Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KELOMPOK

SOSIALISASI PESERTA DIDIK


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu: Drs. H. Asep Jihad, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Cindy Mutiara Sari (1212050040)
2. Fanny Syah Amelia (1212050057)
3. Fitri Winarti (1212050062)
4. Hamidah Nur Padillah (1212050069)
5. Himaayatul Luthfa K (1212050074)
Kelas : 3B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrohmanirrohim..
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Kami, sehingga Kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “SOSIALISASI PESERTA
DIDIK” ini. Makalah ini merupakan tugas wajib mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah tersebut.
Tak lupa Kami ucapkan terimakasih Bapak Drs. H. Asep Jihad, M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah
membimbing mata kuliah ini. Ucapan terimakasih juga kepada teman-teman yang
telah membantu dalam hal pengumpulan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar Kami dapat meperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang berjudul
”SOSIALISASI PESERTA DIDIK” ini dapat memberi manfaat serta motivasi
terhadap pembaca.

Bandung, Desember 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I (PENDAHULUAN) iii
Latar Belakang iii
Rumusan Masalah v
Tujuan Penulisan v
BAB II (ISI) 6
Pengertian Sosialisasi Anak Didik 5
Proses Sosialisasi Anak Didik 6
Sosialisasi Peserta Didik di Sekolah 5
Peran Keluarga Dalam Proses Sosialisasi Peserta Didik 5
BAB III (ISI) 6
Kesimpulan 5
Kritik dan Saran 6

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia disamping sebagai makhluk individu juga merupakan
makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, dalam arti manusia
memerlukan bantuan orang lain untuk menyelesaikan problematika
kehidupan yang dihadapinya. Rasa perlu (bantuan) manusia kepada yang
lain dan memang manusia adalah makhluk sosial, hal ini telah dikodratkan
oleh Tuhan (Allah), dan Allah juga telah memberikan bagaimana manusia
untuk saling tolong-menolong. Dilihat dari kebutuhan manusia untuk
hidup secara sosial Allah telah memberikan kelonggaran kepada manusia
untuk mengenal satu sama lain dengan menciptakan beberapa perbedaan
diantara manusia yang memiliki tujuan agar manusia menjadi saling kenal
satu sama lain. Sebagaimana dalam QS. Al-Hujarat ayat 13 berikut:

ۚ‫َي ا َأ ُّي َه ا ال َّن اُس ِإ َّن ا َخ َل ْق َنا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأ ْنَث ٰى َو َج َع ْل َنا ُك ْم ُش ُع وًبا َو َق َب ا ِئَل ِل َت َع ا َر ُف وا‬
‫ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ال َّل ِه َأ ْت َق ا ُك ْم ۚ ِإ َّن ال َّل َه َع ِل ي ٌم َخ ِب يٌر‬
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal (QS. Al-Hujarat: 13)”.

Dengan demikian bahwa manusia memang telah ditentukan harus


hidup besama-sama dengan manusia yang lain, baik lingkup kecil maupun
lingkup besar. Keharusan manusia hidup bersama inilah yang menjadikan
manusia memiliki perbedaan dengan yang lainnya dan sudah barang tentu
juga yang terjadi pada peserta didik, yang datang untuk belajar di sebuah
sekolah, mereka datang dengan bermacam-macam latar belakang di
sekolah. Ini merupakan bukti bahwa memang kebenaran ayat di atas

iii
merupakan adanya, menjadikan peserta didik dengan berbagai latar
belakang dengan penuh perbedaan.
Dalam kaitannya dengan sosiologi pendidikan tentu tak terlepas
dari sosialisasi anak didik, dimana anak didik yang berada di sekolah
sudah barang tentu berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, ada
yang memang berasal dari keluarga yang tau dengan masalah pendidikan,
artinya mereka telah mengajarkan tentang bagaimana bersosialisasi dan
ada pula belatar belakang yang tidak begitu memperdulikan dengan
pendidikan. Timbul permasalahan dari keluarga yang yang ibaratnya
cukup dalam segi ekonomi namun juga tidak begitu memperdulikan
masalah pendidikan anak-anaknya, misalnya orang tua berangkat bekerja
pagi dan pulang pagi yang tidak tahu bagaimana anak-anaknya di sekolah
padahal keluarga memiliki peran yang sangat krusial dalam proses
sosialisasi. Orang seperti ini bukannya tidak peduli dengan pendidikan
anaknya, mereka mencukupi segala keperluan sekolah anaknya, termasuk
keperluan biaya dan perlengkapan sekolah anaknya namun tidak begitu
peduli dengan bagaimana anaknya dalam mengikuti proses pendidikan.
Yang pada akhirnya orang tua hanya mencukupi kebutuhan anak dalam
segi materi saja tidak pada kebutuhan kepribadian anak atau terjadilah
kurang adanya sosialisasi antara orang tua dengan anak.
Timbul juga masalah yang kedua yaitu orang tua, yang dari segi
ekonomi sangat minim atau bahkan bisa dikatakan sangatlah kurang.
Kasus ini sangat miris, sebab sampai-sampai anak juga dilibatkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari misalnya menjadikan anak untuk dapat
berjualan, menjadi pemulung dan sebagainya guna memenuhi
kebutuhannya. Dimana diusianya yang masih perlu untuk belajar namun
tergannggu dengan aktivitas lainnya termasuk bekerja. Ini sungguh
menggagu anak terutama dengan para teman sebayanya, tentu secara
emosional anak akan merasa minder, bahkan mungkin malu untuk
bergabung dengan teman lainnya. Hal ini tentu juga akan menghambat
sosialisasi anak di sekolah.

iv
Selain keluarga juga timbul dari latar belakang lingkungan
masyarakat siswa yang menjadikan anak terpengaruh dengan kegiatan-
kegiatan yang ada dilingkungannya. Berada pada lingkungan masyarakat
yang kurang memperhatikan masalah pendidikan atau mungkin sangat
acuh dengan persoalan pendidikan, maka anakpun cenderung terpengaruhi
dengan keadaan yang sedemikian itu.
Dari kontek inilah perlu dalam kesempatan ini diadakan
pembahasan tentang solusi-solusi menanggapi permasalahan yang terjadi
seperti dalam diskripsi diatas. Mengingat sangat mempengaruhi tentang
bagaimana sosialisasi anak didik di sekolah. Sulitnya sosialisasi anak didik
disekolah itu tidak luput juga dari latar belakang keluarga dan masyarakat
juga. Dengan adanya masalah pada latar belakang seperti kontek di atas,
maka tentu proses sosialisasi kepada anak didik pun menjadi tergangnggu.
Oleh karena itu makalah ini diharapkan dapat menjawab dan memberikan
solusi terbaik dan dapat diterapkan dalam dunia pendidikan sekaligus
dapat memberikan pengarahan kepada masyarakat dan para orang tua
dalam mengemban amanah dari Yang Maha Kuasa berupa titipan anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang dimaksud dengan Sosialisasi Anak Didik?
2. Bagaimana Proses Sosialisasi Anak Didik?
3. Bagaimana Sosialisasi Peserta Didik di Sekolah?
4. Bagaimana Peran Keluarga dalam Proses Sosialisasi Peserta Didik?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud Sosialisasi Anak didik.
2. Dapat mengetahui Proses Sosialisasi Anak Didik.
3. Dapat mengetahui Sosialisasi Peserta Didik di Sekolah.
4. Dapat mengetahui Peran Keluarga dalam Proses Sosialisasi Peserta
Didik.

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosialisasi Anak Didik
Individu tidak lepas dari kehidupan social. Artinya, orang pasti
akan menghadapi kehidupan social yang berkumpul dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu. Adanya pertemuan masyarakat dengan kelompok
masyarakat tersebut, tentunya masyarakat harus mengetahui keberadaan
kelompok masyarakat tersebut. Individu tidak lepas dari kehidupan sosial.
Ini berarti bahwa orang membutuhkan pengajaran untuk mengetahui
kelompok social ini. proses membawa individu ke dalam dunia social
disebut sosialisasi. Dalam proses ini, manusia mengetahui tatanan
kehidupan di sekitarnya, yang akhirnya mereka ketahui dan dapat
beradaptasi dengan situasi di sekitarnya. Dalam hal ini S. Nanution
mengatakan bahwa sosialisasi adalah belajar. Saat bertemu individu
dengan kelompok komunitas ini, sangat penting untuk mengetahui apa
yang terjadi dengan kelompok komunitas tertentu. Jadi sosialisasi adalah
proses belajar mengenal dan menghargai budaya masyarakat sekitar.
Mengenai sosialisasi siswa, kenyataan bahwa siswa yang datang ke
sekolah tentunya berasal dari latar belakang yang berbeda, justru
perbedaan tersebut menuntut siswa untuk selalu belajar mengenal dan
menghayati budaya yang ada di lingkungan sekolah. Misalnya anak
sekolah jarang bertemu di rumah, karena orang tuanya jarang pulang, atau
orang tuanya sibuk jauh dari rumah, atau bahkan orang tuanya selalu
bersama mereka setiap hari, maka anak sekolah pasti berbeda dengan di
rumah. Siswa di sekolah harus berperilaku berbeda dengan di rumah. Baik
dengan teman sebaya maupun dengan guru, yang mengarah pada interaksi
interpersonal.
Menurut pandangan Kimball Young (dalam Abdullah Idi: 2011),
sosialisasi ialah hubungan interaktif yang dengannya seseorang
mempelajari keperluan-keperluan social dan kultural yang menjadikan
seseorang sebagai anggota masyarakat.

1
B. Proses Sosialisasi Anak Didik
Sosialisasi adalah proses pembelajaran yang mengembangkan
kepribadian sosial pada anak sehingga mereka dapat menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab dan kompeten. Perkembangan sosial
seorang anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan dan bimbingan
orang tua kepada anak dalam melaksanakan berbagai aspek kehidupan
sosial atau norma-norma kehidupan bermasyarakat. Proses manuver yang
dilakukan oleh orang tua disebut proses sosialisasi. Proses sosialisasi dapat
terjadi melalui kelompok sosial yang dibentuk oleh keluarga, teman
bermain, sekolah dan lingkungan kerja, serta masyarakat sekitar. Menurut
pandangan ini, lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat
berlangsungnya proses sosialisasi siswa, yang terorganisasi dan terdiri dari
subsistem yang saling berhubungan dengan subsistem lainnya. Dengan
kata lain, sekolah terhubung dengan subsistem lainnya. Termasuk orang
tua, masyarakat sekitar sekolah, dll. Subsistem inilah akan terjadi sebuah
komunikasi dan mencapai tujuan yang diinginkan dari proses sosioalisasi
tercapai melalui komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya
Namun, komunikasi yang mengarah pada proses komunikasi tidak
lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Dalam hal ini, Abdullah Idi
mengatakan bahwa proses sosial dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
keteladanan orang tua dan lingkungan sosial[8]. Teladan yang diberikan
oleh orang tua sangat mempengaruhi perilaku anak. Anak-anak biasanya
memiliki kebiasaan bertindak yang baik, berbicara kata-kata yang baik,
dan disiplin dalam segala hal. Inilah yang terjadi pada seorang anak yang
bercermin/melihat tingkah laku orang tuanya dalam kesehariannya.
Padahal, seperti kata pepatah, "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Hal
ini menunjukkan bahwa perilaku orang tua membutuhkan kemungkinan
untuk ditiru oleh anak. Apalagi jika menyangkut karakter anak.

2
Menurut Binti Maunah, sosialisasi manusia pada umumnya
dipengaruhi oleh lima faktor utama, yaitu sifat, lingkungan pralahir,
perbedaan individu, lingkungan dan motivasi.
Karakter dasar adalah potensi total yang diwarisi seseorang dari
kedua orang tuanya. Kualitas dasar ini terbentuk pada saat pembuahan,
yaitu. H. pada saat sel betina bertemu selama pembuahan. Sifat dasar yang
masih mungkin berkembang lagi dan lagi di bawah pengaruh faktor lain.
Sifat dasar seseorang meliputi karakter, temperamen dan sifat emosional.
Maksudnya sifat dasar diwariskan dari ayah dan ibu, ditularkan melalui
gen yang sudah ada sejak anak masih dalam kandungan, dimana sifat ayah
dan ibu diturunkan.
Lingkungan prenatal adalah lingkungan di mana anak masih dalam
kandungan. Selama periode ini, anak menerima pengaruh dari ibu,
pengaruh dari berbagai jenis penyakit, gangguan orang tua, yang dapat
menyebabkan keterbelakangan mental dan emosional. Oleh karena itu,
seorang ibu hamil harus sangat berhati-hati dalam bertindak dalam segala
hal. Perbedaan individu mempengaruhi proses sosial. Sejak lahir, seorang
anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda dengan
individu lainnya. Setelah lahir, anak memiliki berbagai ciri seperti ciri
fisik (bentuk tubuh, warna kulit, warna mata dan jenis rambut), ciri
normal, emosional, pribadi dan sosial. Perbedaan individu ini dapat
mempengaruhi sosialisasi. Ketika seorang anak lahir, ia lebih selektif
terhadap pengaruh lingkungan. Perbedaan tersebut meliputi ciri fisik
(bentuk tubuh, warna kulit, warna mata, rambut dan lain-lain), ciri
fisiologis (berfungsinya sistem indoktrinasi), ciri mental dan emosional,
serta ciri pribadi dan sosial.
Lingkungan yang relevan adalah ruang yang mengelilingi individu,
dan lingkungan alam serta budaya dan masyarakat yang dapat
mempengaruhi proses sosial. Meskipun kondisi lingkungan sebenarnya
tidak menentukan, namun dapat mempengaruhi dan membatasi proses
sosial manusia. Motivasi memegang peranan yang begitu penting dan

3
mendasar dalam kehidupan seseorang. Motivasi adalah suatu konsep yang
digunakan untuk menjelaskan inisiasi, arah dan kekuatan intensitas
perilaku seseorang, yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan. Ketika menjalani kehidupan individu, pasti ada motivasi
untuk membuat hidup seseorang lebih bermakna. Dimana motivasi
merupakan suatu kekuatan dalam diri seseorang yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi yang dimiliki seseorang
dapat mempengaruhi mereka secara sosial. Seseorang yang bermotivasi
tinggi hingga saat ini pasti berbeda dengan seseorang yang tidak memiliki
motivasi.
Selain itu, dalam sosialisasi anak terdapat beberapa media sosial,
yaitu:
a) Keluarga yang merupakan orang pertama yang mengajarkan hal-
hal yang bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusia
adalah anggota keluarga. Orang tua atau keluarga harus mengambil alih
fungsi sosial
b) Teman bermain dan sekolah, yang merupakan lingkungan sosial
kedua bagi anak setelah keluarga, anak dalam kelompok ini menjumpai
nilai dan norma lain yang berbeda dengan nilai yang dianut dalam
keluarga bahkan bertentangan dengannya.
c. Lingkungan kerja yang merupakan proses sosial yang canggih.
Tempat kerja benar-benar mulai mengatur dirinya sendiri ke dalam suatu
sistem. Banyak hal yang dapat dipelajari di lingkungan kerja, bagaimana
melakukan pekerjaan, berkolaborasi dengan departemen lain dan
beradaptasi dengan lingkungan kerja.
yaitu Media massa merupakan alat dalam proses sosialisasi, karena
media massa banyak memberikan informasi yang dapat memberikan
kontribusi untuk memahami berbagai masalah keberadaan manusia dan
lingkungan. Media massa merupakan sarana yang efektif dan efisien untuk
mengumpulkan informasi. Melalui media dapat mengetahui tentang

4
keadaan dan keberadaan lingkungan dan budaya, sehingga informasi
memperluas wawasan.
Berkaitan dengan siswa, mengingat beberapa hal yang
mempengaruhi sosialisasi siswa, menurut Abu Ahmadi, sosialisasi sebagai
suatu proses memiliki beberapa cara untuk mempengaruhi sosialisasi anak,
yaitu:

a. Metode penghargaan dan hukuman


b. Metode pengajaran didaktik
c. prosedur persidangan
Metode ganjaran & sanksi atau reward and punishment pada proses
pengenalan terhadap siswa ganjaran bisa diberikan pada siswa menjadi
bentuk penghargaan terhadap prestasi, keseriusan pada belajar atau
menurut perbuatan baik yg anak didik lakukan, menggunakan tujuan aga
anak senantiasa buat berusaha sebagai yg lebih baik lagi dikemudian
harinya. Sebab menggunakan anugerah ganjaran ini anak akan lebih
mencicipi diperhatikan sang seoran pengajar menggunakan demikian anak
merasa dirinya diperhatikan sang pengajar. Begitu menggunakan sanksi-
sanksi yg diberikan sang pengajar pada anak didik yg menggunakan sanksi
tadi munculan sebuah pendidikan buat anak didik akan lebih berhati-hati
menggunakan tidakan-tindakan yg menyebabkan kesalahan. Artinya
menggunakan sanksi yg diberikan pada anak dibutuhkan anak nir akan
mengulangi kesalahan yg sama.
Metode didactic teaching pula adalah keliru satu metode yg bisa
mensugesti pengenalan anak, dimana metode ini mengutamakan pedagogi
pada anak mengenai aneka macam macam pengetahuan & keterampilan.
Metode anugerah model pula sangat penting pada mensugesti
pengenalan anak. Anak anak gampang mengikuti & meniru apa-apa yg
terjadi dilingkungannya termasum menurut tingkah laris orang lain. Oleh
karena itu metode ini mampu berawal menurut gerombolan terdekat anak
yaitu famili.

5
Dari beberapa gambaran mengenai proses pengenalan anak pada
atas, bisa diberi penegasan bahwa proses pengenalan anak memang sine
qua non keterkaitan pada famili, sekolah & lingkungan warga . Kelompok-
gerombolan ini akan sangat membantu terhadap pengenalan anak
terutaman pengenalan yg terjadi disekolah. Pembiasaan sosialisai anak
dilingkungan famili yg baik akan menuntuk kemungkinan berdampak baik
dilingkungan warga begitu pula pada sekolah. Sebab famili adalah
gerombolan terdekat menggunakan anak yg paling usang waktunya buat
mendampingi anak. Jadi sangat mungkin dasar-dasar yg baik pada
bersosialisasi bisa diberikan pada pendidikan famili, terutama ayah & ibu.

C. Sosialisasi Peserta Didik di Sekolah


Sekolah merupakan lingkungan sosialisasi yang lebih luas daripada
keluarga. Sekolah memegang peranan penting dalam proses sosialisasi
anak, meskipun sekolah hanyalah salah satu lembaga yang bertanggung
jawab dalam mendidik anak. Sekolah memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi sesuatu. Di sekolah, anak tidak hanya belajar pengetahuan
dan keterampilan, tetapi juga sikap, nilai, dan norma.
Anak-anak belajar kemandirian di sekolah lebih intensif daripada di
tempat lain. Di rumah, anak mendapat kesempatan untuk menerima
bantuan dari anggota keluarga untuk melakukan berbagai tugas dan
pekerjaan, sedangkan di sekolah sebagian tugas dan pekerjaan dilakukan
secara mandiri di samping tugas. Ia bukan lagi anak istimewa yang
mendapat perhatian khusus dari gurunya, hanya satu dari belasan siswa
lain di kelas itu. Di sekolah, anak diharapkan mampu mandiri dan selalu
mendapat perlakuan yang tidak berbeda dengan teman-temannya. Juga di
sekolah anak-anak belajar banyak bahwa kerja keras diperlukan untuk
mencapai hasil yang baik. Kurikulum sekolah relatif beragam, dan
masing-masing membutuhkan tekad. Undang-Undang Nomor 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan sekolah
(formal) adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang (Pasal 1 ayat

6
10). Peranan sekolah sebagai lembaga yang mendukung lingkungan
keluarga, misi sekolah adalah mendidik dan mendidik siswa yang berasal
dari keluarganya serta memperbaiki dan menyempurnakan perilaku. Peran
sekolah dalam pengembangan pribadi siswa lintas kurikulum, antara lain:
a. Siswa belajar bergaul dengan teman sebaya, antara guru dan siswa,
dan antara siswa dan bukan guru
b. Siswa belajar untuk mengikuti peraturan sekolah
c. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Sekolah memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak,
meskipun sekolah hanyalah salah satu lembaga yang bertanggung jawab
dalam mendidik anak. Peranan sekolah sebagai lembaga yang mendukung
lingkungan keluarga, misi sekolah adalah mendidik dan mendidik siswa
yang berasal dari keluarganya serta memperbaiki dan menyempurnakan
perilaku.
Sekolah adalah lembaga di mana anak-anak terutama menerima
pendidikan intelektual, yaitu persiapan masuk SMA. Karena tugasnya
cukup penting dan sulit, perhatian sekolah terutama tertuju pada sisi
spiritual. Aspek lain seperti pendidikan moral melalui pendidikan agama
dan moral pancasila juga diperhatikan, namun dapat dikatakan bahwa
pendidikan sosial belum mendapat tempat yang menonjol. Peluang
kolaborasi harus dieksploitasi di kelas dan di kurikulum, serta kegiatan
ekstrakurikuler lainnya
Dapat dikatakan bahwa pembentukan kecerdasan (pemahaman), sikap
dan minat sebagai bagian dari pembentukan kepribadian banyak diberikan
oleh sekolah. Setelah masuk sekolah, anak harus mampu menyesuaikan
diri dengan kondisi yang berlaku dan merumuskan tata tertib sekolah.
Tidak sedikit anak yang menangis di hari-hari pertama sekolah, karena
tidak bisa beradaptasi dengan kondisi dan situasi baru. Jika anak masih di
rumah, misalnya, akan diasuh oleh beberapa orang. Pada saat yang sama,
guru di sekolah harus memperhatikan anak-anak di kelas. Agar anak

7
merasa stres dan berteriak sepuasnya, mereka membutuhkan perhatian
lebih dari gurunya. Oleh karena itu, sosialisasi di sekolah harus dilakukan
seluas-luasnya kepada anak-anak, dan guru juga harus menyesuaikan
dengan tuntutan/kondisi sekolah.

D. Peran Keluarga dalam Proses Sosialisasi Peserta Didik


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Zaitun
menuliskan bahwa keluarga adalah group of two or more person residing
together who are related blood, marriage, or adoption (Berrau of the
Cencus). Atau “... a family is a group of interacting person who recognize
a relationship with each other based on common parentage, marriage, and/
or adoption.. ” jadi disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok sosial
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah,
perkawinan atau adopsi yang syah menurut agama atau negara.
Keluarga adalah komunitas terkecil anak-anak, keluargalah yang
pertama kali mengajar, terutama ibu. Dimana ibu dikatakan sebagai “al-
ummu madrasatul ula”. Ketika seorang anak diasuh oleh orang lain, ibulah
yang pertama kali memberikan pendidikan. Proses pengasuhan yang
diberikan oleh ibu menimbulkan interaksi antara ibu dan anaknya. Ketika
seorang anak lahir dan menjadi bagian dari kelompok masyarakat terkecil,
maka keluarga adalah aktor pertama dari anak yang menemukan pelajaran
dalam menghargai nilai-nilai budaya kehidupan. Mulailah dengan
mengajak anak dan mengenalkan hal-hal yang paling dekat dengan anak,
seperti B. perkenalan anggota dan lain-lain. Dengan cara ini, anak
akhirnya tumbuh dan mengenali lingkungannya. Keluarga memainkan
peran utama dalam menggambarkan tata krama, teladan, kejujuran,

8
disiplin dan sejenisnya. Oleh karena itu, keluarga merupakan pendidikan
pertama dan terpenting.
Peran keluarga di sini adalah menafkahi dan mendidik anggota
keluarga sebaik mungkin hingga bisa mandiri. Selain itu, keluarga
merupakan tempat belajar bagi anak dan tempat anak dapat
mengembangkan dan membentuk dirinya dalam rangka belajar dalam
kegiatan sosial.
Menurut Oqbum (dalam Abu Ahmad:
2007) Tanggung jawab keluarga adalah sebagai berikut:

A. Fungsi mengikat
b. tatanan keuangan
c. fungsi pelatihan
yaitu perlindungan/perwalian
e) Operasi rezim keluarga
f. Kewajiban keagamaan[20]
Menurut kebijakan pendidikan, keluarga merupakan kesatuan hidup
(sistem sosial) dan keluarga menyediakan situasi belajar. Ikatan keluarga
membantu anak-anak mengembangkan persahabatan, cinta, hubungan,
kerja sama, disiplin, perilaku yang baik, dan pengakuan otoritas.
Berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan kerakyatan, peran
keluarga sebagai lembaga pendidikan menjadi semakin tampak dan
penting. Peran keluarga terutama dalam memajukan sikap dan nilai hidup,
mengembangkan keterampilan dan minat, serta mengembangkan
keterampilan dan kepribadian. Keluarga juga memiliki tugas dan tanggung
jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, yang lebih banyak tentang
pembinaan budi pekerti dan budi pekerti, pembinaan keterampilan dan
pendidikan sosial, seperti
Di sebagian besar keluarga, ibu memainkan peran penting dalam
membesarkan anak-anak mereka. Ibu keluarga adalah orang yang pertama
kali berhubungan dengan anak. Pendidikan yang diberikan seorang ibu

9
kepada anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan
sama sekali. Baik buruknya pola asuh ibu kepada anaknya tentu
mempengaruhi kepribadian.
Selain ibu, peran ayah juga tak kalah pentingnya dalam perkembangan
kepribadian seorang anak. Anak-anak tahu nama otoritas ayah mereka.
Tindakan orang tua diharapkan saling menyeimbangkan, dan orang tua
tampak menjelaskan nilai-nilai yang diwariskan dari keluarga. Peran orang
tua dalam membesarkan anak dalam keluarga meliputi peran pendidik,
panutan, motivator, pembimbing, teman, inspirasi dan guru.
Untuk memenuhi tugas sosialisasi, keluarga mempunyai kedudukan
yang mengikat anak pada kehidupan sosial dan norma-norma sosial.
Faktor-faktor yang menjadikan peran keluarga sangat penting dalam
proses sosial anak adalah sebagai berikut:

a) Keluarga adalah kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi


secara kohesif dan saling bertatap muka
b. Orang tua memiliki dorongan yang kuat untuk membesarkan
anaknya karena anak adalah buah dari cinta antara laki-laki dan perempuan
c. Karena hubungan sosial dalam keluarga bersifat tetap.
Fungsi sosial menunjukkan peran keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak belajar
tentang sikap, perilaku, kepercayaan, cita-cita dan nilai-nilai masyarakat
yang berkaitan dengan perkembangan pribadinya. Alat pengajaran yang
digunakan dalam keluarga adalah cinta dan otoritas. Kasih sayang orang
tua berperan dalam melindungi anak dari ketidakberdayaannya. Atas dasar
kasih sayang, anak merasa dilindungi dan terlindungi sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Tindakan otoritas adalah perilaku
seseorang yang mencerminkan rasa tanggung jawab sehingga orang lain
menghormatinya.

10
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Sosialisasi anak didik merupakan sebuah proses pembelajaran
kepada anak didik yang diberikan melalui proses pendidikan di sekolah
dengan mengajarkan kepada siswa tentang kebudayaan yang terjadi
dilingkungan serta bagaiman senantiasa selalu bisa beradaptasi
dimanapun, dengan siapapun dan dalam situasi apapun. Dengan demikian
sosialisasi anak didik yang dilakukan di sekolah tidak luput dari dorongan
keluarga. Keluarga merupak salah satu komponen terdepan bagi para
peserta didik, dengan pembentukan kararter yang dilakukan didalam
lingkungan keluarga, sacara langsung akan memudahkan para peserta
didik untuk mudah mengenali, memahami dan menghayati setiap
perbedaan kebuayaan yang terjadi di lingkungan sekolah.
Pada dasarnya poses sosialisasi anak dapat berlangsung melalui
kelompok sosial/ masyarakat yang dapat terbentuk dari kelompok yang
paling terdekat mulai dari keluarganya terutama ayah dan ibu, teman
sepermainan, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan
masyarakat sekitar. Dalam proses inilah anak akan dapat memiliki
perubahan, tinggal bagaimana kebudayaaan atau kebiasaan yang terjadi
dilingkungan terseebut.

11
Karena anak berasal dalam lingkungan keluarga dan keluargalah
agen yang paling dekat, khususnya ibu yang dikatan sebagai pendidikan
yang pertama, maka pondasi-pondasi pembentukan kepribadian untuk
mengenalkan dengan sosial dapat diberikan lebih banyak dilingkungan
keluarga. Sehingga ketika anak sudah memasuki masa sekolah akan
mudah beradaptasi, memahami kejadian-kejadian yang terjadi
dilingkungan sekolah.
Dengan demikian proses sosialisasi anak didik di sekolahpun akan
berjalan dengan baik. Jadi intinya para orang tua memang benar-benar
harus mengetahui bagaimana bentuk kepribadian para anak-anaknya.
Untuk mengetahui hal tersebut perlu adanya para orang tua untuk
mengetahui kepribadian anak melalui pendekatan-pendekatan ataupun
metode tertentu. Seperti reward and punishment, didactic teaching dan
yang lebih penting adalah pemberian contoh kepada anak.
B. KRITIK DAN SARAN
Kritik dan Saran sangat dibutuhkan untuk kami selaku penulis dan
penyusun makalah kami yang berjudul “SOSIALISASI PESERTA
DIDIK”. Kami harapkan dengan kritik dan saran pembaca dapat
menjadikan suatu kemajuan dan perkembangan untuk kami kedepannya,
khusus nya dalam mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Semoga teori
yang kami buat di dalam makalah ini dapat sangat bermanfaat untuk kami
selaku penyusun dan penulis dan untuk pembaca dapat mengamalkan ke
orang lain sehingga dapat lebih bermanfaat untuk orang banyak dan
menjadi ladang pahala untuk kita semuanya,,, Aamiin Allahuma Aa

12
DAFTAR PUSTAKA

2, A. P. (2020). Kenali Program Pendidikan Profesi. Pintek.

Apa Bedanya pendidikan Akademik, Profesi dan Vokasi? (2015). Finansialku.

Drs. Asep Jihad, M. (2022). Ilmu Pendidikan Nuansa Islami. Cipta Persada.

Inovatif, G. (2018). Kenapa PAUD itu penting. guruinovatif.id.

Pendidikan Profesi. (n.d.). WIKIPEDIA.

13
14
15

Anda mungkin juga menyukai