Anda di halaman 1dari 34

KONSEP DASAR

PENDIDIKAN
KONSERVASI
Pendidikan Lingkungan Hidup
(Environmental Education)
menurut IEEP tahun 1977 : “proses yang
bertujuan mengembangkan penduduk dunia
agar memiliki kesadaran dan kepedulian
terhadap lingkungan hidup seluruhnya dan
segala permasalahannya, dan yang memiliki
pengetahuan, sikap, keahlian, motivasi dan
komitmen untuk bekerja, baik secara
individu maupun kolektif, untuk
memecahkan masalah saat ini dan
mencegah masalah yang akan datang”
Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup untuk
Pembangunan Berkelanjutan - IEEP Pasca-KTT
Bumi:
• Mengembangkan kepekaan individu dan kelompok
komunitas dan bangsa terhadap kesaling-
tergantungan antar aspek-aspek ekologi, ekonomi dan
sosial budaya.
• Memberikan kesempatan kepada semua orang untuk
mendapatkan kesadaran, pengetahuan, keahlian dan
komitmen untuk melindungi dan memperbaiki tata
lingkungan.
• Membentuk pola perilaku yang ramah lingkungan.
• Mengembangkan etika lingkungan.
• Memberantas buta lingkungan.
• Meningkatkan kualitas hidup.
Rumusan Tujuan Pendidikan Konservasi
(modifikasi Sheik, 1996)
1. Menciptakan pengetahuan tentang prinsip-prinsip
dasar ekologi alam yang menekankan etika kehidupan
dengan alam dan perhatian terhadap kehidupan dalam
semua bentuknya.
2. Memasukkan pertimbangan lingkungan hidup dengan
penekanan terhadap kawasan konservasi ke dalam
kurikulum pendidikan untuk menciptakan orang-orang
yang menaruh perhatian besar terhadap
lingkungan/kawasan & kegiatan konservasi.
3. Mendorong dan membantu kegiatan-kegiatan para
pendidik dan komunikator melalui penyediaan publikasi
yang didesain untuk menyebarkan informasi yang
berkaitan dengan lingkungan/kawasan & kegiatan
konservasi.
5. Mengembangkan kebijakan dan prosedur-prosedur
yang didesain untuk merubah sikap mental dan perilaku
hidup manusia yang bermanfaat terhadap
lingkungan/kawasan & kegiatan konservasi
6. Memajukan metode pengumpulan dan pertukaran
informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang isu dan permasalahan-permasalahan
lingkungan/kawasan & kegiatan konservasi.
7. Melindungi dan memperbanyak kearifan yang melekat
pada masyarakat pedesaan atau nomad sebagai suatu
warisan manusia yang berharga.
Tujuan Operasional PLH/PK Di Sekolah:
Agar Siswa:
1. Memahami konsep-konsep ekosistem, fungsi dan
manfaat suatu ekosistem tertentu (dengan penekanan
pada ekosistem yang terdapat pada kawasan
konservasi) dan keterkaitannya dengan kehidupan
masyarakat.
2. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan, gagasan tentang suatu ekosistem
sebagai bagian dari alam sekitar.
3. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari
lingkungan hidup dan sumberdaya alam dan segala
kejadian alam yang berlangsung di dalamnya.
4. Mampu menerapkan konsep-konsep ekosistem untuk
menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Sasaran PK
(mengacu pada resolusi dari Belgrade International Conference on EE, 1975)

Membantu individu atau kelompok sosial agar memiliki:


1. Kesadaran (awareness): kesadaran dan kepekaan
terhadap kawasan konservasi secara keseluruhan,
termasuk permasalahan yang terkait.
2. Pengetahuan (knowledge): pengetahuan dan
pemahaman terhadap kawasan konservasi,
permasalahan-permasalahan yang terkait, serta
kehadiran manusia yang menyandang peran dan
tanggung jawab penting di dalamnya.
3. Sikap (attitude): nilai-nilai sosial, rasa kepedulian yang
kuat terhadap kawasan konservasi, serta motivasi
untuk berperan serta secara aktif dalam upaya-upaya
perlindungan dan pengembangan lingkungan.
4. Mengenal dan memupuk rasa cinta dan
kepedulian serta tanggung jawab terhadap
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
hidupnya serta keagungan Tuhan Yang Maha
Esa sebagai penciptanya.
5. Memiliki motivasi dan keinginan yang kuat
untuk berpartisipasi aktif di dalam usaha
pelestarian dan pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan hidupnya.
6. Memiliki kemampuan pengetahuan dan
keterampilan dasar serta berperilaku hidup
dengan senantiasa memperhatikan kelestarian
lingkungannya.
Prinsip-prinsip Paedagogi PK
Kastama (1997) menyebutkan bahwa terdapat
perbedaan pengertian antara pendidikan dan
pengajaran.
– Pengajaran atau pelatihan merupakan bagian
dari pendidikan.
– Pengajaran biasanya hanya dalam kurun
waktu tertentu, sedangkan pendidikan
memerlukan waktu yang cukup lama karena di
dalamnya terdapat berbagai pengajaran.
• Pembelajaran: memfasilitasi pembentukan
skill/kecakapan hidup (hard dan soft skills)

• Pembelajaran kontekstual
mempermudah ketercapaian skill
APA SAJA ASPEK KECAKAPAN HIDUP ?

TERDAPAT BEBERAPA CARA PENJABARAN


KECAKAPAN HIDUP (KH):
POLA I. KECAKAPAN HIDUP MENCAKUP:
a. Kecakapan Dasar: (1) Belajar mandiri, (2) Membaca,
menulis, dan berhitung, (3) Kecakapan berkomunikasi, (4)
Kecakapan berpikir, (5) Kecakapan kalbu, (6) Kecakapan
mengelola raga, (7) Kecakapan merumuskan kepentingan
dan mencapainya, (8) Kecakapan berkeluarga dan
bermasyarakat.

b. Kecakapan Instrumental: (1) Kecakapan memanfaatkan


teknologi, (2) Mengelola sumberdaya, (3) Bekerjasama dg
orang lain, (4) Memanfaatkan informasi, (5) Menggunakan
sistem, (6) Berwirausaha, (7) Kecakapan kejuruan, (8)
Memilih dan mengembangkan karier, (9) Menjaga harmoni
dg lingkungan, (10) Menyatukan bangsa.
POLA II. KECAKAPAN HIDUP MENCAKUP:

a. General Life Skill:


1) Kesadaran diri: (a) Sadar sebagai makhluk Tuhan, (b)
Sadar akan potensi diri (fisik dan psikologik), (c) Sadar sbg
makhluk sosial, (d) Sadar sbg makhluk lingkungan.
2) Kecakapan berpikir: (a) Kecakapan menggali informasi, (b)
Mengolah informasi, (c) Menyelesaikan masalah secara
kreatif dan arif, (d) Mengambil keputusan secara cepat dan
tepat.
3) Kecakapan sosial: (a) Kecakapan berkomunikasi lisan dan
tulisan, (b) Kecakapan bekerjasama.

b. Specific Life Skill: Kecakapan yang terkait dg pekerjaan yg


ada di lingkungan dan ingin ditekuni.
POLA III. KECAKAPAN HIDUP MENCAKUP:

a. Personal Skill: (1) Kecakapan memelihara jasmani dan


rohani
b. Social Skill: (1) Memelihara hubungan dg masyarakat umum,
(2) Memelihara hubungan dg masyarakat khusus.

c. Environmental Skill: (1) Memelihara lingkungan nyata, (2)


Memelihara lingkungan ghaib.

d. Occupational Skill: Menguasai salah satu pekerjaan yg halal.

WALAUPUN RICIANNYA BERBEDA INTINYA SAMA:


ADA KECAKAPAN DASAR/GENERIK YG DIPERLUKAN OLEH
SIAPA SAJA. APAPUN PEKERJAANNYA, ADA KECAKAPAN
SPESIFIK YANG HANYA TERKAIT DG PEKERJAAN TERTENTU.
SKEMA LIFE SKILL KESADARAN
DIRI

KEC. HIDUP
PERSONAL KECAKAPAN
BERPIKIR
KECAKAPAN
HIDUP
GENERIK KECAKAPAN
KOMUNIKASI
KEC. HIDUP
LIFE SOSIAL
SKILL KECAKAPAN
KERJASAMA
KECAKAPAN
KECAKAPAN AKADEMIK
HIDUP
SPESIFIK
KECAKAPAN
VOKASIONAL
SADAR SBG MAKHLUK TUHAN: IBADAH,
JUJUR, DISIPLIN, KERJA KERAS DSB.

SADAR AKAN POTENSI DIRI: MEMILIH BID YG


COCOK, BELAJAR TERUS, MENJAGA FISIK
KESADARAN
DIRI SADAR SBG MAKHLUK SOSIAL: TOLERAN,
SALING MENGHORMATI, GOTONG ROYONG

SADAR SBG MAKHLUK LINGKUNGAN:


MEMELIHARA DAN MEMANFAATKAN DG ARIF.

KEC. MENGGALI INFORMASI

KEC. MENGOLAH INFORMASI


KECAKAPAN
BERPIKIR
KEC. MEMECAHKAN MASALAH
DG KREATIF DAN ARIF.

KEC. MENGAMBIL KEPUTUSAN


KETERKAITAN KECAKAPAN HIDUP PADA SETIAP
JENIS DAN JENJANG PENDIDIKAN

SMK
SMA
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MENENGAH
MENENGAH JALUR
JALUR PROFESIONAL
AKADEMIK

GENERAL LIFE PROFESIONAL SKILL


SKILL (GLS)

TK/SD + SLTP
PENDIDIKAN DASAR
Dalam ilmu psikologi disebutkan bahwa,
perilaku seseorang timbul minimal sebagai
perpaduan tiga daya, yaitu:

1. Daya kecenderungan seseorang untuk mengulangi


pengalaman perilaku yang enak dan cenderung untuk
menghindari hal yang tidak enak. (Teori Conditioning
dari Pavlov dan Teori Fragmatisme dari James).
 Suatu program pendidikan konservasi sebaiknya
dibuat menyenangkan sehingga peserta didik akan
cenderung untuk mengulangi pengalaman tersebut.
2. Daya rangsang dari tanggapan seseorang, terkenal
dengan Teori Stimulus-Response dari Skinner. Makin
tinggi rangsangnya akan makin tinggi pula responsenya.
 Pendidikan konservasi dengan rangsangan yang tinggi
akan memberikan respon yang tinggi pula dari peserta
didiknya. Dengan demikian diharapkan peserta
tersebut akan termotivasi untuk menampilkan
perilaku yang diharapkan dengan adanya pendidikan
konservasi tersebut.
3. Daya menyeluruh dalam diri seseorang yang sangat
mungkin bersifat genetis, terkenal dengan Teori Gestalt
dari Kohler.
 Perilaku seseorang seringkali pula dipengaruhi oleh
sifat genetis yang dibawanya sejak lahir. Oleh karena
itu suatu program pendidikan konservasi sebaiknya
dibuat dengan memperhatikan perkembangan genetis
peserta didik
Teori Tahapan Penalaran Anak
Didik (Jean Piaget, 1898 – 1936)
1. Tahapan Sensori-Motor, pada anak didik umur 0 –1,5
tahun. Karakteristik kemampuannya adalah:
 Preverbal, artinya belum dapat berbicara dengan
bahasa sebagai alat komunikasi bernalar.
 Obyek alam sekitarnya sesuai dengan jangkauan
inderanya saja, sebelum dapat meningkatkan
kenyataan menjadi simbol.
 Telah memulai keterampilan anggota tubuh. Sampai
umur beberapa bulan, tangannya akan memegang erat
apa saja yang disentuhkan pada tangannya. Hal ini
oleh para ilmuwan biologi dianggap sebagai gerak
naluri primata.
2. Tahapan Pre-operasional, pada anak umur 1,5 – 7 tahun.
Karakteristik kemampuannya adalah:
 Sudah menggunakan bahasa sebagai simbol berpikir.
 Belum berpikir logis, artinya masih kacau antara
sebab dan akibat, antara ibu dengan perempuan.
 Banyak melakukan “trial dan error”, seperti pernah
dikemukakan oleh John Dewey (1859 – 1952) tentang
“Learning by doing”. Misalnya membongkar mainan-
mainan.
3. Tahapan Operasi Konkret, pada umur 7 – 11 tahun.
Karakteristik kemampuannya sebagai berikut:
 Mulai berpikir konkret saja.
 Mulai mengenal jumlah, panjang, bidang, volume, bobot
dan berbagai warna.
 Belum mampu berpikir abstrak.
 Mulai awal pemahaman terhadap sesuatu konsep,
yakni hubungan antara dua simbol. Misalnya hubungan
air dengan rasa haus. Akan tetapi belum mampu
memahami prinsipel, misalnya hubungan antara air
dalam gelas, ceret dan mata air.
4. Tahap Operasi Formal, pada umur 11 – 14 tahun.
Karakteristik kemampuannya adalah:
 Mulai dapat berpikir abstrak.
 Telah mampu memahami berbagai konsep dari suatu
simbol, misalnya ia dapat melihat bahwa temannya
tidak memiliki sepeda yang bagus karena temannya
itu anak seorang petani.
 Mulai memahami hubungan proporsi atau prinsipel,
misalnya hubungan massa jenis dengan bobot dan
volume, mengapa satu gelas kacang lebih ringan
daripada satu gelas pasir.
 Mulai memahami aturan atau keteraturan keragaman
hubungan gejala alam. Sebagai contoh, ia dapat
memahami musim kemarau, kekurangan air, tumbuhan
layu dan terus mati.
5.Tahapan Lanjutan, sudah umur 14
tahun ke atas. Karakteristik
kemampuannya sebagai berikut:
 Mulai mengenal hipotesis atau
dugaan. Misalnya kalau melihat
langit mendung, ia menduga nanti
akan hujan.
 Telah ada keinginan untuk menguji
secara empirik dari apa-apa yang
diduganya.
 Telah berpikir dedukatif dan
induktif, yang menjadi modal awal
pembentukan pengetahuan ilmiah.
Perbedaan Anak-anak dengan Orang
Dewasa (Robart E. Zimarman)
1. Konsep diri:
 Orang dewasa: telah memiliki kematangan diri dan
cenderung tidak mau diarahkan oleh orang lain,
 Anak-anak: belum mandiri, belum mampu mengambil
keputusan sendiri dan mudah dipengaruhi oleh orang
lain.
2. Pengalaman:
 Orang dewasa: dibentuk oleh hal-hal yang telah
dialaminya selama masa hidupnya,
 Anak-anak: pengalaman tersebut belum terbentuk
dengan mantap, mereka masih mencari pengalaman.
3. Kesiapan belajar:
 Orang dewasa: cenderung ingin mempelajari sesuatu
yang berkaitan dengan bidang tugasnya,
 Anak-anak: cenderung belajar sesuai dengan yang
diberikan oleh guru-guru di sekolahnya.
4. Acuan dan perspektif waktu:
 Orang dewasa: belajar untuk keperluan mendesak
karena pekerjaannya dan cenderung bersifat aktif
dalam artian ingin mempelajari sesuatu yang berkaitan
dengan pemecahan masalah yang dialaminya dalam
bekerja.
 Anak-anak: cenderung bersifat pasif, menerima apa
yang diberikan dan belajar untuk masa depannya.
Kemampuan Pemahaman
Manusia

CONSTRUCT

GENERALIZATION

PRINCIPLE

CONCEPT

SYMBOL

REALITY
• Reality atau kenyataan alam sekitar yang dapat
dijangkau oleh alat indera dianggap kemampuan
pemahaman rendah.
• Symbol, yakni lambang dari kenyataan yang disimpan.
Ia mampu sebagai “ingatan” atau “memory” dalam sel-
sel otak (neuron) yang jumlahnya milyaran. Menurut
suatu teori, “ingatan” itu disimpan sebagai zat kimia
yang disebut RNA (Ribose Nucleic Acid). Bila suatu
sel otak rusak maka RNA juga rusak dan suatu
“ingatan” juga hilang.
• Concept adalah hubungan minimal dua symbol yang
dianggap sebagai “berpikir”. Sebagai contoh paling
sederhana adalah hubungan antara pensil dan kertas.
Ada banyak sekali concept dalam pikiran kita karena
kita memiliki “memory” yang banyak sekali.
• Principle adalah hubungan paling sedikit antara dua
buah concept. Sebagai contoh berapa banyak harus
disediakan benda kertas untuk 40 murid selama satu
catur wulan.
• Generalization adalah hubungan berbagai principle
yang ditarik secara induktif kemudian dijadikan
deduktif sebagai proposisi. Sebagai contoh bahwa
setiap kebutuhan kertas memerlukan pabrik kertas
dengan pasokan kayu dari hutan industri denagn irigasi
dan dapat menghidupi penduduk.
• Construct adalah cita-cita suatu lembaga pendidikan
atau suatu negara. Misalnya bercita-cita membangun
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Didalam kenyataan harus tercermin arah ke
cita-cita tersebut
Pendidikan Konservasi sebagai upaya agar manusia
dapat tetap bertahan hidup dan berkarya di muka
bumi.

Praktek PK menggunakan teknologi pendidikan dan


pengajaran yang diartikan sebagai keterampilan
melaksanakan pendidikan dan pengajaran melalui
“metodologi pendidikan”, yaitu semua metode yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Proses Pendidikan Konservasi berkaitan dengan
hubungan timbal balik manusia dengan suatu
kawasan untuk melakukan kegiatan konservasi

Pendidikan Konservasi pada dasarnya


berkaitan dengan:
 Pengetahuan
 Pemahaman
 Sikap
Terhadap kawasan dan
 Nilai kegiatan konservasi
 Keterampilan
 Tanggung jawab
Prinsip Dasar (Guiding Principles) PK
1. Mempertimbangkan lingkungan dalam totalitasnya –
alamiah dan buatan, teknologi dan sosial (ekonomi,
politik, teknologi, budaya/sejarah, moral, estetika)
2. Merupakan proses yang terus menerus sepanjang
hidup, dimulai dari tingkat pra sekolah (usia dini) dan
terus berlanjut melalui tahapan formal dan non
formal
3. Menggunakan pendekatan interdisiplin, dengan
pembatasan pada kandungan spesifik tiap disiplin
ilmu dalam membangun perspektif yang menyeluruh
(holistik) dan seimbang
4. Mengkaji situasi lingkungan dari sudut pandang lokal,
nasional, regional dan internasional yang
memungkinkan peserta didik mendapatkan wawasan
mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis
lainnya
5. Mempromosikan nilai dan kepentingan kerjasama
lokal, nasional dan internasional dalam pencegahan
dan pemecahan masalah lingkungan
6. Menitik beratkan pada masalah lingkungan yang ada
saat ini dan potensi terjadinya masalah lingkungan
lainnya di masa depan dengan mempertimbangkan
perspektif sejarah
7. Secara eksplisit mempertimbangkan aspek
lingkungan dalam merencanakan pembangunan dan
pertumbuhan
8. Memungkinkan peserta didik untuk memiliki peran
dalam merencanakan pengalaman belajarnya dan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk
membuat keputusan dan menerima konsekwensinya
9. Memberikan kepekaan, pengetahuan, keterampilan
memecahkan masalah dan klarifikasi nilai kepada
setiap usia, dengan penekanan khusus pada kepekaan
lingkungan terhadap komunitas peserta didik itu
sendiri pada tahun-tahun pertama
10. Membantu peserta didik untuk mengungkap gejala
dan penyebab nyata masalah lingkungan
11. Menekankan pada kompleksitas/kerumitan masalah
lingkungan dan juga kebutuhan untuk
mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan
memecahkan masalah
12. Menggunakan lingkungan belajar dan pendekatan
pendidikan yang beragam dalam
mengajarkan/mempelajari mengenai dan dari
lingkungan dengan penekanan terhadap kegiatan
praktek dan pengalaman langsung

Anda mungkin juga menyukai