Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FARMASI

PERCOBAAN 6

IDENTIFIKASI CORTEX

Disusun Oleh :

Dini Farizah (10060322141)

Aisya Rahma Fatimah (10060322142)

Nur Hesti Puspita Sari (10060322143)

Sabrina Nur Diana (10060322144)

Abriel Shafar Faiza (10060322145)

Shift/Kelompok : E/4

Tanggal Praktikum : Kamis, 30 ktober 2023

Tanggal Laporan : Kamis, 07 November 2023

Nama Asisten : Jihan Farda, S.Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2023 M / 1445 H
PERCOBAAN 5

IDENTIFIKASI CORTEX

I. Teori Dasar

Cortex adalah bagian terluar dari batang atau akar tumbuhan yang dibatasi
dibagian luar oleh epidermis dan dibagian dalam oleh endodermis. Cortex tersusun dari
jaringan penyokong yang tidak terdiferensiasi dan menyusun jaringan dasar. Pada organ
yang telah cukup umur, sel-sel terluar korteks dapat mengalami penebalan dinding sel
dan disebut sebagai sel-sel kolenkim. Selain itu, sel-sel terluar juga dapat memiliki
kloroplas (Ashari, 2004).

Cortex berfungsi dalam transportasi hara dari epidermis menuju teras akar.
Selain itu, pada beberapa spesies tumbuhan, korteks juga berfungsi sebagai penyimpan
cadangan energi dalam bentuk pati (Ashari, 2004).

Cortex merupakan akar yang tersusun dari jaringan parenkim yang terdiri dari
beberapa lapisan sel. Sel-selnya berukuran relatif besar, berbentuk silindris yang
memanjang dengan posisi sejajar sumbu akar, dan memiliki banyak ruang antar
sel.Ruang antar sel merupakan ruang udara untuk saluran pertukaran gas. Umumnya,
sel -sel penyusun jaringan parenkim tidak berkloroplas, kecuali pada beberapa jenis
tumbuhan air dan tumbuhan epifit. Sel-sel penyusun jaringan parenkim memungkinkan
untuk menyimpan cadangan makanan (Rosanti, 2011).

Cortex adalah jaringan terluar dari tanaman berkayu, yang meliputi kulit batang,
cabang atau kulit akar atau buah sampai ke lapisan epidermis. Saat tumbuhan sudah
cukup besar umumnya zat berkhaziat terdapat dalam serat terutama alkaloid. Cortex
juga merupakan kulit kayu berupa seluruh jaringan di luar kambium. Susunan cortex
apabila dilihat penampang melintangnya terdapat:

1. Sel gabus, pada cortex gunanya untuk mempertahankan diri terhadap keadaan luar,
misalnya karena sudah tua.

2. Floem, gunanya untuk mengangkut makanan dari daun ke seluruh bagian tanaman.
3. Sel parenkim, di dalamnya terdapat sel batu, kristal oksalat berbentuk prisma atau
drust dan amilum.

4. Jari-jari empelur, terdapat kristal oksalat dan amilum.

Dalam anatomi tumbuhan, cortex adalah bagian terluar dari batang atau akar
tumbuhan yang dibatasi di bagian luar oleh epidermis dan di bagian dalam oleh
endodermis. Cortex tersusun dari jaringan penyokong yang tidak terdiferensiasi dan
menyusun jaringan dasar. Pada organ yang telah cukup umur, sel-sel terluar korteks
dapat mengalami penebalan dinding sel dan disebut sebagai sel-sel kolenkim. Selain
itu, sel-sel terluar juga dapat memiliki kloroplas. Cortex berfungsi dalam transportasi
hara dari epidermis ke dalam teras akar. Selain itu, pada beberapa spesies tumbuhan,
korteks juga menjadi bagian penyimpan cadangan energi dalam bentuk pati (Ricke
Suhartono, dkk. 2012).

1.1. Chinchonae Cortex (Kulit Batang Kina)

Chincona succirubra (Kina) merupakan tanaman obat berupa pohon yang


berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah
Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia.

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Famili : Rubiaceae

Genus : Chinchona

Spesies : Chinchona spp.

Cinchonae Succirubra Cortex (kulit batang kina) merupakan salah satu bagian
tanaman yang menghasilkan metabolit sekunder yaitu alkaloid kinin dan memiliki
aktivitas farmakologi. Selain kandungan kinin, dalam kulit batang kina juga terdapat
berbagai senyawa kimia lainnya, yakni kinidin, sinkonin, dan sinkonidin. Adanya
kandungan senyawa lain dapat mengurangi efekfarmakologi yang dihasilkan oleh kinin
bahkan dapat saling meniada kan satu sama lain (Ni Kadek, dkk., 2021).

Pada kulit batang kina terdapat senyawa alkaloid yang mempunyai empat jenis
dan masih dimanfaatkan sampai saat ini yaitu kinin, kinidin, sinkonin, dan sinkonidin.
Pada tanaman kina alkaloid ini selai n bermanfaat sebagai antimalaria juga digunakan
sebagai menstabilkan irama jantung atau anti-arythmic. Sinkonin dan Sinkonidin
berperan sama seperti kinin dan memiliki kadar toksisitasnya lebih rendah dari kinin
karena kadar kinin yang berlebih justru dapa t menyebabkan gagal ginjal, masalah
pencernaan, anemia, dan masalag jantung. Selain itu, manfaat dari sinkonin dapat
sebagai antimicrobial, flu, disentri, dan demam (Maxiselly, 2020).

1.2. Alstoniae Scholaridis Cortex (Kulit Batang Pulai)

Alstonia scholaris merupakan tumbuhan endemik Indonesia dengan sinonim


Echites scholaris L., Echites pala Ham. atau Tabernaemontana alternifolia Burn dengan
nama daerah pulai.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Gentianales

Famili : Apocynaceae

Genus : Alstonia

Spesies : Alstonia scholaris

Tumbuhan Alstonia mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya


flavonoid, alkaloid, steroid dan triterpenoid. Senyawa alkaloid tumbuhan ini dicirikan
oleh adanya alkaloid indol. Senyawa golongan triterpenoid pada tumbuhan merupakan
turunan oleanan, friedelin dan lupan sedangkan steroid merupakan turunan stigmastan.
Senyawa flavonoid pada tumbuhan ini diantaranya jenis kalkon, hidrocolon, flavanon,
flavon dan flavonol. Alstonia scholaris termasuk salah satu tumbuhan obat Indonesia,
kulit batang digunakan oleh masyarakat sebagai obat demam, sakit perut, asma, batuk,
disentri, dan kanker paru-paru sedangkan daunnya digunakan sebagai antibakteri,
antitumor, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, wasir, beri– beri dan rematik akut
(Pankti, dkk., 2012).

Organoleptisnya berupa potongan kulit batang atau ranting, menggulung atau


kadang-kadang berbentuk pipa, mudah dipatahkan, bekas patahan kasar dan agak
berserat, permukaan luar sangat kasar, tidak rata, mudah mengelupas, banyak retak-
retak membujur dan melintang, permukaan dalam bergaris halus, juga terdapat retak-
retak melintang; warna permukaan luar kuning kecokelatan sampai cokelat kelabu tua,
permukaan dalam cokelat kehitaman; tidak berbau; rasa pahit yang tidak mudah hilang
(FHI, 2017).

Fragmen pengenal adalah amilum, kristal kalsium oksalat bentuk prisma,


kumpulan sklereida, sel gabus yang sebagian membatu, parenkim korteks, sklerenkim
dan jari-jari empelur (FHI, 2017).

1.3. Alyxiae Reindwartii Cortex (Kulit Batang Pulasari)

Tanaman Pulasari merupakan tanaman liar yang tumbuh di daerah tropis,


termasuk di Indonesia, terutama di pulau jawa. Bagian kulit batangnya sudah diolah
menjadi simplisia.

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Gentianales

Famili : Apocynaceae
Genus : Alyxia

Spesies : Alyxia reinwardtii

Kulit batang pulasari mengandung alkaloid, tannin, sap orin, polifenol, kumarin,
zat samak, minyak atsiri, asam betulinat, dan pulasariosida. Berkhasiat sebagai obat
meningkatkan nafsu makan, menjaga daya tahan tubuh, obat kejang perut, kelebihan
asam lambung, dan disentri (Utami, 2008)

Organoleptisnya berupa potongan kulit batang bentuk berlekuk membujur atau


agak datar dan rapuh, permukaan luar halus, permukaan dalam kasar dengan garis-garis
membujur, bekas patahan tidak rata, berserat; permukaan luar berwarna putih
kekuningan, kadang-kadang terdapat sisa lapisan luar yang tipis, permukaan dalam
berwarna cokelat tua sampai kehitaman; bau harum; rasa agak pahit (FHI, 2017).

Fragmen pengenal adalah epiderm dengan sklereida, parenkim korteks dan


sklereida, kristal kalsium oksalat berbentuk prisma dan sklereida, parenkim berisi
kristal kalsium oksalat bentuk prisma, dan sklerenkim (FHI, 2017).

1.4. Cinnamomi Burmanni Cortex (Kulit Kayu Manis)

Cinnamomum burmannii (kulit kayu manis) ialah sejenis pohon penghasil


rempah-rempah. Termasuk dalam jenis rempah-rempah yang memiliki aroma khas,
manis dan agak pedas.

Divisi : Gymnospermae

Subdivisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Policarpicae

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmanii


Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam kulit kayu manis diantaranya
cinnamis aldehid, cinnamyl acetat, ci nzcylanol cinnzclylanine, phenypropyl acetate,
tannin, dan safroll. Efek farmakologis yang dimiliki kulit kayu manis diantaranya
menghangatkan limfa dan ginjal, meleancarkan peredaran darah, menghilangkan sakit,
menambah nafsu makan (stomakik), dan karminatif (Harlana, 2008).

Tanaman ini memiliki kemampuan antimikroba, antifungi, antivirus,


antioksidan, antitumor, penurun tekanan darah, kolesterol dan memiliki senyawa
rendah lemak. Senyawa eugenol dan sinamaldehid memiliki potensi sebagai antibakteri
dan antibiofilm (Bandara et al, 2011).

Fragmen pengenal adalah idioblas berupa sel minyak dan sklerenkim, sklereida,
dan sklerenkim (FHI, 2017).

1.5. Caesalpinae Sappanis Cortex (Kulit Batang Secang)

Secang adalah tanaman berkayu yang biasa dimanfaatkan bagian batangnya


(Praja, 2015). Batang kayu secang berbentuk bulat, berwarna hijau kecokelatan
memberikan warna merah bila serutan kayunya direbus (Padmaningrum et al., 2012).

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Caesalpinia

Spesies : Caesalpinia sappan

Kayu secang sering digunakan sebagai pengobatan tradisioal karena


mengandung asam galat, tanin, resorsin, brasilin, brasilein, d-alfa- phellandrene,
antibakteri, oscimene, alkaloid, flavonoid, saponin, fenil propana, terpenoid, dan
minyak atsiri (Damayyanti, 2014). Selain itu, tanaman secang digunakan sebagai salah
satu pigmen alami karena menghasilkan pigmen berwarna merah. Pigmen merah ini
disebut antosianin yang bersifat mudah larut dalam air panas (Sugiyanto, dkk., 2013).

Organoleptisnya berupa serutan atau potongan-potongan kayu, keras, padat,


permukaan hasil serutan kasar, tampak serat-serat yang memanjang, bekas serutan tidak
beraturan; warna merah, merah jingga, atau kuning; tidak berbau; mula-mula tidak
berasa lama-lama kelat (FHI, 2017).

Fragmen pengenal adalah unsur-unsur xilem dengan noktah, sklerenkim, sklerenkim


dengan kristal kalsium oksalat bentuk prisma, dan berkas pengangkut bernoktah (FHI,
2017).

II. Tujuan

2.1 Untuk mengidentifikasi fragmen apa saja yang terdapat dalam berbagai simplisia
cortex secara mikroskopik.

2.2 Untuk mengetahui bagaimana ciri organoleptik dari berbagai simplisia cortex secara
makroskopik.

III. Manfaat

3.1 dapat mengidentifikasi simplisia cortex secara makroskopik dan mengetahui


tahapan-tahapan mengidentifikasi simplisia cortex secara mikroskopik

IV. Alat dan bahan

Alat Bahan
Jarum Preparat Alstoniae Scholaridis Cortex
Kaca Preparat Alyxiae Reinwardtii Cortex
Mikroskop Caesalpiniae Sappanis Cortex
Chinconae Cortex
Cinnamomi Burmannii Cortex
HCl
Reagen Kloralhidrat
Reagen Phloroglucinol

V. Prosedur

5.1 Identifikasi Makroskopik

Dilakukan pengamatan pada simplisia cortex, kemudian dideskripsikan simplisia mulai


dari bentuk, warna, bau, serta teksturnya.

5.2 Identifikasi Mikroskopik

Pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dibuat preparat
terlebih dahulu dengan cara ditambahkan serbuk simplisia yang akan diamati dan
diletakkan sedikit diatas kaca preparat, lalu diteteskan 1-2 tetes reagen kloralhidrat atau
phloroglucinol dan ditunggu hingga kering. Setelah kering, ditambahkan 1-2 tetes
reagen HCl untuk mengidentifikasi fragmen yang terdapat pada sampel. Lalu kaca
preparat ditutup menggunakan kaca objek, kemudian dilakukan pengamatan dibawah
mikroskop dengan perbesaran 40x, 100x, dan 400x. Kemudian diidentifikasi fragmen
khas yang teramati pada pengamatan, Hasil fragmen difoto kemudian dicatat
perbesaran yang digunakan dan reagen yang digunakan.

VI. Data pengamatan

MIKROSKOPIK

Sketsa Mikroskopik Fragmen yang Difoto Fragmen Literatur Keterangan


1.Chinchonae Cortex (kulit • Reagen :
kina) 1. serabut floem
phlorogucinol dan
kloralhidrat
• Perbesaran :
100 x
• Fragmen :

Serabut floem
(MMI, 26-27).
2. Gabus terlihat (phlorogucinol,
tangensial gabus terlihat
tangensial
(phlorogucinol) ,
butir pati lepas
(kloralhidrat)

3. Butir pati lepas

2.Alstoniae Scholaridis 1. Sel gabus yang Reagen :


Cortex membatu tangensial phlorogucinol.
Perbesaran :
100 x
Fragmen :
MMI IV (3-5) Sel gabus yang
membatu tangensial,
sel gabus
tangensial,serabut
2. Sel gabus
tangensial

3. Serabut
3. Alyxiae Reinwardtii • Reagen :
Cortex Phlorogucinol
• Perbesaran : 100 x
• Fragmen :
Sel
MMI I, 47
batu,sklerenkim.
Parenkim kortex
dengan sklereida
1
2

Keterangan :
1. Sel batu
2. Sklerenkim

FHI EDISI II, hal : 359

Parenkim kortex dengan


sklereida
4.Cinnamomi Burmannii 1. Serabut sklerenkim • Reagen :
Cortex phlorogucinol
• Perbesaran : 100x
• Fragmen : serabut
sklerenkim,
hablur kalsium
oksalat, sel
minyak dan sel
lender pada
parenkim.
2. Hablur kalsium
oksalat
FHI EDISI II, hal : 182
3. Sel minyak dan sel
lender pada
parenkim
5.Caesalpiniae Sappanis 1. Sklerenkim dengan • Reagen :
Cortex kristal kalsium Florogucinol
oksalat • Perbesaran : 100
x
• Fragmen :
Sklerenkim dengan
kristal kalsium
oksalat, berkas
2. Berkas pengangkut pengangkut
bernoktah bernoktah
, unsur-unsur xylem
dengan
noktah,sklerenkim

3. Unsur-unsur xylem
dengan noktah

FHI EDISI II, hal : 399

4. sklerenkim
MAKROSKOPIK
Gambar Literatur Keterangan
1.Nama sampel :
Kulit batang
kayu kina
2.Nama lain
tanaman :
Chinchona
succirubra
3.Nama latin
simplisia :
(Gede, 2020)
Chinchonae
Cortex
4.Ciri
makroskopis :
berbentuk
seperti gulungan
kayu, berwarna
coklat kehijauan,
tidak berbau,
tekstur kasar,
warna
5.Ciri
organoleptis
serbuk : coklat
kemerahan, bauk
has, serbuk agak
kasar
6.Kegunaan :
Malaria,
pembersih
darah, batuk
rejan, influensa,
disentri.
FHI EDISI II, hal : 363 1.Nama sampel :
kulit batang kayu
pule
2.Nama lain
tanaman :
Alstonia
scholaris L.
3.Nama latin
simplisia :
Alstoniae
scholaridis
4.Ciri
makroskopis :
berbentuk
seperti kayu,
warna coklat
muda, tidak
berbau, tekstur
halus.
5.Ciri
organoleptis
serbuk : warna
coklat muda,
tidak berbau,
serbuk kasar
6.Kegunaan :
demam,
penyakit kulit,
radang gijal,
kencing manis,
karminatif,
malaria, tekanan
darah tinggi
FHI EDISI II, hal : 359 1.Nama sampel :
kulit batang kayu
pulasari
2.Nama lain
tanaman :
Alyxiae
reinwardtii
3.Nama latin
simplisia :
Alyxiae
Reinwardtii
Cortex
4.Ciri
makroskopis :
berbentuk
seperti serpihan
kayu, berwarna
coklat
kekuningan,
tidak berbau,
tekstur kasar
5.Ciri
organoleptis
serbuk : warna
coklat
kekuningan, bau
khas, serbuk
halus
6.Kegunaan :
Sariawan,
demam,
hemostatik,
radang lambung,
karminatif,
gangguan haid,
kejang usus,
kencing nanah.
1.Nama sampel :
kulit batang kayu
manis
2.Nama lain
tanaman :
Cinnamomum
burmanii/
FHI EDISI II, hal : 181 Cassia vera
3.Nama latin
simplisia :
Cinnamomi
burmanii cortex
4.Ciri
makroskopis :
berbentuk
seperti gulungan
kayu, warna
coklat tua,
berbau agak
wangi manis,
tekstur kasar
5.Ciri
organoleptis
serbuk : warna
coklat tua, bauk
has aromatic,
serbuk kasar
6.Kegunaan :
Rempah,diare,
malaria
1.Nama sampel :
kulit batang kayu
secang
2.Nama lain
tanaman :
Caesalpinia
sappan L.
FHI EDISI II, hal : 388 3.Nama latin
simplisia :
Caesalpiniae
Sappanis Cortex
4.Ciri
makroskopis :
Berbentuk
seperti serutan,
berwarna
orange, tidak
berbau, tekstur
halus
5.Ciri
organoleptis
serbuk :
Warna merah
jingga, bau khas,
serbuk
berbentuk
serabut halus.
6.Kegunaan :
Mengatasi
peradangan dan
nyeri,
antibakteri,
antioksidan,
mengontrol
kadar gula darah.

5. Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan terhadap bentuk mikroskopik


dan makroskopik kulit batang kina, kulit batang pulai, kulit batang pulasari, kulit kayu
manis, kulit batang secang. Secara makroskopis, pengamatan dilakukan dengan
mengamati bau, rasa, warna dan juga penampilan luar yang diamati dengan
menggunakan panca indera sedangkan mikroskopis pengamatan dilakukan dengan
mikroskop untuk melihat bentuk tertentu atau fragmen yang dimiliki oleh simplisia,
sehingga nantinya dapat kita bedakan satu sama lain. Adapun tujuan dilakukannya
pengamatan ini adalah untuk dapat melakukan pengamatan secara makroskopik dan
mikroskopik serta menentukan fragmen fragmen dari tiap sampel cortex.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan terlebih dahulu


mikroskop serta lima kaca objek yang sudah dibersihkan dan dikeringkan
menggunakan tisu kering agar tidak terjadi kontaminasi saat dilakukan pengamatan,
lalu ditambahkan serbuk Chinchonae Cortex, Alstoniae Scholaridis Cortex, Alyxiae
Reindwartii Cortex, Cinnamomi Burmanni Cortex, dan Caesalpinae Sappanis Cortex
pada masing-masing kaca objek yang sudah disiapkan, lalu pada setiap kaca objek
ditambahkan reagen florogusinol dan kloral hidrat dan HCL. kemudian dicampurkan
menggunakan jarum agar merata dan tidak terjadi penumpukkan pada kaca objek.
Setelah itu ditutup preparat menggunakan kaca penutup. Preparat diletakkan di meja
mikroskop dan dijepit menggunakan penjepit. Fungsi penambahan reagen kloral hidrat
adalah untuk membantu mempermudah pengamatan karena larutan ini dapat
memisahkan fragmen-fragmen yang ada, sehingga dapat diketahui bentuk spesifiknya.
Setelah itu diamati fragmen-fragmennya.

Pada percobaan praktikum kali ini digunakan 3 reagen yaitu :

1. Amilum (pati): Reagen I2KI digunakan untuk mengidentifikasi amilum atau pati dalam
sel-sel jaringan. Amilum adalah karbohidrat penyimpanan yang terdapat dalam
beberapa sel tumbuhan, terutama dalam organ penyimpanan makanan seperti akar.
Iodine (I2) dalam reagen ini membentuk kompleks berwarna biru-hitam dengan
amilum, sehingga sel-sel yang mengandung amilum akan terlihat dengan warna ini di
bawah mikroskop.
2. Clearing (pelarutan jaringan): Kloral hidrat digunakan sebagai agen clearing dalam
proses persiapan sampel tumbuhan untuk pengamatan mikroskopis. Fungsinya adalah
melunakkan jaringan tumbuhan, menghilangkan komponen yang tidak terlalu penting,
sehingga struktur sel dan komponen sel dapat lebih jelas terlihat di bawah mikroskop.
3. Lignin: Phloroglucinol digunakan untuk mengidentifikasi sel-sel yang mengandung
lignin dalam jaringan tanaman, terutama dalam konteks cortex. Lignin adalah
komponen penting dalam dinding sel tumbuhan yang memberikan kekuatan dan
kekakuan struktur tumbuhan. Phloroglucinol bereaksi dengan lignin dan menghasilkan
warna merah atau ungu, memungkinkan pengamatan yang lebih baik terhadap distribusi
lignin dalam sel-sel jaringan tumbuhan (Evert, 2007)
6.1. Chinchonae cortex

pada pengamatan percobaan identifikasi cortex pada simplisia Chinchonae cortex atau
kulit batang kina , pada pengamatan simplisia secara makroskopik hasil yang teramati
yaitu bahwa kulit batang kina mempunyai bentuk seperti gulungan kayu dengan warna
coklat kehijauan, tidak mempunyai dengan teksur cortex yang kasar. menurut rusdi E
(2013 ) Kina merupakan tanaman perdu, berdaun tunggal, berpasangan, warna hijau,
bertepi halus, ibu tulang daun kukuh dan kuat dengan tulang cabang yang banyak,
bertepi halus, bentuk bulat sampai lanset, beberapa di antaranya berbulu.

Pada hasil pengamatan secara mikroskopik, Uji mikroskopis bertujuan untuk


mengamati fragmen pengenal yang merupakan komponen spesifik untuk
mengindentifikasi tanaman tersebut. pada simplisia cortex batang kina dengan reagen
yang digunakan pada percobaan yaitu phorogucinol dengan perbesaran 10x10 atau
100x terdapat fragmen yang tearamati terdiri dari gabus terlihat tangesial, butir pati,
serabut floem. Fragmen yang ditemukan sesuai dengan literature dalam modul petunjuk
praktikum farmakognosi. Dalam literature (Material medika, 1980) mikroskopis berupa
fragmen pengenal adalah fragmen serabut, fragmen jaringan gabus, hablur kalsium
oksalat berbentuk pasir, fragmen parenkim korteks berisi butir pati, butir pati lepas atau
dalam parenkim.

Terdapat beberapa fragmen yang tidak teramati karena dipengaruhi oleh


beberapa factor diantaranya fragmen menumpuk sehingga sulit untuk diamati, fragmen
tidak ada pada sampel yang digunakan, kesalahan praktikan pada saat meletakan
sampel pada kaca objek dan kurangnya ketelitian saat mengamati fragmen, kesalahan
dalam penambahan reagen, ketebalan jaringan cortex tumbuhan terlalu tebal, reagen
tidak tersebar merata.

6.2 Alstoniae cortex

pada pengamatan percobaan identifikasi cortex pada simplisia alstoniae cortex atau
kulit batang pulai, pada pengamatan simplisia secara makroskopik hasil yang teramati
yaitu bahwa kulit batang pulai mempunyai bentuk seperti serpihan kayu, tidak
mempunyai bau, dengan warna coklat kekuningan, tekstur kulit yang cenderung kasar.
Hal ini sesuai dengan literatur dimana Kulit batang halus bersisik atau pecah-pecah
dangkal dan terkelupas dalam persegi panjang, coklat kekuningan atau coklat muda
dengan lateks putih. Cabang halus atau agak kasar, bersisik, dengan lentisel tipis atau
padat (Khyade et al., 2014).

pada hasil pengamatan secara mikroskopik, Uji mikroskopis bertujuan untuk


mengamati fragmen pengenal yang merupakan komponen spesifik untuk
mengindentifikasi tanaman tersebut. pada simplisia cortex batang pulai dengan reagen
yang digunakan pada percobaan yaitu phorogucinol dengan perbesaran 10x10 atau
100x terdapat fragmen yang tearamati terdiri dari sel gabus tangesial, serabut, dan sel
gabus yang membantu, tangesial. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada pada
farmakope herbal Indonesia (2017) Fragmen pengenal adalah amilum, kristal kalsium
oksalat bentuk prisma, kumpulan sklereida, sel gabus yang sebagian membatu,
parenkim korteks, sklerenkim dan jari-jari empelur. adanya fragmen yang tidak terdapat
pada pengamatan hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa hal seperti sampel yang
digunakan sudah tidak layak dipakai, regaen yang tidak cocok untuk pengamatan atau
tidak dapat mengidentifikasi fragmen yang diamati, atau tidak adanya fragmen yang
terkandung pada sampel yang digunakan.

Fragmen-Fragmen yang teramati pada pengamatan memiliki fungsi pada tumbuhan itu
sendiri untuk fragmen serabut Serabut-serabut sklerenkim (serat): selnya dengan bentuk
panjang,umumnya terdapat pada permukaan batang.(Suwarno, 2009)Menurut
Kartasapoetra (1987) jaringan sklerenkim merupakan jaringan yang fungsi utamanya
adalah sebagai jaringan penguat tumbuhan. Jaringan sklerenkim hanya terdapat pada
organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan, jadi
pada organ tumbuhan yang telah tetap. untuk sel gabus Jaringan gabus, yaitu jaringan
yang melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan banyak air karena sels el gabus
bersifat kedap air.Strukturnya memanjang dan rapat sehingga tidak terdapat ruang
antarsel. Sel gabus dapat ditemukan dipermukaan luar batang.

Terdapat beberapa fragmen yang tidak teramati karena dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya fragmen menumpuk sehingga sulit untuk diamati, fragmen tidak ada
pada sampel yang digunakan, kesalahan praktikan pada saat meletakan sampel pada
kaca objek dan kurangnya ketelitian saat mengamati fragmen, kesalahan dalam
penambahan reagen, ketebalan jaringan cortex tumbuhan terlalu tebal, reagen tidak
tersebar merata.

6.3 Alyxiae reinwardtii cortex

Pertama dilakukan pengamatan makroskopik pada kulit batang pulasari.


Diamati bentuk, warna, bau, dan teksturnya. Kemudian dilakukan pengamatan
mikroskopik dengan cara disiapkan terlebih dahulu kaca preparat yang akan diisi
dengan sampel serbuk dari kulit batang pulasari. Kemudian, serbuk kulit batang
pulasari diletakkan sedikit diatas kaca objek menggunakan jarum. Fungsi dari jarum ini
untuk mengambil serbuk sampel agar bisa diambil sedikit. Lalu diteteskan 1-3 tetes
reagen phloroglucinol dan ditunggu hingga phloroglucinol mengering. Fungsi dari
pengeringan phloroglucinol agar tidak bertindih dengan HCl. Setelah kering
ditambahkan dengan HCl 1%. Penggunaan reagen phloroglucinol dengan HCl ini
berfungsi untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya lignin di dalam sampel. Kemudian,
kaca preparat ditutup menggunakan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop.
Hasil pengamatan lalu ditulis dan digambar sketsanya pada jurnal.

Pada pengamatan makroskopik kulit batang pulasari berbentuk seperti serpihan


kayu, berwarna coklat kekuningan, tidak berbau, serta memiliki tekstur yang kasar.
Pada pengamatan makroskopik berbeda dengan literatur karena pada literatur kulit
batang pulasari berbentuk berlekuk membujur atau aga rata dan rapuh, permukaan luar
berwarna putih kekuningan, kadang-kadang terdapat sisa lapisan luar yang tipis,
permukaan dalam berwarna coklat tua sampai kehitaman dan berbau harum
(Kemenkes, 2017).

Pada pengamatan mikroskopik kulit batang pulasari dengan perbesaran 10x10


(100x) menggunakan reagen phloroglucinol terdapat fragmen parenkim korteks dengan
sel batu, dan sel batu sebagai fragmen khas kulit batang pulasari, lalu ditemukan
fragmen sklerenkim. Hal ini sudah sesuai dengan literatur tetapi ada beberapa fragmen
yang tidak ditemukan pada pengamatan kali ini. Fragmen pengenal kulit batang pulasari
adalah periderm dengan sklereida, parenkim korteks dan sklereida, kristal kalsium
oksalat berbentuk prisma dan sklereida, dan parenkim berisi kristal kalsium oksalat
bentuk prisma (Kemenkes, 2017).
Terdapat beberapa fragmen yang tidak teramati karena dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya fragmen menumpuk sehingga sulit untuk diamati, fragmen tidak ada
pada sampel yang digunakan, kesalahan praktikan pada saat meletakan sampel pada
kaca objek dan kurangnya ketelitian saat mengamati fragmen, kesalahan dalam
penambahan reagen, ketebalan jaringan cortex tumbuhan terlalu tebal, reagen tidak
tersebar merata.

6.4 Cinnamomi cortex

Pada hasil pengamatan secara makroskopik tanaman kulit kayu manis berbau agak
wangi, berwarna coklat tua dan berbentuk seperti gulungan kayu, dan bertekstur serbuk
kasar dan sesuai dengan literature. Pohon memiliki tinggi 10 m, kulit berwarna abu-abu
tua, berbau khas, kayu berwarna merah atau coklat muda Buah berbentuk buni, bulat
memanjang, panjang sekitar 8 mm berwarna merah (WHO, 1999 ; Dalimartha, 2009)

Pada percobaan ini yang ditemukan pada simplisia Cinnamomum burmannii terdapat
beberapa fragmen yang terlihat saat pengamatan mikroskopik diantaranya terdapat sel
minyak dan sel lendir pada parenkim, serabut sklerenkim, hablur kalsium oksalat.
Fragmen yang ditemukan sesuai dengan literature dalam modul petunjuk praktikum
farmakognosi. Dalam literature mikroskopis berupa fragmen pengenal adalah sklereida
dengan penebalan dinding tidak rata, serabut perisikel dan serabut floem, butir pati dan
hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, lepas atau dalam parenkimjaringan parenkim
dengan sel lendir atau sel minyak ( Material medika, 1980).

Terdapat beberapa fragmen yang tidak teramati karena dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya fragmen menumpuk sehingga sulit untuk diamati, fragmen tidak ada
pada sampel yang digunakan, kesalahan praktikan pada saat meletakan sampel pada
kaca objek dan kurangnya ketelitian saat mengamati fragmen, kesalahan dalam
penambahan reagen, ketebalan jaringan cortex tumbuhan terlalu tebal, reagen tidak
tersebar merata.

6.5 Caesalpinae sappanis cortex


pada pengamatan percobaan sampel simplisia caesalpinia sappanis cortex atau
kulit batang secang pada pengamatan simplisia secara makroskopik hasil yang teramati
yaitu bahwa kulit batang pulai mempunyai bentuk seperti serutan kayu dengan warna
orange , tidak mempunyai bau dengan tekstur cortex yang halus, hal ini sesuai dengan
literatur yang ada dimana kulit Batang kayu secang yang masih muda berwarna pucat,
sedangkan pada batang yang tua berwarna merah muda, keras, seratnya halus dan
mudah dibelah. Makin dekat dengan akar, warnanya bertambah tua dan berwarna merah
(Heyne 1987)

pada hasil pengamatan secara mikroskopik, Uji mikroskopis bertujuan untuk


mengamati fragmen pengenal yang merupakan komponen spesifik untuk
mengindentifikasi tanaman tersebut. pada simplisia cortex batang secang dengan
reagen yang digunakan pada percobaan yaitu phorogucinol dengan perbesaran 10x10
atau 100x terdapat fragmen yang tearamati terdiri sklerenkim, berkas
pengangkut,kristal kalsium, unsur xilem dengan noktah. Fragmen-fragmen yang telah
diamati sesuai dengan literatur yang ada yaitu pada farmakope herbal indonesia (2017)
dimana Fragmen pengenal adalah unsur-unsur xilem dengan noktah, sklerenkim,
sklerenkim dengan kristal kalsium oksalat bentuk prisma, dan berkas pengangkut
bernoktah.

Menurut Kartasapoetra (1987) jaringan sklerenkim merupakan jaringan yang fungsi


utamanya adalah sebagai jaringan penguat tumbuhan. Jaringan sklerenkim hanya
terdapat pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan
perkembangan, jadi pada organ tumbuhan yang telah tetap. Fungsi jaringan pengangkut
pada daun adalah untuk mengangkut air serta zat hara dari tanah dan menyebarkan hasil
fotosintesis. Hasil fotosintesis dari sel mesofil masuk ke floem tulang daun yang kecil.
Sel khusus yang berfungsi sebagai pengantar senyawa- senyawa organik dari sel
mesofil ke floem disebut sel transfer (Sri Lestari, 2009). pada fragmen kristal kalsium
fungsi kristal CaOx pada tanaman, seperti regulasi kalsium, perlindungan tanaman,
detoksifikasi (untuk logam berat atau asam oksalat), menjaga keseimbangan ion,
penyokong jaringan atau menjaga kepadatan tanaman dan refleksi dan pengumpulan
cahaya (nurul et al 2011). xylem berfungsi juga sebagai jaringan penguat. Xylem terdiri
dari trakeid dan unsur pembuluh. Trakeid ditemukan di dalam xylem hampir semua
tumbuhan vaskuler. Selain trakeid, sebagian besar angiosperma, serta segelintir
gimnosperma dan tumbuhan vaskuler tidak berbiji, memiliki unsur-unsur pembuluh
(Campbell, 2012).

Terdapat beberapa fragmen yang tidak teramati karena dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya fragmen menumpuk sehingga sulit untuk diamati, fragmen tidak ada
pada sampel yang digunakan, kesalahan praktikan pada saat meletakan sampel pada
kaca objek dan kurangnya ketelitian saat mengamati fragmen, kesalahan dalam
penambahan reagen, ketebalan jaringan cortex tumbuhan terlalu tebal, reagen tidak
tersebar merata.

VII. Kesimpulan

7.1 Pada hasil pengamatan makroskopik yang dilakukan pada simplisia cortex memiliki ciri
khas meliputi bentuk yang menggulung seperti kayu / serutan, seperti serpihan kayu tebal,
berserat. Lalu terdapat bau khas aromatik serta terdapat yang tidak berbau dan juga dari
perbedaan warna dari setiap simplisia cortex yaitu dari warna cokelat tua, coklat, orange, coklat
muda, dan coklat kehijauan. Dan pada tekstur serbuk yang terdiri halus dan kasar.

7.2 Pada hasil pengamatan mikroskopik dengan menggunakan dua jenis reagen yaitu
kloralhidrat dan fluoroglusinol + HCl dan menggunakan perbesaran 100x. Identifikasi fragmen
khas dari masing-masing cortex yaitu Chinconae succirubrae cortex (kulit batang kina)
memiliki fragmen khas serabut floem, parenkim berisi butir pati dan gabus terlihat tangensial.
Alstoniae scholaridris cortex (kulit batang pule) memiliki fragmen khas sel gabus yang
membatu/ tangensial, sel gabus tangensial dan serabut. Alyxiae reinwardtii cortex (kulit batang
pulasari) memiliki fragmen khas sel batu, sklerenkim, dan parenkim korteks dengan sel batu.
Cinnamomi burmannii cortex (kulit batang kayu manis) memiliki fragmen khas yaitu serabut
sklerenkim, sel minyak dan sel lendir pada parenkim dan hablur kalsium oksalat, dan yang
terakhir Caesalpiniae sappanis coretx (kulit kayu secang) memiliki fragmen khas unsur-unsur
xilem dengan noktah, sklerenkim dan sklerenkim dengan kristal kalsium oksalat bentuk prisma.
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. (2004). Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Malang.


Bayumedia Publishing.

Dalimartha, S., 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Cetakan 1. Pustaka Bunda.
Jakarta. Hal. 127

Evert, R.F.2007. Esau’s Plant Anatomy. Meristem, cell, and tisuue of the Plant body. Their
structure, function and development. Wil

FHI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi Kedua. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. (2017). Jakarta: Kementrian kesehatan RI.

Gede, (2020). Identifikasi Dan Penetapan Kadar Senyawa Kuinin Fraksi Etil Asetat Kulit
Batang Kina (Cinchona Succirubra Pav. Ex Klotzsch) Secara Klt-Densitometeri,
BIMFI Volume 7 No.2

Kadek Ni, dkk.. (2021). Identifikasi dan Penetapan Kadar Kinin Ekstrak Kulit Batang Kina
(Chinchona succirubra) secara KLT-Densitometri. Jurnal Ilmiah Medicamento.
Vol. 7, No. 2.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI

Khyade MS, Kasote DM, & Vaikos NP. 2014. Alstonia scholaris (L.) R.Br. and Alstonia
macrophylla Wall. ex G.Don: A comparative review on traditional uses,
phytochemistry and pharmacology. Ethnopharmacology, 153: 1-18.

Maxiselly, Y. (2020). Modifikasi Teknik Budidaya Tamanan Kina. Yogyakarta: CV Budi


Utama

Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. F.


Parlan. 1995. Panduan belajar biologi. Jakarta: Yudistira.
Nurul Chairiyah , Nunung Harijati , Retno Mastuti (2011) Kristal Kalsium Oksalat (CaOx)
pada Porang (Amorphopallus muelleri Blume) yang Terpapar dan Tidak Terpapar
Matahari,NATURAL B, Vol. 1, No. 2,

Padmaningrum, Regina Tutik, .2012. Karakter Ekstrak Zat Warna Kayu Secang (Caesalpinia
Safenolftaleinan L) Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa.Prosiding Seminar
Nasional Penelitian. Pendidikan dan Penerapan MIPA. Fakultas MIPA.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Ricke Suhartono, dkk. (2012). Farmakognosi Kelas XI. Jakarta Timur : Pilar Utama Mandiri.

Rosanti, Dewi. (2011). Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.

Lampiran

Nama mahasiswa NPM Pembagian tugas laporan

Dini Farizah 10060322141 Data pengamatan,


Tujuan, pembahasan,
daftar Pustaka,
Menyusun laporan

Aisya Rahma Fatimah 10060322142 Pembahasan, cover,


kesimpulan

Nur Hesti Puspita Sari 10060322143 Teori dasar, daftar


Pustaka, pembahasan

Sabrina Nur Diana 10060322144 Manfaat, daftar Pustaka,


Pembahasan

Abriel Shafar Faiza 10060322145 Pembahasan, prosedur


percobaan, alat dan
bahan

Anda mungkin juga menyukai