Dosen Pengampu:
Bambang Supriyo, BSEE,MEngSc,PhD
Disusun Oleh:
FIRDA PRAMESTHI
(3.32.22.2.06)
MUHAMAD CHAFID
MAULANA
(3.32.22.2.12)
MUKHAMAD RAMADHANI
ASYRAF
(3.32.22.2.16)
No. Percobaan : 01
Judul Percobaan: Non Inverting Amplifier
1. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja Non Inverting Amplifier
2. Mahasiswa dapat mengukur dan mengetahui karakteristik Non INverting
Amplifier
3. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami konfigurasi Non Inverting
Amplifier
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan Non Inverting Amplifier dalam rangkaian yang
digunakan
2. Dasar Teori
A. Op-amp
Dalam penggunaannya op-amp dibagi menjadi dua jenis yaitu penguat linier
dan penguat tidak linier. Penguat linier merupakan penguat yang tetap
mempertahankan bentuk sinyal masukan, yang termasuk dalam penguat ini antara lain
penguat non inverting, penguat inverting, penjumlah diferensial dan penguat
instrumentasi. Sedangkan penguat tidak linier merupakan penguat yang bentuk sinyal
keluarannya tidak sama dengan bentuk sinyal masukannya, diantaranya komparator,
integrator, diferensiator, pengubah bentuk gelombang dan pembangkit gelombang.
4. Pelaksanaan Percobaan
a. Rangkaian 1
b.Rangkaian 2
c. Rangkaian 3
G = 1 + (R2 / R1)
Gain ini selalu lebih besar dari 1, yang berarti sinyal output (Vo) akan selalu lebih
besar daripada sinyal input (Vi). Sinyal output (Vo) adalah hasil penguatan sinyal
input (Vi) sesuai dengan rumus penguatan yang ditentukan oleh perbandingan
resistansi R1 dan R2. Vo = G * Vi.
5. Hasil Percobaan
a. Rangkaian 1
Tabel 1
Vi (V) Vo(V) Ap=Vo/Vi |Error_A|
-6 -11,98 2,00 1,00
-5 -10,25 2,05 1,05
-4 -7,90 1,98 0,98
-3 -6,06 2,02 1,02
-2 -4,02 2,01 1,01
-1 -2,16 2,16 1,16
0 0,1 0 0
1 2,04 2,04 1,04
2 4,2 2,10 1,10
3 6,2 2,07 1,07
4 8,05 2,01 1,01
5 9,92 1,98
Vo=f(Vi) 0,98
6 9,8 1,63 0,63
15
10
5
Vo (V)
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
-5
-10
-15
Vi (V)
|Error_A|=f(Vi)
1.16
1 1.10 1.07
1.05 1.02 1.01 1.04 1.01
1.00 0.98 0.98
1
1
0.63
Error
0
0.00
0
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Vi (V)
b. Rangkaian 2
Tabel 2
Vi (V) Vo (V) Ap = Vo/Vi |Error_A|
-3 -11,9 3,97 1,03
-2,5 -11,3 4,52 0,48
-2 -9,1 4,55 0,45
-1,5 -7,4 4,93 0,07
-1 -5 5,00 0
-0,5 -2,5 5,00 0
0 0,02 0 0
0,5 2,6 5,20 0,2
1 5 5,00 0
1,5 7,4 4,93 0,07
2 9,9 4,95 0,05
2,5 9,9 3,96 1,04
3 9,9 3,30 1,7
Vo (V)
vo =f(Vi)
15
10
0
-3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-5
-10
-15
Vi (V)
|Error_A| = f(Vi)
1.80 1.70
1.60
1.40
1.20 1.03 1.04
1.00
Error
0.80
0.60 0.48 0.45
0.05
0.40
0.20
0.20 0.07
0.00 0.00 0.00 0.00 0.01
0.00
-3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Vi (V)
c. Rangkaian 3
Tabel 3
Vi (V) Vo(V) Ap = Vo/Vi |Error_A|
-1,2 -11,5 9,6 0,4
-1,0 -10 10,0 0
-0,8 -8 10,0 0
-0,6 -6,3 10,5 0,5
-0,4 -4,04 10,1 0,1
-0,2 -1,7 8,5 1,5
0 0,5 0 0
0,2 2,2 11,0 1
0,4 4,1 10,3 0,2
0,6 6,1 10,2 0,2
0,8 8,1 10,1 0,1
1 10 10,0 0
1,2 11,4 9,5 0,5
Vo(V) = f(Vi)
15
10
5
Vo(V)
0
-1.2 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
-5
-10
-15
Vi (v)
|Error_A| = f(Vi)
1.6
1.4
1.2
1.0
Error
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
-1.2 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Vi (V)
5. Pembahasan
Pada percobaan rangkaian pertama terjadi penguatan sebesar 1 kali. Pada
percobaan pertama dilakukan percobaan teori dan praktek. Hasil teori didapatkan
AT=Vo/Vi yang dimana hasilnya berbeda dengan hasil praktek (AP) sehingga perbedaan
hasil tersebut dikategorikan sebagai error. Error terbesar yaitu 1,16 terjadi saat Vi = -1 V
dan menghasilkan Vo = -2,16 V dengan AP = 2,16 .Error terbesar tersebut terjadi saat
keadaan VSATL atau rendah. Untuk error terkecil yaitu antara 0,63-1 terjadi saat keadaan
VSATL atau rendah dan juga terjadi saat keadaan VSATH atau tinggi.
Pada percobaan rangkaian kedua terjadi penguatan sebesar 5 kali. Hasil teori
didapatkan AT= Vo/Vi yang dimana hasilnya mendekati dengan hasil praktek (AP),
dengan perbedaan tersebut dikategorikan sebagai error. Error terbesar yaitu 1,7 terjadi
saat Vi = 3V dan menghasilkan Vo = 9,9 V dengan AP = 3,30 V. Error terbesar terjadi
saat keadaan VSATH atau tinggi. Untuk error terkecil yaitu antara 0-0,48, terjadi saat Vi = -
0,25 V-0,25 V.
Pada percobaan rangkaian ketiga terjadi penguatan sebesar 10 kali. Pada
percobaan ketiga didapatkan hasil teori AT = Vo/Vi yang dimana hasilnya sangat
mendekati dengan hasil praktek (AP), dengan perbedaan tersebut dikategorikan sebagai
error. Error terbesar yaitu 1,5 terjadi saat Vi = -0,2 V dan menghasilkan Vo = -1,7 V
dengan AP = 8,5 V, error terbesar terjadi saat keadaan V SATL atau rendah. Untuk error
terkecil yaitu antara 0-1,terjadi pada keadaan VSATL yaitu saat Vi antara 0 V - 1,2 V.
6. Kesimpulan