Anda di halaman 1dari 34

Asuhan

Keperawatan
Pada Pasien
TB Paru

M. Irvan Firdaus
Outline
PENGKAJIAN DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
- PENGKAJIAN KEPERAWATAN PASIEN TB BARU
- DIAGNOSIS KEPERAWATAN PASIEN TB PARU
BERDASARKAN SDKI
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
- DEFINISI
- ETIOLOGI
- PATOFISIOLOGI

DISCHARGE PLANNING
DHISCARGE PLANNING PASIRN TB PARU
LUARAN & INTERVENSI KEPERAWATAN
- LUARAN KEPERAWAKAN BERBASIS SLKI
- INTERVENSI KEPERAWATAN BERBASIS SIKI
01

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Prevalensi penyakit TB paru internasional tahun


2022 diperkirakan sebesar 10,6 juta kasus.
Angka ini meningkat dari tahun 2020, yang 1. India: 2,59 juta kasus (189 kasus per 100.000 penduduk)
diperkirakan sebesar 10 juta kasus

2. Indonesia : 969.000 kasus (354 kasus per 100.000 penduduk)

3. Cina: 639.500 kasus (45 kasus per 100.000 penduduk)


2018

Prevalensi TB paru nasional Indonesia tahun 2022


diperkirakan sebesar 969.000 kasus, atau sekitar
354 kasus per 100.000 penduduk. Angka ini
meningkat dari tahun 2020, yang diperkirakan
sebesar 824.000 kasus, atau sekitar 302 kasus per SAAT INI
100.000 penduduk
Meningkatkan bersihan jalan Meningkatkan nutrisi,
nafas, pertukaran gas, dan hidrasi, dan imunitas tubuh
oksigenasi jaringan

Mencegah dan mengatasi infeksi


sekunder, resistensi obat, dan TUJUAN Meningkatkan kemampuan
penularan TB perawatan diri, aktivitas, dan
istirahat

Mengurangi nyeri, inflamasi, Meningkatkan pengetahuan,


dan iritasi jaringan paru koping, dan dukungan sosial
TB PARU???

Menurut WHO, TB paru adalah


penyakit menular akibat infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang
paling umum menyerang paru-paru.
TB paru menyebar dari orang ke WHO KEMENKES
orang melalui udara Saat orang
dengan TB paru batuk, bersin, atau
meludah, mereka mendorong kuman-
kuman TB ke udara. Menurut Kemenkes RI, TB paru
adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis di
paru. Bakteri tuberkulosis yang
menyerang paru menyebabkan
gangguan pernapasan, seperti
ETIOLOGI
Terdapat 5 bakteri yang berkaitan erat dengan infeksi TB:
Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis,
Mycobacterium africanum, Mycobacterium microti and
Mycobacterium cannettii. M.tuberculosis (M.TB), hingga
saat ini merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan
(Burhan e.al., 2020)

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang


yang tahan terhadap asam dan alkohol, bersifat aerobik, masuk ke
dalam tubuh melalui udara yang terkontaminasi, dapat menyerang
organ selain paru-paru, memiliki lapisan lipid tebal pada dindingnya,
lebih tahan terhadap antibiotik, sulit diwarnai dengan pewarnaan
biasa, dan dapat bertahan hidup dalam sel makrofag
PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA

SC: CDC
Alur Diagnosis

Kemenkes, Burhan et.al., 2020)


02
PENGKAJIAN &
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

Riwayat kesehatan yang


Riwayat kesehatan
lalu : riwayat TB paru
keluarga : keluarga yang
Riwayat kesehatan : dan penyakit infeksi
terinfeksi TB paru,
sesak nafas, batuk lebih pernafasan sebelumnya,
pencahayaan dan Pemeriksaan penunjang
dari 3 minggu, batuk riwayat pengobatan Pemeriksaan fisik :
ventilasi rumah, : TCM-TB, radiologi
darah, keringat malam, sebelumnya, riwayat inspeksi, palpasi,
lingkungan tempat thorak, tuberkulin skin
menggigil dan demam, perawatan sebelumnya, perkusi, auskultasi
tinggal, tetangga yang test, BTA
penurunan BB, tidak gaya hidup dan
terinfeksi, keluarga yang
nafsu makan, lemas kebiasaan (merokok,
menunjukkan keluhan
alkohol, narkoba, sex
tanda dan gejala TB
bebas, bergadang)
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DPP PPNI
Tanda & Gejala
Faktor Risiko Kriteria Hasil

Diagnosis Luaran
(SDKI) (SLKI)

Intervensi
(SIKI)

3S
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi SDKI-SLKI-SIKI POKJA DPP PPNI
DIAGNOSIS KEPERAWATAN SDKI
KATEGORI SUBKATEGORI DIAGNOSIS
1. FISIOLOGIS FISIOLOGIS : POSITIF:
2. PSIKOLOGIS 1. Respirasi
1. Promosi
3. PERILAKU 2. Sirkulasi
4. RELASIONAL 3. Nutrisi dan cairan kesehatan
5. LINGKUNGAN 4. Eliminasi NEGATIF :
5. Aktivitas dan istrirahat
6. Neurosensori 1. Aktual
2. Risiko
7.Reproduksi dan seksualitas
PSIKOLOGIS:
1. Nyeri dan keamanan
2. Integritas ego
3.Tumbang
PERILAKU:
1. Kebersihan diri
2.Penyuluhan & pembelajaran
RELASIONAL : SDKI
1. Interaksi social
LINGKUNGAN:
1. Keamanan & proteksi
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
YANG MUNGKIN MUNCUL

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif


b/d hipersekresi jalan napas

Gangguan Pertukaran Gas


b/d perubahan membran alveolus-kapiler

Defisit Nutrisi
b/d peningkatan kebutuhan metabolisme

Intoleransi aktivitas
b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan

SDKI, 2017
LUARAN &
INTERVENSI
KEPERAWATAN
03
CONTOH LUARAN SLKI

Nomor Kode
Panggil

Label Luaran

Definisi Luaran

Ekspektasi
Luaran

Kriteria Hasil
dan Skor

POKJA DPP PPNI


Label Intervensi

Definisi Intervensi

Tindakan (Activity)

Referensi
LUARAN KEPERAWATAN

Intoleransi aktivitas
Defisit nutrisi Setelah dilakukan
Gangguan Pertukaran
Bersihan Jalan Napas Gas Setelah dilakukan intervensi keperawatan
Tidak Efektif intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
Dalam 2 – 4 jam, selama 3 x 24 jam, maka
Dalam 24 jam, Bersihan Pertukaran Gas tingkat aktivitas
status nutrisi membaik, meningkat, dengan kriteria
Jalan Napas Meningkat Meningkat dengan kriteria hasil: hasil:
dengan kriteria: dengan kriteria: Porsi makan yang Keluhan Lelah menurun
Batuk efektif meningkat, RR 12-20 kali/menit, SpO2 dihabiskan meningkat Dispnea saat aktivitas
sputum menurun, ronchi ≥90%, PaO2 >80 mmHg, Berat badan membaik menurun
menurun. PaCO2 35-45 mmHg, pH Dispnea setelah aktivitas
7.35-7.45, ronkhi menurun. Indeks massa tubuh (IMT)
membaik menurun
Frekuensi nadi membaik

SLKI, 2018
Bersihan jalan nafas tidak efektif : Manajemen Jalan Napas
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) untuk mengidentifikasi terjadinya
hipoksia melalui tanda peningkatan frekuensi, kedalaman dan usaha napas
• Monitor sekret (jumlah, warna, bau, konsistensi). Tanda infeksi berupa secret tampak keruh
dan berbau. Sekret kental dapat meningkatkan hipoksemia dan dapat
menandakan dehidrasi
• Monitor kemampuan batuk efektif untuk menilai kemampuan mengeluarkan sekret dan
mempertahankan jalan napas tetap paten
• Posisikan semi-Fowler/Fowler untuk meningkatkan ekskursi diafragma dan ekspansi paru
• Berikan minum hangat untuk memberikan efek ekspektorasi pada jalan napas
• Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik untuk mengeluarkan sekret jika batuk
tidak efektif
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi, untuk meningkatkan aktivitas
silia mengeluarkan sekret dan kondisi dehidrasi dapat meningkatkan viskositas sekret
• Ajarkan teknik batuk efektif untuk memfasilitasi pengeluaran sekret
• Kolaborasi bronkodilator dan/atau mukolitik, jika perlu
Gangguan pertukaran gas : TERAPI OKSIGEN KEPERAWATAN
INTERVENSI
• Monitor bunyi napas untuk menilai adanya wheezing akibat inflamasi dan penyempitan jalan
napas, dan/atau ronkhi basah akibat adanya penumpukan cairan di interstisial atau alveolus
paru.
• Monitor kecepatan aliran oksigen untuk memastikan ketepatan dosis pemberian oksigen
• Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen untuk mengidentifikasi
terjadinya iritasi mukosa akibat aliran oksigen
• Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, AGD) karena SpO2 ↓, PO2 ↓ & PCO2 ↑
dapat terjadi akibat peningkatan sekresi paru dan keletihan respirasi
• Monitor rontgen dada untuk melihat adanya peningkatan densitas pada area paru yang
menunjukkan terjadinya pneumonia
• Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu untuk menghilangkan obstruksi
pada jalan napas dan meningkatkan ventilasi
• Berikan oksigen untuk mempertahankan oksigenasi adekuat. Dimulai 5 L/menit dengan
target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil & ≥92-95% pada pasien hamil
• Gunakan perangkat oksigen yang sesuai seperti high flow nasal canulla (HFNC) atau
noninvasive mechanical ventilation (NIV) pada pasien ARDS atau efusi paru luas
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian oksigen untuk meningkatkan keterlibatan dan
kekooperatifan pasien terhadap terapi oksigen
• Kolaborasi penentuan dosis oksigen untuk memperjelas pemberian terapi oksigen sesuai
kondisi dan kebutuhan pasien
Defisit Nutrisi : Manajemen Nutrisi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Ajarkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
Intoleransi aktivitas : Manajemen Energi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Observasi
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
DISCHARGE
PLANNING
DISCHARGE PLANNING

Discharge planning pada pasien TB paru meliputi beberapa aspek, yaitu:


• Medication: memberikan informasi tentang jenis, dosis, cara minum, efek samping, dan interaksi obat anti
tuberkulosis yang harus diminum oleh pasien secara teratur dan tepat waktu selama 6 bulan atau sesuai indikasi 2.
• Environment: memberikan informasi tentang cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menghindari
kontak langsung dengan orang yang sakit atau berisiko tinggi tertular TB, seperti anak-anak, orang tua, atau orang
dengan imunitas rendah3.
• Treatment: memberikan informasi tentang pentingnya melakukan kontrol rutin ke puskesmas atau fasilitas
kesehatan terdekat untuk memantau perkembangan penyakit, mendapatkan obat, dan melakukan pemeriksaan
penunjang, seperti BTA, kultur sputum, foto toraks, dan tes genetik 4.
• Health: memberikan informasi tentang cara meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh, seperti mengonsumsi
makanan bergizi, minum air yang cukup, berolahraga secara teratur, berhenti merokok, dan menghindari alkohol.
• Outpatient referral: memberikan informasi tentang rujukan ke fasilitas kesehatan lain jika diperlukan, seperti rumah
sakit, klinik paru, atau laboratorium.
• Diet: memberikan informasi tentang pola makan yang sehat dan seimbang, serta menghindari makanan yang
dapat memperburuk gejala TB, seperti makanan pedas, asam, berlemak, atau berminyak.
Referensi

Prepare for the WORST
Hope for the BEST


33
TERIM A
KASIH

Anda mungkin juga menyukai