Anda di halaman 1dari 14

WILLIAM JANZ: EKPEDISI DUYFKEN DALAM PELAYARAN MENUJU

AUSTRALIA

Anisya Munatama1, Sarah Fadia2, Padot Tua Sihotang3


Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Lampung
Email: anisya.munatama193007@students.unila.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Ekpedisi Duyken oleh William Janz
dalam pelayaran menuju Australia. Metode yang digunakan adalah metode historis
dengan langkah-langkah yang terdiri dari Heuristik, Verifikasi, Interprestasi, dan
Historiografi. Hasil Penelitian sendiri adalah penemuan benua Australia pertamakali
oleh Belanda dengan ekspedisi Duyfken oleh William Janz dan penjelajahan ini sangat
penting bagi sejarah Eropa dan pebukaan jalur perdagangan yang baru bagi bangsa-
bangsa eropa lainnya. Pelayarannya sangat penting, tetapi juga menandai awal dari
periode eksplorasi Australia yang luar biasa. Selama 36 tahun berikutnya, pelayaran
Belanda memetakan hampir tiga perempat garis pantai Australia.

Kata Kunci: William Janz, Duyfken, Belanda

Abstract

The purpose of this study was to identify the Duyken expedition by William Janz on a
voyage to Australia. The methods used are historical methods with measures of
Heuristic, Verification, Interpreting, and Historiography. Research alone has led to the
discovery of the first continent of Australia by the Netherlands on the Duyfken
expedition by William Janz and the exploration of this exploration of Europe's history
and the opening of a new trade route for other European nations. His voyage was
crucial, but it also marked the beginning of a remarkable period of Australian
exploration. During the next 36 years, the Dutch voyage mapped almost three fourths of
Australia's coastline.

Key Words: William Janz, Duyfken, Netherlands

1
PENDAHULUAN

Bagi orang-orang yang hidup empat abad lalu di eropa hanya sebagian yang sangat kecil
permukaan bumi yang dikenal. Geografi mereka dibatasi di wilayah-wilayah yang
terletak persis di sekitar mediterania, dan termasuk eropa, bagian utara afrika, dan Asia
barat. Di sekelilingnya terdapat catatan tentang para pedagang; Tetapi sejauh ini bagian
dunia yang lebih besar sama sekali tidak diketahui. Mereka percaya bahwa orang yang
dapat menembus cukup jauh akan menemukan negeri - negeri tempat kekayaan yang tak
habis-habisnya dikumpulkan tanpa berjerih lelah dari pantai yang subur, atau lembah
yang mengagumkan (Sutherland, 2008).

Kolonialisasi dan imperialisasi dilatarbelakangi oleh adanya anggapan dikalangan


bangsa Eropa bahwa bangsa Eropa dengan segala karakteristiknya merasa lebih unggul
dari bangsa-bangsa lain. Karakteristik itu meliputi ciri-ciri fisik, dan perilaku atau pola
pikir. Edward Said mengatakan, bahwa bangsa Eropa merasa dominan karena mereka
mempunyai kekuatan baik dibidang industri, teknologi, militer dan moral, sedangkan
bangsa lain tidak. Bangsa Eropa juga menganggap bahwa ras mereka lebih unggul
(superior) sedangkan bangsa lain inferior sehingga masyarakat di luar Eropa pantas
untuk dikuasai atau dijajah (Nuryadi, 2017:95). Sejak abad ke-16, kapal-kapal eropa
berlayar ke pasar-pasar Asia secara rutin. Tujuan utama mereka adalah membeli
rempah-rempah yang paling dicari dari hindia timur dan exotica dari Cina. Hubungan
dagang dan pelayaran tradisional antara barat dan timur sudah ada lama sebelum kapal-
kapal Eropa tiba di kawasan Samudra Hindia (Parthesius, 2010: 11).

Australia adalah negara yang berada di bagian selatan dunia, juga merupakan benua
terkecil di dunia. Walaupun letaknya di dekat Asia, namun masyarakat Internasional
lebih sering menyebut Australia sebagai dunia barat karena kehidupannya yang mirip
dengan gaya kehidupan negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Negara
yang merupakan bekas jajahan Inggris ini mempunyai delapan negara bagian, yaitu
enam Negara bagian dan dua wilayah besar. Enam negara bagian tersebut adalah New
South Wales, Queensland, Victoria, Tasmania, Australia Barat (Western Australia),
Australia Selatan (Southern Australia), dan dua wilayah besar yaitu Notrhern Territory

2
dan Australian Capital Territory. Kata Australische dalam bahasa Belanda digunakan
untuk menyebut daerah yang baru ditemukan di Selatan (Hidayat, 2007: 58).

Australia, walaupun terletak di dekat Asia, lebih sering disebut sebagai bagian dari
dunia Barat karena kehidupannya yang mirip Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Penduduknya pun sebagian besar kulit putih. Benua Australia selama 40.000 tahun telah
didiami oleh penduduk asli Australia, namun pada abad ke-17 setelah kunjungan-
kunjungan sporadis dari para nelayan di utara dan penjelajah Eropa serta para pedagang
(Hadi, 2013: 1).

Praktik pembuatan kapal belanda di akhir abad keenam belas dan awal abad ketujuh
belas adalah hasil dari pengembangan teknologi lokal dan iklim budaya dan sosial
ekonomi belanda. Pada saat ini, belanda memulai perdagangan mereka sendiri dengan
Asia dan berlayar melampaui perairan eropa. Untuk pertama kalinya, mereka harus
merancang dan membangun kapal untuk pelayaran jarak jauh. Pada masa ini, kapal -
kapal belanda merupakan hasil tradisi setempat maupun asing; Praktek pembuatan kapal
di negara-negara seperti spanyol, Portugal, inggris, dan prancis tampaknya telah
memprakarsai pembangunan galangan kapal belanda (Duivenvoorde, 2015: 8). Kapal
eropa pertama yang berlayar ke perairan australia berasal dari Belanda. Willem
Janszoon, Duyfken telah mengambil bagian dalam pertempuran melawan kapal-kapal
Portugis pada tahun 1601 di tempat yang sekarang adalah Indonesia. Pada tahun 1602,
belanda menguasai bagian yang belakangan disebut Hindia Timur Belanda (Macinnis,
2013).

Secara tradisional, perusahaan maritim eropa beroperasi di bawah sistem serupa yang
semakin lama usianya. Tidak seperti perusahaan-perusahaan modern sekarang, seluruh
compa akan didirikan untuk tujuan perjalanan TNP putaran tunggal ke hindia timur.
Setelah apa yang tersisa dari kapal-kapal kembali, perusahaan hancur. Sebaliknya,
pendirian belanda yang baru mulai mengubah sistem antusias, menghembuskan
"kehidupan semi-permanen" ke dalam perusahaan mereka. Sementara sebagian besar
perusahaan dibentuk untuk mengadakan satu pelayaran saja, belanda diberi satu piagam
yang memungkinkan mereka untuk mengawasi serangkaian pelayaran mereka.
Akhirnya, ketika pelayaran dianggap selesai, direksi yang sama akan mengambil

3
keuntungan dan modal dari perusahaan yang sekarang terkubur untuk memulai merek
baru (Editors, 2017).

METODE PENELITIAN

Kata 'metode' dan 'metodologi' sering dicampur adukkan dan disamakan. Padahal
keduanya memiliki arti yang berbeda. Metodologi sendiri merujuk kepada alur
pemikiran umum atau menyeluruh (general logic) dan gagasan teoritis (theoretic
perspectives) suatu penelitian. Sedangkan Kata 'metode' menunjuk pada teknik yang
digunakan dalam penelitian seperti survey, wawancara dan observasi. Metode penelitian
secara umum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap dimulai
dengan penentuan topik, pengumpulan data dan menganalisis data, sehingga nantinya
diperoleh suatu pemahaman dan pengertian atas topik, gejala atau isu tertentu (Raco, J.
R., 2010: 1-2).

Menurut Husin Sayuti, metode penelitian merupakan faktor yang penting dalam
memecahkan suatu masalah yang turut menentukan penelitian (Sayuti, 1989: 32).
Menurut Sugiono dalam Hardani mengatakan metode penelitian merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data/informasi sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana
seharusnya, dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu (Hardani, dkk, 2020:
242). Adapun langkah-langkah penelitian historis dapat dikatakan merupakan tahapan-
tahapan dalam melakukan penelitian dan mempermudah penulisan historis.

1. Heuristik merupakan sebuah tahapan dalam mengumpulkan sumber. Pada


heuristik terdapat dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder (.
2. Kritik, Kritik merupakan menguji sumber-sumber yang telah didapatkan. Kritik
ini terdiri dari kritik internal dan kritik eksternal.
3. Interprestasi merupakan tahap dimana akan menghubungkan sumber-sumber
yang telah diuji menjadi sebuah cerita sejarah. Penafsiran sejarah ini harus
bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa. Dengan melihat
keterkaitan fakta-fakta sejarah dan juga melihat hubungan sebab-akibat.
4. Historiografi (penulisan) merupakan tahap terakhir dalam metode sejarah yang
dilakukan penulisan kembali suatu peristiwa sejarah. Penulisan sejarah

4
merupakan kegiatan menyusun fakta-fakta yang ditemukan setelah melalui
proses interpretasi menjadi sebuah karya sejarah (Resta Hutama, 2015: 4).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Penemuan Benua Australia Oleh Belanda

Penemuan benua Australia dapat dihubungkan peristiwa yang terjadi di Eropa kala itu.
Konstantinopel sebagai kota pusat perniagaan bangsa-bangsa Eropa telah jatuh ke
tangan bangsa Turki Usmani. Dikuasainya Konstantinopel oleh bangsa Turki Usmani
menyebabkan jalannya kegiatan perdagangan bangsa-bangsa Eropa terganggu, sebab
barang-barang dagangan seperti emas, rempah-rempah dan lain-lain yang dibutuhkan
bangsa-bangsa barat dikuasai dan diatur oleh para pedagang muslim. Situasi dan kondisi
ini yang mendorong bangsa Belanda berusaha mencari jalan keluar dengan cara mencari
sumbernya. Mulailah era baru dalam sejarah bangsa-bangsa Barat, yaitu era penemuan
sumber penghasil barang dagangan yang dibutuhkan dan era penemuan daerah-aerah
baru (Manning Clark, 1987: 23)

Belanda secara kebetulan dan medesain, menjelajahi bagian-bagian Pantai Australia


melalui paruh pertama abad ketujuh belas. Aksi mereka awalnya terlihat untuk
mengkonfirmasi pengetahuan yang sudah ada pada Terra Australis. Mereka tidak
menemukan apa pun yang baru, melainkan hanya menegaskan pengetahuan yang telah
ada dan menambahkan perincian geografis yang penting. Bagaimanapun, akhirnya,
tindakan-tindakan eksplorasi menjadi tindakan penemuan, karena menyadari bahwa
pantai yang ditemui tidak bisa menjadi milik tanah austral bahwa tulisan suci dan
pendapat ahli telah hilang. Memang, penemuan belanda pada dasarnya akan mengubah
cerita tentang tanah australia (Stallard, 2016: 136).

Belanda mendominasi eksplorasi maritim australia selama abad ketujuh belas. Kompeni
Hindia Timur Belanda (Verenigde Oostindische Compagnie), yang didirikan pada tahun
1602, membentuk organisasi perdagangan eropa yang terkemuka dalam beberapa hari
setelah berlayar ke Australia barat laut. Gunter Schilder telah menunjukkan bahwa VOC
telah terlibat dalam dua jenis eksplorasi pelayaran dari dasar mereka di hindia timur.
Pertama, beberapa pelayaran menemukan pulau-pulau di lepas pantai di sekitar

5
Australia, khususnya di pesisir barat, dan kadang-kadang mencapai beberapa bagian
daratan utama, secara kebetulan bukan direncanakan. Hal ini menyebabkan penemuan
tersebar tentang geografi pantai Australia yang tidak cocok dengan pola yang jelas,
tanpa indikasi bahwa tempat mereka datang merupakan bagian dari daratan yang besar.
Kedua, pada waktu yang relatif sedikit, kapal-kapal ekspedisi mengadakan ekspedisi
untuk menemukan rute ke daratan selatan yang luas dan melaporkan kembali kepada
gubernur VOC di Batavia tentang temuan mereka. Beberapa pelayaran memiliki
instruksi untuk menjelajahi bagian-bagian dari Terra Australis tetapi yang lain adalah
petualangan yang datang melintasi pulau-pulau lepas pantai dan Australia barat laut
dengan mengikuti rute pelayaran melintasi samudra hindia ke hindia timur (Morgan,
2012).

Syah dan Ekwandari (2010: 24-36) menyatakan bahwa pada tahun 1606 dibawah
pimpinan Willem Jansz dengan kapal Duyfaken berangkat dari Belanda untuk
menyelidiki benua yang ada di kutub selatan.Dalam pelayaran ini Willem Jansz
memotong Selat Torres dari pantai Selatan Irian, memasuki Teluk Calpentaria dengan
menyusuri pantai Barat Semenanjung York. Dari Cape Keer-Weer, Willem Jansz
kembali kesimpulan yang salah, yaitu dia bahwa Pantai Selatan Irian bersatu Barat
dengan suatu menganggap dengan Pantai Semenanjung York, akibatnya untuk beberapa
tahun kemudian orang Belanda menerbitkan peta yang salah, sesuai dengan keyakinan
Willem Jansz itu.

Semula tujuan Willem Jansz tersebut adalah ingin menemukan daerah yang disebut
Nova Guinea atau New Guinea sebuah daerah yang banyak emasnya. Setelah Janzs
sampai di Semenanjung York, daratan yang disinggahi Janzs itu dianggap daerah New
Guinea. Namun, karena sembilan anak buahnya mati terbunuh oleh penduduk asli pulau
tersebut, maka ia memutuskan untuk kembali. Daerah yang disinggahi oleh Willem
Jansz tersebut disebut Tanjung Keerweer yang berarti kembali lagi (Syah, 2010: 23-36).

Ekplorasi Willem Janz Dengan Duyfken

Beberapa navigator belanda berkunjung secara singkat antara tahun 1606 dan
pertengahan tahun 1700-an dan menganugerahkan banyak nama tempat yang masih
digunakan. Pengunjung pertama di Belanda adalah Willem Janszoon (atau Janszoon) di

6
Duyfken, yang mendarat di teluk Carpentaria, sebagai bagian dari menjelajahi negeri-
negeri di sebelah timur Indonesia (Murray, 2014).

Willem Janszoon atau Willem Janssen, dijelaskan dalam Biographisch woordenboek


der Nederlanden (Kamus Biografi Belanda) hanya sebagai 'penemu Australia', lahir di
Amsterdam dan, menurut sejarawan VOC, François Valentijn (1656-1727),
ditinggalkan sebagai chi Janszoon memasuki layanan VOC pada tahun 1603. Willem
Janz seorang pria yang akan berperan dalam Belanda penjelajahan pantai Australia
Barat pada tahun 1619.Dia mengambil alih komando Duyfken dan berangkat dari
Belanda dengan armada VOC pertama yang dimiliki dan diperlengkapi di bawah
komando Laksamana Steven van der Hagen dan mencapai Banten (di barat laut Jawa)
pada 31 Desember 1604. Sebelum Laksamana kembali ke Belanda pada Oktober 1605,
ia ditempatkan NS Duyfken atas perintah Gubernur Ambon, Frederik de Houtman
(Gerritsen, 2015: 16).

Gambar.1 Potret Willem Janz

Sumber:https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Willem_Janszoon_Blaeu.jpg

Belanda mendominasi eksplorasi maritim Australia selamaabad ketujuhbelas.


Perusahaan Hindia Timur Belanda (Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC),
didirikan pada tahun 1602, VOC didirikan sebagai organisasi komersial Eropa
terkemuka dalam beberapa hari berlayar dari barat laut Australia. Dengan kantor pusat

7
di Amsterdam,perusahaan perdagangan besar yang disewa ini menciptakan basis yang
kuat diBanten (dekat Banten sekarang), sebuah pelabuhan kecil di Jawa bagian barat, di
mana gubernur dan staf pelaut profesional penuh berada. Navigator berpengalaman dan
pembuat peta maritim termasuk di antara nomor mereka. Pada tahun 1619 Batavia
(sekarang Jakarta), di pantai utara Jawa, menggantikan Banten sebagai pusat
pemerintahan VOC dan perdagangan di Hindia Timur (sekarang Indonesia). Itu menjadi
dasar utama Belanda untuk membatasi dominasi Portugis dalam perdagangan Asia
jaringan antara Samudra Hindia dan Timur Jauh (Boxer, 1965: 26).

Willem Janszoon berlayar dari Belanda sekitar 18 bulan setelah pendirian Kompeni dan
selama Perang Kemerdekaan Delapan Puluh Tahun Belanda, 'Pemberontakan Belanda'
(1568–1648) melawan kekuasaan Spanyol. Karirnya (1603-1628) bertepatan dengan
pembentukan kekuatan VOC di laut, penuntutan perang melawan kepentingan Spanyol
dan Portugis di Timur dan pertumbuhan kepentingan Belanda di Kepulauan Indonesia.
Pada abad ke XVII dibawah pimpinan Willem Jansz dengan kapal Duyfaken berangkat
dari Belanda untuk menyelidiki benua yang ada di kutub selatan. Dalam rangka
pelayarannya Willem Jansz tersebut memotong selat Torres menuju ke Semenanjung
York (J. Siboro, 1989: 18).

Pelayaran Janszoon penting bagi sejarah Australia. Ini menandai awal dari sejarah
Eropa daratan Australia, dan dengan demikian memulai proses yang akan
mengakibatkan orang Eropa mengambil alih sebuah benua yang sudah dimiliki oleh
masyarakat adat; menentukan sifat kontak antara pemukim Eropa dan masyarakat
Aborigin yang mereka temui; untuk berdamai dengan lingkungan alam yang berbeda
dan keras; menjelajahi dan mensurvei tanah dan memaksakan nama-nama Eropa pada
lanskap yang sudah penuh dengan nama-nama tempat itupemilik tradisional; pencarian
dan pemanfaatan sumber daya alam; dan mendirikan pemukiman dan industri Eropa.
Namun, seperti yang diamati Sutton, 'Cooklah yang tetap menjadi nama rumah tangga
bagi orang Australia, bukan nakhoda kapal. Duyfken pada tahun 1606, Willem Janszoon
( Jansz)' (Gerritsen, 2015: 19-20).

Suatu hari antara Januari dan Maret 1606 di pantai barat tempat kita sekarang sebut
Teluk Carpentaria, penduduk asli Australia dan Eropa saling menatap untuk pertama

8
kalinya dalam sejarah. Kita tidak akan pernah tahu siapa bahwa pria Aborigin itu, tetapi
orang Eropa itu mungkin adalah Willem Jansz, master dari kapal kecil Belanda yang
dikenal sebagai Duyfken ('Little Dove'). Di dalam kontak pertama orang Eropa
bertindak dengan cara yang akan diulang banyak kali selama berabad-abad berikutnya
—pria Aborigin itu ditembak mati. Kita tidak dapat mengetahui keadaan atau detail
yang tepat dari nubuatan yang menyedihkan pertemuan ini, sebagai jurnal asli Jansz
tentang perjalanan bersejarahnya dari Batavia ke ujung utara Southland telah lama
hilang. Tapi adajumlah referensi ke jurnal dalam dokumen arsip lain dan dalam Peta
Belanda yang mencatat pemetaan garis pantai utara yang dilakukan oleh Jansz dan
krunya (Seal, 2015: 38).

Pada tahun 1606, Duyfken VOC (Little Dove), sebuah kapal kecil kurang dari
panjangnya dua puluh meter, adalah kapal pertama yang diketahui pasti mencapai
daratan Australia. Drafnya yang dangkal cocok untuk survei dekat garis pantai. Pada
bulan September 1605, Duyfken menerima perintah untuk tinggal di Hindia Timur
selama tiga tahun untuk mencari sumber-sumber baruperdagangan (Henderson, 1999:
23). Direktur pabrik VOC di Banten, Jan Willem Verschoor, ingin menindaklanjuti
rumor bahwa emas dan perdagangan peluang bisa disadap dari tanah yang terletak di
sebelah tenggara kepulauan rempah-rempah. Verschoor mengirim Duyfken, di bawah
Willem perintah Janszoon, dalam perjalanan yang meninggalkan Banten pada tanggal
28 November 1605 untuk Banda, sekitar 1.680 mil lebih jauh ke timur, kemudian ke
New Guinea, mendarat beberapa kali. Pertempuran dengan orang Papua dipimpin
hingga tewasnya delapan awak kapal. Tidak terpengaruh oleh permusuhan seperti itu,
Janszoon melanjutkan di sepanjang pantai yang sama sampai dia mencapai beting luas
dan terumbu dangkal yang mengalihkan pelayaran ke Selatan. Betingnya mungkin
berada di tepi barat Selat Torres, meskipun Janszoon tidak menyadarinya. Dia mungkin
berpikir kawanan itu menandai sebuah teluk, tetapi dia tidak memeriksa apakah itu
adalah kasus atau apakah ada selat di sana (Tent, 2006: 373).

9
Gambar.2 Willem Jansz dan kapalnya Duyfken di Teluk Carpentaria 1606.

Sumber:https://www.news.com.au/lifestyle/real-life/news-life/today-in-history-january-31-willem-jansz-lands-on-
australian-coast/news-story/281926ad53076d984b5b3793ac5e019b

Dibangun sekitar tahun 1595, Duyfken seberat 110 ton adalah kapal yang cepat dan
gesit dengan panjang 20 meter dan lebar 6 meter. Digolongkan sebagai jacht, enteng
dipersenjatai dengan delapan meriam dan biasanya diawaki oleh kurang dari dua puluh
pelaut (Seal, 2015: 38). Kapal Belanda pertama yang diketahui telah mengunjungi
bagian dari pantai Australia adalah Duyfken (yaitu Merpati Kecil), dikirim untuk
memeriksa pantai dan pulau-pulau di New Guinea. Kapal pesiar ini, yang dikomandoi
oleh Willem Jansz, sebenarnya berada di Selat Torres pada Maret 1606, beberapa
minggu sebelumnya Torres berlayar melewatinya. Tapi kekurangan perbekalan, dan
sembilan awaknya—dibunuh oleh penduduk asli, yang ditemukan sebagai 'liar, kejam,
biadab hitam'; jadi bahwa Duyfken tidak menembus melewati Cape Keer-weer (yaitu
Cape Putar-lagi), di sisi barat Semenanjung Cape York. Kaptennya kembali dengan
keyakinan bahwa pantai selatan New Guinea bergabung dengan tanah di mana ia
meluncur, dan peta Belanda mereproduksi kesalahan ini untuk bertahun-tahun yang
akan datang (Scott, 2002: 37).
Setelah meluncur di sepanjang selatan pantai New Guinea, kru Janszoon menjadi orang
Eropa pertama yang mendarat di Australia ketika tanpa disadari mereka menyeberangi
Selat Torres dan memetakan pantai barat Cape York. Alih-alih menemukan dongeng
Isla del Oro yang diklaim oleh Spanyol telah pantai bertabur emas, semua yang dilihat
orang Belanda saat mereka berlayar di sepanjang tanjung dekat Weipa saat ini adalah
gurun tandus tanpa pesona, jarang berhutan dengan semak dataran rendah dan 'pohon

10
kecil berminyak'. Terlepas dari aspek yang tidak menarik dari pantai, Janszoon masih
ingin mendarat dan 'berinteraksi' dengan penduduk setempat (Bashford, 2015: 72).
Pencarian logam mulia adalah salah satu faktor yang memotivasi ekspedisi Duyfken
pada 1605–06 dan tetap menjadi faktor konstan dan penting dalam perkembangan
Australia sejak pendiriannya. Ironisnya, emas ditemukan oleh seorang Aborigin
bernama Pluto pada Oktober 1910 di Sungai Batavia (sekarang Wenlock). Jika
identifikasi James Henderson dan Peter Sutton benar, ini adalah sungai yang sama
(walaupun sekitar 220 kilometer ke hulu) tempat orang-orang Aborigin bersentuhan
(dan berkonflik) pada tahun 1606 dengan beberapa suku Aborigin. Kru Duyfken
merupakan orang Eropa pertama yang meninggalkan jejak kaki mereka di pantai
Queensland. Bahkan mungkin lebih ironis bahwa tepat 349 tahun setelah
pelayaranDuyfken, ahli geologi Selandia Baru Harry Evans menemukan deposit bauksit
yang luas yang membentang di sepanjang sebagian besar daratan pesisir Cape York
dilihat dari kapal VOC. Penemuan ini mengarah pada pengembangan salah satu
tambang terkaya di Queensland(Gerritsen, 2015: 22).
Dari grafik, mudah untuk menemukan titik di mana Duyfken melakukan pendaratan
pertamanya: Sungai Pennefather, sekitar 150 kilometer selatan ujung Cape York saat
ini, di sisi barat. Meskipun tidak ada salinan perintah Janszoon yang masih ada, tujuan
utama dari semua ekspedisi VOC adalah untuk memperluas peluang perdagangan. Jadi,
tidak diragukan lagi dia akan pergi ke darat di Sungai Pennefather untuk mencari
informasi tentang logam mulia seperti emas, dan rempah-rempah seperti lada, pala, dan
kayu manis. Ada juga tugas-tugas duniawi seperti memasok kapal dengan air bersih dan
kayu, dan mendapatkan makanan segar. Pada saat yang sama, pantai harus dipetakan,
dengan penentuan posisi dibuat seakurat mungkin.
Segera tanpa disadari Duyfken sedang menuju ke barat, kembali ke pangkalan Belanda
di Banda, di mana dia tiba pada bulan Juni 1606. Pelayarannya sangat penting, tetapi
juga menandai awal dari periode eksplorasi Australia yang luar biasa. Selama 36 tahun
berikutnya, pelayaran Belanda memetakan hampir tiga perempat garis pantai Australia.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, benua pulau mengambil tempatnya di peta dunia
(Gerritsen, 2015: 28). Selanjutnya pelayaran yang dilakukan oleh orang-orang Belanda
jauh lebih baik dalam menemukan benua Austalia (Darmawan, 2012: 27).

11
PENUTUP

Kesimpulan

Dikuasainya Konstantinopel oleh bangsa Turki Usmani menyebabkan jalannya kegiatan


perdagangan bangsa-bangsa Eropa terganggu, sebab barang-barang dagangan seperti
emas, rempah-rempah dan lain-lain yang dibutuhkan bangsa-bangsa barat dikuasai dan
diatur oleh para pedagang muslim. Situasi dan kondisi ini yang mendorong bangsa
Belanda berusaha mencari jalan keluar dengan cara mencari sumbernya. Mulailah era
baru dalam sejarah bangsa-bangsa Barat, yaitu era penemuan sumber penghasil barang
dagangan yang dibutuhkan dan era penemuan daerah-aerah baru. Beberapa navigator
belanda berkunjung secara singkat antara tahun 1606 dan pertengahan tahun 1700-an
dan menganugerahkan banyak nama tempat yang masih digunakan. Pengunjung
pertama di Belanda adalah Willem Janszoon (atau Janszoon) di Duyfken, yang
mendarat di teluk Carpentaria, sebagai bagian dari menjelajahi negeri-negeri di sebelah
timur Indonesia. Belanda mendominasi eksplorasi maritim Australia selamaabad
ketujuhbelas. Willem Janszoon berlayar dari Belanda sekitar 18 bulan setelah pendirian
Kompeni dan selama Perang Kemerdekaan Delapan Puluh Tahun Belanda. Setelah
meluncur di sepanjang selatan pantai New Guinea, kru Janszoon menjadi orang Eropa
pertama yang mendarat di Australia ketika tanpa disadari mereka menyeberangi Selat
Torres dan memetakan pantai barat Cape York. Kapal Belanda pertama yang diketahui
telah mengunjungi bagian dari pantai Australia adalah Duyfken (Litte Dove), dikirim
untuk memeriksa pantai dan pulau-pulau di New Guinea. Kapal pesiar ini, yang
dikomandoi oleh Willem Jansz dan Pelayaran Janszoon penting bagi sejarah Australia
Ini menandai awal dari sejarah Eropa daratan Australia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Clark, M. 1987. A short history of Australia. New York: A Mentor Book, Penguin
Inc.

Bashford, Alison. 2015. The Cambridge History of Australia Volume 1; Indigenous


and Colonial Australia. New York: Cambridge University Press.

Boxer, C.R. 1965. The Dutch Seaborne Empire. New York.

Darmawan, Wawan. (2012). Perkembangan Awal Kehidupan Masyarakat Awal


Australia. Bahan Ajar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Duivenvoorde, Wendy Van. (2015). Dutch East India Company Shipbuilding: The
Archaeological Study of Batavia and other Seventeenth-Century VOC Ships.
Amerika: Texas A&M University Press.

Editors, Charles River. (2017). The Dutch East India Company: The History of the
World’s First Multinational Corporation. United States: CreateSpace
Independent Publishing.

Gerritsen, Rupert. 2015. The Duyfken: Unveiling of Thr First Contact Memorial at
Mapoon, Queensland. Australia:Western Australian Museum.

Hadi, Miftahul Ilmi. (2013). Seri Pengenalan Benua Di Dunia, Australia. Jakarta: Mitra
Utama

Hardani, dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: CV.
Pustaka Ilmu Group Yogyakarta.

Hidayat. F. A dan H.G. Abdurasyid. 2007. Ensklopedia: Negara-Negara di


Dunia. Bandung: Pustaka Grafika.

Henderson, James. 1999. Sent Forth a Dove: Discovery of the Duyfken. Nedlands:
Western Australian Maritime Museum.

Sayuti, Husin. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:


Angkasa.

13
Hutama, Resta. 2015. Perjuangan K.H Gholib Dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia Tahun 1949. Jurnal Pesagi. Vol.3 No. 1. 2015.

Jan Tent, ‘Geographic and Linguistic Reflections on Moente and Dubbelde Ree: Two of
Australia’s First Recorded Placenames,’ Geographical Research, 44/4 (2006),

Morgan, Kenneth. (2021). Navigating by the Southern Cross: A History of the European
Discovery and Exploration of Australia. London: Bloomsbury Publishing.

Macinnis, Peter. (2013). The Big Book Of Australian History. Australia: National
Library of Australia.

Murray, Robert. The Making Of Australia A Concise History. Australia: Rosenberg


Publishing.

Nuryadi. (2017). Gambaran Imperialisasi Dan Kolonialisasi Di Pulau Jawa Abad Ke-19
Dalam Travel Writing: Avisitto Java Karya William Basil Worsfold. Jurnal
Deiksis, Vol. 4(2).

Parthesius, R. (2010). Dutch Ships in Tropical Waters: The Development Of The Dutch
East India Company (VOC) Shipping Network In Asia 1595-1660.
Amsterdam :Amsterdam University Press.

Raco, J. R., 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik Dan


Keunggulannya. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Seal, Graham. 2015. The Savage Shore. Australia: Allen & Uwin.

Scott Ernest. 2002. A Shot History of Australia. Melbourne: The University of


Melbourne.

Stallard, Avan Judd. Antipodes: In Search of the Southern Continent. Australia: Monash
Universitty Publishing.

Sutherland, Alexander and George Sutherland. (2008). History of Australia and New
Zealand From 1606 to 1890. London: Harvard Collage Library.

Syah, Iskandar dan Yustina Sri Ekwandari. 2010. Australia dan Oceania dalam
Prespektif Sejarah.Bandar Lampung: Universitas Lampung.

14

Anda mungkin juga menyukai