawang.Umumnya lokasi dirinci dengan
menyebutkan kecamatan, kelurahan, atau nama daerah yang sudah dikenal secara umum
masyarakat Kota Singkawang.

5.1.4.3. Sumber dana


Sumber pendanaan dapat berasal dari APBN, APBD provinsi, APBD Kota, swasta, dan/atau
masyarakat. Bila sumber pendanaan yang dicantumkan bukan merupakan kewenangan kota
maka sumber pendanaan yang ditulis tersebut merupakan usulan kepada lembaga/tingkat
pemerintahan yang lebih berwenang.Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang
disusun sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.1.4.4. Instansi pelaksana


Instansi pelaksana program utama terdiri dari tiga stakeholders pendukung,
yaknipemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), swasta, serta
masyarakat. Keterlibatan masing-masing stakeholder berbeda satu sama lain dengan bobot
keterlibatan yang berbeda-beda pula sehingga dalam pelaksanaan program terdapat
stakeholder utama dan stakeholder pendukung.

Untuk instansi yang merupakan unsur dari Pemerintah Kota Singkawang, mencakup
beberapa Badan dan Dinas sebagai berikut:
a. Badan Perencanaan Pembagunan Daerah.
b. Badan Lingkungan Hidup.
c. Dinas Tata Kota, Petanahan, & Cipta Karya.
d. Dinas Bina Marga, Sumber Daya Air, dan Energi Sumber Daya Mineral.
e. Dinas Pehubungan, Komunikasi, dan Informatika.
f. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah.
g. Dinas Pertanian dan Kehutanan.
h. Dinas Kelautan dan Perikanan.
i. Dinas Kebersihan dan Perumahan.
j. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga.
k. Dinas Kesehatan.
l. Dinas Pendidikan.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-48


RPI2JM (2015)

Untuk BUMN, instansi yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di
antaranya adalah:
a. PT Angkasa Pura.
b. PT Pelabuhan Indonesia.
c. PT Kereta Api Indonesia.
d. PT Perusahaan Lintrik Negara.
e. PT Telekomunikasi Indonesia.

5.1.4.5. Waktu dan tahap pelaksanaan


Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh)
tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing program mempunyai
durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Program utama 5 (lima) tahun dapat
dirinci kedalam program utama tahunan. Penyusunan indikasi program utama disesuaikan
dengan pentahapan jangka waktu 5 (lima) tahunan RPJPD Kota Singkawang.Indikasi
program utama untuk perwujudan rencana struktur dan pola ruang wilayah Kota
Singkawang mencakup):
a. perwujudan rencana struktur ruang wilayah kota, meliputi:
1) perwujudan pusat-pusat pelayanan kegiatan (Pusat Kota, Subpusat Kota, dan Pusat
Lingkungan),
2) perwujudan sistem prasarana utama, mencakupperwujudan sistem jaringan
prasarana transportasi, yang meliputi sistem prasarana transportasi darat,
perkeretaapian, laut, dan udara, dan
3) perwujudan sistem prasarana lainnya, mencakup:
 perwujudan sistem jaringan prasarana sumber daya air,
 perwujudan sistem jaringan prasarana energi,
 perwujudan sistem jaringan prasarana telekomunikasi, dan
 perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
b. perwujudan rencana pola ruang wilayah kota, mencakup:
1) perwujudan kawasan lindung nasional, provinsi, dan kota; dan
2) perwujudan kawasan budi daya.
c. perwujudan kawasan-kawasan strategis.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah ruang Kota Singkawang diarahkan untuk mewujudkan
pemanfaatan ruang yang berkualitas, serasi dan optimal, sesuai dengan kebijaksanaan
pembangunan nasional dan provinsi di Kota Singkawang yang berlandaskan wawasan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-49


RPI2JM (2015)

nusantara, dan juga sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kemampuan daya dukung
lingkungan, melalui pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan (mencakup peningkatan produksi dan produktivitas) dengan tetap melakukan upaya
pelestarian lingkungan untuk mencapai keseimbangan pembangunan antarsektor dan
antarwilayah/kawasan guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-50


RPI2JM (2015)
Tabel 5.6. Indikasi Program Utama Umum
INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN
LOKASI SUMBER I II III IV
NO. INDIKASI PROGRAM UTAMA
PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG 2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

UMUM

Penyusunan dan Penetapan APBD DTKPCK Bappeda


1. Rencana Detail/Rinci Kawasan
Strategis Kota

Penjabaran/pendetailan APBD DTKPCK Bappeda


2. Ketentuan Umum Peraturan
Zonasi

Penyempurnaan Arahan Insentif APBD Bappeda DTKPCK


3. dan Disinsentif

Penyusunan dan Penetapan APBD Distanhut Bappeda


4. Rencana Tata Ruang Wilayah DTKPCK
Pesisir

Evaluasi dan Revisi Pertama APBD Bappeda DTKPCK


5. RTRWK

Evaluasi dan Revisi Kedua APBD Bappeda DTKPCK


6. RTRWK

Evaluasi dan Penyusunan APBD Bappeda DTKPCK


7. Kembali RTRWK

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-51


RPI2JM (2015)
Tabel 5.7. Indikator Program Utama Umum
INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN
LOKASI SUMBER I II III IV
NO. INDIKASI PROGRAM UTAMA
PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG 2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

PERWUJUDAN PUSAT PELAYANKOTA (PPK)

A Percepatan Pengembangan Kecamatan Singkawang APBD, Investasi Bappeda Instansi lain


. PPK (Pusat Pelayanan Kota) Tengah dan Barat Swasta dan/atau yang terkait
kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM

B Mendorong Perkembangan Kelurahan Roban APBD, Investasi Bappeda Instansi lain


. bagian PPK yang belum Swasta dan/atau yang terkait
termanfaatkan secara efisien kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM

C Revitalisasi dan percepatan Kelurahan Sekip Lama, APBD, Investasi Bappeda Instansi lain
. pengembangan bagian strategis Bukit Batu, dan Roban Swasta dan/atau yang terkait
dari PPK kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM

D Pengendalian perkembangan Kelurahan Pasiran, Kuala, APBD, Investasi Bappeda Instansi lain
. bagian kawasan PPKberbasis Sei Wie, dan Sei Garam Swasta dan/atau yang terkait
mitigasi bencana kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM

PERWUJUDAN SUBPUSAT PELAYANAN(SPK)

A Percepatan Pengembangan Sedau APBD, dan/atau Bappeda Instansi lain


. SPK kerja sama yang terkait
pendanaan DTKPCK,
DBMAEM

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-52


RPI2JM (2015)
Tabel 5.7. Indikator Program Utama Umum
INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN
LOKASI SUMBER I II III IV
NO. INDIKASI PROGRAM UTAMA
PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG 2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

B Revitalisasi dan percepatan Setapuk Besar APBD, Investasi Bappeda Instansi lain
. pengembangan SPK Swasta dan/atau yang terkait
kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM

C Mendorong Pengembangan Pajintan, Bagak, Lirang, dan APBD, Investasi Bappeda Instansi lain
. SPK Sagatani. Swasta dan/atau yang terkait
kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM

D Pengendalian SPKberbasis Sedau dan Setapuk Besar APBD, Investasi Bappeda Instansi lain
. mitigasi bencana Swasta dan/atau yang terkait
kerja sama DTKPCK,
pendanaan DBMAEM

PERWUJUDAN PUSAT LINGKUNGAN

A Percepatan Pengembangan PL Pusat-pusat Lingkungan APBD, Investasi Bappeda, Instansi lain


. yang berada di kawasan Swasta dan/atau DTKPCK, yang terkait
strategis kerja sama DBMAEM
pendanaan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-53


RPI2JM (2015)
Tabel 5.7. Indikator Program Utama Umum
INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN
LOKASI SUMBER I II III IV
NO. INDIKASI PROGRAM UTAMA
PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG 2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

B Revitalisasi dan percepatan Pusat-pusat Lingkungan Investasi Swasta Bappeda, Instansi lain
. pengembangan PL yang berada relatif jauh dan/atau kerja DTKPCK, yang terkait
dari daerah rawan bencana sama pendanaan DBMAEM
namun berpo-tensi cepat
berkembang untuk
meningkatkan keefektifan
pelayan kota

C Pengendalian PL berbasis Pusat-pusat Lingkungan di Investasi Swasta Bappeda, Instansi lain


. mitigasi bencana daerah rawan bencana dan/atau kerja DTKPCK, yang terkait
sama pendanaan DBMAEM

D Mendorong Pengembangan PL Pusat-pusat Lingkungan di Investasi Swasta Bappeda, Instansi lain


. berbasis pemberdayaan daerah yang kurang dan/atau kerja DTKPCK, yang terkait
masyarakat potensial atau relatif sama pendanaan DBMAEM
lambat kecenderungan
perkembangannya

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-54


RPI2JM (2015)

Tabel 5.8. Indikasi Program Utama Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

PERWUJUDAN SISTEM PRASARANA TRANSPORTASI

A Perwujudan Sistem Jaringan


. Jalan

1. Pengembangan Jaringan  Jalan Singkawang APBN Kemen PU, DBMAEM


Jalan Nasional: Jalan – Pontianak
Arteri Primer sebagai
jalan arteri primer PKN-
PKW sebagai Jalan Bebas
Hambatan
2. Pengembangan Jaringan  Jalan Singkawang APBN Kemen PU, DBMAEM
Jalan Nasional: Jalan – Sambas
Arteri Primerantar-PKW
3. Pengembangan Jaringan  Jalan menuju APBN Kemen PU, DBMAEM
Jalan Nasional: Jalan Bandara dan
Arteri penghubung PKW  Jalan menuju
dengan bandara Pelabuhan
pengumpul, pelabuhan
Pengumpul,
4. Pengembangan Jaringan  Jalan APBN Kemen PU, DBMAEM
Jalan Nasional: Jalan Singkawang-
Kolektor Primer antara Bengkayang
PKW dan PKL/PKWp.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-55


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

5. Jalan arteri sekunder  Jaringan jalan APBD DBMA


dan Kolektor Sekunder sebagaimana EM,
Utama/Strategis dimaksud
dalam Peta
Rencana
Struktur Ruang
B Perwujudan Terminal
. Angkutan Penumpang
Umum
1. Terminal Penumpang di Jalan APBN, APBD, Kemenhub, DBMAEM,
Tipe A (Antar Kota Terminal Induk Investasi Dishubki, DTKPCK
Antar Provinsi dan Swasta
Lintas Batas Negara) dan/atau kerja
sama
pada simpul jaringan
pendanaan
jalan nasional.
2. Terminal Penumpang Pajintan, APBD, Dishubki, DBMAEM,
Tipe C Lirang, Setapuk Investasi DTKPCK
Besar, Sedau, Swasta
Bagak, Sagatani dan/atau kerja
sama
pendanaan

C Perwujudan Sistem
. Jaringan Jalur Kereta Api

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-56


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

1. Penetapan secara Kec. APBN, APBD, Kemenhub, Bapped


definitif jalur untuk Singkawang Investasi Dishubki, a, DTKPCK,
lintas rel KA dan Utara, Tengah, Swasta DBMAEM,
stasiun KA dan Selatan dan/atau kerja
sama
pendanaan

2. Pengolokasian lahan Kelurahan APBN, APBD, Kemenhub, Bapped


untuk stasiun KA Pajinatan dan/atau kerja Dishubki, a, DTKPCK,
sama KAI
pendanaan

3. Pembangunan Kec. APBN, APBD, Kemenhub, DBMAE


Prasarana Singkawang dan/atau kerja Dishubki,K M, DTKPCK
Perkeretaapian Utara, Tengah, sama AI
dan Selatan pendanaan

D Perwujudan  Kuala APBN, APBD, Kemenhub, Bappeda,


. Pelabuhan Laut Singkawang Investasi Dishub Pelindo
 Kuala Sedau Swasta Prov,
dan/atau kerja Dishubki
sama
pendanaan

E Perwujudan Bandar
. Udara

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-57


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

1. Pengembangan dan Kelurahan APBN, APBD, Kemenhub, AP, TNI AU,


Pemantapan Bandar Sedau dan Investasi Dishubki, Bappeda,
Udara Singkawang Pangmilang Swasta
dan/atau kerja
sama
pendanaan

2. penataan kawasan Kelurahan APBD Kemen AP, TNI AU,


keselamatan Sedau, hub, Bappeda,
operasional Pangmilang, Dishubki,
penerbangan Sagatani, dan
Sijangkung
PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI
A Pengembangan Di seluruh APBN, Investasi DTKPCK, Bappeda
. sistem jaringan SUTT. kecamatan BUMN/Swasta PLN
dan/atau kerja
sama
pendanaan

PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI


A 1. pengembangan APBN, Investasi Dishubki Telkom,
. jaringan telekomunikasi BUMN/Swasta Bappeda
dan/atau kerja
sama
pendanaan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-58


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR


A Pengembangan
. Sungai
1. Konservasi Sungai-sungai APBN, APBD, DBMAEM Distanhut
Sumber Daya Air yang utama diWS Investasi
Sambas dan WS Swasta
Mempawah dan/atau kerja
sama
pendanaan

2. Pendayagunaan Sungai-sungai APBN, APBD, DBMAEM Distanhut


sumber daya air sungai utama diWS Investasi
Sambas dan WS Swasta
Mempawah dan/atau kerja
sama
pendanaan

3. Pengendalian Sungai-sungai APBD Prov, DBMAEM Distanhut


daya rusak air sungai utama diWS APBD
Sambas dan WS
Mempawah
B Pengembangan Danau APBD Bappe DTKPCK,
. Danaudan Waduk Sarantangan dan da DBMAEM
Waduk di muara
S. Kokop

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-59


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

C Pengembangan
. Jaringan Air Bersih
1. Peningkatan Intake di APBN, APBD, PDAM DBMAEM,
KapasitasIntake diiringi Sungai Seluang, Investasi BUMD
peningkatan kapasitas Semelagi Gunung dan/atau kerja
pipa transmisi air baku. Besar, dan di sama
pendanaan
Gunung Raya-Pasi
2. Pembangunan Intake S. DBMA PDAM
intake baru diiringi Sekabu, S. EM
dengan pemasangan Sagatani, dan
pipa transmisi air baku Danau
Srantangan
3. Pengembangan PDAM DBMAE
jaringan M
distribusi/pelayan air
minum
PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA LINGKUNGAN
A Pengembangan
. prasarana persampahan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-60


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

1.Tempat Pemrosesan Di Jalan Caicai APBN, DBMAEM DKP


Akhir Sampah Regional APBD,
sanitary landfill Investasi
Swasta
dan/atau kerja
sama
pendanaan
2. Tempat Pemrosesan Di Jalan APBD, DBMAEM DKP
Akhir Sampah Terpadu Wonosari Investasi
dengan sistemsanitary Swasta
landfill dan/atau kerja
sama
pendanaan
3. Pembangunan Tempat di lokasi- APBD DBMAEM DKP
Penampungan lokasi strategis
Sementara
B Pengembangan
. prasarana limbah dan
drainase
1. pembangunan IPAL Di TPA APBD, DBMAEM BLH
dan IPLT Regional dan di dan/atau
Kaw. Industri kerja sama
pendanaan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-61


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

2. pengembangan sistem Di Seluruh APBD, DBMA DTKPCK


drainase terpadu kecamatan dan/atau EM
antara sistem drainase kerja sama
primer, sekunder, dan pendanaan
tersier agar saling
terkoneksi

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-62


RPI2JM (2015)

Tabel 5.9. Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

PERWUJUDAN SISTEM PRASARANA TRANSPORTASI

A Perwujudan Sistem Jaringan


. Jalan

6. Pengembangan Jaringan  Jalan Singkawang APBN Kemen PU, DBMAEM


Jalan Nasional: Jalan – Pontianak
Arteri Primer sebagai
jalan arteri primer PKN-
PKW sebagai Jalan Bebas
Hambatan
7. Pengembangan Jaringan  Jalan Singkawang APBN Kemen PU, DBMAEM
Jalan Nasional: Jalan – Sambas
Arteri Primerantar-PKW
8. Pengembangan Jaringan  Jalan menuju APBN Kemen PU, DBMAEM
Jalan Nasional: Jalan Bandara dan
Arteri penghubung PKW  Jalan menuju
dengan bandara Pelabuhan
pengumpul, pelabuhan
Pengumpul,
9. Pengembangan Jaringan  Jalan APBN Kemen PU, DBMAEM
Jalan Nasional: Jalan Singkawang-
Kolektor Primer antara Bengkayang
PKW dan PKL/PKWp.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-63


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

10. Jalan arteri sekunder  Jaringan jalan APBD DBMA


dan Kolektor Sekunder sebagaimana EM,
Utama/Strategis dimaksud
dalam Peta
Rencana
Struktur Ruang
B Perwujudan Terminal
. Angkutan Penumpang
Umum
3. Terminal Penumpang di Jalan APBN, APBD, Kemenhub, DBMAEM,
Tipe A (Antar Kota Terminal Induk Investasi Dishubki, DTKPCK
Antar Provinsi dan Swasta
Lintas Batas Negara) dan/atau kerja
sama
pada simpul jaringan
pendanaan
jalan nasional.
4. Terminal Penumpang Pajintan, APBD, Dishubki, DBMAEM,
Tipe C Lirang, Setapuk Investasi DTKPCK
Besar, Sedau, Swasta
Bagak, Sagatani dan/atau kerja
sama
pendanaan

C Perwujudan Sistem
. Jaringan Jalur Kereta Api

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-64


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

4. Penetapan secara Kec. APBN, APBD, Kemenhub, Bapped


definitif jalur untuk Singkawang Investasi Dishubki, a, DTKPCK,
lintas rel KA dan Utara, Tengah, Swasta DBMAEM,
stasiun KA dan Selatan dan/atau kerja
sama
pendanaan

5. Pengolokasian lahan Kelurahan APBN, APBD, Kemenhub, Bapped


untuk stasiun KA Pajinatan dan/atau kerja Dishubki, a, DTKPCK,
sama KAI
pendanaan

6. Pembangunan Kec. APBN, APBD, Kemenhub, DBMAE


Prasarana Singkawang dan/atau kerja Dishubki,K M, DTKPCK
Perkeretaapian Utara, Tengah, sama AI
dan Selatan pendanaan

D Perwujudan  Kuala APBN, APBD, Kemenhub, Bappeda,


. Pelabuhan Laut Singkawang Investasi Dishub Pelindo
 Kuala Sedau Swasta Prov,
dan/atau kerja Dishubki
sama
pendanaan

E Perwujudan Bandar
. Udara

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-65


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

3. Pengembangan dan Kelurahan APBN, APBD, Kemenhub, AP, TNI AU,


Pemantapan Bandar Sedau dan Investasi Dishubki, Bappeda,
Udara Singkawang Pangmilang Swasta
dan/atau kerja
sama
pendanaan

4. penataan kawasan Kelurahan APBD Kemen AP, TNI AU,


keselamatan Sedau, hub, Bappeda,
operasional Pangmilang, Dishubki,
penerbangan Sagatani, dan
Sijangkung
PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI
A Pengembangan Di seluruh APBN, Investasi DTKPCK, Bappeda
. sistem jaringan SUTT. kecamatan BUMN/Swasta PLN
dan/atau kerja
sama
pendanaan

PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI


A 2. pengembangan APBN, Investasi Dishubki Telkom,
. jaringan telekomunikasi BUMN/Swasta Bappeda
dan/atau kerja
sama
pendanaan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-66


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR


A Pengembangan
. Sungai
4. Konservasi Sungai-sungai APBN, APBD, DBMAEM Distanhut
Sumber Daya Air yang utama diWS Investasi
Sambas dan WS Swasta
Mempawah dan/atau kerja
sama
pendanaan

5. Pendayagunaan Sungai-sungai APBN, APBD, DBMAEM Distanhut


sumber daya air sungai utama diWS Investasi
Sambas dan WS Swasta
Mempawah dan/atau kerja
sama
pendanaan

6. Pengendalian Sungai-sungai APBD Prov, DBMAEM Distanhut


daya rusak air sungai utama diWS APBD
Sambas dan WS
Mempawah
B Pengembangan Danau APBD Bappe DTKPCK,
. Danaudan Waduk Sarantangan dan da DBMAEM
Waduk di muara
S. Kokop

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-67


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

C Pengembangan
. Jaringan Air Bersih
4. Peningkatan Intake di APBN, APBD, PDAM DBMAEM,
KapasitasIntake diiringi Sungai Seluang, Investasi BUMD
peningkatan kapasitas Semelagi Gunung dan/atau kerja
pipa transmisi air baku. Besar, dan di sama
pendanaan
Gunung Raya-Pasi
5. Pembangunan Intake S. DBMA PDAM
intake baru diiringi Sekabu, S. EM
dengan pemasangan Sagatani, dan
pipa transmisi air baku Danau
Srantangan
6. Pengembangan PDAM DBMAE
jaringan M
distribusi/pelayan air
minum
PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA LINGKUNGAN
A Pengembangan
. prasarana persampahan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-68


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

1.Tempat Pemrosesan Di Jalan Caicai APBN, DBMAEM DKP


Akhir Sampah Regional APBD,
sanitary landfill Investasi
Swasta
dan/atau kerja
sama
pendanaan
2. Tempat Pemrosesan Di Jalan APBD, DBMAEM DKP
Akhir Sampah Terpadu Wonosari Investasi
dengan sistemsanitary Swasta
landfill dan/atau kerja
sama
pendanaan
3. Pembangunan Tempat di lokasi- APBD DBMAEM DKP
Penampungan lokasi strategis
Sementara
B Pengembangan
. prasarana limbah dan
drainase
3. pembangunan IPAL Di TPA APBD, DBMAEM BLH
dan IPLT Regional dan di dan/atau
Kaw. Industri kerja sama
pendanaan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-69


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN


INDIKASI PROGRAM SUMBER I II III IV
NO LOKASI
UTAMA PENDANAAN UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

4. pengembangan sistem Di Seluruh APBD, DBMA DTKPCK


drainase terpadu kecamatan dan/atau EM
antara sistem drainase kerja sama
primer, sekunder, dan pendanaan
tersier agar saling
terkoneksi

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-70


RPI2JM (2015)

Tabel 5.11. Perwujudan Kawasan Strategis


INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN

SUMBER I II III IV
NO. INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN
UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN EKONOMI

A. Pengembangan Kawasan Seluruh wilayah kota APBN, Investasi Bappeda, Semua


Strategis Nasional KAPET Swasta, dan/atau DTKPCK, instansi
Khatulisa kerja sama danDBMAEM pemerintah
pendanaan terkait

B. Pengembangan Kawasan Kecamatan Singkawang APBD Provinsi, Bappeda, Semua


Strategis Pariwisata Pasir Panjang Selatan APBD Kota, DTKPCK, instansi
dan/atau kerja danDBMAEM pemerintah
sama pendanaan terkait

C. Pengembangan Kawasan Pusat Kecamatan Singkawang APBD Kota, Bappeda, Semua


Kota sebagai kawasan inti PKW Barat dan Tengah dan/atau kerja DTKPCK, instansi
sama pendanaan danDBMAEM pemerintah
terkait

D. Pengembangan Kawasan Kecamatan Singkawang APBD Kota, Bappeda, Semua


Muara Sungai Sedau Selatan dan/atau kerja DTKPCK, instansi
sama pendanaan danDBMAEM pemerintah
terkait

E. Pengembangan Kawasan Kecamatan Singkawang APBD Kota, Bappeda, Semua


Nyarungkop-Bagak Timur dan/atau kerja DTKPCK, instansi
sama pendanaan danDBMAEM pemerintah
terkait

F. Pengembangan Kawasan Kecamatan Singkawang APBD Kota, Bappeda, Semua


Rencana untuk KEK Selatan, Barat, Tengah dan/atau kerja DTKPCK, instansi
dan Utara. sama pendanaan DBMAEM,&D pemerintah
PPKUKM terkait

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-71


RPI2JM (2015)

INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN

SUMBER I II III IV
NO. INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN
UTAMA PENDUKUNG
2017- 2022- 2027-
2012 2013 2014 2015 2016
2021 2026 2032

PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA ALAM
A. Pengembangan Kawasan Kecamatan Singkawang APBD, Investasi Distanhut dan Semua
Peternakan dan Pertanian Selatan Swasta, dan/atau Bappeda instansi
Terpadu kerja sama pemerintah
pendanaan yang terkait

B. Pengembangan Kawasan Bandar Kecamatan Singkawang APBN, APBD Prov, Bappeda, Semua
Udara Selatan APBD, Investasi Dishubki, dan instansi
Swasta, dan/atau DBMAEM pemerintah
kerja sama yang terkait
pendanaan

PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
A. Pengembangan Kawasan Kecamatan Singkawang APBN, APBD, Kemenhut; Semua
Ekosistem Cagar Alam Raya-Pasi Utara dan Selatan Investasi Swasta, Distanhut, instansi
dan/atau kerja Bappeda, dan pemerintah
sama pendanaan DBMAEM yang terkait

PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI DARI SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL


A. Peningkatan Fungsi dan Kecamatan Singkawang APBD Prov, APBD, Bappeda dan Semua
Penanggulangan Kawasan Utara Investasi Swasta, DBMAEM instansi
Rawan Bencana Alam dan/atau kerja pemerintah
Gayung Bersambut sama pendanaan yang terkait

B. Peningkatan Fungsi dan Kecamatan Singkawang APBD, Investasi Bappeda dan Semua
Penanggulangan Kawasan Rawan Tengah Swasta, dan/atau DBMAEM instansi
Bencana Alam Bukit Batu kerja sama pemerintah
pendanaan yang terkait

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-72


RPI2JM (2015)

5.1.5. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Singkawang


Ketentuan-ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang mencakup ketentuan umum
peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, dan ketentuan
sanksi. Berikut uraian dari masing-aspek pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota
Singkawang.

5.1.5.1. Ketentuan umum peraturan zonasi


Ketentuan umum peraturan zonasi merupakan pedoman bagi Pemerintah Kota untuk
menyusun peraturan zonasi. Ketentuan umum peraturan zonasi ini memuat:
a. ketentuan umum kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat dan
kegiatan yang dilarang;
b. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang;
c. ketentuan umum prasarana dan sarana minimum yang disediakan; dan
d. ketentuan khusus sesuai dengan karakter masing-masing zona.

5.1.5.1.1. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk struktur ruang


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk struktur ruangmeliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat pelayanan kota;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk subpusat pelayanan kota;
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat pelayanan lingkungan;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transportasi;
e. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan energi;
f. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan telekomunikasi;
g. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan sumber daya air; dan
h. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan prasarana perkotaan lainnya.

5.1.5.1.1.1. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat pelayanan kota


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat pelayanan kota meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusatkegiatan perdagangan dan jasa;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat kegiatan pemerintahan
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat kegiatan pengembangan pariwisata;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kegiatan pertanian;
e. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat kegiatan pengembangan kegiatan
transportasi udara;
f. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat kegiatan industri.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-73


RPI2JM (2015)

Peraturan zonasi untuk pusat kegiatan perdagangan dan jasadiarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. pusat kegiatan perdagangan dan jasa merupakan zona dalam kawasan perdagangan
dan jasa, yang adalah untuk kegiatan perdagangan pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 4,0;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana pejalan
kaki yang menerus, sarana peribadatan dan sarana perparkiran, sarana kuliner, sarana
transportasi umum;
f. pusat perdagangan dan jasa bernuansa lokal serta berupa pola superblock (mix use);
sarana media ruang luar komersial harus memperhatikan tata bangunan dan tata
lingkungan; dan
g. pada kawasan perdagangan dan jasa terutama pasar tradisional, pasar modern, dan
pusat perbelanjaanyang berbatasan dengan ruang milik jalan dari jalan arteri primer
dan jalan kolektor primer, dibangunlajurkhusus agar tidak mengganggu kelancaran
lalu lintas atau meminimalkan tingkat hambatan samping pada jalan arteri primer
ataupun jalan kolektor primer.

Peraturan zonasi untuk pusat kegiatan pemerintahan diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pusat kegiatan pemerintahan merupakan zona dalam kawasan pemerintahan yang
adalah untuk kegiatan pemerintahan kota dengan kegiatan perkantoran
pemerintahan, kegiatan akomodasi , rekreasi, dan dilarang untuk kegiatan lain seperti
perumahan dan kegiatan-kegiatan yang mengganggu kenyamanan dan keamanan
serta menimbulkan pencemaran;
b. KDB paling tinggi sebesar 60%;
c. KLB paling tinggi sebesar 2,0;
d. KDH paling rendah sebesar 30%; dan
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana pejalan
kaki yang menerus, sarana peribadatan dan sarana perparkiran, sarana kuliner, sarana
transportasi umum.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-74


RPI2JM (2015)

Peraturan zonasi untuk pusat pengembangan kegiatan pariwisatadiarahkan dengan ketentuan


sebagai berikut:
a. pusat kegiatan pariwisata adalah untuk kegiatan usaha jasa pariwisata, pengusahaan
objek dan daya tarik wisata dan usaha sarana pariwisata serta dilarang untuk kegiatan
yang merusak lingkungan serta menggangu kenyamanan dan keamanan;
b. KDB paling tinggi sebesar 40%
c. KLB paling tinggi sebesar 1,0
d. KDH paling rendah sebesar 20%
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang antara lain gedung promosi dan
informasi, perhotelan, kuliner, toko-toko suvenir, sarana kesehatan, persewaan
kendaraan, penjualan tiket, dan
f. rancangan tata letak dan bangunan yang difungsikan sebagai pusat pariwisata harus
menggunakan standar Internasional.Menyediakan akses bagi publik terhadap objek
wisata alam.

Peraturan zonasi untuk pusat kegiatan pertanian diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pusat kegiatan pertanian adalah Kecamatan Singkawang Selatan, Singkawang Utara,
dan Singkawang Timur;
b. elemen sentra kawasan agropolitan ini meliputi terminal komoditas pertanian;
pertokoan untuk saprotan dan fasilitas perniagaan; kantor administrasi sentra
kawasan agropolitan; pergudangan dan industri pengolahan hasil pertanian.
c. peruntukan lain yang tidak sesuai dengan fungsi sentra kawasan agropolitan tidak
dibenarkan ada;
d. KDB paling tinggi sebesar 60%;
e. KLB paling tinggi sebesar 1; dan
f. KDH paling rendah sebesar 30%.

Peraturan zonasi untuk pusat kegiatan transportasi udara regional diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pusat kegiatan utama adalah bandara dan didukung oleh kegiatan pergudangan,
industri, perkantoran, niaga (perdagangan dan jasa), pelayanan sosial, terminal
barang, terminal penumpang, parkir area, perumahan, cadangan perumahan, dan
mixused.
b. indikasi elemen kawasan kegiatan bandara harus strategis dan mudah terjangkau.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-75


RPI2JM (2015)

c. KDB paling tinggi sebesar 60%


d. KLB paling tinggi sebesar 2,1
e. KDH paling rendah sebesar 30%
f. persentase luas lahan terbangun disekitar kawasan bandara maksimal 60% dari luas
kawasan bandara.
g. untuk keselamatan penerbangan, kegiatan budi daya tanaman yang diperkenankan di
kawasan penyangga landasan pacu hanyalah budi daya tanaman semusim.
h. di kawasan penyangga tidak diperkenankan adanya bangunan selain untuk
kepentingan yang berkaitan dengan penerbangan.

Peraturan zonasi untuk pusat kegiatan industridiarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kawasan pusat kegiatan industri adalah untuk perkantoran industri, pergudangan,
jasa-jasa penunjang industri seperti jasa promosi dan informasi hasil industri, jasa
ketenagakerjaan, kepabeanan dan jasa ekspedisi serta dilarang untuk kegiatan
penimbunan yang membahayakan keselamatan;
b. kawasan pusat kegiatan industri dikelilingi ruang penyangga berupa RTH sabuk hijau
kawasan industri atau taman yang dilarang untuk dikembangkan kawasan perumahan
hingga jarak 300 m dari sekeliling kawasan pusat kegiatan industri;
c. KDB paling tinggi sebesar 60%;
d. KLB paling tinggi sebesar 2,1;
e. KDH paling rendah sebesar 20%;
f. pusat kegiatan industri dilengkapi dengan prasarana dan sarana seperti prasarana
transportasi dan sarana perkantoran, pertamanan, dan perparkiran;
g. lokasi pusat kegiatan industri memiliki akses langsung ke jalan arteri primer, jalan
arteri sekunder, atau jalan kolektor primer yang dapat dilalui oleh kendaraan yang
berukuran besar; dan
h. pada sisi kawasan pusat kegiatan industri yang berimpit dengan ruang milik jalan dari
jalan arteri primer, arteri sekunder, atau kolektor primer, harus disediakan jalur untuk
jalan khusus sehingga hanya maksimum dua jalan masuk/keluar yang
menghubungkan antara jalan khusus tersebut dengan jalan arteri primer, arteri
sekunder, atau kolektor primer yang ruang milik jalannya berimpit dengan kawasan
pusat kegiatan industri.

5.1.5.1.1.2. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk subpusat pelayanan kota


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk subpusat pelayanan kota meliputi:

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-76


RPI2JM (2015)

a. pelayanan pendidikan untuk sekolah lanjutan pertama dan lanjutan atas.


b. pelayanan kesehatan berupa puskesmas;
c. pelayanan umum berupa kantor kecamatan;
d. pelayanan keamanan berupa kantor polisi/polsek;
e. pelayanan sosial berupa bagian dari kantor kecamatan;
f. pelayanan budaya berupa bagian dari kantor kecamatan; dan
g. pelayanan ekonomi berupa pasar kecamatan.

Peraturan zonasi untuk pendidikan untuk sekolah lanjutan pertama dan lanjutan atas
diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pendidikan untuk sekolah lanjutan pertama dan lanjutan atas terdiri dari gedung
ruang belajar (kelas), laboratorium, gedung administrasi dan rumah penjaga sekolah;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti lapangan olah
raga, sarana peribadatan, sarana perparkiran dan sarana kantin.

Peraturan zonasi untuk pusat pelayanan kesehatan diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pusat pelayanan kesehatan terdiri dari gedung puskesmas dan rumah tenaga medis;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. Pusat pelayanan kesehatan ini dapat berdiri sendiri atau menjadi bagian dari komplek
pusat pelayanan kelurahan (kantor kekelurahan).

Peraturan zonasi untuk pelayanan umum berupa kantor kelurahan diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan umum berupa kantor kelurahan terdiri dari gedung kantor kelurahan dan
perumahan pejabat kelurahan;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-77


RPI2JM (2015)

e. Pusat pelayanan kantor kecamatan ini dapat berdiri sendiri atau menjadi bagian dari
pusat pelayanan kecamatan (pada kompleks kantor kecamatan).

Peraturan zonasi untuk pelayanan keamanan berupa kantor polisi/polsek diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan keamanan berupa kantor polisi/polsek yang terdiri dari gedung kantor dan
gedung pendukung lainnya;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana
peribadatan dan sarana perparkiran, sarana kantin.

Peraturan zonasi untuk pelayanan sosial dan budaya yang merupakan bagian dari kantor
kecamatan diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan sosial dan budaya terdiri dari gedung kantor administrasi;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. Pusat pelayanan kantor sosial dan budaya ini dapat berdiri sendiri atau menjadi
bagian dari pusat pelayanan kecamatan (pada kompleks kantor kecamatan).

Peraturan zonasi untuk pelayanan ekonomi berupa pasar kecamatan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. pelayanan ekonomi berupa pasar kecamatan terdiri gedung pasar dan gedung
pendukung perekonomian lainnya;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana
peribadatan dan sarana perparkiran, serta mempunyai aksesibilitas tinggi.

5.1.5.1.1.3. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat pelayanan lingkungan


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat pelayanan lingkungan meliputi:
a. pelayanan pendidikan untuk sekolah dasar.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-78


RPI2JM (2015)

b. pelayanan kesehatan berupa puskesmas;


c. pelayanan umum berupa kantor kelurahan;
d. pelayanan sosial berupa bagian dari kantor kelurahan;
e. pelayanan budaya berupa bagian dari kantor kelurahan; dan
f. pelayanan ekonomi berupa pertokoan;

Peraturan zonasi untuk pendidikan untuk sekolah dasar diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pusat pendidikan sekolah terdiri dari gedung ruang belajar (kelas), gedung
administrasi dan rumah penjaga sekolah;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana
peribadatan dan sarana perparkiran dan sarana kantin.

Peraturan zonasi untuk pusat pelayanan kesehatan diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pusat pelayanan kesehatan terdiri dari gedung puskesmas dan rumah tenaga medis;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. Pusat pelayanan kesehatan ini dapat berdiri sendiri atau menjadi bagian dari komplek
pusat pelayanan kecamatan (kantor kecamatan)..

Peraturan zonasi untuk pelayanan umum berupa kantor kecamatan diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan umum berupa kantor kecamatan terdiri dari gedung kantor kecamatan
dan perumahan pejabat kecamatan;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. Pusat pelayanan kantor kecamatan ini dapat berdiri sendiri atau menjadi bagian dari
pusat pelayanan kecamatan (pada kompleks kantor kecamatan).

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-79


RPI2JM (2015)

Peraturan zonasi untuk pelayanan sosial dan budaya yang merupakan bagian dari kantor
kecamatan diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pelayanan sosial dan budaya terdiri dari gedung kantor administrasi;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%; dan
e. Pusat pelayanan kantor sosial dan budaya ini dapat berdiri sendiri atau menjadi
bagian dari pusat pelayanan kecamatankelurahan (pada kompleks kantor kelurahan).

Peraturan zonasi untuk pelayanan ekonomi berupa pertokoan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. pelayanan ekonomi berupa pertokoan;
b. KDB paling tinggi sebesar 70%;
c. KLB paling tinggi sebesar 1.4;
d. KDH paling rendah sebesar 20%;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana
perparkiran, serta mempunyai aksesibilitas tinggi; dan
f. pada kawasan pertokoanterutama yang berupa pusat perbelanjaan atau terdapat
pasar modern di dalamnya yang berbatasan dengan ruang milik jalan arteri primer
dan jalan kolektor primer, dibangunlajurkhusus agar tidak mengganggu kelancaran
lalu lintas atau meminimalkan tingkat hambatan samping pada jalan arteri primer
ataupun jalan kolektor primer.

5.1.5.1.1.4. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transportasi


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transportasimeliputi:
a. jaringan transportasi darat yang terdiri atas jaringan jalan dan terminal;
b. jaringan transportasi perkeretaapian;
c. jaringan transportasi laut yang terdiri dari kawasan kerja pelabuhan dan kawasan
sekitar pelabuhan; dan
d. jaringan transportasi udara yang terdiri atas kawasan kerja bandar udara dan
kawasan sekitar bandar udara.

Peraturan zonasi untuk jaringan jalandiarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. zonasi untuk jaringan jalan terdiri dari zona ruang manfaat jalan, ruang milik jalan,
dan ruang pengawasan jalan;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-80


RPI2JM (2015)

b. zona ruang manfaat jalan adalah untuk median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu
jalan, lereng, ambang pengaman, trotoar, badan jalan, saluran tepi jalan, peletakan
bangunan utilitas dalam tanah dan dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan
terganggunya fungsi jalan;
c. zona ruang milik jalan adalah untuk ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan
penambahan jalur lalu lintas serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan dan
dilarang untuk kegiatan-kegiatan yang di luar kepentingan jalan;
d. zona ruang pengawasan jalan adalah untuk ruang terbuka yang bebas pandang dan
dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan;
e. RTH pada zona ruang milik jalan minimal 20 %;
f. dilengkapi dengan fasilitas pengaturan lalu lintas dan marka jalan; dan
g. jaringan jalan yang merupakan lintasan angkutan barang dan angkutan umum
memiliki lajur minimal 2 lajur, menghindari persimpangan sebidang.

Peraturan zonasi untuk terminaldiarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. zonasi terminal terdiri dari zona fasilitas utama, zona fasilitas penunjang dan zona
kepentingan terminal;
b. zona fasilitas utama adalah untuk tempat keberangkatan, tempat kedatangan, tempat
menunggu, tempat lintas, dan dilarang kegiatan-kegiatan yang menggangu kelancaran
lalu lintas kendaraan;
c. zona fasilitas penunjang adalah untuk kamar kecil/toilet, musholla, kios/kantin,ruang
pengobatan, ruang informasi dan pengaduan, telepon umum, tempat penitipan
barang, taman dan tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, menara
pengawas, loket penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-
kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadual perjalanan, pelataran parkir
kendaraan pengantar dan/atau taksi, dan dilarang kegiatan-kegiatan yang menggangu
keamanan dan kenyamanan;
d. zona kepentingan terminal meliputi ruang lalu lintas sampai dengan titik
persimpangan yang terdekat dari terminal dan dilarang untuk kegiatan yang
menganggu kelancaran arus lalu lintas;
e. fasilitas terminal penumpang harus dilengkapi dengan fasilitas bagi penumpang
penyandang cacat; dan
f. terminal terpadu intra dan antar moda adalah untuk menyediakan fasilitas
penghubung yang pendek dan aman serta penggunaan fasilitas penunjang bersama.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-81


RPI2JM (2015)

Peraturan zonasi untuk jaringan perkeretaapiandiarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. zona daerah yang direncanakan untuk pembangunan stasiun kereta api dan daerah
milik jalan kereta api difungsikan sebagai ruang terbuka hijau kota hingga
dilaksanakannya pembangunan prasarana transportasi perkeretaapian; dan
b. pada jalur yang direncanakan untuk pembangunan rel kereta api hanya dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan budi daya pertanian tanaman semusim.

Peraturan zonasi untuk jaringan transportasi lautterdiri dari kawasan lingkungan kerja
pelabuhan dan kawasan penunjang kegiatan pelabuhan;
a. Kawasan kerja pelabuhan diarahkan untuk fasilitas pokok pelayaran yang meliputi:
dermaga, kolam peabuhan, alur pelayaran, areal penumpukan barang bongkar muat,
perkantoran, serta fasilitas penunjang pelabuhan yang meliputi: toko dan restoran,
fasilitas penempatan kendaraan bermotor, fasilitas perawatan pada umumnya dan
fasilitas lainnya yang menunjang secara langsung atau tidak langsung kegiatan
pelabuhan.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan lingkungan kerja pelabuhan diatur dalam
peraturan Menteri Perhubungan.

Peraturan zonasi untuk jaringan transportasi udara sebagaimana terdiri dari kawasan
lingkungan kerja bandar udara dan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP);
a. Kawasan kerja bandar udara diarahkan untuk fasilitas pokok penerbangan yang
meliputi: fasilitas sisi udara, fasilitas sisi darat, fasilitas navigasi penerbangan, fasilitas
alat bantu pendaratan visual, dan fasilitas komunikasi penerbangan serta fasilitas
penunjang bandar udara yang meliputi:fasilitas penginapan/hotel, fasilitas penyediaan
toko dan restoran, fasilitas penempatan kendaraan bermotor, fasilitas perawatan
pada umumnya dan fasilitas lainnya yang menunjang secara langsung atau tidak
langsung kegiatan Bandar udara.
b. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) diarahkan untuk zona
pendekatan dan lepas landas; zona kemungkinan bahaya kecelakaan; zona di bawah
permukaan horisontal-dalam, dan zona permukaan kerucut dan permukaan transisi
dengan luas KKOP 500 ha.
c. Di KKOP dilarang untuk kegiatan yang menimbulkan asap, menghasilkan cahaya serta
memelihara burung yang mengganggu keselamatan penerbangan.
d. Untuk keselamatan penerbangan, kegiatan budi daya tanaman yang diperkenankan
di kawasan penyangga landasan pacu hanyalah budi daya tanaman semusim.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-82


RPI2JM (2015)

e. Di kawasan penyangga tidak diperkenankan adanya bangunan selain untuk


kepentingan yang berkaitan dengan penerbangan.
f. Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan lingkungan kerja bandar udara dan
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) diatur dalam peraturan Menteri
Perhubungan.

5.1.5.1.1.5. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan energi


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi, meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrik;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk gardu induk;
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transmisi listrik; dan
d. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk SPBU (stasiun pengisian bahan bakar
umum); dan
e. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gas.

Peraturan zonasi untuk pembangkit tenaga listrikdiarahkan dengan ketentuan sebagai


berikut:
a. zona pembangkit tenaga listrik terdiri dari zona manfaat pembangkit listrik dan zona
penyangga;
b. zona manfaat pembangkit listrik adalah untuk bangunan dan peralatan pembangkit
listrik;
c. zona peyangga dilarang untuk kegiatan yang menganggu keselamatan operasional
pembangkit tenaga listrik;
d. pada setiap lokasi instalasi penyediaan tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenaga
listrik konsumen tegangan tinggi dan menengah yang berpotensi membahayakan
keselamatan umum harus diberi tanda peringatan yang jelas;

Peraturan zonasi untuk gardu induk diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona gardu induk terdiri dari zona manfaat dan zona bebas;
b. zona manfaat adalah untuk instalasi GI dan fasilitas pendukungnya;
c. zona bebas berjarak minimum 20 m di luar sekeliling gardu induk dan dilarang untuk
bangunan dan kegiatan yang mengganggu operasional gardu induk.

Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi listrikdiarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona jaringan transmisi terdiri dari ruang bebas dan ruang aman;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-83


RPI2JM (2015)

b. zona ruang bebas harus dibebaskan baik dari orang, maupun benda apapun demi
keselamatan orang, makhluk hidup, dan benda lainnya;
c. zona ruang aman adalah untuk kegiatan apapun dengan mengikuti jarak bebas
minimum vertikal dan horizontal;
d. ketinggian serta jarak bangunan, pohon, pada zona ruang aman mengikuti ketentuan
minimum terhadap konduktor dan as menara, mengacu peraturan SUTT yang
berlaku.

Peraturan zonasi untuk SPBUdiarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. lahan yang dipergunakan untuk SPBU tidak berdampingan dengan fasilitas kesehatan;
b. dalam radius 30 meter dari tempat pompa dan tangki penyimpanan bahan bakar
tidak diperkenankan kegiatan-kegiatan yang menggunakan nyala api atau kegiatan-
kegiatan lain yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran; dan
c. jalan keluar masuk SPBU minimal 6 meterdan memberikan kemudahan untuk
berbelok ke tempat pompa dan ke tempat antrian dekat pompa, mudah pula untuk
berbelok pada saat keluar dari tempat pompa tanpa terhalang apa-apa dan jarak
pandang yang baik bagi pengemudi pada saat kembali memasuki jalan raya.

Peraturan zonasi untuk jaringan pipa minyak dan gasdiarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. jaringan pipa minyak dan gas berada pada jalur yang berjarak lebih dari 4 mil laut
dari garis pantai Kota Singkawang ke arah laut; dan
b. pada alur pelayaran dari Pelabuhan Kuala, pipa minyak dan gas berada pada
kedalaman lebih dari 7 meter dari permukaan air laut rata-rata; dan
c. pada alur pelayaran dari Pelabuhan Sedau, pipa minyak dan gas berada pada
kedalaman lebih dari 10 meter dari permukaan air laut rata-rata.

5.1.5.1.1.6. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk telekomunikasi


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan tetap dan sentral telekomunikasi;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan bergerak selular;

Peraturan zonasi untuk jaringan tetapdiarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. zonasi jaringan tetap terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang bebas;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-84


RPI2JM (2015)

b. zona ruang manfaat adalah untuk tiang dan kabel-kabel dan dapat diletakkan pada
zona manfaat jalan;
c. zona ruang bebas dibebaskan dari bangunan dan pohon yang dapat mengganggu
fungsi jaringan.

Peraturan zonasi untuk sentral telekomunikasi diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi sentral telekomunikasi terdiri dari zona fasilitas utama dan zona fasilitas
penunjang;
b. zona fasilitas utama adalah untuk instalasi peralatan telekomunikasi;
c. zona fasilitas penunjang adalah untuk bangunan kantor pegawai, dan pelayanan
publik.
d. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 50 % ;
e. prasarana dan sarana penunjang terdiri dari parkir kendaraan, sarana kesehatan,
ibadah gudang peralatan, papan informasi, dan loket pembayaran.

Peraturan zonasi untuk jaringan bergerak selular (menara telekomunikasi) diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. zona menara telekomunikasi terdiri dari zona manfaat dan zona aman;
b. zona manfaat adalah untuk instalasi menara baik di atas tanah atau di atas bangunan;
c. zona aman dilarang untuk kegiatan yang mengganggu sejauh radius sesuai tinggi
menara;
d. menara harus dilengkapi dengan sarana pendukung dan identitas hukum yang jelas.
sarana pendukung antara lain pentanahan (grounding), penangkal petir, catu daya,
lampu halangan penerbangan (aviation obstruction light), dan marka halangan
penerbangan (aviation obstruction marking), identitas hukum antara lain nama
pemilik, lokasi, tinggi, tahun pembuatan / pemasangan, kontraktor, dan beban
maksimum menara;
e. dilarang membangun menara telekomunikasi pada bangunan bertingkat yang
menyediakan fasilitas helipad;
f. jarak antar menara BTS adalah anatar 4- 5 km;
g. tinggi maksimum menara telekomunikasi yang berupa menara rangka adalah 82
meter apabila dibangun di luar KKOP dan mengikuti ketentuan mengenai KKOP
Bandar Udara Singkawang apabila dibangun di KKOP;
h. menara telekomunikasi dilarang dibangun pada lahan dengan topografi lebih dari
800 m dpl dan lereng lebih dari 20%;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-85


RPI2JM (2015)

i. demi efisiensi dan efektifitas penggunaan ruang, maka menara harus digunakan secara
bersama dengan tetap memperhatikan kesinambungan pertumbuhan industri
telekomunikasi.

5.1.5.1.1.7. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sumber daya air


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan sumber daya airmeliputi ketentuan umum
peraturan zonasi untuk jaringan sungai. Peraturan zonasi untuk jaringan sungaidiarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi jaringan sungai terdiri dari zona sempadan, zona manfaat, dan zona
penguasaan;
b. zona sempadan sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai dan dilarang untuk membuang sampah, limbah padat dan
atau cair dan mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha;
c. zona manfaat adalah untuk mata air, palung sungai dan daerah sempadan yang telah
dibebaskan;
d. zona penguasaan adalah untuk dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah
sempadan yang tidak dibebaskan;
e. pemanfaatan lahan di zona sempadan adalah untuk kegiatan-kegiatan budidaya
pertanian dan kegiatan budidaya lainnya yang tidak mengganggu fungsi perlindungan
aliran sungai;
f. persentase luas ruang terbuka hijau pada zona penguasaan sebagaimana dimaksud
pada huruf a minimal 15 %;
g. garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan adalah sekurang-
kurangnya 5 m dan di dalam kawasan perkotaan adalah sekurang-kurangnya 3 m di
sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
h. garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan untuk sungai besar ,
yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 km2 atau lebih,
dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai
pada ruas yang bersangkutan sekurang-kurangnya 100 m dan sungai kecil yaitu sungai
yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 km 2 sekurang-
kurangnya 50 m dihitung dari tepi sungai;
i. garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan adalah sekurang-
kurangnya 10 m (untuk sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m); 15
m (untuk sungai yang mempunyai kedalaman antara 3 m sampai dengan 20 m); dan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-86


RPI2JM (2015)

30 m (untuk sungai yang mempunyai kedalaman meksimum lebih dari 20 m, adalah


dari tepi sungai;

5.1.5.1.1.8. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan prasarana perkotaan lainnya
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan prasarana perkotaan lainnya, meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transmisi tenaga listrik;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem penyediaan air minum (SPAM);
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan limbah;
e. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan persampahan.

Peraturan zonasi untuk sistem penyediaan air minum (SPAM) diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. di sepanjang jalur SUTT ditetapkan sebagai Jalur Hijau SUTT yang lebarnya 40
(empat puluh) meter; dan
b. Jalur Hijau SUTT dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budi daya petanian tanaman
pangan dengan komoditas tanaman semusim.

Peraturan zonasi untuk sistem penyediaan air minum (SPAM) diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. zonasi penyediaan air minum terdiri dari zona unit air baku; zona unit produksi;
zona unit distribusi; zona unit pelayanan dan zona unit pengelolaan;
b. zona unit air baku adalah untuk bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya;
c. zona unit produksi adalah untuk prasarana dan sarana pengolahan air baku menjadi
air minum;
d. zona unit distribusi adalah untuk sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan
penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan;
e. zona unit pelayanan adalah untuk sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran;
f. zona unit pengelolaan adalah untuk pengelolaan teknis yang meliputi kegiatan
operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi dan pengelolaan nonteknis yang meliputi administrasi dan pelayanan;
g. persentase luas lahan terbangun pada zona unit air baku maksimal 20%;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-87


RPI2JM (2015)

h. persentase luas lahan terbangun pada zona unit produksi maksimal 40%;
i. persentase luas lahan terbangun pada zona unit distribusi maksimal 20%;
j. unit produksi terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat
operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan
penampungan air minum;
k. limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku atau daerah terbuka;
l. unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan jaminan
kontinuitas pengaliran 24 jam per hari;
m. untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran umum harus
dipasang alat ukur berupa meter air yang wajib ditera secara berkala oleh instansi
yang berwenang.

Peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona jaringan drainase terdiri dari zona manfaat dan zona bebas;
b. zona manfaat adalah untuk penyaluran air dan dapat diletakkan pada zona manfaat
jalan;
c. zona bebas di sekitar jaringan drainase dibebaskan dari kegiatan yang dapat
mengganggu kelancaran penyaluran air;
d. pemeliharan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan selaras dengan
pemeliharaan dan pengembangan atas ruang milik jalan.

Peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi limbah domestik, limbah industri,dan limbah bahan berbahaya dan beracum
(B3).

Peraturan zonasi untuk sistem jaringan limbah domestik diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. zona limbah domestik terpusat tidak berada di daerah hulu dari sumber air baku dan
berjarak lebih dari 1 km di daerah hilir sumber air baku;
b. zona limbah domestik terpusat terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang
penyangga yang lokasinya;
c. zona ruang manfaat adalah untuk bangunan atau instalasi pengolahan limbah;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-88


RPI2JM (2015)

d. zona ruang penyangga berupa RTH sabuk hijau yang dilarang untuk kegiatan yang
mengganggu fungsi pengolahan limbah hingga jarak 100 m dari sekeliling ruang
manfaat;
e. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 10 %;
f. pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran
manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat
agar tidak mencemari daerah tangkapan air/ resapan air baku;
g. perumahan dengan kepadatan rendah hingga sedang, setiap rumah wajib dilengkapi
dengan sistem pembuangan air limbah setempat atau individual yang berjarak
minimal 10 m dari sumur;
h. perumahan dengan kepadatan tinggi, wajib dilengkapi dengan sistem pembuangan
air limbah terpusat atau komunal, dengan skala pelayanan satu lingkungan, hingga
satu kelurahan serta memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan sistem
penyediaan air minum (SPAM) serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat;
i. sistem pengolahan limbah domestik pada kawasan dapat berupa IPAL sistem
konvensional atau alamiah dan pada bangunan tinggi berupa IPAL dengan teknologi
modern.

Peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahanterdiri dari TPS (Tempat Penampungan
Sementara); TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu); dan TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir).

Peraturan zonasi untuk TPS diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. zona TPS tidak berada di daerah hulu dari sumber air baku dan berjarak lebih dari
500 meter di daerah hilir sumber air baku;
b. zona TPS terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
c. zona ruang manfaat adalah untuk penampungan sampah dan tempat peralatan
angkutan sampah;
d. zona ruang penyangga berupa RTH sabuk hijau yang dilarang untuk kegiatan yang
mengganggu penampungan dan pengangkutan sampah sampai sejarak 10m dari
sekeliling zona ruang manfaat;
e. persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-89


RPI2JM (2015)

f. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang pemilahan, gudang,
tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container dan pagar
tembok keliling;
g. luas lahan minimal 100 m² untuk melayani penduduk pendukung 2500 jiwa (1 RW).

Peraturan zonasi untuk TPST diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. zona TPST tidak berada di daerah hulu dari sumber air baku dan berjarak lebih dari 1
km di daerah hilir sumber air baku;
b. zona TPST terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
c. zona ruang manfaat adalah untuk kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah;
d. zona ruang penyangga berupa RTH sabuk hijau yang dilarang untuk kegiatan yang
mengganggu pemrosesan sampah sampai sejarak 300 m untuk perumahan kepadatan
rendah dan 3 km untuk bandar udara dari sekeliling zona ruang manfaat;
e. persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;
f. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang pemilahan (30 m 2),
pengomposan sampah organik (200 m 2), gudang (100 m2), tempat pemindah
sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m2)dan pagar tembok
keliling;
g. luas lahan minimal 300 m2 untuk melayani penduduk pendukung 30.000 jiwa (1
kelurahan).

Peraturan zonasi untuk TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. zona TPA tidak berada di daerah hulu dari sumber air baku dan berjarak lebih dari 2
km di daerah hilir sumber air baku;
b. zona TPA terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
c. zona ruang manfaat adalah untuk pengurugan dan pemrosesan akhir sampah;
d. zona ruang penyangga berupa RTH sabuk hijau yang dilarang untuk kegiatan yang
mengganggu pemrosesan sampah sampai sejarak 300 m untuk perumahan kepadatan
rendah dan 3 km untuk bandar udara dari sekeliling zona ruang manfaat;
e. persentase luas lahan terbangun sebesar 20 %;
f. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa lahan penampungan,
sarana dan peralatan pemrosesan sampah, jalan khusus kendaraan sampah, kantor

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-90


RPI2JM (2015)

pengelola, tempat parkir kendaraan, tempat ibadah, tempat olahraga dan pagar
tembok keliling;
g. menggunakan metode lahan urug terkendali;
h. tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman;
i. lokasi dilarang di kawasan perkotaan dan kawasan lindung.

5.1.5.1.2. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya;

5.1.5.1.2.1. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindungterdiri atas:
a. peraturan zonasi untuk cagar alam;
b. Peraturan zonasi untuk kawasan cagar budayadan ilmu pengetahuan;
c. Peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat;
d. Peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota; dan
e. peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam.

Peraturan zonasi untuk cagar alam diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kawasan cagar alam dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian dan
pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan penunjang budi daya;
dan
b. di dalam kawasan cagar alam tidak dapat dilakukankegiatan rehabilitasi hutan dan
pemanfaatan kawasan hutan selain dari yang telah ditetapkan pada huruf b.

Peraturan zonasi kawasan cagar budayadan ilmu pengetahuan diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. zona cagar budaya terdiri dari zona mintakat inti, zona mintakat penyangga, dan
mintakat pengembang;
b. zona mintakat inti adalah untuk lahan situs; dan dilarang melakukan kegiatan yang
mengurangi, menambah, mengubah, memindahkan, dan mencemari benda cagar
budaya;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-91


RPI2JM (2015)

c. zona mintakat penyangga di sekitar situs adalah untuk kegiatan yang mendukung dan
sesuai dengan bagi kelestarian situs; serta dilarang untuk kegiatan yang dapat
mengganggu fungsi cagar budaya;
d. zona mintakat pengembangan adalah untuk kegiatan untuk sarana sosial, ekonomi,
dan budaya, serta dilarang untuk kegiatan yang bertentangan dengan prinsip
pelestarian benda cagar budaya dan situsnya;
e. di kawasan cagar budaya dilarang untuk menyelenggarakan:
1) kegiatan yang merusak kekayaan budaya bangsa yang berupa peninggalan sejarah
dan bangunan arkeologi;
2) pemanfaatan ruang dan kegiatan yang mengubah bentukan geologi tertentu yang
mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan;
3) pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar
peninggalan sejarah dan bangunan arkeologi serta wilayah dengan bentukan
geologi tertentu; dan/atau
4) pemanfaatan ruang yang mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat
setempat.
f. persentase luas lahan terbangun untuk zona mintakat inti dan penyangga maksimum
40 %,dan untuk zona mintakat pengembang maksimum 50 %.

Peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat yang meliputi sempadan sungai,
sempadan waduk/danau dan mata air diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Peraturan zonasi untuk sempadan sungai diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,mengganggu kesuburan dan
keawetan tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, serta
kelestarian fungsi lingkungan hidup;
2) pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau
3) kegiatan yang merusak kualitas air sungai, kondisi fisik tepi sungai dan dasar
sungai, serta mengganggu aliran air.
b. Peraturan zonasi untuk sempadan danau/waduk diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, mengganggu kesuburan dan
keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian
fungsi lingkungan hidup;
2) pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-92


RPI2JM (2015)

3) kegiatan yang merusak kualitas air, kondisi fisik kawasan sekitarnya, dan daerah
tangkapan air kawasan yang bersangkutan.

Peraturan zonasi untuk RTH kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ddiarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona ruang terbuka hijau adalah untuk RTH kawasan perlindungan setempat berupa
RTH sempadan sungai, RTH pengamanan sumber air baku/mata air, dan rekreasi,
serta dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi ruang terbuka
hijau;
b. proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30 % yang terdiri dari
20 % ruang terbuka hijau publik dan 10 % terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
c. pendirian bangunan dibatasi untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan
fasilitas umum lainnya, dan bukan bangunan permanen;
d. ruang terbuka hijau di kota memiliki luas paling sedikit 343 (tiga ratus empat tiga) ha,
dengan bentuk satu hamparan, atau jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan
dan jalur; dan didominasi komunitas tumbuhan;
e. luas area yang ditanami tanaman atau berfungsi sebagai ruang hijau dalam RTH
hutan kota seluas 90% hingga 100% dari luas hutan kota dengan pepohonan yang
kompak dan rapat;
f. hutan kota dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas sosial masyarakat secara
terbatas, meliputi aktivitas pasif atau aktivitas aktif, wahana pendidikan dan
penelitian, kawasan konservasi ex situ berupa Taman Tumbuhan Khusus, wisata alam,
rekreasi, penghasil oksigen, serta penghasil produk hasil hutan dan produk hasil
pertanian tanaman tahunan yang diizinkan;
g. RTH Hutan Kota Penyangga dapat dimanfaatkan untuk penghasil produk hasil
pertanian tanaman pangan;
h. Pemanfataan RTH hutan kota perbatasan dapat dilakukan apabila penegasan batas
wilayah kota telah disepakati oleh Pemerintah Kabupaten yang terkait; dan
i. Khusus untuk RTH hutan Kota Gunung Ulu Sedau, pengembanganannya sebagai
hutan kota setelah ketinggian gunung tersebut tidak lagi melebihi 35 meter dari
permukaan laut rata-rata untuk keselamatan penerbangan menuju bandar udara
Singkawang.

Peraturan zonasi untuk sempadan sekitar mata air dengan ketentuan:

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-93


RPI2JM (2015)

a. pemanfaatan kawasan sempadan sumber air baku/mata air dilakukan untuk


perlindungan, pelestarian, peningkatan fungsi sumber air baku/mata air, dan
pengendalian daya rusak sumber air baku/mata air/danau melalui kegiatan
penatagunaan, perizinan, dan pemantauan; dan
b. luas minimal ruang terbuka hijau di kawasan sempadan mata air / sumber air baku
adalah 90%.

Peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam meliputi rawan bencana tanah longsor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zona kawasan rawan bencana alam tanah longsor terdiri dari zona tingkat
kerawanan tinggi, zona tingkat kerawanan menengah/sedang, dan zona tingkat
kerawanan rendah;
b. zona tingkat kerawanan tinggi untuk tipologi A (lereng bukit dan gunung) adalah
untuk kawasan lindung, untuk tipologi B dan C (kaki bukit dan gunung,
tebing/lembah sungai) adalah untukkegiatan pertanian, kegiatan pariwisata terbatas;
dilarang untuk budidaya dan kegiatan yang dapat mengurangi gaya penahan gerakan
tanah;
c. zona tingkat kerawanan menengah untuk tipologi A, B, C adalah untuk kegiatan
perumahan, transportasi, pariwisata, pertanian, perkebunan, perikanan, hutan
kota/rakyat/produksi, dan dilarang untuk kegiatan industri.
d. zona tingkat kerawanan rendah tipologi A, B, dan C adalah untuk kegiatan budidaya,
dilarang untuk kegiatan industri;
e. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan tinggi untuk tipologi
A maksimum 5 %; dan untuk tipologi B maksimum 10 %;
f. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan menengah untuk
tipologi A, B, C maksimum 40 %;
g. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan rendah untuk tipologi
A, B, C maksimum 60 %. Penerapan prinsip terhadap setiap kegiatan budi daya
terbangun yang diajukan izinnya;

5.1.5.1.2.2. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budi daya


Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang untuk kawasan budi daya meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perumahan;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa;
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan industri;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-94


RPI2JM (2015)

d. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pariwisata;


e. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pusat pemerintahan;
f. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sektor informal;
g. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka non hijau;
h. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan evakuasi bencana;
i. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lainnya.

Peraturan zonasi kawasan peruntukan perumahan diarahkan dengan ketentuan sebagai


berikut:
a. zonasi kawasan perumahan terdiri dari zona perumahan dengan kepadatan tinggi;
zona perumahan dengan kepadatan sedang; dan zona perumahan dengan kepadatan
rendah;
b. zona perumahan dengan kepadatan tinggi adalah untuk pembangunan perumahan
dengan kepadatan bangunan 51-100 unit per ha;
c. zona perumahan dengan kepadatan sedang adalah untuk pembangunan rumah dan
perumahan dengan kepadatan bangunan 26-50 unit per ha;
d. zona perumahan dengan kepadatan rendah adalah untuk pembangunan rumah
dengan tipe rumah taman dengan kepadatan bangunan ≤25 unit per ha;
e. intensitas kawasan untuk lingkungan kepadatan tinggi dituangkan dalam rencana
detail.
f. intensitas kawasan untuk lingkungan kepadatan sedang dituangkan dalam rencana
detail.
g. intensitas kawasan untuk lingkungan kepadatan rendah dituangkan dalam rencana
detail.
h. prasarana dan sarana minimal perumahan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM) bidang perumahan;
i. kegiatan-kegiatan lain yang tidak sesuai peruntukkannya pada kawasan perumahan
dan tidak memiliki izin harus ditertibkan paling lambat 3 tahun;
j. kegiatan-kegiatan lain yang tidak sesuai peruntukkannya pada kawasan perumahan
dan memiliki izin harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin;
k. kawasan perumahan yang merupakan lahan reklamasi wajib mengikuti ketentuan
AMDAL.

Peraturan zonasi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-95


RPI2JM (2015)

a. zonasi kawasan perdagangan dan jasa terdiri dari zona perdagangan dan jasa
Regional, serta zona perdagangan dan jasa lokal;
b. zona perdagangan dan jasa Regional adalah untuk kegiatan perdagangan besar dan
eceran, jasa keuangan, jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa hiburan dan
rekreasi serta jasa kemasyarakatan;
c. zona perdagangan dan jasa lokal adalah untuk kegiatan perdagangan eceran, jasa
keuangan, jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa hiburan dan rekreasi serta
jasa kemasyarakatan dan perumahan kepadatan menengah dan tinggi;
d. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan dan jasa Regional adalah maksimal KDB
40 % dan minimal KDH 30 %;
e. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan dan jasa lokal adalah maksimal KDB 50
% dan minimal KDH 30 %;
f. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana pejalan
kaki yang menerus, sarana peribadatan dan sarana perparkiran, sarana kuliner, sarana
transportasi umum, ruang terbuka; serta jaringan utilitas;
g. memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat;
h. kegiatan hunian kepadatan menengah dan tinggi diizinkan di kawasan ini maksimum
10 % dari total luas lantai;
i. wajib menyediakan zona penyangga berupa RTH apabila berbatasan langsung
dengan kawasan lindung;
j. pusat perdagangan dan jasa bernuansa internasional;
k. sarana media ruang luar komersial harus memperhatikan tata bangunan dan tata
lingkungan; kestabilan struktur serta keselamatan;
l. kawasan perdagangan dan jasa yang merupakan lahan reklamasi wajib mengikuti
ketentuan AMDAL;
m. kawasan perdagangan dan jasa wajib dilengkapi dengan RTBL;
n. kegiatan industri yang memiliki izin dan berada pada kawasan perdagangan dan jasa,
harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin;
o. kegiatan industri yang tidak memiliki izin direlokasi paling lambat 3 tahun.

Peraturan zonasi kawasan peruntukan industri diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi kawasan industri terdiri zona industri polutan dan zona industri non polutan;
b. zona industri polutanadalah untuk kegiatan industri yang menimbulkan polusi;
c. zona industri non polutan adalah untuk industri yang tidak menimbulkan polusi;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-96


RPI2JM (2015)

d. persentase koefisien dasar bangunan sebesar 60 % dan ruang terbuka hijau sebesar 10
%;
e. fasilitas penunjang industri meliputi perkantoran industri, terminal barang, tempat
ibadah, fasilitas olah raga, pemadam kebakaran, IPAL, rumah telkom, dan jasa-jasa
penunjang industri seperti jasa promosi dan informasi hasil industri, jasa
ketenagakerjaan, dan jasa ekspedisi;
f. pada kawasan industri diizinkan untuk kegiatan lain yang berupa hunian, rekreasi,
serta perdagangan dan jasa dengan luas total tidak melebihi 10% total luas lantai;
g. memiliki akses yang baik dari dan ke semua kawasan yang dikembangkan dalam
Wilayah Kota terutama akses ke zona perdagangan dan jasa serta bandara;
h. lokasi zona industri polutif tidak bersebelahan dengan kawasan perumahan dan
kawasan lindung;
i. wajib menyediakan IPAL sesuai dengan kapasitas produksi;
j. pengembangan kawasan industri memperhatikan konsep eco industrial park
k. kawasan industri yang merupakan lahan reklamasi wajib mengikuti ketentuan
AMDAL;
l. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki izin yang berada pada kawasan industri,
harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin dan kegiatan lain yang tidak
memiliki izin direlokasi paling lambat 3 tahun.

Peraturan zonasi kawasan peruntukan wisata diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. zonasi kawasan pariwisata terdiri dari zona usaha jasa pariwisata; zona objek dan
daya tarik wisata dan zona usaha sarana pariwisata;
b. zona usaha jasa pariwisata adalah untuk jasa biro perjalanan wisata; jasa agen
perjalanan wisata; jasa pramuwisata; jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran;
jasa impresariat; jasa konsultan pariwisata, dan jasa informasi pariwisata;
c. zona objek dan daya tarik wisata adalah untuk objek dan daya tarik wisata alam;
objek dan daya tarik wisata budaya; dan objek dan daya tarik wisata minat khusus;
d. zona usaha sarana pariwisata adalah untuk penyediaan akomodasi; makan dan
minum; angkutan wisata; sarana wisata tirta; dan kawasan pariwisata;
e. persentase KDB pada zona usaha jasa pariwisata maksimal sebesar 60 % dan RTH
20%;
f. persentase KDB pada zona objek dan daya tarik wisata maksimal sebesar 20 % dan
RTH 40 %;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-97


RPI2JM (2015)

g. persentase KDBpada zona usaha sarana pariwisatamaksimal sebesar 60 % dan RTH


20 %;
h. prasarana dan sarana minimal meliputi telekomunikasi, listrik, air minum, drainase,
pembuangan limbah dan persampahan; WC umum, parkir, lapangan terbuka, pusat
perbelanjaan skala lokal, sarana peribadatan dan sarana kesehatan; persewaan
kendaraan, penjualan tiket, money changer;
i. memiliki akses yang terintegrasi dengan terminal, dan bandar udara;
j. perubahan zona pariwisata dimungkinkan untuk tujuan perlindungan lingkungan;
k. pembangunan objek dan daya tarik wisata alam hutan dapat memanfaatkan zona
hutan lindung dengan memperhatikan arahan peraturan zonasinya;
l. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki izin yang berada pada kawasan
pariwisata, harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin dan kegiatan lain yang
tidak memiliki izin direlokasi paling lambat 3 tahun.

Untuk ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pusat pemerintahan, kawasan
peruntukan ruang sektor informal, kawasan peruntukkan ruang terbuka non hijau, dan
kawasan peruntukkan ruang evakuasi bencana diatur lebih lanjut dalam dalam rencana rinci
tata ruang.

Ketentuan umum peraturan zonasikawasan budi daya lain meliputi:


a. peraturan zonasi kawasan pertanian;
b. peraturan zonasi kawasan pergudangan;
c. peraturan zonasi pendidikan;
d. peraturan zonasi kesehatan;
e. peraturan zonasi sosial;

Peraturan zonasi kawasan pertanian diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. zonasi kawasan pertanian terdiri zona pertanian tanaman tahunan, zona pertanian
lahan basah, dan zona pertanian lahan kering;
b. zona pertanian tanaman tahunan adalah untuk pertanian lahan kering;
c. zona pertanian lahan basah adalah untuk pertanian lahan sawah yang membutuhkan
pengairan dan penghasil tanaman pangan;
d. zona pertanian lahan kering adalah untuk pertanian tanaman pangan tanpa
pengairan.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-98


RPI2JM (2015)

e. pada kawasan pertanian lahan basah tidak diizinkan untuk kegiatan selain kegiatan
pertanian lahan basah.

Peraturan zonasi kawasan pergudangan diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. pergudangan, diarahkan untuk kegiatan penyimpanan barang;
b. Intensitas ruang untuk zona pergudangan diarahkan maksimal KDB 50 % dan
minimal KDH 30 %;
c. dilengkapi dengan sarana pelataran parkir untuk kendaraan besar, bongkar muat
barang, dan tempat penumpukkan barang sementara.

Peraturan zonasi pendidikan diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. zonasi kawasan pendidikan terdiri dari zona pendidikan umum dan zona pendidikan
khusus;
b. zona pendidikan umum adalah untuk perguruan tinggi, SLTA, SLTP,SD, TK;
c. zona pendidikan khusus adalah untuk pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan
kegiatan keterampilan;
d. intensitas ruang untuk kawasan pendidikan adalah maksimal KDB 50 % dan minimal
KDH 30 %;
e. prasarana dan sarana penunjang meliputi aksesibilitas bagi penyandang cacat; sarana
olahraga; ibadah; kesehatan; perbelanjaan skala local; pelataran parker;
f. kegiatan lain berupa hunian dan rekreasi diizinkan di kawasan ini maksimum 10 %
dari total luas lantai;
g. wajib menyediakan zona penyangga berupa RTH apabila berbatasan langsung
dengan kawasan lindung; kawasan yang menghasilkan limbah beracun dan
berbahaya; dan kawasan yang menimbulkan gangguan kebisingan;
h. dilarang membangun menara telekomunikasi dan papan reklame;
i. kawasan pendidikan yang merupakan lahan reklamasi wajib mengikuti ketentuan
AMDAL.

Peraturan zonasi kesehatan diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. kawasan kesehatan adalah untuk bangunan dan fasilitas kesehatan, kegiatan
emergensi/evakuasi dan fasilitas penunjang kesehatan;
b. intensitas ruang untuk kawasan kesehatan adalah maksimal KDB 50 % dan minimal
KDH 30 %;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-99


RPI2JM (2015)

c. prasarana dan sarana penunjang meliputi fasilitas parkir, IPAL, jalur-jalur evakuasi
dan landasan helipad;
d. kawasan kesehatan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang berupa hunian,
pendidikan dan riset serta rekreasi, olahraga dengan luas total tidak melebihi 10%
total luas lantai;
e. kawasan kesehatan menyediakan zona penyangga terhadap gangguan dari
lingkungan sekitarnya.

Peraturan zonasi zona sosial diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. zona sosial diarahkan untuk kegiatan layanan sosial yang dilakukan di dalam atau
luar panti, baik oleh Pemerintah maupun swasta untuk memberi bantuan sosial bagi
anak-anak, orang tua, dan orang yang mempunyai keterbatasan/ketidak mampuan
untuk menjaga diri, seperti: panti wreda, panti asuhan, panti rehabilitasi, pembinaan
masyarakat terasing, pembinaan mental;
b. intensitas ruang untuk kawasan kesehatan diarahkan maksimal KDB 50 % dan
minimal KDH 30 %;
c. dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang untuk manula dan penyandang
cacat.

5.1.5.2. Ketentuan perizinan


Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin
pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan kewenangannya. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut
prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5.1.5.2.1. Jenis perizinan terkait penataan ruang


Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kota Singkawang terdiri atas:
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin peruntukan penggunaan tanah;
d. izin mendirikan bangunan; dan
e. izin usaha pertambangan.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-100


RPI2JM (2015)

Izin prinsip diwajibkan bagi perusahaan yang akan melakukan investasi yang berdampak
besar terhadap lingkungan sekitarnya. Izin prinsip diberikan oleh suatu badan bagi pemohon
yang memenuhi persyaratan. Bagi pemohon yang melakukan kegiatan investasi yang tidak
berdampak besar, tidak memerlukan izin prinsip dan dapat langsung mengajukan
permohonan izin lokasi. Izin lokasi diberikan kepada perusahaan yang sudah mendapat
persetujuan penanaman modal untuk memperoleh tanah yang diperlukan. Jangka waktu izin
lokasi dan perpanjangannya mengacu pada ketentuan yang ditetapkan oleh Dinas Tata
Ruang. Perolehan tanah oleh pemegang izin lokasi harus diselesaikan dalam jangka waktu
izin lokasi. Permohonan izin lokasi yang disetujui harus diberitahukan kepada masyarakat
setempat. Penolakan permohonan izin lokasi harus diberitahukan kepada pemohon beserta
alasan-alasannya. Izin peruntukan penggunaan tanah diberikan berdasarkan rencana tata
ruang, rencana detail tata ruang dan atau peraturan zonasi sebagai persetujuan terhadap
kegiatan budidaya secara rinci yang akan dikembangkan dalam kawasan. Setiap orang atau
badan hukum yang akan memanfaatkan ruang harus mendapatkan izin peruntukkan
penggunaan tanah. Izin peruntukan penggunaan tanah ini berlaku selama 1 tahun, serta
dapat diperpanjang 1 kali berdasarkan permohonan yang bersangkutan. Izin peruntukan
penggunaan tanah yang tidak diajukan perpanjangannnya dinyatakan gugur dengan
sendirinya. Apabila pemohon ingin memperoleh kembali izin yang telah dinyatakan gugur
dengan sendirinya, dan harus mengajukan permohonan baru. Untuk memperoleh izin
peruntukan penggunaan tanah permohonan diajukan secara tertulis kepada Dinas Tata
Ruang dengan tembusan kepada Pemerintah Kota. Perubahan izin peruntukan penggunaan
tanah yang telah disetujui wajib dimohonkan kembali secara tertulis kepada Dinas Tata
Ruang. Permohonan izin peruntukan penggunaan tanah ini ditolak apabila tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, rencana detail tata ruang dan atau peraturan zonasi serta
persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa. Dinas Tata
Ruang dapat mencabut izin peruntukan penggunaan tanah yang telah dikeluarkan apabila
terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya. Terhadap orang atau badan hukum yang
akan memanfaatkan ruang kawasan dikenakan retribusi izin peruntukan penggunaan tanah.
Besarnyaretribusi izin peruntukan penggunaan tanah ditetapkan berdasarkan fungsi lokasi,
peruntukkan, ketinggian tarif dasar fungsi, luas penggunaan ruang serta biaya pengukuran

Izin peruntukan penggunaan tanah berlaku izin fatwa planologi, yang diberikan berdasarkan
ketentuan meliputi:
a. tata bangunan dan lingkungan;
b. peruntukan dan fungsi bangunan;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-101


RPI2JM (2015)

c. perpetakan / kavling;
d. Garis Sempadan Bangunan (GSB);
e. KLB, KDB & KDH;
f. rencana elevasi / grading plan;
g. rencana jaringan utilitas;
h. rencana jaringan jalan; dan
i. perencanaan lingkungan / peruntukan.

Izin mendirikan bangunan diberikan berdasarkan surat penguasaan tanah, Rencana Tata
Ruang, Rencana Detail Tata Ruang, peraturan zonasi dan persyaratan teknis lainnya. Setiap
orang atau badan hukum yang akan melaksanakan pembangunan fisik harus mendapatkan
izin mendirikan bangunan. Untuk memperoleh izin mendirikan bangunan permohonan
diajukan secara tertulis kepada Pemerintah Kota dengan tembusan kepada Dinas Tata Ruang.
Setiap orang atau badan hukum yang melaksanakan pembangunan fisik tanpa memiliki izin
mendirikan bangunan akan dikenakan sanksi Izin mendirikan bangunan berlaku sampai
pembangunan fisik selesai. Perubahan izin mendirikan bangunan yang telah disetujui wajib
dimohonkan kembali secara tertulis kepada Dinas Tata Ruang. Permohonan izin mendirikan
bangunan ditolak apabila tidak sesuai dengan fungsi bangunan, ketentuan atas KDB, KTB,
KLB, GSB, dan ketinggian bangunan, garis sempadan yang diatur dalam rencana tata ruang
serta persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa. Dinas
Tata Ruang dapat meminta Pemerintah Kota untuk memberikan keputusan atas permohonan
izin mendirikan bangunan dan Pemerintah Kota wajib memberikan jawaban. Pemerintah
Kota dapat pula mencabut izin mendirikan bangunan yang telah dikeluarkan apabila
terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya terhadap orang atau badan hukum yang
akan memanfaatkan ruang kawasan dikenakan retribusi izin mendirikan bangunan. Besarnya
retribusi izin mendirikan bangunan ditetapkan berdasarkan fungsi lokasi, peruntukkan,
ketinggian tarif dasar fungsi, luas penggunaan ruang serta biaya pengukuranIzin usaha
pertambangan di Kota Singkawang hanya diberikan untuk pertambangan batuan. Izin usaha
pertambangan diberikan berdasarkan surat penguasaan tanah, Rencana Tata Ruang, Rencana
Detail Tata Ruang, peraturan zonasi dan persyaratan teknis lainnya. IUP diberikan oleh
walikota apabila WIUP berada di dalam wilayah Kota Singkawang. IUP ini diberikan kepada
badan usaha, koperasi, atau perorangan dengan memuat ketentuan-ketentuan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. IUP tidak dapat digunakan selain yang
dimaksud dalam pemberian IUP.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-102


RPI2JM (2015)

Izin usaha pertambangan diberikan hanya untuk 1 (satu) jenis mineral. IUP ini terdiri atas:
a. IUP Eksplorasi yang meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi
kelayakan; dan
b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. Pemegang IUP Eksplorasi dan
pemegang IUP Operasi Produksi dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan.

Pemegang IUP yang menemukan mineral lain di dalam WIUP yang dikelola diberikan
prioritas untuk mengusahakannya. Pemegang IUP yang bermaksud mengusahakan mineral
lain tersebut, wajib mengajukan permohonan IUP baru kepada walikota sesuai denga
kewenangannya.Pemegang dapat pula IUP menyatakan tidak berminat untuk mengusahakan
mineral lain yang dimaksud tersebut.Pemegang IUP yang tidak berminat untuk
mengusahakan mineral lain yang ditemukan ini, wajib menjaga mineral lain tersebut agar
tidak dimanfaatkan pihak lain.IUP untuk mineral lain ini dapat diberikan kepada pihak lain
oleh walikota sesuai denga kewenangannya.

5.1.5.2.2. Tata cara pemberian izin


Tata cara pemberian izin prinsip sebagai berikut:
a. pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Tata Ruang dengan
melengkapi semua persyaratan;
b. Dinas Tata Ruang mengevaluasi permohonan yang dimaksud dan membuat
keputusan menerima atau menolak permohonan;
c. permohonan yang disetujui akan diterbitkan izin prinsip oleh Kepala Dinas Tata
Ruang;
d. setelah menerima izin prinsip pemohon harus melaporkannya pada Pemerintah kota
setempat untuk kemudian diadakan sosialisasi kepada masyarakat.
e. apabila setelah dilakukan sosialisasi sebagian besar pemilik tanah menolak, maka
Pemerintah Kota memberikan laporan dan saran pada Dinas Tata Ruang;
f. atas saran Walikota, Dinas Tata Ruang dapat meninjau kembali izin prinsip tersebut.

Tata cara pemberian izin lokasi sebagai berikut:


a. pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Tata Ruang dengan
melengkapi semua persyaratan;
b. Dinas Tata Ruang mempersiapkan perencanaan atas lokasi yang dimohon terkait
untuk dibahas dan dikoreksi;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-103


RPI2JM (2015)

c. apabila usulan berdampak penting, maka usulan tersebut dilakukan uji publik;
d. apabila hasil dengar pendapat publik berakibat terhadap perubahan rencana, akan
dilakukan penyesuaian rencana;
e. setelah menerima izin lokasi, pemohon melaporkannya kepada Pemerintah Kota
setempat untuk dilakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat.

Tata cara pemberian izin penggunaan tanah sebagai berikut:


a. pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Tata Ruang dengan
melengkapi semua persyaratan;
b. Dinas Tata Ruang mempersiapkan perencanaan atas lokasi yang dimohon terkait
untuk dibahas dan dikoreksi;
c. apabila usulan berdampak penting, maka usulan tersebut dilakukan uji publik;
d. apabila hasil dengar pendapat publik berakibat terhadap perubahan rencana, akan
dilakukan penyesuaian rencana.

Tata cara pemberian izin mendirikan bangunan sebagai berikut:


a. pemohon mengajukan permohonan kepada Pemerintah kota dengan melengkapi
semua persyaratan;
b. Pemerintah Kota mempersiapkan perencanaan atas lokasi yang dimohon terkait
untuk dibahas dan dikoreksi;
c. apabila usulan berdampak penting, maka usulan tersebut dilakukan uji publik;
d. apabila hasil dengar pendapat publik berakibat terhadap perubahan rencana, akan
dilakukan penyesuaian rencana

5.1.5.3. Ketentuan insentif dan disinsentif


Insentif dan disinsentif adalah perangkat Pemerintah Daerah untuk mengarahkan dan
mengendalikan pemanfaatan ruang. Pemberian insentif dimaksudkan untuk
mendorong/mempercepat pemanfaatan ruang sesuai dengan pola ruang yang ditetapkan
dalam RTRW, sedangkan disinsentif diberikan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang
sesuai dengan pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW.

Bentuk insentif dan disinsentif dapat berupa fiskal seperti keringanan/pemotongan pajak atau
kenaikan pajak, pemberian/pembebanan prasarana dasar lingkungan,
kemudahan/pembatasan administrasi pertanahan, atau kemudahan/pembatasan proses
perijinan.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-104


RPI2JM (2015)

Tata cara pemberian insentif dilakukan melalui:


a. penetapan bagian wilayah kota yang didorong atau dipercepat pertumbuhannya dan
penetapan insentif yang diberikan bagi pelaku pembangunan baik secara individu
maupun berupa badan usaha
b. penetapan bentuk insentif yang akan diberikan pada kawasan-kawasan yang sudah
ditetapkan pada huruf a, seperti kemudahan dalam pengurusan administrasi
pertanahan, kemudahan pengurusan ijin, pembebasan biaya IMB, pengurangan
pajak.diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang; dan
c. penetapan jangka waktu pemberian insentif bagi pelaku pembangunan atau
pemanfaatan ruang.

Tata cara pengenaan disinsentif dilakukan melalui:


a. penetapan bagian wilayah kota yang dibatasi pertumbuhannya atau pemanfaatan
ruangnya dan penetapan pengenaan diinsentif bagi bentuk pemanfaatan ruang yang
dibatasi/dilarang; dan
b. penetapan bentuk disinsentif yang akan diberlakukan untuk setiap bentuk
pemanfaatan ruang yang dibatasi seperti pengenaan pajak yang tinggi, biaya dan
persyaratan tambahan dalam administrasi pertanahan, biaya perijinan yang
tinggisebagai pembatasan intensitas pemanfaatan ruang, atau berkewajiban
menyediakan prasarana lingkungan.

5.1.5.4. Ketentuan sanksi


Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan tertib
tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang. Pengenaan
sanksi dilaksanakan oleh Pemerintah Kota. Pengenaan sanksi ini dapat berupa sanksi
administratif dan/atau sanksi pidana.

Pelanggaran penataan ruang yang dapat dikenai sanksi adminstratif meliputi:


a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota; dan
b. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan Izin prinsip, izin lokasi, izin peruntukkan
penggunaan tanah, izin mendirikan bangunan yang diberikan oleh pejabat
berwenang.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-105


RPI2JM (2015)

Sanksi administratif dalam pelanggaran penataan ruang berupa peringatan tertulis,


penghentian sementara kegiatan, penghentian sementara pelayanan umum, penutupan
lokasi, pencabutan izin, penolakan izin, pembatalan izin, pemulihan fungsi ruang,
dan/ataudenda administratif.

Peringatan tertulis dilakukan melalui penerbitan surat peringatan tertulis dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:
a. peringatan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta bentuk
pelanggarannya;
b. peringatan untuk segera melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan / atau ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku; dan
c. batas waktu maksimal yang diberikan melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang.

Surat peringatan tertulis diberikan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali dengan ketentuan


sebagai berikut:
a. Pelanggar mengabaikan peringatan pertama, pejabat yang berwenang melakukan
penertiban kedua yang memuat penegasan terhadap hal-hal sebagaimana dimuat
dalam surat peringatan pertama.
b. pelanggar mengabaikan peringatan kedua, pejabat yang berwenang melakukan
penertiban ketiga yang memuat penegasan terhadap hal-hal sebagaimana dimuat
dalam surat peringatan pertama dan kedua.
c. pelanggar mengabaikan peringatan pertama, peringatan kedua, dan peringatan
ketiga, pejabat yang berwenang melakukan penerbitan surat keputusan pengenaan
sanksi yang dapat berupa penghentian kegiatan sementara, penghentian sementara
pelayanan umum, penutupan lokasi, pencabutan izin, pembatalan izin, pemulihan
fungsi ruang, dan / atau denda administratif.

Penghentian sementara kegiatan dilakukan melalui Penerbitan surat perintah penghentian


kegiatan sementara dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang yang berisi:
a. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta bentuk
pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk menghentikan kegiatan sementara sampai dengan
pelanggar memenuhi kewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-106


RPI2JM (2015)

dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan / atau
ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;
c. batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
sendiri melakukan penghentian sementara kegiatan dan melakukan penyesuaian
pemanfaatan ruang; dan
d. konsekuensi akan dilakukannya penghentian kegiatan sementara secara paksa apabila
pelanggar mengabaikan surat perintah.

Apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara, pejabat yang


berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
penghentian sementara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang, yaitu :
a. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pengenaan kegiatan pemanfaatan
ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban.
b. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan
penertiban melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa.
c. Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang melakukan
pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak beroperasi
kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan / atau ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku.

Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:


a. Penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum dari
pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang,
yang berisi:
1. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;
2. peringatan kepada pelanggar untuk mengambil tindakan-tindakan yang
diperlukan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata
ruang dan / atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;
3. batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
sendiri melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
4. konsekuensi akan dilakukannya penghentian sementara pelayanan umum apabila
pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-107


RPI2JM (2015)

b. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat


yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum kepada pelanggar dengan
memuat rincian jenis-jenis pelanan umum yang akan diputus.
c. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pengenaan kegiatan pemanfaatan
ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban.
d. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan
penertiban melakukan penghentian sementara pelayanan umum yang akan diputus.
e. Pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa pelayanan
umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai penjelasan
secukupnya.
f. Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada pelanggar.
g. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan umum
dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada pelanggar
sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku.

Penutupan lokasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:


a. penerbitan surat pemberitahuan penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:
1. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;
2. peringatan kepada pelanggar untuk dengan kesadarannya sendiri menghentikan
kegiatan dan menutup lokasi pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata
ruang dan / atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang sampai dengan pelanggar
memenuhi kewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan
dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan /
atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku;
3. batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
sendiri melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
4. konsekuensi akan dilakukannya penutupan lokasi secara paksa apabila pelanggar
mengabaikan surat peringatan.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-108


RPI2JM (2015)

b. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat yang


berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;
c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera
dilaksanakan;
d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan
penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa;
e. pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi
yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi
kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata
ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

Pencabutan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:


a. penerbitan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:
1. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;
2. peringatan kepada pelanggar untuk dengan kesadarannya sendiri mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan
ruang dengan rencana tata ruang dan / atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang
yang berlaku;
3. batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
sendiri melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
4. konsekuensi akan dilakukannya pencabutan izin apabila pelanggar mengabaikan
surat peringatan.
b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi pencabutan izin yang akan segera dilaksanakan;
c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin;
d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan permohonan
pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan
pencabutan izin;

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-109


RPI2JM (2015)

e. penerbitan keputusan pencabutan iyin oleh pejabat yang memiliki kewenangan untuk
melakukan pencabutan izin;
f. pemberitahuan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dicabut
sekaligus perintah untuk secara permanen menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
yang telah dicabut izinnya.

Penolakan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:


a. penolakan izin dilakukan setelah melalui tahap evaluasi, dan dinilai tidak memenuhi
ketentuan rencana tata ruang dan/atau pemanfaatan ruang yang berlaku;
b. setelah dilakukan evaluasi, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan
memberitahukan kepada pemohon izin perihal penolakan izin yang diajukan, dengan
memuat hal-hal dasar penolakan izin dan hal-hal yang harus dilakukan apabila
pemohon akan mengajukan izin baru.

Pembatalan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:


a. penerbitan lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang
menurut dokumen perizinan dengan arahan pemanfaatan ruang dalam rencana tata
ruang yang berlaku;
b. pemberitahuan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana pembatalan
izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah diperlukan untuk
mengantisipasi hal-hal yang diakibatkan oleh pembatalan izin;
c. penerbitan keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
d. pemberitahuan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin, dengan
memuat hal-hal berikut:
1. dasar pengenaan sanksi;
2. hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pemanfaat ruang hingga
pembatalan izin dinyatakan secara resmi oleh pejabat yang berwnang melakukan
pembatalan izin; dan
3. hak pemegang izin untuk mengajukan penggantian yang layak atas pembatalan
izin, sejauh dapat membuktikan bahwa izin yang dibatalkan telah diperoleh
dengan itikad baik.
e. penerbitan keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang memiliki kewenangan untuk
melakukan pembatalan izin;
f. pemberitahuan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dibatalkan.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-110


RPI2JM (2015)

Pemulihan fungsi ruang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:


a. Ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian yang harus dipulihkan
fungsinya berikut cara pemulihannya;
b. penerbitan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi ruang dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:
1. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;
2. peringatan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri pemulihan fungsi
ruang agar sesuai dengan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang telah ditetapkan
3. batas waktu maksimal yang diberikan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran
sendiri melakukan pemulihan fungsi ruang; dan
4. konsekuensi yang diterima pelanggar apabila mengabaikan surat peringatan.
c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang;
d. pejabat yang berwenang melakukan pemulihan fungsi ruang memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus
dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu pelaksanaanya;
e. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban melakukan pengawasan
pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang.

5.2. ARAHAN PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG


Bangunan gedung sangat penting bagi manusia untuk melakukan kegiatan guna
menghasilkan sesuatu yang diinginkannya. Dalam rangka pembangunan gedung harus
mempunyai persyaratan administrasi dan teknis bangunan harus dipenuhi dalam
penyelenggaraan proses kegiatan perencanaan bangunan gedung dan pembongkaran.
Peraturan tentang bangunan dimaksud mempunyai fungsi untuk mewujudkan bangunan
berkualitas sesuai dengan fungsinya dan bertujuan memberikan rasa aman, sehat, nyaman,
efesien, seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya. Peraturan daerah Kota
Singkawang tentang Bangunan Gedung sebagai pedoman aturan bangunannya segi-segi :
administrasi, arsitektoris bangunan, konstruksi , atau struktur bangunan, pengamanan
terhadap bahaya kebakaran, sarana masuk keluar, dan transportasi dalam bangunan,
instalasi-instalasi, sanitasi dalam bangunan, ventelasi, pembaharuan hawa udara dan
pencahayaan, pelaksanaan, keselamatan kerja dan pemeliharaan, pengelolaan dampak

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-111


RPI2JM (2015)

lingkungan hidup, utilitas dan fasilitas penyelenggaraan bangunan dan pengawasan dan
sanksi terhadap pelanggaraan.

5.2.1. Ketentuan adminstrasi


Setiap bangunan gedung yang berada di wilayah kota harus memenuhi persyaratan
administrasi yang meliputi :
a. Status terhadap hak atas tanah, atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah.
b. Status kepemilikan bangunan gedung
c. Izin mendirikan bangunan gedung sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Pemerintah daerah wajib melakukan pendataan bangunan untuk keperluan pembinaan tertib
pembangunan dan pemanfaatan.

5.2.2. Ketentuan teknis bangunan gedung


Setiap bangunan harus direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan teknis
bangunan gedung, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setiap bangunan harus memenuhi
persyaratan hukum dan adminsitrasi serta perhitungan teknis yang dapat mengakibatkan
kegagalan bangunan agar banguna dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsi yang
ditetapkan. Fungsi bangunan yang dibangun harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang
telah ditetapkan dalam rencana tata ruang. Peletakan bangunan yang akan dibangun harus
digambarkan pada gambar situasi. Gambar situasi bangunan yang telah disetujui dinas atau
instansi yang ditunjuk yang menjadi kelengkapan PIMB.

5.2.3. Peruntukan lokasi


Pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam :
a. Rencana tata ruang wilayah.
b. Rencana rinsi tata ruang wilayah.
c. Rencana teknik ruang kawasan kota.

Peruntukan lokasi merupakan peruntukan utama, sedangkan apabila pada bangunan tersebut
terdapat peruntukan penunjang agar berkonsultasi dengan bidang yang mengatur urusan
bangunan. Setiap pihak yang memerlukan informasi tentang peruntukan lokasi atau
ketentuan tata bangunan dan lingkungan lainnya, dapat memperolehnya pada bidang yang

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-112


RPI2JM (2015)

mengatur urusan bangunan. Peruntukan lokasi untuk pembangunan diatas jalan umum, atau
sarana lain, gedung bawah tanah yang melintasi sarana dan prasarana jaringan kota,
dibawah atau diatas air dan pada daerah hantaran udara (transmisi) tenggangan tinggi harus
mendapat persetujuan dari walikota.

5.2.4. Koefisien dasar bangunan


Setiap bangunan gedung yang dibangun dan dimanfaatkan harus memenuhi kepadatan
bangunan yang diatur dalam KDB sesuai yang ditetapkan. KDB ditentukan atas dasar
kepentingan pelestarian lingkungan hidup/resapan air permukaan tanah dan pencegahan
terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan,
keselamatan dan kenyamaan bangunan. Ketentuan besarnya KDB sesuai dengan rencana
tata ruang kota atau yang diatur dalam rencana tata bangunan dan lingkungan untuk lokasi
yang sudah dalam mempunyai atau sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

5.2.5. Koefisien lantai bangunan


KLB ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan, resapan air permukaan tanah,
pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungksi peruntukan, fungsi
bangunan, kesehatan dan kenyamanan umum. Ketentuan besarnya KLB sesuai
denganRencana Tata Ruang Kota dan atau sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku.

5.2.6. Koefisien daerah hijau


KDH ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan air permukaan, dalam hal
KDH belum ditetapkan dalam RTRW, maka KDH ditentukan maksimum 40%.

5.2.7. Ketinggian bangunan


Ketinggian bangunan disesuaikan dengan RTRW. Untuk masing-masing blok kawasan
ataukawasan yang belum ditentukan detailnya, maka ketinggian bangunan ditetapkan
dengan peraturan walikota dengan mempertimbangkan lebar jalan, fungsi bangunan,
keselamatan bangunan serta keserasian dengan lingkungan.

5.2.8. Garis sepadan


Garis sepadan fondasi bangunan paling luar yang sejajar dengan jalan (rencana jalan)
ditentukan berdasarkan lebar jalan, fungsi jalan, tepi sungai, lebar sungai, tepi pantai, kondisi
pantai dan peruntukan kawasan. Garis sepadan fondasi bangunan paling luar adalah

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-113


RPI2JM (2015)

sepanjang lebar daerah milik jalan dihitung dari tepi daerah milik jalan atau 200 m dari
pasang tertinggi pada pantai. Bila dihitung pada bagian samping yang berbatasan dengan
tetangga adalah minimal 2 m dari batas kapling atau atas dasar kesepakatan tertulis dengan
tetangga yang saling berbatasan yang diketahui oleh RT dan Lurah.

5.2.9. Jarak antar bangunan


Jarak antar masa/blok bangunan suatu lantai yang satu dengan yang lain dalam suatu kapling
atau antar kapling minimum adalah 4 m. Setiap bangunan umum harus mempunyai jarak
masa/blok bangunan dengan bangunan disekitarnya sekurang-kurangnya 6 m atau 3 m
dengan batas kapling. Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antar
masa/blok bangunan yang satu dengan yang lainnya ditambah 0,5 m.

5.2.10. Persyaratan arsitektur


Setiap bangunan umum wajib mempertimbangkan perletakan ruang sesuai dengan fungsi
ruang dan hubungan ruang di dalamnya dan faktor keindahan, serta kandungan lokal sosial
budaya setempat.

5.2.11. Keserasianlingkungan
Setiap bangunan yang akan dibangun harus dapat menjamin keamanan, keselamatan umum,
keseimbangan/pelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan. Untuk bangunan tertentu
berdasarkan Peraturan Walikota harus dilengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL) atau upaya pemantauan lingkungan (UPL) dan upaya pengelolaan
lingkungan (UKL).

5.2.12. Analisa mengenai dampak lingkungan


Setiap orang/badan yang akan mengajukan permohonan IBM yang mempunyai jenis usaha
atau kegiatan bangunan areanya sama atau lebih besar dari 5 hektar diwajibkan untuk
melengkapi persyaratan AMBAL sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5.2.13. Pensyaratan keandalan bangunan gedung


Bangunan satu lantai temporer dan semi permanen tidak dibenarkan dibangun di pinggir
jalan utama/arteri kota kecuali dengan izin walikota dan umur bangunan dinyatakan tidak
lebih dari 5 tahun. Bangunan satu lantai semi permanen dapat diubah menjadi permanen
setelah diperiksa oleh dinas teknis dan dinyatakan memenuhi syarat.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-114


RPI2JM (2015)

5.2.14. Ketahanan konstruksi


Setiap bangunan harus mempertimbangkan kekuatan, kekakuan dan kestabilan dari segi
struktur. Peraturan/standar teknik yang harus dipakai ialah peraturan standar teknik yang
berlaku di Indonesia yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) yang meliputi tentang tata cara,
spesifikasi dan metode uji yang berkaitan dengan bangunan gedung. Setiap bangunan dan
bagian konstruksinya harus diperhitungkan terhadap beban sendiri, beban yang dipikul,
beban angin, getaran dan gaya gempa sesuai dengan peraturan teknis yang berlaku.

5.2.15. Ketahanan terhadap bahaya kebakaran


Setiap bangunan harus memiliki cara, sarana dan alat/perlengkapan dan pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran yang bersumber dari listrik, gas, api dan sejenisnya sesuai
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Setiap bangunan umum harus dilengkapi
petunjuk tentang cara pencegahan terhadap bahaya kebakaran, cara penanggulangan bahaya
kebakaran, cara penyelamatan dari bahaya kebakaran, cara pendektesian sumber kebakaran
dan tanda-tanda petunjuk arah jalan keluar yang jelas.

5.2.16. Persyaratan bahan bangunan


Bahan bangunan diprioritaskan menggunakan bahan bangunan dalam negeri/setempat dan
kandungan lokal. Penggunaan bahan bangunan harus mempertimbangkan keawetan dan
kesehatan dalam pemanfaatan bangunannya.

5.2.17. Jaringan air bersih


Pemilihan sistem dan penempatan instalasi air minum harus disesuaikan dan aman terhadap
sistem lingkungan. Pengadaan sumber air minum diambil dari PDAM atau sumber yang
dibenarkan secara resmi oleh instansi yang berwenang.

5.2.18. Jaringan air hujan


Pada dasarnya air hujan harus dibuang atau dialirkan ke jaringan drainase yang diteruskan ke
saluran utama.

5.2.19. Jaringan air kotor


Semua air kotor yang datangnya dari dapur, kamar mandi, WC dan tempat cuci,
pembuangannya harus melalui saluran/pipa tertutup yang dialirkan ke saluran umum kota,
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Letak sumur-sumur peresapan berjarak
minimal 10 m dari air minum/terdekat atau tidak berada di bagian atas kemiringan tanah

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-115


RPI2JM (2015)

terhadap letak sumber air minum/bersih, sepanjang tidak ada ketentuan lain yang
diisyaratkan/diakibatkan oleh suatu kondisi tanah.

5.2.20. Tempat pembuangan sampah


Setiap bangunan baru/perluasan suatu bangunan harus dilengkapi dengan
tempat/kotak/lobang pembuangan sampah yang ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa
sehingga kesehatan umum bisa terjamin. Dalam hal pada lingkungan di daerah perkotaan
yang telah tersedia kotak-kotak sampah induk/tempat pembuagan sementara (TPS), maka
sampah yang ditampung diangkut oleh institusi yang menangani urusan kebersihan. Dalam
hal jauh dari temapt pembuangan sampah, maka sampah-sampah dapat dibakar dengan cara
yang aman.

5.2.21. Persyaratan kelengkapan sarana dan prasarana


Sarana bangunan umum harus memiliki kelengkapan sarana dan prasarana bangunan yang
memadai, yaitu sarana pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran;
tempat parkir; sarana transportasi vertikal; sarana tata udara; fasilitas bagi penyandang cacat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku; fasilitas bagi anak dan lanjut usia; toilet umum, ruang
ganti bayi dan tempat sampah; sarana penyelamatan yang memadai; ruang ibadah; fasilitas
konumikasi dan informasi dalam memberikan kemudahan bagi pengguna gedung.

5.2.22. Persyaratan kenyamanan


Dalam merencanakan bangunan harus memperhatikan, yaitu : sirkulasi udara; jumlah sinar
penerangan yang cukup; tingkat kebisingan; tidak mengganggu pandangan dari dan ke
lingkungan sekitarnya.

5.2.23. Penyelenggaraan bangunan gedung


Perencanaan bangunan teridir atas perencanaan arsitektur, perencanaan konstruksi,
perencanaan utilitas dan perencanaan lanskap. Setiap bangunan gedung yang akan didirikan
harus telah memiliki izin mendirikan bangunan (IMB). Setelah bangunan selesai, pemohon
IMB wajib menyampaikan laporan kepada dinas teknis paling lama 12 hari kerja. Setalah itu
akan diterbitkan surat ijin penggunaan bangunan (IPB).

5.3. ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)


Master Plan sarana air bersih Kota Singkawang disusun sebagai pedoman bagi rencana
pengembangan pengelolaan air bersih yang dibuat secara mendasar, menyeluruh dan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-116


RPI2JM (2015)

berkesinambungan untuk suatu jangka waktu lima belas (15) tahun, yang memuat strategi,
sasaran utama dan program yang dipergunakan guna mewujudkan misi utama kota
Singkawang dalam bidang air bersih yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi
dan dinamika eksternal yang dihadapi serta kompetensi, kapasitas dan potensi sumber daya
yang dimiliki perusahaan.Pengeloaan air bersih adalah merupakan hajat hidup orang banyak
dan kebutuhan pokok masyarakat yang di amanatkan oleh Undang-Undang dasar kita agar
dapat dikelola untuk kesejahteraan bersama. Untuk itu tentunya diperlukan perencanaan
yang terpadu dan berkesinambungan demi untuk mewujudkan cita-cita tersebut.Kota
Singkawang adalah merupakan kota dengan misi visi untuk pengembangan pariwisata
tentunya pemenuhan kebutuhan akan air bersih adalah mutlak diperlukan.

5.3.1. Rencana Sistem Pelayanan

Untuk memudahkan dan menunjang pelayanan air bersih yang berkesinambungan maka
perlu kiranya perencanaan jangka panjang dalam hal pola pengembangan jaringan
perpipaan air bersih. Agar tercapainya target pelayanan yang maksimal tentunya perlu
dibuat pola pengembangan garis besar dalam hal pengembangan jaringan pipa ini. Pada saat
ini banyak hal yang dihadapi dalam pelayanan air bersih Kota Singkawang, untuk itu perlu
dibuat perencanaan jaringan perpipaan yang secara acuan garis besar adalah sebagai berikut :

a. Mengoptimalkan jaringan yang sudah ada.


Dalam pengembangan sistem jaringan tentunya tidak bisa mengabaikan sistem jaringan yang
terpasang. Hal ini harus menjadi acuan penting sebagai dasar untuk menentukan strategi
pengembangan dimasa yang akan datang. Selain itu dengan mengoptimalkan sistem jaringan
yang sudah ada maka secara ekonomis akan lebih menghemat biaya. Hal ini menjadi
perhatian bahwa tidak semua pipa harus diganti, jika pipa masih layak untuk direhabilitasi
maka tentunya tidak diperlukan lagi penggantian pipa.

b. Mengganti jaringan yang tidak efisien lagi.


Pola penggantian pipa hanya dilakukan jika pipa benar-benar sudah tidak layak pakai. Hal
ini dikarenakan jenis pipa yang kurang baik atau umur teknis yang sudah terlampaui.
Sehingga kurang efektif dan membutuhkan biaya mahal apabila dilakukan rehabilitasi. Untuk
jaringan distribusi air bersih Kota Singkawang kebanyakan berjenis ACP sehingga di
prioritaskan akan dilakukan penggantiansecara bertahap terhadap jenis pipa ini. Hal ini
dikarenakan jenis pipa ini rawan terjadi kebocoran dan umur teknis yang sudah lama.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-117


RPI2JM (2015)

c. Pengembangan jaringan berdasarkan kebutuhan.


Pola pengembangan yang direncanakan kedepan haruslah berorientasi terhadap kebutuhan
yang ada. Pola kebutuhan ini di dasarkan atas pola pengembangan perkotaan dan pola
perkembangan penduduk. Selain itu prioritas utama sistem penyediaan air bersih juga harus
mengutamakan menunjang visi dan misi kota Singkawang yang ingin menjadikan sebagai
kota wisata.

d. Pembentukan Zona/ blok pelayanan.


Pada saat ini jaringan yang ada belum terisolasi dan terbentuk berdasarkan zona pelayanan,
sehingga kesulitan dalam monitoring. Untuk pengembangan perencanaan masa datang
haruslah memperhatikan zona/ blok pelayanan. Untuk daerah pelayanan Kota Singkawang
dengan melihat pola penyebaran penduduk dan rencana sumber air yang digunakan maka
zona pelayanan direncanakan sebanyak 4 blok.

e. Prinsip dasar ekonomis.


Pertimbangan ekonomis juga harus diperhitungkan terutama untuk pemilihan diameter pipa
yang di gunakan dan umur pakai nya. Umur pakai ini tidak hanya didasarkan pada umur
teknis pipa juga tergantung dari kebutuhan pelayanan yang ada sehingga pipa bisa terpasang
dan digunakan lebih lama dan investasi cukup dilakukan sekali dan bisa dipakai dalam waktu
yang lama.Untuk itu diperlukan perhitungan hidrolis yang tepat dalam perencanaan pipa.

5.3.2. Rencana Pengembangan SPAM


Berdasarkan hasil data survey dan data lain yang terkumpul maka dibuatlah rencana
pengembangan system produksi dan pipa transmisi yang ada, rencana pengembangan ini
berdasarkan pada kondisi existing yang ada dan perhitungan kebutuhan air yang telah di
hitung sebelumnya.
Untuk melaksanakan pola pengembangan ini memperhatikan 2 hal pokok yang ada yaitu :
 Optimaliasi Sarana existing
Optimalisasi adalah hal yang perlu dilakukan sebagai langkah pertama karena hal
ini untuk memanfaatkan sebesar mungkin sarana dan prasarana yang ada
sehingga biaya investasi bisa di minimalkan.
 Pengembangan berdasarkan kebutuhan.
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air maka pengembangan saran
produksi dan transmisi akan di uraikan dalam tahapan 5 tahunan sampai tahun
2025 adapaun pengembangannya adalah sebagai berikut :

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-118


RPI2JM (2015)

 Tahun 2010
 Tahun 2015
 Tahun 2020
 Tahun 2025
Adapun kebutuhan air kota Singkawang berdasarkan perhitungan adalah sebagai berikut :
 Tahun 2010 sebesar 216 l/det
 Tahun 2015 sebesar 313 l/det
 Tahun 2020 sebesar 401 l/det
 Tahun 2025 sebesar 484 l/det

o PENGEMBANGAN TAHUN 2009 - 2010


Pada tahap awal adalah dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada. Saat ini
fasilitas IPA yang ada adalah di Tirtasari sebesar 80 l/det yang siap dioperasikan tetapi perlu
direhabilitasi media filter yang ada karena sudah kurang optimal untuk dioperasikan dengan
kapasitas 80 l/det akibat clogging karena jarang di cuci ( backwash ). Sedangkan untuk IPA II
dengan kapasitas 50 l/det perlu rehabilitasi untuk dapat dioperasikan secara optimal.
Sehingga diharapkanIPA di Tirtasari dapat dioperasikan sebesar 130 l/det. Tetapi hal
mendasar yang menjadi pokok masalah adalah sumber air baku yang diambil kurang
mencukupi.
Memanfaatkan intake Tirtayasa yang sudah terbangun dan dipisahkan dari perpipaan Sungai
eria. Pada dasarnya sumber mata Air Eria cukup bagus dan sudah jernih tanpa diolah terlebih
dahulu, hanya pada saat hujan agak keruh karena adanya erosi disekitar sumber Eria.
Sedangkan intake Tirtayasa dan Sungai Seluang mempunytai kualitas air yang keruh. Untuk
itu pada alternatif ini secara prinsip intake Seluang di gabungkan dengan Intake Tirtayasa
untuk mensuplai IPA I dengan kapasitas 80 l/det dan mata Air Eria di pisahkan untuk IPA I
dan by pass dengan kapasitas 50 – 80 l/det. Bila kondisi musim hujan dan debit di Intake
Tirtayasa melimpah maka selain untuk mensuplai IPA I Intake Tirtayasa juga diharapkan bisa
mensupplai IPA II dan Sumber Air Baku Eria dapat langsung di bypass masuk ke Reservoar.
Untuk itu investasi yang diperlukan adalah :

1. Pengadaaan dan pemasangan pipa transmisi air baku dia 300 mm pvc +
jembatan pipa Sungai Seluang jarak 25 m.
2. Rehabilitasi Intake Tirtayasa, perpipaan dan penambahan pompa ( 40 l/det 2
unit ).
3. Rehabilitasi IPA II kapasitas 50 l/det
4. Rehabilitasi filter IPA I

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-119


RPI2JM (2015)

5. Koneksi Reservoar yang baru dengan lama


6. Rehabilitasi pipa dari Eria ke IPA II dan by pass ke reservoar.
7. Penambahan pompa distribusi kapasitas 100 l/det 3 unit di Tirtasari
8. Penambahan IPA Sungai Bulan 30 l/det
9. Pemanfaatan Pipa Transmisi untuk IPA Sungai Bulan.
10. Penambahan pompa intake 35 l/det di Sungai Bulan 2 unit.
11. Penambahan pompa air bersih di Tirtasari 30 l/det 2 unit.
12. Interkoneksi pipa Seluang dan Tirtayasa.

o PENGEMBANGAN TAHUN 2011 - 2015


Pada tahun 2015 kebutuhan air dikota Singkawang di perkirakan adalah 313 l/det.
Direncanakan untuk kebutuhan ini di supplai dari IPA I kapasitas 80 l/det, IPA II kapasitas 50
l/det, Sumber air Eria kapasitas rata2 60 l/det. IPA Sungai Bulan kapasitas 10 l/det dan 30
l/det. Dengan demikian maka jumlah kapasitas produksi diperkirakan bisa mencapai 230
l/det. Sehingga kekurangan untuk tahun 2015 diperkirakan sebesar 100 l/det ( pembulatan
dari 85 l/det). Sehingga pada tahap ini perlu penambahan IPA Sebesar 100 l/det.
Penambahan IPA ini tentunya perlu dipikirkan sumber air baku yang akan dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil analisa dan survey maka didapatkan bahwa kondisi yang paling
memungkinkan untuk di kembangkan adalah sumber Air baku Seluang dan Sungai Bulan,
tetapi Intake Sungai Seluang berjarak cukup jauh dari daerah pelayanan sehingga kurang
efisien untuk dijadikan alternatif sumber airbaku. Untuk pengembangan dimasa yang akan
datang akan di pusatkan di Intake Sungai Bulan, alasan pemilihan adalah sebagai berikut :
 Kapasitas cukup besar > 1000 l/det
 Kontinuitas terjamin ( musim hujan dan kemarau debit masih mencukupi )
 Kualitas masih layak sebagai sumber air baku ( hasil lab )
 Berjarak paling dekat dengan daerah pelayanan sekitar 12 km.
 Lokasi berdekatan dengan pengembangan pemukiman kota.
 Tidak adanya sumber air baku yang layak pada daerah yang dekat dengan
daerah pelayanan.
 Lahan masih banyak yang kosong sehingga memungkinkan untuk dikembangkan.
 Lokasi yang cukup mudah untuk dikembangkan.
 Lokasi yang mudah dijangkau.
 Sudah adanya IPA yang sudah terbangaun 10 l/det dan rencana 30 l/det.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-120


RPI2JM (2015)

Jarak IPA dengan kota berjarak sekitar 12 km sehingga perlu penambahan pipa transmisi
untuk pemanfaatannya. Untuk masa yang akan datang sumber air pegunungan sudah tidak
dapat diharapkan lagi kehandalannya sebagai sumber air baku, sehingga pola pemanfaatan
air permukaan lebih diprioritaskan.

Adapun investasi yang diperlukan dalam tahap ini adalah :


1. Pembebasan lahan minimal 3 ha sebagai lahan untuk pengembangan selanjutnya
di IPA Sungai Bulan.
2. Penambahan pipa intake air baku dia 300 mm sejauh 1 km
3. Pembangunan IPA kapasitas 100 l/det
4. Pembuatan Reservoar air bersih kapasitas 2000 M3 di Sungai Bulan
5. Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi dia 600 mm sepanjang 9500 m dan
500 mm sepanjang 6500 m dari dari IPA Sungai Bulan ke Reservoar di Kota
Singkawang
6. Pengadaan dan pemasangan pompa Intake 110 l/det 2 unit di Sungai Bulan.
7. Rehabilitasi Rumah Pompa Intake dan perlengkapannya di sungai Bulan.
8. Pengadaan dan pemasangan pompa distribusi kap 100 l/det 2 unit di Sungai
Bulan.
9. Pembangunan unit utilitas ( laboratorium, kantor dan gedung lain )
10. Pengadaaan dan pemasangan Genset kap 350 kva beserta panel di IPA Sungai
Bulan .
11. Pembebasan lahan Untuk reservoar distribusi di daerah singkawang di jl. Tani
dekat terminal lama 10.000 m2.
12. Pembangunan reservoar kapasitas 1500 m3 berserta M/E dan perpipaan.
13. Pengadaan dan pemasanga pompa kap 100 l/det di reservoar pelayanan 2 unit.

o PENGEMBANGAN TAHUN 2016 – 2020


Pada tahun ini kebutuhan air kota singkawang berdasarkan angka proyeksi penduduk dan
target pelayanan sebesar 401 l/det. Untuk melayani kebutuhan sebesar ini direncanakan
adalah sebagai berikut :
IPA yang sudah terbangun sebelumnya :
 IPA I ( Intake seluang dan tirtayasa) kap 80 l/det
 IPA II ( intake Tirtayasa ) dan Eria kap 80 l/det
 IPA Sungai Bulan :
o Kap 10 l/det

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-121


RPI2JM (2015)

o Kap 30 l/det
o Kap 100 l/det
 Sumber air pegunungan ( hangmoi, poteng dll ) kap 20 l/det
Sehingga total kapasitas IPA dan sumber air pegunungan yang sudah terbangun adalah
sebesar 320 l/det. Dengan demikian kekurangan sebesar 81 l/det pada tahun 2020, tetapi
berdsarkan pembagian Zona pelayanan maka kebutuhan akan air bersih untuk pelayanan
IPA Sungai Bulan sebesar 150 l/det sampai tahun 2020. Untuk itu pada tahap ini
direncanakan pembangunan IPA baru sebesar 150 l/det dan dipusatkan di Kompleks IPA
Sungai Bulan. Dengan demikian tambahan investasi yang di perlukan adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan IPA kap 150 l/det.
2. Pengadaan dan pemasangan pompa Intake170 l/det 2 unit
3. Pengadaan dan Pemasangan Pompa distribusi kap 100 l/det 2 unit
4. Pengadaan dan pemasangan Pompa distriusi di Reservoar pelayanan
100 l/det 2 unit.

o PENGEMBANGAN TAHUN 2021 – 2025


Pada tahun ini kebutuhan air kota singkawang berdasarkan angka proyeksi penduduk dan
target pelayanan sebesar 484 l/det. Untuk melayani kebutuhan sebesar ini direncanakan
adalah sebagai berikut :
IPA yang sudah terbangun sebelumnya :

 IPA I ( Intake seluang dan tirtayasa) kap 80 l/det


 IPA II ( intake Tirtayasa ) dan Eria kap 50 l/det
 IPA Sungai Bulan :
o Kap 10 l/det
o Kap 30 l/det
o Kap 100 l/det
o Kap 150 l/det
 Sumber air pegunungan ( hangmoi, poteng dll ) diprediksi sdh tidak
produktif lagi.
Sehingga total kapasitas IPA dan sumber air pegunungan yang sudah terbangun adalah
sebesar 420 l/det. Dengan demikian kekurangan sebesar 64 l/det pada tahun 2020. Untuk
itu pada tahap ini direncanakan pembangunan IPA baru sebesar 100 l/det dan dipusatkan di
Kompleks IPA Sungai Bulan. Dengan demikian tambahan investasi yang di perlukan adalah
sebagai berikut :

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-122


RPI2JM (2015)

1. Pembangunan IPA kap 100 l/det.


2. Pengadaan dan pemasangan pompa Intake110 l/det 1 unit
3. Pengadaan dan Pemasangan Pompa distribusi kap 100 l/det 1 unit
4. Pengadaan dan pemasangan Pompa distriusi di Reservoar pelayanan
100 l/det 1 unit.

5.4. ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA SINGKAWANG (SSK)


5.4.1. Air limbah

Tujuan Sasaran Strategi

Misi Sanitasi : 1. Meningkatkan kerjasama antar pemerintah kota, pelaku bisnis, dan masyarakat dalam
rangka mewujudkan sanitasi yang baik.
Tujuan Utama: Menciptakan hubungan yang harmonis dan kerjasama yang baik antar pemangku
kepentingan dalam upaya pengolahan air limbah demi terwujudnya sanitasi yang baik di
masyarakat.
1. Meningkatkan Kualitas Sasaran 1. Harmonisasi dan 1. Advokasi kepada Pemangku
pelayanan publik dalam penyelarasan Instansi terkait yang kepentingan, masyarakat dan
pengelolaan air limbah menangani Pengelolaan Air limbah baik pihak ketiga dalam pengelolaan
Pemerintah, Masyarakat dan Pihak air limbah
Ketiga 2. Membuat rancangan
peraturan daerah tentang
kelembagaan pengelolaan air
limbah
3. Peningkatan kewenangan
kelembagaan dalam
pengelolaan air limbah
Sasaran 2: 1. Meningkatkan kapasitas
1. Mengoptimalkan kapasitas instalasi pengelola air limbah
pengolahan air limbah yang sudah ada yang sudah

Misi Sanitasi: 2. Mengoptimalkan Tata Kelola Air Limbah , Persampahan, Drainase Lingkungan dan Air
Minum Dalam Kehidupan Masyarakat Higiene
1. Tersusunnya rencana induk (master Kajian terhadap kapasitas dan
Plan) pengelolaan air limbah Kota kualitas sarana dengan SKPD
Meningkkan Cakupan Singkawang terkait
pelayanan air limbah kepada
2. Mengembangkan IPAL Komunal Membangun IPAL Komunal dan
masyarakat dan sanimas sanimas
3. Meningkatkan peran swasta Menjalin kerjasama layanan air
dalam pelayanan air limbah limbah dengan pihak swasta
Misi : 3. Meningkatkan Kualitas SDM yang beriman, bertaqwa, berilmu pengatahuan, dan berteknologi
dalam rangka mengelola lingkungan
3. Menumbuhkan Penyadaran kepada masyarakat
1. Tumbuhnya kesadaran seluruh
kesadaran masyarakat pelanggan/calon pelanggan air
masyarakat tentang pentingnya
tentang pentingnya limbah tentang pentingnya
pengelolaan air limbah dan kewajiban
pengelolaan air limbah pengelolaan air limbah melalui;
membayar retribusi air limbah
tahun 2015 1. Sosialisasi dan penyuluhan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-123


RPI2JM (2015)

Tujuan Sasaran Strategi

2. Kampanye
3. Pameran dan workshop
4. Lomba sanitasi
5. Pemanfaatan berbagai media

5.4.2. Persampahan

Tujuan Sasaran Strategi

Misi Sanitasi : 1. Meningkatkan kerjasama antar pemerintah kota, pelaku bisnis, dan masyarakat dalam
rangka mewujudkan sanitasi yang baik.
Tujuan Utama : Mewujudkan lingkungan Kota Singkawang yang sehat dan bersih
Meningkatkan kualitas
1. Meningkatkan derajat Meningkatnya derajat kesehatan melalui kesehatan pekerja dan
kesehatan pekerja peningkatan kemampuan ekonomi pekerja masyarakat sekitar,
pengangkut sampah dan sampah dan pemulung
Pengorganisasian
masyarakat pengelola sampah dan
pemulung
2. Meningkatkan kesadaran Meningkatnya kesadaran masyarakat Penyuluhan dan sosialisasi
masyarakat dalam dalam pengelolaan sampah secara 3R di 26 Kelurahan
pelaksanaan pengelolaan
Pengembangan kapasitas
sampah secara 3R.
di kelurahan untuk
pengelolaan sampah 3R
3. Meningkatkan kebersihan Memperoleh kembali adipura Menggalakkan program
kota melalui pengelolaan CGH, penilaian kelurahan
sampah terpadu hingga sehat,
tahun 2015
Mengembangkan kawasan
pengelolaan sampah
melalui program 3R
Misi Sanitasi: 2. Mengoptimalkan Tata Kelola Air Limbah , Persampahan, Drainase Lingkungan dan Air
Minum Dalam Kehidupan Masyarakat Higiene
1. Terpenuhinya kebutuhan Meningkatnya kebutuhan minimal sarpras Meningkatkan kualitas dan
minimal sarpras pengelolaan sampah kota kuantitas sarana dan
pengelolaan sampah kota prasarana pengelolaan
persampahan
2. Penyediaan sarana pilot Terlaksananya pilot project pengelolaan Penguatan kelembagaan
project pengelolaan sampah 3R (komunal) di 26 Kelurahan masyarakat dalam rangka
sampah komunal di 26 pelaksanaan pilot project
Kelurahan
Membangun sarpras
pengelolaan sampah
komunal 3R
Misi : 3. Meningkatkan Kualitas SDM yang beriman, bertaqwa, berilmu pengatahuan, dan berteknologi
dalam rangka mengelola lingkungan

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-124


RPI2JM (2015)

Tujuan Sasaran Strategi

Meningkatkan budaya hidup Meningkatnya budaya hidup bersih Meningkatkan kapasitas


bersih dan sehat dalam terutama dalam pemilahan sampah secara masyarakat dalam
pemilahan dan pemanfatan 3R melakukan pemilahan
sampah secara 3R sampah
Penguatan kader dalam
pengelolaan sampah
secara 3R

5.4.3. Drainase

Tujuan Sasaran Strategi


Misi Sanitasi : 1. Meningkatkan kerjasama antar pemerintah kota, pelaku bisnis, dan masyarakat dalam
rangka mewujudkan sanitasi yang baik.
Tujuan Utama : Menurunkan luasan daerah banjir dan genangan
1. Mengurangi daerah Berkurangnya daerah banjir dan Membuat dan menetapkan
banjir dan genangan genangan sebagai upaya untuk masterplan drainase pada tahun
sebagai upaya untuk mengurangi sumber sumber 2011
mengurangi sumber penyebaran penyakit
Advokasi, penguatan
sumber penyebaran
kelembagaan dan penyuluhan
penyakit
kepada seluruh elemen
masyarakat untuk berperan aktif
dalam upaya penanganan banjir
dan genangan untuk mengurangi
penyebaran penyakit
Misi Sanitasi: 2. Mengoptimalkan Tata Kelola Air Limbah , Persampahan, Drainase Lingkungan dan Air
Minum Dalam Kehidupan Masyarakat Higiene
Meningkatkan cakupan Tersedianya sapras drainase sesuai Perencanaan dan penyediaan
pelayanan drainase masterplan anggaran dari berbagai sumber
sesuai masterplan (APBN, APBD, CSR dan Negara
Donor)
Membangun drainase secara
terpadu dengan dimensi sesuai
masterplan
Misi : 3. Meningkatkan Kualitas SDM yang beriman, bertaqwa, berilmu pengatahuan, dan berteknologi
dalam rangka mengelola lingkungan
Meningkatkan budaya Meningkatkan kapasitas
hidup bersih dan sehat masyarakat dalam pengelolaan
melaluipengelolaan dan dan pemanfaatan drainase
pemanfaatan drainase Meningkatnya budaya hidup bersih Mengoptimalkan gerakan kerja
dengan benar terutama dalam pengelolaan dan bakti tingkat RT dalam
pemanfaatan drainase pengelolaan dan pemanfaatan
drainase
Memberikan penghargaan pada
tingkat RT untuk pengelolaan
drainase yang baik

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-125


RPI2JM (2015)

5.5. ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)


Rencana investasi memperhitungkan kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam
proses pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan lingkungan/kawasan.
Rencana ini merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung
kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan ataupun menghitung tolok ukur
keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinamvbungan pentahapan pelaksanaan
pembangunan.
Rencana ini menjadi alat mobilisasi dana investasi masing-masing pemangku kepentingan
dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya dalam suatu sistem
wilayah yang disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerjasama untuk mengurangi
berbagai konflik kepentingan dalam investasi. Rencana investasi juga mengatur upaya
percepatan penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan prasarana/saranan dari suatu
lingkungan/kawasan.

(1) Prinsip Dasar Rencana Terpadu


a. Sistem investasi terpadu dalam aspek ekonomi, sumber daya manusia dan fisik
lingkungan.
b. Sistem kelembagaan yang terintegrasi antara pihak-pihak terkait dengan
pengembangan kegiatan kenelayanan.
c. Sistem subsidi silang antara komunitas penghuni, pemerintah dan swasta.

(2) Rencana Investasi


a. Pembentukan dan pembinaan sistem kelembagaan
b. Konsolidasi lahan perencanaan.
c. Peningkatan akses prasarana, sanitasi dan utilitas lingkungan.
d. Peningkatan Fasilitas Umum dan Sosial.
e. Pengembangan sistem ekonomi mandiri.

No. Komponen Investasi Pelaku Terlibat Konstribusi

Pemerintahan daerah Pembinaan kelembagaan


Pembentukan dan
1. atau pembinaan Masyarakat Mobilisasi komunitas dan lembaga masyarakat
sistem kelembagaan Pembentukan jaringan (koperasi, perbankan, lembaga
donor)
LSM Fasilitator/Konsultan Pendamping
Konsolidasi lahan Pemerintah Daerah Sosisalisai
2.
perencanaan Klarifikasi status lahan dan atau penyedia lahan relokasi
Penyusunan strategi relokasi

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-126


RPI2JM (2015)

Masyaraka Identifikasi status lahan Klarifikasi status tinggal penghuni

BPN Proses legalisasi lahan

Pemerintah Daerah Pembangunan fisik pengelolaan dan pemeliharaan


(DKP, Departemen
Cipta Karya,
Departemen
Pertanahan, PDAM,
Peningkatan akses PLN
3. prasarana, sanitasi
dan utilitas lingkungan Lembaga Donor Pembangunan fisik
Masyarakat &
Konsutan Pelaksanaan pembangunan secara swadaya
Pemdamping
Konsultan
Perancangan fisik atas aspirasi masyarakat.
Pembangunan
Pemerintah Daerah Pembangunan fisik pengelolaan dan pemeliharaan

Lembaga Donor Pembangunan fisik


Peningkatan Fasilitas
4. Masyarakat &
Umum dan Sosial
konsultan Pelaksana pembangunan secara swadaya
pendamping
Konsultan
Perancangan fisik atas aspirasi masyarakat
Pendamping
Pemerintah daerah Penyuluhan, pembinaan
(DKP, Dinas Sosial)
Koperasi Pengelolaan system keuangan komunitas
Konsultan Fasilitator/konsultan pemdamping
5. Pengembangan Pendamping

Perbankan Penyediaan fasilitas kredit


Masyarakat Pembentukan lembaga mikro ekonomi
Pelaku kegiatan ekonomi keluarga.

5.6. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN dan PENGEMBANGAN KAWASAN


PERMUKIMAN (RP2KP)
5.6.1. Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Bukit Batu (Kawasan Pengembangan
Baru)
Untuk menggambarkan Kondisi Permukiman Bukit Batu, ada beberapa aspek yang dapat
ditinjau. Antara lain air bersih, air limbah, persampahan, drainase dan jalan lingkungan.
Untuk kondisi air bersih, tingkat pelayanan PDAM pada kawasan Kel. Bukit Batu hanya
46,14%. Sementara non PDAM adalah 53,86%. Untuk kondisi air limbah, pada kawasan ini,
KK tanpa MCK adalah sebanyak 3,39%. Untuk aspek persampahan, area pelayanan
persampahan pada daerah ini sekitar 46,14% yang baru terlayani. Untuk aspek drainase, ada
beberapa ruas jalan pada kawasan ini yang tidak tersedia drainase. Selain itu, luas genangan
mencapai 55,2% dari luas kawasan. Sementara untuk kondisi jalan lingkungan, sebagian
besar sudah perkerasan beton/aspal.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-127


RPI2JM (2015)

Maka rencana pembangunan yang diperlukan pada daerah ini adalah :


a. Penyediaan RTH
b. Penataan Lingkungan Kumuh
c. Pengembangan jalan lingkungan aspal, setapak beton dan jembatan
d. Pengembangan sarana dan prasarana air bersih
e. Penyediaan sarana pengumpul dan pengangkut sampah
f. Pengembangan dan perencanaan pembangunan saluran drainase
g. Pembangunan Jaringan Pembuangan Air Limbah
h. Pembangunan Sarana Prasarana Masyarakat
i. Penyusunan Perencanaan Permukiman Mandiri berbasis Masyarakat
j. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan
Perumahan yang Sehat
k. Pendampingan Penyiapan Masyarakat
l. Membuka peluang pembiayaan dari swadaya masyarakat
m. Pelibatan Masyarakat
n. Program penyusunan pengaturan dan pengendalian penggunaan lahan
permukiman
1. Pencadangan Lahan (land banking) untuk memenuhi Kebutuhan Perumahan bagi
MBR.

5.6.2. Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Jl. K. S. Tubun, Jl. Tama, Perumnas
Roban dan Kelurahan Condong
Kondisi air bersih pada kawasan Permukiman Jl. K. S. Tubun, Jl. Tama, Perumnas Roban dan
Kelurahan Condong, tingkat pelayanan PDAM hanya sebesar 46,14%. Sementara non PDAM
adalah 53,86%. Untuk kondisi air limbah, pada kawasan ini, masih terdapat KK tanpa MCK.
Sementara untuk aspek persampahan, area pelayanan persampahan pada daerah ini sekitar
46,14% yang baru terlayani. Untuk aspek drainase, ada beberapa ruas jalan pada kawasan
ini yang tidak tersedia drainase. Selain itu, luas genangan mencapai 25% dari luas kawasan.
Sementara untuk kondisi jalan lingkungan, sebagian besar sudah perkerasan beton/aspal.
Maka rencana pembangunan yang diperlukan pada daerah ini adalah
a. Penyusunan RTBL Kawasan (Rencana Teknis Penanganan Kawasan)
b. Pengembangan Rusunawa atau Rusunami tiga lantai
c. Program peremajaan area eks warga pengungsi
d. Menata streetscape koridor-koridor kawasan
e. Penyediaan RTH

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-128


RPI2JM (2015)

f. Penataan Lingkungan Kumuh


g. Pengembangan jalan lingkungan aspal, setapak beton dan jembatan
h. Pengembangan sarana dan prasarana air bersih
i. Penyediaan sarana pengumpul dan pengangkut sampah
j. Pengembangan dan perencanaan pembangunan saluran drainase
k. Pembangunan Jaringan Pembuangan Air Limbah
l. Pembangunan Sarana Prasarana Masyarakat
m. Penyusunan Perencanaan Permukiman Mandiri berbasis Masyarakat
n. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan
Perumahan yang Sehat
o. Pendampingan Penyiapan Masyarakat
p. Membuka peluang pembiayaan dari swadaya masyarakat
q. Pelibatan Masyarakat
r. Pembinaan Ekonomi Kerakyatan
s. Program penyusunan pengaturan dan pengendalian penggunaan lahan
permukiman
t. Pencadangan Lahan (land banking) untuk memenuhi Kebutuhan Perumahan bagi
MBR.

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan V-129

Anda mungkin juga menyukai