PERCOBAAN 6
IDENTIFIKASI CORTEX
Disusun Oleh :
Shift/Kelompok : E/4
2023 M / 1445 H
PERCOBAAN 5
IDENTIFIKASI CORTEX
I. Teori Dasar
Cortex adalah bagian terluar dari batang atau akar tumbuhan yang dibatasi
dibagian luar oleh epidermis dan dibagian dalam oleh endodermis. Cortex tersusun dari
jaringan penyokong yang tidak terdiferensiasi dan menyusun jaringan dasar. Pada organ
yang telah cukup umur, sel-sel terluar korteks dapat mengalami penebalan dinding sel
dan disebut sebagai sel-sel kolenkim. Selain itu, sel-sel terluar juga dapat memiliki
kloroplas (Ashari, 2004).
Cortex berfungsi dalam transportasi hara dari epidermis menuju teras akar.
Selain itu, pada beberapa spesies tumbuhan, korteks juga berfungsi sebagai penyimpan
cadangan energi dalam bentuk pati (Ashari, 2004).
Cortex merupakan akar yang tersusun dari jaringan parenkim yang terdiri dari
beberapa lapisan sel. Sel-selnya berukuran relatif besar, berbentuk silindris yang
memanjang dengan posisi sejajar sumbu akar, dan memiliki banyak ruang antar
sel.Ruang antar sel merupakan ruang udara untuk saluran pertukaran gas. Umumnya,
sel -sel penyusun jaringan parenkim tidak berkloroplas, kecuali pada beberapa jenis
tumbuhan air dan tumbuhan epifit. Sel-sel penyusun jaringan parenkim memungkinkan
untuk menyimpan cadangan makanan (Rosanti, 2011).
Cortex adalah jaringan terluar dari tanaman berkayu, yang meliputi kulit batang,
cabang atau kulit akar atau buah sampai ke lapisan epidermis. Saat tumbuhan sudah
cukup besar umumnya zat berkhaziat terdapat dalam serat terutama alkaloid. Cortex
juga merupakan kulit kayu berupa seluruh jaringan di luar kambium. Susunan cortex
apabila dilihat penampang melintangnya terdapat:
1. Sel gabus, pada cortex gunanya untuk mempertahankan diri terhadap keadaan luar,
misalnya karena sudah tua.
2. Floem, gunanya untuk mengangkut makanan dari daun ke seluruh bagian tanaman.
3. Sel parenkim, di dalamnya terdapat sel batu, kristal oksalat berbentuk prisma atau
drust dan amilum.
Dalam anatomi tumbuhan, cortex adalah bagian terluar dari batang atau akar
tumbuhan yang dibatasi di bagian luar oleh epidermis dan di bagian dalam oleh
endodermis. Cortex tersusun dari jaringan penyokong yang tidak terdiferensiasi dan
menyusun jaringan dasar. Pada organ yang telah cukup umur, sel-sel terluar korteks
dapat mengalami penebalan dinding sel dan disebut sebagai sel-sel kolenkim. Selain
itu, sel-sel terluar juga dapat memiliki kloroplas. Cortex berfungsi dalam transportasi
hara dari epidermis ke dalam teras akar. Selain itu, pada beberapa spesies tumbuhan,
korteks juga menjadi bagian penyimpan cadangan energi dalam bentuk pati (Ricke
Suhartono, dkk. 2012).
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Rubiaceae
Genus : Chinchona
Cinchonae Succirubra Cortex (kulit batang kina) merupakan salah satu bagian
tanaman yang menghasilkan metabolit sekunder yaitu alkaloid kinin dan memiliki
aktivitas farmakologi. Selain kandungan kinin, dalam kulit batang kina juga terdapat
berbagai senyawa kimia lainnya, yakni kinidin, sinkonin, dan sinkonidin. Adanya
kandungan senyawa lain dapat mengurangi efekfarmakologi yang dihasilkan oleh kinin
bahkan dapat saling meniada kan satu sama lain (Ni Kadek, dkk., 2021).
Pada kulit batang kina terdapat senyawa alkaloid yang mempunyai empat jenis
dan masih dimanfaatkan sampai saat ini yaitu kinin, kinidin, sinkonin, dan sinkonidin.
Pada tanaman kina alkaloid ini selai n bermanfaat sebagai antimalaria juga digunakan
sebagai menstabilkan irama jantung atau anti-arythmic. Sinkonin dan Sinkonidin
berperan sama seperti kinin dan memiliki kadar toksisitasnya lebih rendah dari kinin
karena kadar kinin yang berlebih justru dapa t menyebabkan gagal ginjal, masalah
pencernaan, anemia, dan masalag jantung. Selain itu, manfaat dari sinkonin dapat
sebagai antimicrobial, flu, disentri, dan demam (Maxiselly, 2020).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alyxia
Kulit batang pulasari mengandung alkaloid, tannin, sap orin, polifenol, kumarin,
zat samak, minyak atsiri, asam betulinat, dan pulasariosida. Berkhasiat sebagai obat
meningkatkan nafsu makan, menjaga daya tahan tubuh, obat kejang perut, kelebihan
asam lambung, dan disentri (Utami, 2008)
Divisi : Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Fragmen pengenal adalah idioblas berupa sel minyak dan sklerenkim, sklereida,
dan sklerenkim (FHI, 2017).
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Caesalpinia
II. Tujuan
2.1 Untuk mengidentifikasi fragmen apa saja yang terdapat dalam berbagai simplisia
cortex secara mikroskopik.
2.2 Untuk mengetahui bagaimana ciri organoleptik dari berbagai simplisia cortex secara
makroskopik.
III. Manfaat
Alat Bahan
Jarum Preparat Alstoniae Scholaridis Cortex
Kaca Preparat Alyxiae Reinwardtii Cortex
Mikroskop Caesalpiniae Sappanis Cortex
Chinconae Cortex
Cinnamomi Burmannii Cortex
HCl
Reagen Kloralhidrat
Reagen Phloroglucinol
V. Prosedur
Pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dibuat preparat
terlebih dahulu dengan cara ditambahkan serbuk simplisia yang akan diamati dan
diletakkan sedikit diatas kaca preparat, lalu diteteskan 1-2 tetes reagen kloralhidrat atau
phloroglucinol dan ditunggu hingga kering. Setelah kering, ditambahkan 1-2 tetes
reagen HCl untuk mengidentifikasi fragmen yang terdapat pada sampel. Lalu kaca
preparat ditutup menggunakan kaca objek, kemudian dilakukan pengamatan dibawah
mikroskop dengan perbesaran 40x, 100x, dan 400x. Kemudian diidentifikasi fragmen
khas yang teramati pada pengamatan, Hasil fragmen difoto kemudian dicatat
perbesaran yang digunakan dan reagen yang digunakan.
MIKROSKOPIK
Serabut floem
(MMI, 26-27).
2. Gabus terlihat (phlorogucinol,
tangensial gabus terlihat
tangensial
(phlorogucinol) ,
butir pati lepas
(kloralhidrat)
3. Serabut
3. Alyxiae Reinwardtii • Reagen :
Cortex Phlorogucinol
• Perbesaran : 100 x
• Fragmen :
Sel
MMI I, 47
batu,sklerenkim.
Parenkim kortex
dengan sklereida
1
2
Keterangan :
1. Sel batu
2. Sklerenkim
3. Unsur-unsur xylem
dengan noktah
4. sklerenkim
MAKROSKOPIK
Gambar Literatur Keterangan
1.Nama sampel :
Kulit batang
kayu kina
2.Nama lain
tanaman :
Chinchona
succirubra
3.Nama latin
simplisia :
(Gede, 2020)
Chinchonae
Cortex
4.Ciri
makroskopis :
berbentuk
seperti gulungan
kayu, berwarna
coklat kehijauan,
tidak berbau,
tekstur kasar,
warna
5.Ciri
organoleptis
serbuk : coklat
kemerahan, bauk
has, serbuk agak
kasar
6.Kegunaan :
Malaria,
pembersih
darah, batuk
rejan, influensa,
disentri.
FHI EDISI II, hal : 363 1.Nama sampel :
kulit batang kayu
pule
2.Nama lain
tanaman :
Alstonia
scholaris L.
3.Nama latin
simplisia :
Alstoniae
scholaridis
4.Ciri
makroskopis :
berbentuk
seperti kayu,
warna coklat
muda, tidak
berbau, tekstur
halus.
5.Ciri
organoleptis
serbuk : warna
coklat muda,
tidak berbau,
serbuk kasar
6.Kegunaan :
demam,
penyakit kulit,
radang gijal,
kencing manis,
karminatif,
malaria, tekanan
darah tinggi
FHI EDISI II, hal : 359 1.Nama sampel :
kulit batang kayu
pulasari
2.Nama lain
tanaman :
Alyxiae
reinwardtii
3.Nama latin
simplisia :
Alyxiae
Reinwardtii
Cortex
4.Ciri
makroskopis :
berbentuk
seperti serpihan
kayu, berwarna
coklat
kekuningan,
tidak berbau,
tekstur kasar
5.Ciri
organoleptis
serbuk : warna
coklat
kekuningan, bau
khas, serbuk
halus
6.Kegunaan :
Sariawan,
demam,
hemostatik,
radang lambung,
karminatif,
gangguan haid,
kejang usus,
kencing nanah.
1.Nama sampel :
kulit batang kayu
manis
2.Nama lain
tanaman :
Cinnamomum
burmanii/
FHI EDISI II, hal : 181 Cassia vera
3.Nama latin
simplisia :
Cinnamomi
burmanii cortex
4.Ciri
makroskopis :
berbentuk
seperti gulungan
kayu, warna
coklat tua,
berbau agak
wangi manis,
tekstur kasar
5.Ciri
organoleptis
serbuk : warna
coklat tua, bauk
has aromatic,
serbuk kasar
6.Kegunaan :
Rempah,diare,
malaria
1.Nama sampel :
kulit batang kayu
secang
2.Nama lain
tanaman :
Caesalpinia
sappan L.
FHI EDISI II, hal : 388 3.Nama latin
simplisia :
Caesalpiniae
Sappanis Cortex
4.Ciri
makroskopis :
Berbentuk
seperti serutan,
berwarna
orange, tidak
berbau, tekstur
halus
5.Ciri
organoleptis
serbuk :
Warna merah
jingga, bau khas,
serbuk
berbentuk
serabut halus.
6.Kegunaan :
Mengatasi
peradangan dan
nyeri,
antibakteri,
antioksidan,
mengontrol
kadar gula darah.
5. Pembahasan
1. Amilum (pati): Reagen I2KI digunakan untuk mengidentifikasi amilum atau pati dalam
sel-sel jaringan. Amilum adalah karbohidrat penyimpanan yang terdapat dalam
beberapa sel tumbuhan, terutama dalam organ penyimpanan makanan seperti akar.
Iodine (I2) dalam reagen ini membentuk kompleks berwarna biru-hitam dengan
amilum, sehingga sel-sel yang mengandung amilum akan terlihat dengan warna ini di
bawah mikroskop.
2. Clearing (pelarutan jaringan): Kloral hidrat digunakan sebagai agen clearing dalam
proses persiapan sampel tumbuhan untuk pengamatan mikroskopis. Fungsinya adalah
melunakkan jaringan tumbuhan, menghilangkan komponen yang tidak terlalu penting,
sehingga struktur sel dan komponen sel dapat lebih jelas terlihat di bawah mikroskop.
3. Lignin: Phloroglucinol digunakan untuk mengidentifikasi sel-sel yang mengandung
lignin dalam jaringan tanaman, terutama dalam konteks cortex. Lignin adalah
komponen penting dalam dinding sel tumbuhan yang memberikan kekuatan dan
kekakuan struktur tumbuhan. Phloroglucinol bereaksi dengan lignin dan menghasilkan
warna merah atau ungu, memungkinkan pengamatan yang lebih baik terhadap distribusi
lignin dalam sel-sel jaringan tumbuhan (Evert, 2007)
6.1. Chinchonae cortex
pada pengamatan percobaan identifikasi cortex pada simplisia Chinchonae cortex atau
kulit batang kina , pada pengamatan simplisia secara makroskopik hasil yang teramati
yaitu bahwa kulit batang kina mempunyai bentuk seperti gulungan kayu dengan warna
coklat kehijauan, tidak mempunyai dengan teksur cortex yang kasar. menurut rusdi E
(2013 ) Kina merupakan tanaman perdu, berdaun tunggal, berpasangan, warna hijau,
bertepi halus, ibu tulang daun kukuh dan kuat dengan tulang cabang yang banyak,
bertepi halus, bentuk bulat sampai lanset, beberapa di antaranya berbulu.
pada pengamatan percobaan identifikasi cortex pada simplisia alstoniae cortex atau
kulit batang pulai, pada pengamatan simplisia secara makroskopik hasil yang teramati
yaitu bahwa kulit batang pulai mempunyai bentuk seperti serpihan kayu, tidak
mempunyai bau, dengan warna coklat kekuningan, tekstur kulit yang cenderung kasar.
Hal ini sesuai dengan literatur dimana Kulit batang halus bersisik atau pecah-pecah
dangkal dan terkelupas dalam persegi panjang, coklat kekuningan atau coklat muda
dengan lateks putih. Cabang halus atau agak kasar, bersisik, dengan lentisel tipis atau
padat (Khyade et al., 2014).
Fragmen-Fragmen yang teramati pada pengamatan memiliki fungsi pada tumbuhan itu
sendiri untuk fragmen serabut Serabut-serabut sklerenkim (serat): selnya dengan bentuk
panjang,umumnya terdapat pada permukaan batang.(Suwarno, 2009)Menurut
Kartasapoetra (1987) jaringan sklerenkim merupakan jaringan yang fungsi utamanya
adalah sebagai jaringan penguat tumbuhan. Jaringan sklerenkim hanya terdapat pada
organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan, jadi
pada organ tumbuhan yang telah tetap. untuk sel gabus Jaringan gabus, yaitu jaringan
yang melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan banyak air karena sels el gabus
bersifat kedap air.Strukturnya memanjang dan rapat sehingga tidak terdapat ruang
antarsel. Sel gabus dapat ditemukan dipermukaan luar batang.
Terdapat beberapa fragmen yang tidak teramati karena dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya fragmen menumpuk sehingga sulit untuk diamati, fragmen tidak ada
pada sampel yang digunakan, kesalahan praktikan pada saat meletakan sampel pada
kaca objek dan kurangnya ketelitian saat mengamati fragmen, kesalahan dalam
penambahan reagen, ketebalan jaringan cortex tumbuhan terlalu tebal, reagen tidak
tersebar merata.
Pada hasil pengamatan secara makroskopik tanaman kulit kayu manis berbau agak
wangi, berwarna coklat tua dan berbentuk seperti gulungan kayu, dan bertekstur serbuk
kasar dan sesuai dengan literature. Pohon memiliki tinggi 10 m, kulit berwarna abu-abu
tua, berbau khas, kayu berwarna merah atau coklat muda Buah berbentuk buni, bulat
memanjang, panjang sekitar 8 mm berwarna merah (WHO, 1999 ; Dalimartha, 2009)
Pada percobaan ini yang ditemukan pada simplisia Cinnamomum burmannii terdapat
beberapa fragmen yang terlihat saat pengamatan mikroskopik diantaranya terdapat sel
minyak dan sel lendir pada parenkim, serabut sklerenkim, hablur kalsium oksalat.
Fragmen yang ditemukan sesuai dengan literature dalam modul petunjuk praktikum
farmakognosi. Dalam literature mikroskopis berupa fragmen pengenal adalah sklereida
dengan penebalan dinding tidak rata, serabut perisikel dan serabut floem, butir pati dan
hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, lepas atau dalam parenkimjaringan parenkim
dengan sel lendir atau sel minyak ( Material medika, 1980).
Terdapat beberapa fragmen yang tidak teramati karena dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya fragmen menumpuk sehingga sulit untuk diamati, fragmen tidak ada
pada sampel yang digunakan, kesalahan praktikan pada saat meletakan sampel pada
kaca objek dan kurangnya ketelitian saat mengamati fragmen, kesalahan dalam
penambahan reagen, ketebalan jaringan cortex tumbuhan terlalu tebal, reagen tidak
tersebar merata.
Terdapat beberapa fragmen yang tidak teramati karena dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya fragmen menumpuk sehingga sulit untuk diamati, fragmen tidak ada
pada sampel yang digunakan, kesalahan praktikan pada saat meletakan sampel pada
kaca objek dan kurangnya ketelitian saat mengamati fragmen, kesalahan dalam
penambahan reagen, ketebalan jaringan cortex tumbuhan terlalu tebal, reagen tidak
tersebar merata.
VII. Kesimpulan
7.1 Pada hasil pengamatan makroskopik yang dilakukan pada simplisia cortex memiliki ciri
khas meliputi bentuk yang menggulung seperti kayu / serutan, seperti serpihan kayu tebal,
berserat. Lalu terdapat bau khas aromatik serta terdapat yang tidak berbau dan juga dari
perbedaan warna dari setiap simplisia cortex yaitu dari warna cokelat tua, coklat, orange, coklat
muda, dan coklat kehijauan. Dan pada tekstur serbuk yang terdiri halus dan kasar.
7.2 Pada hasil pengamatan mikroskopik dengan menggunakan dua jenis reagen yaitu
kloralhidrat dan fluoroglusinol + HCl dan menggunakan perbesaran 100x. Identifikasi fragmen
khas dari masing-masing cortex yaitu Chinconae succirubrae cortex (kulit batang kina)
memiliki fragmen khas serabut floem, parenkim berisi butir pati dan gabus terlihat tangensial.
Alstoniae scholaridris cortex (kulit batang pule) memiliki fragmen khas sel gabus yang
membatu/ tangensial, sel gabus tangensial dan serabut. Alyxiae reinwardtii cortex (kulit batang
pulasari) memiliki fragmen khas sel batu, sklerenkim, dan parenkim korteks dengan sel batu.
Cinnamomi burmannii cortex (kulit batang kayu manis) memiliki fragmen khas yaitu serabut
sklerenkim, sel minyak dan sel lendir pada parenkim dan hablur kalsium oksalat, dan yang
terakhir Caesalpiniae sappanis coretx (kulit kayu secang) memiliki fragmen khas unsur-unsur
xilem dengan noktah, sklerenkim dan sklerenkim dengan kristal kalsium oksalat bentuk prisma.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, S., 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Cetakan 1. Pustaka Bunda.
Jakarta. Hal. 127
Evert, R.F.2007. Esau’s Plant Anatomy. Meristem, cell, and tisuue of the Plant body. Their
structure, function and development. Wil
FHI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi Kedua. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. (2017). Jakarta: Kementrian kesehatan RI.
Gede, (2020). Identifikasi Dan Penetapan Kadar Senyawa Kuinin Fraksi Etil Asetat Kulit
Batang Kina (Cinchona Succirubra Pav. Ex Klotzsch) Secara Klt-Densitometeri,
BIMFI Volume 7 No.2
Kadek Ni, dkk.. (2021). Identifikasi dan Penetapan Kadar Kinin Ekstrak Kulit Batang Kina
(Chinchona succirubra) secara KLT-Densitometri. Jurnal Ilmiah Medicamento.
Vol. 7, No. 2.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
Khyade MS, Kasote DM, & Vaikos NP. 2014. Alstonia scholaris (L.) R.Br. and Alstonia
macrophylla Wall. ex G.Don: A comparative review on traditional uses,
phytochemistry and pharmacology. Ethnopharmacology, 153: 1-18.
Padmaningrum, Regina Tutik, .2012. Karakter Ekstrak Zat Warna Kayu Secang (Caesalpinia
Safenolftaleinan L) Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa.Prosiding Seminar
Nasional Penelitian. Pendidikan dan Penerapan MIPA. Fakultas MIPA.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Ricke Suhartono, dkk. (2012). Farmakognosi Kelas XI. Jakarta Timur : Pilar Utama Mandiri.
Lampiran