Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

‘’SETIA KAWAN DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN


HUKUM POSITIF’’

KELOMPOK REG B
1.Jodi Candra G
2.Assyauqi Azmi
3.Achmad Wibowo.P
4.Ahmed Kisap
5.Gusty P.A.P
6.Fatih Abdilah
7.M.Dzikwaan Arief
8. Rifky Hilal
9.Muqromin
10.Della Soleha
11.Siti Rasnawati

1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur atas kehadiran allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
hidayahnya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘’Setia Kawan
Dalam Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Positif’’ Ini dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat berdasarkan penelitian dari berbagai sumber terpecaya ,serta bantuan dari
banyak pihak .kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Zahid Mubarok selaku dosen
mata kuliah akhlak yang telah memberikan materi ini sehingga dapat menambah pengetahuan
kami selaku penulis dan juga pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya,dan juga anggota kelompok atas kerjasamanya dengan menyelesaikan
makalah ini .kami berharap makalah tentang SETIA KAWAN DALAM PANDANGAN
HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF dapat menambah wawasan dan menambah sudut
pandang baru bagi penulis dan pembaca setelah membaca makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu,kami beraharap kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki guna kesempurnaan makalah ini.Kami berharap
semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua

Bogor,26 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3.Tujuan Pembelajaran...................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Kesetiakawanan.........................................................................................................6
2.2 Pengaruh Kesetiakawanan Menurut Hukum Islam......................................................................7
2.3 Hukum Kesetiakawanan Menurut Hukum Islam..........................................................................9
2.4 Cara-Cara Menangatasi Kesetiakawanan Menurut Hukum Islam................................................9
2.5 Hukum Positif Yang Mengatur Tentang Kesetiakawanan...........................................................11
BAB III..................................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu memerlukan bantuan orang
lain.Mereka saling membutuhkan, tidak ada manusia yang bisa hidup sendirian.Dalam
pergaulan hidup manusia mereka selalu menginginkan agar pergaulan hidup tersebut berjalan
dengan baik, teratur, damai, dan tidak saling mengganggu.Allah Swt berfirman,
yaitu:Artrinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
pada Allah dan Rasul-Nya.Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 71).
Kesetiakawanan Sosial atau rasa solidaritas sosial adalah merupakan potensi spritual,
komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa. Dan yang menjadi objek dari sikap
kesetiakawanan sosial itu adalah masyarakat yang dilihat darisudut hubungan antar manusia,
dan proses yang timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat.[1] Oleh karena itu, sikap
kesetiakawanan sosial merupakan nurani bangsa yang teraplikasi dari sikap dan perilaku yang
dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai
dengan kemampuan dari masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan,
kerelaan untuk berkorban demi sesama, ke gotong royongan dalam kebersamaan dan
kekeluargaan.Dikatakan juga, sikap kesetiakawanan Sosial itu merupakan nilai dasar
kesejahteraan sosial, modal sosial (social capital) yang ada dalam Masyarakat terus digali,
dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita bangsa untuk bernegara yaitu
masyarakat sejahtera. Maka benar bahwa manusiaitu senantiasa mempunyai naluri yang kuat
untuk hidup bersama dengansesamanya. Apabila itu dibandingkan dengan makhluk hidup

4
lainnya, karenamanusia tidak mungkin akan bisa hidup sendiri tanpa manusia lain.Dan
semenjak tode Pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa pengertian Kesetiakawanan?
2.Apa pengaruh kesetiakawanan dalam kehidupan sehari-hari?
3.Apa saja hukum tentang kesetiakawanan?
4.Bagaimana cara menanggulangi kesetiakawanan?
1.3.Tujuan Pembelajaran
1.Mengetahui pengertian Kesetiakawanan
2.Mengetahui pengaruh kesetiakawanan dalam kehidupan sehari-hari
3.Memahami apa saja hukum tentang kesetiakawanan
4.Mengetahui bagaimana cara menanggulangi kesetiakawanan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesetiakawanan


Pengertian kesetiakawanan menurut syariat Islam adalah persaudaraan dan dapat disebut
Ukhuwah Islamiah, persaudaraan itu dapat melalui pergaulan. Padadasarnya manusia dalam
hidup sehari-hari membutuhkan bantuan dan orang lain dengan melalui pergaulan. Dalam hal
ini seseorang dapat melakukan hubungan persaudaraan. Saling tukar pikiran dan bersenda
gurau.Semakin banyak bergaul dengan orang lain semakin banyak manfaat yang kita dapat.
Inisalnya hal-hal yang belum pernah kita peroleh di bangku sekolah,melalui pergaulan kita
mengetahuinya dan mendapat pengalaman baru. Adapun yang dianjurkan oleh agama adalah
pergaulan yang positif.Untuk menjaga dan membina memperkukuh dalam persaudaraan itu
hendaklah diperhatikan hal-hal berikut.

 Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.


 Menjauhkan hal-hal yang dapat menyakitkan hati teman.
 Minta maaf jika kita bersalah dan memaafkan jika orang lain mempunyai kesalahan
kepada kita.Bersikap ramah-tamah, sikap hormat, dan sopan. Sikap terhadap teman-
teman hendaklah ditunjukkan dengan sikap ramah dan bermuka manis. Kalausikap
semacam itu sudah ditunjukkan atau kita tampakkan maka Allah akanmempersatukan
di antara hati kita.
2.2 Pengaruh Kesetiakawanan Menurut Hukum Islam
Nilai kebaikan solidaritas dalam Al-Quran berbunyi :

6
‫ٰۤا‬
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل ُتِح ُّلْو ا َش َع ۤا ِٕىَر ِهّٰللا َو اَل الَّش ْهَر اْلَحَر اَم َو اَل اْلَهْد َي َو اَل اْلَقۤاَل ِٕىَد َو ٓاَل ِّم ْيَن اْلَبْيَت اْلَح َر اَم َيْبَتُغ ْو َن َفْض اًل ِّم ْن َّرِّبِهْم‬
‫َو ِر ْض َو اًناۗ َو ِاَذ ا َح َلْلُتْم َفاْص َطاُد ْو اۗ َو اَل َيْج ِرَم َّنُك ْم َش َنٰا ُن َق ْو ٍم َاْن َص ُّد ْو ُك ْم َع ِن اْلَم ْس ِج ِد اْلَح َر اِم َاْن َتْعَت ُد ْو ۘا َو َتَع اَو ُنْو ا َع َلى اْلِب ِّر‬
‫َو الَّتْقٰو ۖى َو اَل َتَع اَو ُنْو ا َع َلى اِاْل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن ۖ َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلِع َقاِب‬
Artinya :“… Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangantolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamukepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2).Inilah pondasi nilai Islam
yang merupakan sistem sosial, dimana dengannyamartabat manusia terjaga, begitu juga akan
mendatangkan kebaikan bagi pribadi,masyarakat dan kemanusiaan tanpa membedakan suku,
bahasa dan agama.Solidaritas juga tercermin dalam Hadits: “Saya (Rasulullah SAW) dan
pengayom, pelindung anak yatim di surga seperti dua ini, lalu Rasulullah SAW
memberikanisarat dengan jari telunjuk dan tengah” (HR At-Tirmidzi). Maksudnya orang
yangsuka memberikan pertolongan kepada anak yatim, nanti di surga akan berdekatandengan
Rasulullah SAW, seperti jari telunjuk dan tengah. Dalam Hadis laindijelaskan juga
(solidaritas) selain kepada anak yatim.Bagi yang mampu melakukan aksi solidaritas tetapi
tidak melaksanakannya, maka orang tersebut telah mendustakan agama sepertiterungkap
dalam firman Allah SWT :

‫َاَر َء ْيَت اَّلِذ ْي ُيَك ِّذ ُب ِبالِّدْيِن‬

‫َفٰذ ِلَك اَّلِذ ْي َيُدُّع اْلَيِتْيَم‬

‫َو اَل َيُحُّض َع ٰل ي َطَع اِم اْلِم ْس ِكْيِن‬

‫َفَو ْيٌل ِّلْلُمَص ِّلْيَن‬

‫اَّلِذ ْيَن ُهْم َع ْن َص اَل ِتِهْم َس اُهْو َن‬

‫اَّلِذ ْيَن ُهْم ُيَر ۤا ُءْو َن‬

‫َو َيْم َنُعْو َن اْلَم اُع ْو َن‬


(Q.S AL-Mauun 1-7)

7
Artinya :“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama ?. Itulah orang yang menghardik
anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalaidari shalatnya, orang-orang yang
berbuat riya dan enggan barang berguna (tolong menolong). (QS. Al-Maauun : 1-7).
Dalam hal solidaritas juga, Rasululllah SAW telah membuat ilustrasi yang bagus
sekali : « Perumpamaan orang-orang mumin dalam cinta dan kasih sayangnya seperti badan
manusia, apabila salah satu anggota badan sakit maka seluruh anggota badan merasakannya
». (HR Al-Bukhari). Dalam redaksi lain

‫ِاَّن َهّٰللا َيۡا ُم ُر ِباۡل َع ۡد ِل َو اِاۡل ۡح َس اِن َو ِاۡي َتٓإِى ِذ ى اۡل ُقۡر ٰب ى َو َيۡن ٰه ى َع ِن اۡل َفۡح َش ٓاِء َو اۡل ُم ۡن َك ِر َو اۡل َبۡغ ۚ‌ِى َيِع ُظُك ۡم َلَع َّلُك ۡم َتَذَّك ُر ۡو َن‬
‫َو ٰا َتۡي ٰن ُه ِفى الُّد ۡن َيا َحَس َن ‌ًة ؕ َو ِاَّنٗه ِفى اٰاۡل ِخَرِة َلِم َن الّٰص ِلِح ۡي َؕن‬
(Q.S An-Nahl 90)
‫َو ٰا َتۡي ٰن ُه ِفى الُّد ۡن َيا َحَس َن ‌ًة ؕ َو ِاَّنٗه ِفى اٰاۡل ِخَرِة َلِم َن الّٰص ِلِح ۡي َؕن‬
(Q.S An-Nahl 122)

‫ِبَاۡم َو اِلُك ۡم َو َاۡن ُفِس ُك ۡم ِفۡى َس ِبۡي ِل ِهّٰللا‌ؕ ٰذ ِلُك ۡم َخ ۡي ٌر َّلـُك ۡم ِاۡن ُك ۡن ُتۡم َتۡع َلُم ۡو َن‬
(Q.S At-Taubah 41)
tambahan yang berbunyi : « Allah akan menolong seseorang hamba, selamahamba itu
menolong saudaranya”. Solidaritas tidak hanya dalam perkara bendasaja tetapi meliputi kasih
sayang, perhatian, dan kebaikan lainnya. Agama Islamsangat menganjurkan pada solidaritas
kebersamaan dan sangat anti yang berbau perpecahan, menghembuskan sipat permusuhan di
masyarakat.
Karena titik kekuatan suatu komunitas atau negara terletak pada solidaritas
kebersamaan dan persatuan.Dalam Islam,solidaritas terdiri dari:(1) Solidaritas Sosial seperti
disinggung diatas,(2) Solidaritas Keadilan, yaitu seorang hakim menegakkan keadilan
terhadap rakyat dan negerinya, karena Allah SWT memerintahkan nya.(QS. An-Nahl:90), (3)
Solidaritas Ilmu, yaitu keharusan seorang Alim atau kiyai mengajar orang yang tidak tahu dan
kewajiban orang yang tidak tahu belajar kepada Alim. (QS. At-Taubah:122) dan (4)
Solidaritas dalam Perlawanan,yaitu kewajiban kaum Muslimin membela agama dan
negaranya.(QS. At-Taubah:41).Sampai sekarang bangsa Indonesia sudah merdeka 61 tahun.
Dalam hal solidaritas,bangsa Indonesia telah terpayungi oleh sila ketiga:Persatuan
Indonesia dan sila kelima:Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.Solidaritas sosial
merupakan hal yang penting, tidak aneh apabila Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional
diabadikan dari peristiwa sejarah tanggal 20desember 1948, yaitu ketika terjalin
kemanunggalan TNI dan rakyat persis sehari setelah agresi militer Belanda. Dua kekuatan
milik bangsa Indonesia yaitu TNI dan rakyat bahu-membahu dalam perjuangan bersenjata
untuk mengenyahkan penjajahan Belanda.Kesetiakawanan yang tulus, dilandasi rasa
tanggung jawab yang tinggi kepada tanah air (pro patria) menumbuhkan solidaritas bangsa
yang sangat kuat untuk membebaskan tanah air dari cengkraman agresor.
2.3 Hukum Kesetiakawanan Menurut Hukum Islam

8
Dalam surah al Hujarat ayat 10 dengan tegas Allah berfirman, bahwa orang-orang
beriman itu adalah bersaudara satu sama lain, dan merupakan tugas pula bagi mereka untuk
mendamaikan saudara-saudaranya yang berselisih (baik perselisihan paham, maupun
perselisihan lainnya). Dalam ayat 11 dan 12 surah yang sama, Allah lebih mempertegas lagi
dengan norma-norma akhlak yang mulia dengan menghindarkan diri dari memperolok-olok
orang lain, atau memberi gelar yang buruk, serta memelihara diri dari buruk sangka, mencari-
cari kesalahan orang lain dan saling menggunjing (menggelar aib orang lain secara
terbuka,sementara aib sendiri disembunyikan).
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yangselalu
menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepadataqwa…”.Q.S.al Maidah ayat 8.Mengkaji keadaan
dan peta sosial dan budaya suatu masyarakat adalah penting,karena ia akan menerangkan
kepada kita tata cara, pandangan hidup, dan mengorganisir kehidupan sosialnya yang
mempengaruhi pola, prilaku setiap anggotanya dalam aspek-aspek politik, ekonomi, sosial,
pendidikan, hukum, seni budaya, adat istiadat, tata susila (akhlak), agama atau keyakinannya.
Sebagai agama, Islam mengajarkan semua bentuk perilaku di atas berdasarkan wahyu
ilahi yang mewujudkan Rasulullah SAW dalam kehidupannya dan menerapkannya pada
seluruh sahabat-sahabat nya dan masyarakat muslim di Madinah, yang seterusnya
dilaksanakan oleh para Khulafa’Rasyidin.Tata cara dan pandangan hidup umat Islam yang
menjunjung tinggi hak-hak hidup perorangan dan masyarakat, berlaku adil, dan menegakkan
kebenaran ditunjukkan Rasulullah SAW berserta sahabat-sahabat sepeninggalnya beliau. Hal
itu sebagaimana firman Allah pada ayat pembuka di atas.Islam tidak pernah mentolerir
pengikutnya yang bersikap sekterian,individualis, egois, isolatif, desintegratif dan sebagainya
dengan konotasi negatif. Karena Islam mengajarkan pemeluknya untuk hidup berdampingan
dengan seluruh manusia dan makhluk Allah lainnya di bumi ini dengan sikap saling tolong
menolong, toleransi dan bersatu padu dalam ridha Allah, apalagi terhadap sesama orang
orang beriman.
2.4 Cara-Cara Menangatasi Kesetiakawanan Menurut Hukum Islam
Memupuk semangat kesetiakawanan melalui organisasi ini, menumbuhkan kesadaran
pentingnya untuk merdeka. Perjuangan yang awalnya didasarkan pada ego kesukuan, hilang
atas sebauah kesadaran yang nyata.Bahwa perjuangan untuk merebut kemerdekaan tidak
akan terwujud, jika masih mengedepankan semangat memikirkan kesukuan, primordialisme,
atau kelompok tertentu. Belajar dari sejarah tersebut, semestinya generasi milenial saatini,
bisa mengambil hikmah dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.Tak
dipungkiri, tantangan jaman antar generasi berbeda. Tantangan di era kemerdekaan, era
reformasi, hingga era milenial seperti sekarang tentu juga berbeda. Generasi saat ini tidak
hidup di era penjajahan.Mereka hidup di era ketika teknologi sudah tumbuh begitu pesat.
Teknologi telah membuat mereka mengurangi intensitas pertemuan.Faktor ini pula yang
membuat kesetiakawanan antar generasi muda, berbeda dengan era kemerdekaan.

9
Dulu semua orang satu suara untuk mengusir ketidakadilan dalam bentuk penjajahan.
Sekarang, penjajahan memang tidak ada.Tapi bentuk dari ketidakadilan itu bermacam-
macam. Namun tidak semua satu suara untuk mengusir ketidakadilan tersebut.
Dalam Islam, kesetiakawanan (ukhuwah) adalah nilai yang sangat penting. Untuk
mengatasi kesetiakawanan menurut hukum Islam, Anda dapat mempertimbangkan panduan-
panduan berikut:
1. Zakat: Salah satu cara utama untuk mengatasi kesetiakawanan dalam Islam adalah
dengan membayar zakat. Zakat adalah kewajiban berbagi sebagian dari kekayaan
Anda kepada yang membutuhkan. Dengan melakukan ini, Anda membantu
mengurangi kesenjangan ekonomi dan memastikan distribusi kekayaan yang lebih
adil.
2. Sedekah: Selain zakat, memberikan sedekah (infak) adalah tindakan yang sangat
dianjurkan dalam Islam. Anda dapat memberikan sedekah kepada individu atau
kelompok yang membutuhkan. Sedekah bisa berupa makanan, uang, atau bantuan
lainnya.
3. Menolong Sesama Muslim: Rasulullah Muhammad SAW dalam haditsnya
mengatakan bahwa umat Muslim adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian sakit,
seluruh tubuh merasakannya. Oleh karena itu, membantu sesama Muslim dalam
kesulitan adalah tindakan yang sangat dianjurkan.
4. Bekerja untuk Kepentingan Bersama: Kesetiakawanan juga dapat diterapkan dalam
konteks masyarakat dan organisasi Islam. Anda dapat bekerja sama dengan individu
atau kelompok lain untuk mencapai tujuan yang bermanfaat bagi komunitas.
5. Bersikap Adil dalam Transaksi Keuangan: Ketika berurusan dengan transaksi
keuangan, Islam mendorong kesetaraan dan keadilan. Hindari penipuan, riba, atau
tindakan yang merugikan pihak lain dalam bisnis atau transaksi.
6. Berbagi Ilmu dan Keterampilan: Berbagi ilmu dan keterampilan yang Anda miliki
dengan orang lain adalah bentuk kesetiakawanan yang penting. Ini dapat membantu
meningkatkan kemampuan individu dan membangun komunitas yang lebih kuat.
7. Mendoakan Keselamatan dan Kesejahteraan Orang Lain: Selain tindakan nyata,
doa juga dapat menjadi cara untuk mengatasi kesetiakawanan. Mendoakan
keselamatan dan kesejahteraan orang lain adalah bentuk dukungan spiritual.
8. Toleransi dan Kehormatan Terhadap Sesama: Kesetiakawanan juga mencakup sikap
toleransi, penghormatan, dan saling menghargai terhadap sesama, terlepas dari
perbedaan dalam agama, ras, atau budaya. Penting untuk diingat bahwa
kesetiakawanan dalam Islam adalah nilai yang mendalam dan mencakup berbagai
aspek kehidupan sehari-hari. Dengan mengamalkan prinsip-prinsip ini, Anda dapat
berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih adil dan beradab sesuai
dengan nilai-nilai Islam.

10
2.5 Hukum Positif Yang Mengatur Tentang Kesetiakawanan
Hukum positif adalah hukum yang telah ditetapkan dalam undang-undang, peraturan,
atau sistem hukum suatu negara. Prinsip kesetiakawanan atau solidaritas sosial sering kali
diatur dalam berbagai undang-undang dan peraturan, terutama yang berkaitan dengan hak
asasi manusia, kesejahteraan sosial, dan ketertiban masyarakat. Beberapa hukum positif yang
dapat mengatur kesetiakawanan atau solidaritas sosial di berbagai negara termasuk:
1. Konstitusi: Banyak konstitusi negara, terutama konstitusi-konstitusi yang lebih
modern, mungkin mencakup prinsip-prinsip kesetiakawanan sebagai nilai dasar dalam
masyarakat.
2. Undang-Undang Perlindungan Sosial: Banyak negara memiliki undang-undang
perlindungan sosial yang mengatur program-program kesejahteraan, seperti asuransi
sosial, tunjangan pengangguran, tunjangan anak, dan sebagainya.
3. Undang-Undang Hak Asasi Manusia: Undang-undang hak asasi manusia
melindungi hak-hak individu dan bisa mencakup hak-hak yang mendukung
kesetiakawanan, seperti hak atas pendidikan, perumahan, dan kesehatan.
4. Undang-Undang Kesejahteraan Sosial: Banyak negara memiliki undang-undang
yang mengatur isu-isu kesejahteraan sosial, termasuk dukungan bagi orang-orang
yang rentan atau membutuhkan bantuan.
5. Undang-Undang Kesehatan: Hukum positif juga dapat mengatur sistem perawatan
kesehatan dan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang mendorong
kesetiakawanan.
6. Undang-Undang Ketertiban Umum: Beberapa undang-undang ketertiban umum
mengatur perilaku yang dapat mengancam keselamatan dan kesejahteraan
masyarakat, sehingga menciptakan dasar untuk kesetiakawanan.
Penting untuk diingat bahwa hukum positif dapat berbeda dari satu negara ke negara lain, dan
tingkat perlindungan kesetiakawanan dalam hukum dapat berbeda-beda pula. Oleh karena itu,
perlu memeriksa undang-undang dan peraturan yang berlaku di negara tertentu untuk
memahami bagaimana kesetiakawanan diatur dalam konteks hukum di negara tersebut.
Dalam Konstitusi Republik Indonesia, yang dikenal sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), prinsip kesetiakawanan atau "gotong royong"
adalah salah satu nilai fundamental yang menjadi landasan bagi organisasi negara Indonesia.
Pada prinsipnya, konstitusi Indonesia mendorong kesetiakawanan sebagai bagian integral dari
nilai-nilai pancasila, yang merupakan dasar negara.
Meskipun prinsip kesetiakawanan tidak selalu disebutkan secara eksplisit, filosofi ini
tercermin dalam beberapa bagian UUD 1945 dan Pancasila, yaitu dasar negara Indonesia.
Beberapa pasal dan dokumen yang relevan dalam konstitusi Indonesia yang mencerminkan
prinsip kesetiakawanan antara lain:
1. Pembukaan UUD 1945: Pembukaan Konstitusi Indonesia menyebutkan Pancasila sebagai
dasar negara, yang termasuk dalam Pancasila adalah gotong royong (kesetiakawanan). Pasal

11
32 UUD 1945 menyatakan, "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan."
2. Sila Ketiga Pancasila: Sila Ketiga Pancasila adalah "Persatuan Indonesia" yang
menekankan persatuan dan kesetiakawanan antarwarga negara Indonesia.
3. Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945: Pasal ini menegaskan hak setiap warga negara untuk
mencukupi kebutuhan dasar serta mendapatkan perlindungan dalam situasi tertentu,
mencerminkan nilai kesetiakawanan.
4. Pasal 33 UUD 1945: Pasal ini mengatur tentang perekonomian nasional dan menyatakan
bahwa sumber daya alam dan segenap kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Prinsip kesetiakawanan (gotong royong) adalah nilai yang penting dalam budaya dan filosofi
Indonesia, dan konstitusi Indonesia mencerminkan nilai ini dengan menekankan pentingnya
kerja sama dan kebersamaan dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur.
Kesetiakawanan dalam konstitusi Indonesia menggarisbawahi bahwa keberhasilan dan
kemakmuran bangsa Indonesia harus dicapai bersama-sama, dengan mengutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
Dalam konteks hukum positif di Indonesia, prinsip kesetiakawanan, atau yang sering
disebut sebagai "gotong royong," diatur dalam berbagai undang-undang dan peraturan yang
berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Prinsip ini
merupakan nilai yang kuat dalam masyarakat Indonesia dan tercermin dalam kerangka
hukum berikut:
1. Pancasila: Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, mencakup Sila Ketiga, yaitu
"Persatuan Indonesia." Persatuan Indonesia menekankan kesetiakawanan dan
persatuan antara warga negara Indonesia sebagai salah satu nilai dasar negara.
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945): Prinsip
kesetiakawanan mencuat dalam pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945, terutama
yang berkaitan dengan ekonomi, pertanian, dan lingkungan hidup. Pasal 27 Ayat 2,
misalnya, menjamin hak setiap warga negara untuk mencukupi kebutuhan dasar dan
mendapatkan perlindungan sosial.
3. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (UU MD3): UU MD3 mencantumkan prinsip gotong royong sebagai
salah satu nilai politik yang harus dikedepankan oleh anggota DPR dan DPD dalam
menjalankan tugasnya.
4. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik: Undang-Undang ini
memberikan dasar hukum bagi pelayanan publik yang berorientasi pada prinsip
kesetiakawanan dan pelayanan yang merata bagi semua warga negara.
5. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa: UU Desa memberikan landasan
hukum bagi pelaksanaan gotong royong dan kerjasama dalam pembangunan desa,
serta memberikan kewenangan bagi masyarakat desa dalam pengambilan keputusan
terkait pembangunan.

12
6. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah: Undang-Undang
ini mengatur pemerintahan daerah dan memberikan pengakuan terhadap
kesetiakawanan sebagai prinsip dasar dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Selain undang-undang tersebut, prinsip kesetiakawanan juga tercermin dalam berbagai
regulasi yang mengatur isu-isu ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lainnya.
Kesetiakawanan di Indonesia diartikan sebagai semangat dan praktik bekerja sama,
membantu sesama, dan berkontribusi dalam masyarakat. Ini adalah prinsip yang sangat
ditekankan dalam budaya dan nilai-nilai masyarakat Indonesia serta diwujudkan dalam
berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam penutup, dapat disimpulkan bahwa kesetiakawanan adalah nilai penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Prinsip gotong royong atau kesetiakawanan tercermin dalam
budaya, norma, dan hukum di Indonesia. Kesetiakawanan tidak hanya merupakan dasar
filosofis dari Pancasila dan UUD 1945, tetapi juga tercermin dalam berbagai undang-undang
dan regulasi yang mengatur berbagai aspek kehidupan. Kesetiakawanan adalah semangat
untuk saling membantu, bekerja sama, dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang
lebih adil dan makmur.
Makalah ini telah membahas konsep kesetiakawanan, implikasinya dalam hukum
positif Indonesia, serta peran kesetiakawanan dalam membangun masyarakat yang inklusif.
Kesetiakawanan memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas sosial, mengurangi
kesenjangan, dan mempromosikan keadilan. Untuk mewujudkan nilai kesetiakawanan ini,
diperlukan peran aktif dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.
Kesetiakawanan juga memiliki dampak positif pada kesejahteraan individu dan
masyarakat secara keseluruhan. Ketika individu dan kelompok bersatu untuk mencapai tujuan
bersama, hal ini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi,
pendidikan, dan kesehatan. Oleh karena itu, kesetiakawanan bukan hanya sekadar nilai moral,
tetapi juga memiliki implikasi langsung pada pembangunan sosial dan ekonomi.

13
Dalam konteks global, kesetiakawanan juga diperlukan untuk mengatasi tantangan global
seperti perubahan iklim, krisis kemanusiaan, dan pandemi. Kesetiakawanan lintas negara
adalah kunci dalam menjawab tantangan-tantangan ini.
Dalam era yang terus berubah dan kompleks ini, kesetiakawanan tetap menjadi fondasi yang
kuat dalam membangun masyarakat yang berkelanjutan dan inklusif. Oleh karena itu, penting
bagi kita untuk terus menghormati, mempromosikan, dan mempraktikkan nilai-nilai
kesetiakawanan dalam kehidupan sehari-hari kita, serta mendorong pemerintah dan
masyarakat untuk melibatkan diri aktif dalam mewujudkannya. Kesetiakawanan adalah kunci
untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

14

Anda mungkin juga menyukai