Makalah Ulumul Qur'an Moh. Fauzi Robbany 22103050137
Makalah Ulumul Qur'an Moh. Fauzi Robbany 22103050137
PENAFSIRAN
MAKALAH
Oleh :
Moh. Fauzi Robbany (22103050137)
Dosen Pengampu :
Dr. Mansur, S.Ag., M.Ag., CM
Tugas ini saya buat untuk memberikan sedikit gambaran mengenai Kitab
Tafsir Al-Bayan karya T.M Hasby ash-Shiddieqy, sebuah kitab tafsir Indonesia
yang menafsirkan 30 juz Al-Qur’an.Mudah-mudahan makalah yang saya buat ini
bisa memberi sedikit pengetahuan kepada kita semua supaya dapat melihat dan
memahami berbagai kitab Tafsir Al-Qur’an di Indonesia. Disamping itu kami
menyadari bahwa pada penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu,kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Mansur, S.Ag., M.Ag., CM selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul
Qur’an yang telah memberikan tugas ini kepada saya sehingga makalah ini saya
buat untuk memenuhi tugas dari Bapak. Saya juga turut mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang sudah ikut serta dalam pembuatan makalah ini. Atas waktu dan
perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
II
DAFTAR ISI
III
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Julukan bagi seseorang yang ahli dalam bidang tafsir yang menguasai beberapa peringkat
berupa ulum al-Qur’an dan memenuhi syarat-syarat mufassir. LIhat Katsir, “BAB II PENGENALAN
TENTANG MUFASSIR.”,h. 17
2
Bakar dan Haqqi, “PENULISAN KITAB TAFSIR DI INDONESIA PADA ABAD KE-21 M (2001
– 2015).”
1
Salah satu bentuk fokus penafsiran lengkap 30 juz adalah Tafsir
al-Bayan yang merupakan karya kedua dari Prof. T.M Hasby ash-
Shiddieqy, muncul pada masa al-asr (modern) dan selesai ditulis oleh
Sahib al-Tafsir-nya pada tahun 1966. Untuk itu maka menarik untuk
dikaji secara cermat dan mendalam bagaimana metode dan karakteristik
yang ada pada tafsir al-Bayan tersebut dan bagaimana corak penulisan
yang ada pada karya beliau.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Amin dan Muhammadiyah Siregar, “Telaah Atas Karya Tafsir di Indonesia.”., h.42
4
Ibid, h. 43
5
Ibrahim, “Khazanah Tafsir Nusantara.”, h. 109
3
B. Metode Penulisan Tafsir al-Bayan
Metode tafsir terdiri dari empat bentuk, yakni tahlily6, ijmaliy7,
muqaran8, dan mawdu’iy9. Maka untuk mengetahui metode yang
digunakan dari tafsir al-Bayan, terlebih dahulu mengetahui sistematika
penafsiran dari tafsir al-Bayan. TM. Hasby menyatakan beberapa langkah
dan tahapan yang dilakukan yakni:
1. Menterjemahkan ma’na lafa dan menterjemah kalimat-kalimat yang
ditaqdirkan, baik di awal ayat, di pertengahannya, maupun di akhirnya.
2. Menterjemahkan kalimat-kalimat yang mempunyai dua terjemahan
dengan lengkap, dengan menyebut terjemahan kedua dalam (….)
3. Menterjemahkan lafal-lafal yang ditaqdirkan, atau yang merupakan
kalimat-kalimat pelancar, dalam dua streep ‘….’
4. Menterjemahkan makna ayat yang dapat diterjemahkan lebih dari satu
macam, lantaran berlainan I’rab dan sebagainya. Terjemahan yang kedua
diletakan dalam not, diawali oleh perkataan: “dapat juga
diterjemahkan…”
5. Menerangkan pendapat-pendapat ulama di dalam memaknakan sesuatu
ayat, atau kalimat yang berbeda-beda, ditempat-tempat yang saya
pandang perlu dan penting diberi perhatian, karena kuat dalihnya. Hal ini
saya sebut dalam note.
6. Menterjemahkan lafal -lafal sifat Allah SWT yang sewazan “fa’ul” yang
memfaedahkan “kebanyakan” dan “kesangatan” dengan mengawali
terjemahannya dengan “yang sangat” atau “ yang sangat banyak” atau
6
Metode Tahlīliy adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan
ayat -ayat Alquran dari seluruh aspeknya dengan memperhatikan runtut ayat -ayat Alquran
sebagai-mana yang tercantum dalam mushaf, misalnya dari aspek pengertian kosa kata, asbāb al-
Nuzūl, munāsabah, syarh ayat dan selainnya. Lihat Abd. al-Hayy al-Farmāwy, al-Bidāyat fi al-
tafsīr al-Mawdū‟iy, diterjemahkan oleh Siryan A. Jamrah dengan judul Metode Tafsir Maudhui,
h. 12
7
Metode Ijmāliy adalah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat -ayat Alquran dengan
cara mengemukakan makna-makna global. Dalam sistematikan uraiannya, penafsir membahas
ayat -ayat demi ayat sesuai dengan susunan yang ada dalam mushaf. Lihat ibid., h. 29
8
Metode Muqāran adalah suatu metode tafsir yang mengemukakan penasiran ayatayat
Alquran yang ditulis oleh sejumlah mufassir, kemudian ia membandingkan arah dan
kecenderungan masing -masing mufassir. Lihat, ibid., h. 30
9
Metode Mawdū‟iy adalah suatu metode tafsir yang menghimp un ayat-ayat Alquran
yang mempunyai maksud sama dalam arti sama -sama membicarakan satu topik masalah dan
menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab turunnya ayat -ayat tersebut. Lihat ibid., h. 36.
4
“yang maha” seperti ghafur = maha pengampun atau yang sangat
pengampun atau yang banyak mengampun. Lafal- lafal sifat yang
sewazan fa’il, yang memfaedahkan tsubut = tetap dan terus menerus,
bukan menerangkan banyak atau sangat, saya awali terjemahannya
dengan “yang senantiasa “, atau “yang tetap”.10
Dilihat dari sistematika diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tafsir
meetode tersebut menggunakan metode tahlili. Metode tahlili dikenal
pula sebagai metode analisis. Dengan metode seperti ini, mufassir
menjelaskan kandungan ayat dan menerangkan makna-makna yang
tercakup di dalamnya sesuai keahlian dan kecenderungan mufassir yang
menafsirkan ayat-ayat tersebut. TM. Hasby menjelaskan ayat-ayat al-
Qur’an dengan cara menerangkan makna-makna ayat yang tercakup di
dalamnya, dan menguraikannya secara runtut ayat demi ayat, surat demi
surat sesuai urutan dalam mushaf.
Beberapa hal yang diperhattikan oleh TM. Hasby dalam menafsirkan
al-Qur’an antara lain:
1. Aspek Munasabah, misalnya tafsiran kata “hudan”pada QS. Al-Baqarah
(2):2 adalah ; yang memberi petunjuk kepada orang-orang yang bersifat
taqwa. Oleh TM. Hasby mengaitkannya pada kata “hudan” dalam QS.
Yunus (10): 57; juga “hudan” pada QS. Al-An’am (6)’ juga pada QS.
Fussilat (41): 1711
2. Mengemukakan arti kosa kata ayat, ia banyak menungkap arti kosa kata
seperti misalnya kata “zalika” pada QS. al-Baqarah (2):2 yang diartikan
“itu” bukan “ini”. 12
3. Asbab al-nuzul. Pada aspek ini, TM. Hasby hanya mengemukakan pada
ayat-ayat tertentu saja, seperti sebab turunnya ayat 3 pada QS. al-Maidah
(5) yang dicantumkan pada footnote ke 703. Disitu dijelaskan pula bahwa
ayat tersebut turun pada hari ‘Arafah sesudah ashar sewaktu Nabi SAW
melakukan haji wada’.13
10
Ibrahim, “Khazanah Tafsir Nusantara.”., h. 111
11
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan, vol. II, h. 1096.
12
Ibrahim, “Khazanah Tafsir Nusantara.”, h. 111
13
Ibid.
5
4. Pendapat Nabi SAW, atau sahabat, tabi’in, atau penafsir lain, misalnya
ketika ia menjelaskan ayat alif, lam, mim, disitu TM. Hasby mengatakan
bahwa para mufassir mempunyai pendapat berbeda. Bebereapa mufassir
ada yang berpendapat bahwa ayat ini merupakan ayat mutasyabih,
sementtara pendapat yang lain mengemukakan bahwa ayat ini sebagai
pembuka surah.14
14
Abd. al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayat fi al-Tafsir alMaudhu’i, h. 185.
6
ayat”. 15
Sesuai dengan pernyataan Sahib al-Tafsir tersebut, maka jelas
bahwa karya Tafsir al-Bayan bercorak tafsir fiqih.
Jadi, ketika TM. Hasbi Ash-Shiddieqy menafsirkan ayat-ayat yang
berkenaan dengan fiqih, maka yang ditonjolkan dalam penafsirannya
adalah masalah hukum yang terkandung dalam ayat tersebut. Misalnya,
ketika ia menafsirkan QS. al -Baqarah (2): 225-228, di dalam Tafsīr al-
Bayān ditemukan penjelasan bahwa pada ayat 225 menerangkan tentang
tidak wajibnya kaffarat. Kemudian pada ayat selanjutnya, yakni ayat 226
diterangkan bahwa ayat ini mengandung hukum ila‟. Berikutnya ayat
227, dikaitkan dengan hukum hukum thalaq yang terdapat dalam QS. al -
Ahzāb (33): 49 dan QS. al-Talāq (65): 4; dan berikutnya ayat 228,
dijelaskan masalah quru lalu, disimpulkan bahwa ayat ini mewajibkan
adanya timbal balik dari masing-masing pihak. Tegasnya, wajib para
isteri melayani kebutuhan-kebutuhan suaminya ….45 Demikian juga,
ketika QS. al-Maidah (5):3 ditafsirkan, maka sederetan ayat-ayatnya
diinterpretasi dengan nuangsa-nuangsahukum.46 Dalam hal ini, TM.
Hasbi Ash-Shiddieqy menjelaskan sembilan kata dalam ayat tersebut
tentang hukum.
Hasil telaahan penulis pada ayat-ayat lain yang terkait dengan fikih,
ditemukan bahwa semua ayat-ayat tersebut ditafsirkan berdasarkan
hukum fikih. Pada sisi lain, penulis menduga bahwa TM. Hasbi Ash-
Shiddieqy sengaja membangun tafsirnya ini dengan corak fiqih, karena
memang ia sangat menguasai disiplin ilmu syari‟ah. Buktinya, ia adalah
mantan dekan fakultas syari‟ah dan bahkan ia adalah guru besar
(professor) dalam hukum Islam. Pada sisi lain, uraian-uraian tafsiran TM.
Hasbi Ash-Shiddieqy secara jelas nampak di dalam bentuk tulisan
komentar-komentar dengan mengambil bentuk berupa catatan kaki
(fotnoot). Dengan demikian, karya tafsir ini dapat pula digolongkan
sebagai “tafsir komentator”. Metode penulisan seperti ini, termasuk salah
keistimewaan Tafsīr al-Bayān, karena dari aspek metodologis-nya ia
menjelaskan maksud ayat dari ayat yang dilengkapi dengan penjelasan
tambahan terhadap kata atau kalimat yang kurang jelas.
15
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsīr al-Bayān, h. 11
7
D. Karakteristik Tafsir al-Bayan
Tafsir al-Bayan bercorak tafsir fiqhi, yaitu tafsir yang
mengutamakan penjelasan hukum-hukum Islam yang terkandung dalam
al-Qur'an. Hal ini terlihat dari banyaknya penjelasan mengenai hukum-
hukum Islam dalam tafsir ini, baik hukum-hukum ibadah, muamalah,
maupun jinayah. Selain itu, Tafsir al-Bayan juga memiliki karakteristik
sebagai berikut:16
1. Tafsir yang umum
Tafsir al-Bayan merupakan tafsir yang umum, yaitu tafsir yang tidak
membatasi diri pada satu corak atau cabang keilmuan tertentu. Hasbi
berusaha untuk menjelaskan makna-makna al-Qur'an secara
komprehensif, dengan memperhatikan berbagai aspek, seperti aspek
bahasa, tafsir, fiqih, dan sejarah.
2. Tafsir yang ringkas
Tafsir al-Bayan merupakan tafsir yang ringkas, yaitu tafsir yang tidak
terlalu panjang lebar dalam menjelaskan makna-makna al-Qur'an. Hasbi
berusaha untuk menjelaskan makna-makna al-Qur'an secara singkat dan
padat, agar mudah dipahami oleh para pembaca.
3. Tafsir yang ilmiah
Tafsir al-Bayan merupakan tafsir yang ilmiah, yaitu tafsir yang
didasarkan pada dalil-dalil yang kuat dan shahih. Hasbi menggunakan
berbagai macam sumber dalam menafsirkan al-Qur'an, seperti al-Qur'an,
hadis, ijmak, dan qiyas. Berikut adalah beberapa contoh karakteristik
Tafsir al-Bayan yang telah disebutkan di atas:
1. Corak tafsir fiqhi
Dalam menjelaskan makna ayat al-Qur'an, Hasbi sering kali merujuk pada
hukum-hukum Islam yang terkandung di dalamnya. Misalnya, dalam
penjelasannya tentang ayat al-Qur'an yang memerintahkan umat Islam
16
Studi atas Tafsir al-Bayan Karya Tm. Hasbi al-Siddiqi oleh Muhammad Irfan
8
untuk shalat, Hasbi menjelaskan tentang tata cara shalat, hukum-hukum
shalat, dan hikmah shalat.17
2. Tafsir yang umum
Hasbi berusaha untuk menjelaskan makna-makna al-Qur'an secara
komprehensif, dengan memperhatikan berbagai aspek. Misalnya, dalam
penjelasannya tentang ayat al-Qur'an yang memerintahkan umat Islam
untuk berbuat baik kepada orang tua, Hasbi menjelaskan tentang makna
berbuat baik kepada orang tua, dalil-dalil yang memerintahkan berbuat
baik kepada orang tua, dan hikmah berbuat baik kepada orang tua.
3. Tafsir yang ringkas
Hasbi berusaha untuk menjelaskan makna-makna al-Qur'an secara singkat
dan padat. Misalnya, dalam penjelasannya tentang ayat al-Qur'an yang
berbunyi "inna anna qur'ana ladzina ittaqun" (al-Baqarah: 2), Hasbi hanya
menjelaskan bahwa ayat tersebut berarti "Sesungguhnya al-Qur'an adalah
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa".
4. Tafsir yang ilmiah
Hasbi menggunakan berbagai macam sumber dalam menafsirkan al-
Qur'an, seperti al-Qur'an, hadis, ijmak, dan qiyas. Misalnya, dalam
penjelasannya tentang ayat al-Qur'an yang berbunyi "inna anna qur'ana
ladzina ittaqun" (al-Baqarah: 2), Hasbi merujuk pada ayat-ayat al-Qur'an
lainnya, hadis, dan pendapat para ulama.18
17
Pembaharuan Fiqih Indonesia (Telaah Tafsir Al-Bayan Karya T.M Hasbi Ash-Shiddieqy) oleh
Ahmad Izzuddin
18
Tafsir al-Bayan karya T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy sebagai Tafsir Kontemporer oleh Muhammad
Fauzi
9
BAB III
A. KESIMPULAN
Tafsir Al-Bayan karya TM Hasby adalah sebuah karya
monumental dalam tradisi penafsiran Al-Quran. Salah satu ciri utamanya
adalah pendekatan holistik yang mencoba menyatukan pemahaman teks
Al-Quran dengan konteks sejarah dan budaya. Karakteristik penting
lainnya adalah penekanan pada pemahaman mendalam terhadap makna
teks, serta upaya untuk menjembatani kesenjangan antara pesan Al-Quran
dengan realitas kontemporer.
10
DAFTAR PUSTAKA
Katsir, “BAB II PENGENALAN TENTANG MUFASSIR.”,h. 17
Bakar dan Haqqi, “PENULISAN KITAB TAFSIR DI INDONESIA
PADA ABAD KE-21 M (2001 – 2015).”
Amin dan Muhammadiyah Siregar, “Telaah Atas Karya Tafsir di
Indonesia.”., h.42
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan, vol. II, h. 1096.
Ibrahim, “Khazanah Tafsir Nusantara.”, h. 111
Abd. al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayat fi al-Tafsir alMaudhu’i, h.
185.
Studi atas Tafsir al-Bayan Karya Tm. Hasbi al-Siddiqi oleh
Muhammad Irfan
Pembaharuan Fiqih Indonesia (Telaah Tafsir Al-Bayan Karya
T.M Hasbi Ash-Shiddieqy) oleh Ahmad Izzuddin
Tafsir al-Bayan karya T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy sebagai Tafsir
Kontemporer oleh Muhammad Fauzi
11