Kelompok 10 - Interaksi Obat Dan Makanan Pada Pasien Dengan Infeksi Kronis
Kelompok 10 - Interaksi Obat Dan Makanan Pada Pasien Dengan Infeksi Kronis
04 05
Perencanaan Pembahasan
Intervensi
Gizi
Gambaran Kasus
Tn. T merupakan seorang laki-laki berumur 52 tahun yang mendapatkan diagnosa medis
berupa tuberkulosis paru. Melalui pengkajian diperoleh bahwa keluhan utama Tn. T saat MRS
adalah mual muntah dan lemas, tidak nafsu makan, dan diketahui juga bahwa Tn. T mengalami
batuk selama + 2 bulan. Pada hari Senin, 22 Juli 2019, Tn. T mengeluh lemas, mual, bibir terasa
kering, lidah pahit, dan tidak nafsu makan selama 2 hari dan pada hari Rabu, 24 Juli 2019, Tn. T
mengeluh semakin merasa lemas dan tidak nafsu makan sehingga ia dibawa ke IGD RSU
Muhammadiyah Ponorogo, serta dianjurkan untuk menginap selama 4 hari Pada Jumat, 26 Juli
2019, Tn. T dirujuk ke RSUD Dr. Harjono Ponorogo dan dipindahkan ke ruang rawat inap pada
tanggal 1 Agustus 2019, dimana Tn. T masih mengeluh badan terasa lemas dan mual.
Pada asesmen tanggal 2 Agustus 2019 pukul 13.00 WIB, pasien masih mengeluh mual, mulut
kering, lidah terasa pahit, dan tidak nafsu makan (hanya menghabiskan 6 sendok makan). Pada
saat ini pasien diberi diet makanan lunak berupa nasi, lauk, sayur, dan buah dengan frekuensi 3x
sehari, tidak habis, dan diberi minum + 2 gelas sehari sebanyak 400 cc sehari.
Karakteristik Subjek
Nama Tn. T Keluhan Mual, muntah, lemas,
tidak nafsu makan,
Alamat Madiun batuk + 2 bulan, lidah
pahit, bibir kering
Usia 52 tahun
Diagnosa medis TB paru
Agama Islam
Obat Ranitidine 50 mg,
BB (kg) 53 kg (sebelum), 48 kg ondansetron 8 mg,
(setelah) levofloxacin
500mg/100 mL
TB (cm) 172 cm
Jenis diet Makanan lunak
2 2
IMT (kg/m ) 17.91 kg/m (sebelum),
16,27 kg/m2 (setelah)
LiLA (cm) 22 cm
Karakteristik Subjek
Asupan makan Nasi, sayur, buah, Makanan yang Minuman bersoda
lauk, air putih dihindari
atau yang
2 Agustus 8 sendok makan, mengandung gas,
minum + 400 cc kopi, makanan
kaleng, terasi
Data Biokimia
Uraian Data Nilai Referensi Interpretasi
Hemoglobin 9,5 g/dL 13 g/dL5 Kurang
6
Hematokrit 28,6% 40-48% Kurang
Identifikasi Masalah
Data Fisik Klinis
Uraian Data Nilai Referensi Interpretasi
Tekanan darah 110/70 mmHg <120/80 mmHg7 Normal
Nadi 88x/menit 60-100 x/menit8 Normal
Respiratory rate 18x/menit 12-20 x/menit9 Normal
Suhu badan 36,2o C 36-38oC8 Normal
Berdasarkan hasil analisis data antropometri, diketahui bahwa Tn. T memiliki status gizi
underweight dan mengalami kekurangan energi kronis (KEK). Pada data biokimia
menunjukkan bahwa Tn. T memiliki kadar hemoglobin dan hematokrit kurang yang
menandakan pasien mengalami anemia sebagai salah satu faktor risiko dari TB.
Obat yang dikonsumsi
Nama obat Fungsi Efek samping
Ranitidine Sebagai obat pada penyakit Konsumsi bersama makanan atau antasida
tukak lambung, maag, dengan ranitidin dapat menyebabkan
gastreoesophageal reflux penurunan absorpsi ranitidin hingga 33%
disease (GERD) dan kondisi dan konsentrasi puncak dalam serum
lainnya yang terkait dengan menurun hingga 613-432 mg/mL.
asam lambung. Kebiasaan merokok menghambat
penyembuhan ulkus duodenum dan
mengurangi khasiat ranitidin. Perbandingan
kesembuhan ulkus duodenum pada perokok
dan bukan perokok dengan terapi ranitidin
adalah 62% dan 100%.
Obat yang dikonsumsi
Nama obat Fungsi Efek samping
Ondansetron Obat ini pada label utamanya Interaksi obat bersama apomorphin dan
digunakan untuk mual dan dronedarone dapat menimbulkan efek fatal.
muntah yang berhubungan Efek samping pada sistem gastrointestinal
dengan terapi radiasi, anestesi, yang ditimbulkan akibat pemberian
dan pembedahan. ondansetron adalah diare, konstipasi, mual,
dan muntah. Sedangkan, gangguan respirasi
yang paling sering timbul pada pemberian
ondansetron adalah hipoksia, infeksi
saluran nafas bawah, dan batuk.
Obat yang dikonsumsi
Nama obat Fungsi Efek samping
Levofloksasin Levofloksasin adalah antibiotik Beberapa obat dapat mengurangi absorbsi
yang termasuk dalam golongan levofloksasin, misalnya sukralfat,
fluorokuinolon, Antibiotik didanosine, antasida yang mengandung Mg
levofloksasin digunakan untuk atau Al, suplemen diet yang mengandung Zn,
pengobatan pneumonia, penyakit Ca, Mg, atau Fe. Levofloksasin dapat
gangguan saluran pernapasan meningkatkan risiko penyakit tendon
lainnya, infeksi saluran kemih dengan pemberian kortikosteroid.
kompleks, dan pielonefritis akut Meningkatkan risiko gangguan neurologik
karena mikroorganisme yang atau kejang pada pemberian dengan obat
sensitif. antiinflamasi non steroid (OAINS). Serta
meningkatkan prothrombin time dengan
pemberian warfarin.
Perencanaan Intervensi Gizi
Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan makan pasien mencapai ≥ 80 % kebutuhannya
2. Meningkatkan berat badan pasien secara bertahap sebesar 0,5 kg per minggu
3. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarganya terkait pola makan dan
diet yang tepat untuk dijalani
Pengaturan Makan
1. Memberikan terapi diet, yaitu TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
2. Pemberian makanan dilakukan secara oral
3. Memberikan makanan berbentuk lunak
4. Memberikan minum sesuai kebutuhan cairan pasien
5. Menghindari minuman bersoda, makanan kaleng, dan terasi
6. Mengurangi merokok
7. Memberikan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai diet TKTP
(Tinggi Kalori Tinggi Protein)
Pembahasan
Diet yang diberikan pada pasien adalah diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi
Protein). Protein memiliki fungsi untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari kekambuhan. Frekuensi makan yang diberikan yaitu 3 kali
makan utama dan 2 kali makan selingan dengan pemberian secara oral
dengan tekstur lunak.