Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN INFORMASI DAN

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM


MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Islam


Jurusan Pendidikan Agama Islam V – C
Dosen Pengampu: Dr. Hj Eneng Muslihah, Ph.D.

Disusun oleh:
Kelompok 8

1. Lulu Azmi Aghnia NIM : 171210116


2. Fitri Prihartini NIM : 171210106
3. Ahmad Setyo Utomo NIM : 171210094

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2019M/1441H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas semester 5 pada mata kuliah

Manajemen Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin

Banten. Kami mengucapkan terima kasih khususnya kepada Ibu Dr. Hj. Eneng

Muslihah, Ph.D. selaku Dosen Pengampu Manajemen Pendidikan Islam dan

kepada pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari atas kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kritik dan

saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat khususnya bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Serang, 23 Agustus 2019

Penyusun

i
ii
MANAJEMEN INFORMASI DAN KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN ISLAM

A. PENDAHULUAN

Manusia sedang menghadapi perubahan yang begitu cepat yang timbul

sebagai dampak dan kewajiban ilmu pengetahuan. Apalagi jika didasarkan

pada asumsi bahwa segala problem itu berpangkal dan suatu penerapan

konsep pendidikan yang merangsang serta mendorong progresivitas ilmu

pengetahuan dan teknologi yang tak terkendali.

Di kalangan Islam juga muncul berbagai isu tentang krisis pendidikan

serta problem lainnya yang dengan sangat mendesak menuntut suatu

pemecahan berupa terwujudnya suatu sistem pendidikan yang didasarkan atas

konsep Islam.

Salah satu solusi pemecahannya adalah pembenahan manajemen dan

kepemimpinan dalam pendidikan. Selain dari dunia bisnis, negara maupun

organisasi manajemen mempunyai peran penting untuk mengantarkan

kemajuan pendidikan. Kalau manajemen negara mengejar kesuksesan

pembangunan sedangkan manajemen pendidikan (sekolah) mengejar

kesuksesan perkembangan anak manusia melalui pelayanan-pelayanan

pendidikan yang memadai.

Pada makalah ini akan dipaparkan pengertian kepemimipinan

pendidikan Islam beserta hal-hal yang terkait dengan kepemimpinan

pendidikan Islam guna mencapai tujuan pendidikan Islam itu sendir

1
B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Manajemen Informasi

Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengawasan antar anggota prganisasi dengan

menggunakan seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Sedangkan informasi adalah sebuah pernyataan yang

menjelaskan suatu pristiwa (suatu objek atau konsep) sehingga manusia

dapat membedakan sesuatu dengan yang lainnya (Samuel Elion), dan

informasi menurut Gordon B. Davis, adalah data yang diproses ke dalam

suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerimaan dan memiliki nilai

nyata yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan saat ini

maupun saat mendatang.

Jadi pengertian manajemen informasi yaitu pengelolaan data

dimana didalamnya mencakup proses mencari, menyusun,

mengklasifikasikan, serta menyajikan berbagai data yang terkait dengan

kegiatan yang dilakukan perusahaan sehingga dapat dijadikan landasan

dalam pengambilan keputusan oleh manajemen. Manajemen informasi

bertugas untuk menyediakan informasi yang terkait dengan kegiatan

perusahaan baik informasi internal maupun eksternal. Penggunaan

teknologi informasi, di antaranya computer, televisi, dan radio,

mempermudah manajemen informasi dalam hal perencanaan, pengajaran,

dan penyediaan informasi.1

2. Pengertian Kepemimpinan
1
Ernie Tisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2005), 15

2
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin.

Dalam bahasa Inggris, leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata

dasar leader berarti pemimpin dan akar katanya to lead yang terkandung

beberapa arti yang saling erat berhubungan: bergerak lebih awal,

mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan

pikiran, pendapat orang lain, membimbing, menuntun, dan menggerakkan

orang lain dalam pengaruhnya.2

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk

mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan

organisasi. Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai “proses

mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha kearah

pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”. Sementara Soepardi (1988)

mendefinisikan kepemimpina sebagai “kemampuan untuk menggerakan,

mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,

membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum

(kalua perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media

manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi

secara efektif dan efesien.3

3. Pengertian Pendidikan Islam

Untuk memberikan pengertian pendidikan Islam, lebih bijaknya

kalau melihat konsep pendidikan terlebih dahulu. Menurut Ki Hajar

Dewantoro, mendidik adalah menuntun segala kekuatan yang ada pada

2
A.M. Mangunhardjana, SJ., Kepemimpinan, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 1
3
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), 107-108

3
anak-anaknya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat sehingga

mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.4

Pengertian pendidikan islam yaitu bimbingan terhadap

pertumbuhan rohani dan jasmani. Menurut ajaran islam dengan hikmah,

mengarahkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran

islam. Dalam pengertian ini dapat diartikan bahwa di dalam proses

pendidikan islam terdapat usaha mempengaruhi jiwa anak didil melalui

suatu proses yang setingkat demi setingkat akan maju pada tujuan yang

telah ditetapkan, yaitu menanamkan akhlak dak taqwa serta menegakan

kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berkepribadin dan berbudi

luhur dengan ajaran islam.

Jadi pengertian pendidikan islam adala pengenalan dan pengakuan

yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia,

mengenai segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga

membimbing kea rah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat

di dalam tatanan wujud dan kepribadian.5

4. Teori-teori Kepemimpinan Pendidikan Islam

a. Teori Great Man dan Teori Big Bang

Teori yang usianya sudah cukup tua ini menyatakan bahwa

kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir.

Bennis dan Nannus sebagaimana yang dikutip oleh Wahab

menjelaskan bahwa Teori Great Man (Orang Besar) berasumsi bahwa

pemimpin dilahirkan, bukan diciptakan. Teori ini melihat bahwa


4
Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya, 1981), 9.
5
Karini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998), 33

4
kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu yang melalui proses

pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau karena

keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai

pemimpin. Dengan kata lain, pemimpin menurut teori ini berasal dari

keturunan tertentu, di Indonesia disebut “keturunan berdarah biru”

yang berhak menjadi pemimpin, sedangkan orang lain tidak ada

pilihan selain menjadi pihak yang dipimpin. Misalnya, “asal raja

menjadi raja” yang dapat diartikan menurut teori ini bahwa anak raja

pasti memiliki bakat untuk menjadi raja sebagai pemimpin rakyatnya.

Bennis dan Nannus juga mengungkapkan bahwa dalam

perkembangan berikutnya, teori kepemimpinan berdasarkan bakat

cenderung ditolak dan lahirlah teori Big Bang. Teori ini menyatakan

bahwa suatu peristiwa besar menciptakan atau dapat membuat

seseorang menjadi pemimpin. Teori ini mengintegrasikan antara situasi

dan pengikut/anggota organisasi sebagai jalan yang dapat

mengantarkan seseorang menjadi pemimpin.6

Integrasi situasi yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa atau

kejadian-kejadian besar, seperti revolusi, kekacauan/kerusuhan,

pemberontakan, reformasi, dan lain-lain. Dengan demikian, teori Big

Bang ini memunculkan seorang pemimpin berdasarkan kejadian atau

peristiwa yang menyebabkan orang-orang menokohkan orang tersebut

dan bersedia patuh dan taat pada keputusan-keputusan dan perintah-

perintahnya dalam kejadian atau peristiwa tertentu. Contoh yang


6
Abdul Aziz Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah
terhadap Organisasi dan Pengelolaan Lembaga Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2011), 27

5
paling bagus untuk mendukung pandangan teori ini adalah para

pemimpin Indonesia pasca kemerdekaan dan pemimpin Orde Baru,

Soeharto dikali “menyusun kekuatan” untuk muncul sebagai pemimpin

Orde Baru kala itu.

b. Teori Sifat atau Karakteristik Kepribadian (Trait Theories)

Teori sifat atau karakteristik kepribadian berasumsi bahwa

seseorang menjadi pemimpin karena memiliki sifat-sifat atau

karakteristik atau kepribadian yang dibutuhkan seorang pemimpin,

meskipun orang tuanya bukan seorang pemimpin. Teori ini

bertitiktolak dari pemikiran bahwa keberhasilan ditentukan oleh sifat-

sifat atau karakteristik kepribadian yang dimiliki, baik secara fisik

maupun psikologis.

Collons dalam A. Dale Tempe yang dikutip oleh Abdul Aziz

Wahab (2011) berpendapat bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki

pemimpin agar kepemimpinannya dapat mengefektifkan organisasi

adalah kelancaran berbicara, kemampuan memecahkan masalah,

pandangan ke dalam masalah pokok (organisasi), keluwesan,

kecerdasan, kesediaan menerima tanggung jawab, keterampilan sosial,

kesadaran akan diri sendiri dan lingkungannya. Robbins mengatakan

bahwa teori ini adalah teori yang mencari ciri-ciri kepribadian sosial,

fisik, atau intelektual yang membedakan pemimpin dengan yang bukan

pemimpin.

Banyak peneliti yang melakukan upaya untuk mengidentifikasi

sifat-sifat yang diharapkan ada pada seorang pemimpin untuk

6
memprediksikan kesuksesan kepemimpinannya. Ada beberapa ciri

yang diharapkan oleh seorang pemimpin, yaitu: memiliki inteligensi

yang tinggi, banyak inisiatif, energik, memiliki kedewasaan emosional,

memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, memberikan partisipasi sosial

yang tinggi, dan sebagainya.7

Dalam Islam teori sifat atau ciri kepribadian ini telah

dinyatakan dalam kepribadian Muhammad saw sebagai Nabi dan

Rasul sebagai pemimpin yang patut diteladani umatnya. Karakteristik

yang di maksud adalah:

1) Shiddiq (Benar), yaitu pemimpin selalu berkata, bersikap,

berbuat/berperilaku benar, berpihak pada kebenaran dan membela

kebenaran.

2) Amanah (Terpercaya), yaitu dapat dipercaya, mampu memelihara

kepercayaan rahasia orang lain, tidak menyembunyikan atau

mengurangi segala sesuatu yang harus disampaikan kepada

umatnya.

3) Tabligh (Menyampaikan), yaitu mengkomunikasikan dan

menyampaikan semua informasi yang perlu dan harus diketahui

umatnya tanpa ditutup-tutupi, atau disembunyikan.

4) Fathanah (Cerdas), yakni mampu memahami ajaran dari Allah swt

dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi umatnya,

bijaksana dan adil.

7
Syahrizal Abbas, Manajemen Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2014), 50

7
5) Maksum (Bebas dari Dosa) dalam arti tidak berbuat kesalahan

pada manusia dan tidak bersikap dan berperilaku melanggar nilai-

nilai ajaran agamanya.

c. Teori Perilaku (Behavior Theories)

Teori ini bertolak dari pemikiran bahwa kepemimpinan untuk

mengefektifkan organisasi, tergantung pada perilaku atau gaya

bersikap atau gaya bertindak seorang pemimpin. Dengan demikian,

teori ini juga memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi

kepemimpinan. Dengan kata lain, keberhasilan seorang pemimpin

dalam mengefektifkan organisasi sangat bergantung pada perilakunya

dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan di dalam strategi

kepemimpinannya. Gaya atau kepemimpinan tampak dari cara

melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah (memberi

instruksi), cara memberi tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong

semangat disiplin, cara mengendalikan dan mengawasi pekerjaan

anggota organisasi, cara memimpin rapat, cara menegur dan

memberikan sanksi.

Teori perilaku (behavior theories) berdasarkan asumsinya

bahwa kepemimpinan harus dipandang sebagai hubungan antar-orang,

bukan sebagai sifat atau ciri-ciri seorang individu. Oleh karena itu,

keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemampuan

pemimpin itu berhubungan dan berinteraksi dengan segenap

anggotanya. Dengan kata lain, teori ini sangat memperhatikan perilaku

8
pemimpin sebagai aksi dan respons kelompok yang dipimpinnya

sebagai reaksi.8

Teori perilaku ini juga disebut sebagai teori humanistik yang

lebih menekankan pada model atau gaya (style) kepemimpinan yang

dijalankan oleh seorang pemimpin. James Owens dalam Saefullah

(2014) menggambarkan melalui matriks gaya yang dimiliki dalam

teori kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:

1) Gaya kepemimpinan otoraktis. Hal yang dilakukan pimpinan

dengan gaya ini hanya memberitahukan tugas dan menuntut

kepatuhan bawahannya secara totalitas.

2) Gaya kepemimpinan birokratis. Kepemimpinan dijalankan dengan

menginformasikan kepada para anggota atau bawahannya tentang

tugas dan cara yang harus dilaksanakan.

3) Gaya kepemimpinan diplomatis. Seorang pemimpin yang diplomat

adalah juga seorang seniman, dan melalui seninya ia berusaha

melakukan persuasi secara pribadi dan cenderung memilih cara

menjual sesuatu (motivasi) kepada bawahannya serta mengerjakan

tugas dengan baik.

4) Gaya kepemimpinan partisipatif. Pemimpin selalu mengajak secara

terbuka anggota bawahannya untuk berpartisipasi atau mengambil

bagian secara aktif.

5) Gaya kepemimpinan free rein leader. Pemimpin seakan-akan

menunggang kuda yang melepaskan kedua kendali kudanya.

8
U Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 64

9
Dari uraian tersebut, jelas yang dimaksud perilaku adalah

gaya kepemimpinan dalam mengimplementasikan fungsi-fungsi

kepemimpinan yang menurut teori ini sangat besar pengaruhnya

dan bersifat sangat menentukan dalam mengefektifkan organisasi

untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian, apabila perilaku

kepemimpinan ditampilkan berupa tindakan tegas, keras, sepihak,

tertutup pada kritik dan saran, mengancam setiap pelanggaran atau

kesalahan anggota organisasi dengan sanksi/hukuman yang berat

maka disebut sebagai kepemimpinan yang otoriter.

d. Teori Lingkungan (Environmental Theory)

Teori lingkungan (environmental theory) beranggapan bahwa

munculnya pemimpin-pemimpin merupakan hasil dari waktu, tempat,

dan keadaan. Dalam teori ini, muncul sebuah pernyataan “leader are

made not born”, pemimpin itu dibentuk, bukan dilahirkan. Lahirnya

seorang pemimpin adalah melalui evolusi sosial dengan cara

memanfaatkan kemampuannya untuk berkarya dan bertindak

mengatasi masalah-masalah yang timbul pada situasi dan kondisi

tertentu.

Teori lingkungan pernah dikembangkan oleh beberapa pakar,

misalnya V.H. Vroom dan Philip Yelton. Mereka berpendapat bahwa

kepemimpinan dalam perspektif teori lingkungan mengacu pada

pendekatan situasional yang berusaha memberikan model normatif.

Kedua ahli tersebut berasumsi bahwa kepemimpinan akan berhasil

10
apabila pemimpin mampu bersikap fleksibel untuk mengubah gayanya

agar cocok dengan situasi dan kondisi.

Teori kepemimpinan situasional merupakan kepemimpinan

yang didasarkan atas hubungan saling memengaruhi antara:

1) Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (perilaku

tugas)

2) Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin

(perilaku hubungan)

3) Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan

tugas, fungsi, atau tujuan tertentu (kematangan bawahan).9

Teori situasional juga sering di sebut contingency of

leadership atau teori kepemimpinan Fred Fiedler karena teori ini

mengemukakan bahwa kepemimpinan tergantung pada situasi.

Model kepemimpinan Fiedler disebut sebagai kontingensi karena

model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap

efektivitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya

kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the

favorableness of the situation) yang dihadapinya (Andri Feriyanto,

2015). Pemimpin dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerialnya,

pemimpin pasti menghadapi situasi yang berbeda-beda dari satu

kurun waktu ke kurun waktu yang lain. Faktor-faktor tersebut juga

berbeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lain

(Siagian, 2002).

9
Andri Feriyanto dan Endang Shyta Triana. Pengantar Manajemen (3in1) untuk
Mahasiswa dan Umum. Yogyakarta: Mediatera, 2015), 89

11
Berdasarkan teori lingkungan, seorang pemimpin harus

mampu mengubah model dan gaya kepemimpinannya sesuai

dengan tuntutan dan situasi zaman. Gaya kepemimpinan berubah

secara dinamis karena situasi dan kondisi yang terus berubah

sehingga menghendaki juga gaya dan model kepemimpinan yang

berubah agar kepemimpinannya dapat berjalan secara efektif.

e. Teori Kombinasi

Alvin W. Gouler mengkritik teori sebelumnya setelah

melakukan penelitian bahwa saat ini, tidak ada bukti yang dapat

diandalkan mengenai keberadaan sifat-sifat kepemimpinan universal.

Ia mengkritik masing-masing teori tersebut dengan menyatakan bahwa

kelemahan teori sifat adalah: (a) di antara pendukung teori tersebut

tidak ada penyesuaian dan kesamaan mengenai perincian sifat, (b)

terlalu sulit untuk menentukan sifat yang harus dimiliki seorang

pemimpin, (c) sejarah membuktikan bahwa situasi dan kondisi tertentu

memerlukan sifat pemimpin tertentu pula (Saefullah, 2014).

Teori perilaku yang melahirkan berbagai gaya kepemimpinan

tidak dapat dipakai untuk segala situasi yang dihadapi oleh seorang

pemimpin. Hal ini disebabkan setiap situasi memiliki variabel yang

berbeda-beda. Ada juga berpendapat bahwa teori lingkungan kurang

sempurna karena tidak dapat menjamin berjalannya kepemimpinan.

Dengan demikian ketiga teori kepemimpinan tersebut tidak dapat

dijalankan secara sendirian (parsial). Sebagai alternatifnya perlu

12
dikembangkan kombinasi antara teori-teori itu yang memungkinkan

lahirnya beberapa teori, di antaranya sebagai berikut:

1) Teori Pertukaran (Exchange theory)

Teori ini merupakan modifikasi dari teori sifat dan teori

perilaku yang berasumsi bahwa interaksi sosial menggambarkan

suatu bentuk tukar-menukar, baik antara pemimpin dengan

bawahannya (anggotanya) maupun antar-anggota masing-masing

yang saling memberikan kontribusinya. Proses tukar-menukar ini

menjadikan semua pihak merasa dihargai dan mendapatkan sesuatu

yang tidak dimilikinya dan dapat memberikan kontribusi terhadap

anggota.

Proses sosial antara pemimpin dan yang dipimpinnya

seperti itu berlangsung terus karena setiap pihak merasa sama-sama

memperoleh keuntungan. Pemimpin menerima respons positif dari

anggotanya sehingga kebijakannya dapat terealisasi, dan anggota

menerima bimbingan dan arahan dari pimpinannya sehingga

terpenuhi kebutuhannya. Istilah lain dari teori ini adalah take and

give (saling memberi dan menerima).

2) Teori Pribadi dan Situasi (Personal-Situasional Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan

produk terpadunya tiga faktor, yaitu perangai atau sifat-sifat

pribadi pemimpin, sifat-sifat dari kelompok dan anggotanya, dan

kejadian yang dihadapi kelompok. Hal ini berarti tanpa didukung

oleh situasi dan kondisi yang kondusif, seseorang tidak akan

13
menjadi pemimpin. Oleh karena itu, teori ini dipandang sebagai

perpaduan dari teori lingkungan dan sifat. Dalam teori pribadi dan

situasi ditekankan bahwa seorang pemimpin dituntut mengenal

dirinya, kelompok yang dipimpinnya, serta situasi dan kondisi di

saat ia menjalankan kepemimpinannya (Saefullah, 2014).

Pemimpin menurut teori ini tidak hanya menilai perilaku

sendiri, tetapi juga memahami perilaku anggota kelompok yang

dipimpinnya. Kepribadian pemimpin dipadukan dengan situasi dan

kondisi yang dihadapi. Situasi ini bisa berupa tugas, pekerjaan atau

masalah yang dihadapi kelompok serta keadaan lain yang bisa

memengaruhi. Keterpaduan antara kepribadian pemimpin dan

situasi ini memungkinkan terciptanya kepemimpinan yang sukses,

kepemimpinan yang dapat memahami dan memenuhi aspirasi

kelompok yang dipimpin.

3) Teori Interaksi dan Harapan (Interaction Expectancy Theory)

Teori ini merupakan peraduan antara perilaku dan

lingkungan. Teori ini pada prinsipnya sama dengan teori

contingency dari F.E Fiedler, sedangkan M.G. Evans

mengistilahkan teori ini dengan path-goal theory. Teori interaksi

dan harapan berasumsi bahwa semakin sering terjadi interaksi dan

partisipasi dalam kegiatan bersama, semakin meningkat pula

perasaan saling menyenangi satu sama lain dan saling memperjelas

pengertian atas norma kelompok. Oleh karena itu, akan terkait

14
dengan beberapa variabel yang satu sama lain tidak terpisahkan,

yaitu variabel aksi, interaksi, dan perasaan.

Variabel aksi dilakukan oleh pemimpin untuk

menggerakkan kelompoknya, sedangkan reaksi merupakan respons

dari kelompok yang dipimpin terhadap aksi pemimpin. Adanya

keserasian antara aksi yang dilakukan pemimpin dengan reaksi

yang dilakukan kelompok yang dipimpin akan melahirkan interaksi

sosial yang harmonis. Dalam teori ini, interaksi yang terjadi selalu

dibarengi dengan harapan-harapan. Pemimpin melakukan aksi

dengan harapan adanya respons positif dari kelompok yang

dipimpinnya atas kebijakan yang dikeluarkan, sedangkan anggota

kelompok yang dipimpin memberikan reaksi dengan harapan akan

memperoleh keuntungan dan pelayanan.

Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang memiliki lima

kriteria penting dalam menjalankan kepemimpinannya, yaitu:

a) Legalitas yang dinyatakan secara normatif, terutama pemimpin

yang dibuat dengan rencana yang diatur oleh konstitusi yang

berlaku di suatu negara.

b) Pengakuan dan visibilitas kepemimpinan yang diakui oleh

masyarakat atau anak buah yang dipimpinnya serta dari

pemimpinnya.

c) Relasi yang banyak dalam mengaitkan idealisme

kepemimpinannya sehingga ditunjang oleh struktur

kepemimpinan yang berada di luar wewenangnya.

15
d) Memiliki ilmu pengetahuan yang memadai untuk memberi

pembinaan dan pengarahan kepada bawahannya.

e) Memiliki modal finansial yang cukup agar tidak terpengaruh

oleh gaya kepemimpinan yang korup.

Dari berbagai teori yang telah dikemukakan dapat

diidentifikasi bahwa pada dasarnya teori kepemimpinan terdiri

atas tiga macam, yaitu teori sifat, teori perilaku, dan teori

lingkungan. Adapun teori pribadi dan situasi merupakan

gabungan dari teori sifat dan lingkungan, sedangkan teori

interaksi dan harapan merupakan gabungan dari teori perilaku

dan lingkungan.

5. Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan Islam

Dalam setiap realitasnya, pemimpin dalam melaksanakan proses

kepemimpinannya, terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang

satu dengan yang lainnya. Hal ini sebagimana menurut G.T. Terry, seperti

yang dikutip oleh Maman Ukas,10 bahwa terdapat 6 tipe kepemimpinan,

yaitu sebagai berikut.

a. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem

kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan

mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau

langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.

10
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi, (Bandung: Ossa
Promo, 1999), 261-262

16
b. Tipe kepemimpinan nonpribadi (nonpersonal leadership). Segala

sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan

atau media nonpribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.

c. Tipe pemimpin otoriter (autoritotion leadership). Pemimpin otoriter

biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja

menuntut peratutan-peraturan yang berlaku secara ketat dan intruksi-

instruksinya harus ditaati.

d. Tipe kepemimpinan demokratis (democratic leadership). Pemimpin

yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari

kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha

bertanggung jawab tentang terlaksananya tugas bersama. Agar setiap

anggota turut bertanggung jawab, seluruh anggota ikut serta dalam

segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan

penilaian.

e. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistic leadership).

Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat

kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya

adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya

seorang bapak kepada anaknya.

f. Tipe kepemimpanan menurut bakat (indogenious leadership).

Biasanya, timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana

mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem kompetisi sehingga

bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan

biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di

17
antara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya

di mana ia ikut berkecimpung.

18
B. PENUTUP

Manajemen informasi yaitu pengelolaan data dimana didalamnya

mencakup proses mencari, menyusun, mengklasifikasikan, serta menyajikan

berbagai data yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan perusahaan

sehingga dapat dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan oleh

manajemen.

Teori-teori Kepemimpinan Pendidikan Islam ada 5 yaitu:

1. Teori great man dan teori big bang

2. Teori sifat atau karakteristik kepribadian (trait theories)

3. Teori prilaku (behavior theories)

4. Teori lingkungan (environmental theory)

5. Teori kombinasi

Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan Islam ada 6 yaitu:

1. Tipe kepemimpinan pribadi

2. Tipe kepemimpinan nonpribadi

3. Tipe kepemimpinan otoriter

4. Tipe kepemimpinan demokratis

5. Tipe kepemimpinan paternalistis

6. Tipe kepemimpinan menurutbakat

19
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syahrizal. Manajemen Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana. 2014.

Feriyanto, Andri dkk. Pengantar Manajemen (3in1) untuk Mahasiswa dan

Umum. Yogyakarta: Mediatera. 2015.

Idris, Zahara. Dasar-dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya. 1981.

Kartono, Karini. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. 1998.

Mangunhardjana SJ, A.M. Kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius. 2004.

Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2003.

Saefullah, U. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2014.

Trisnawati, Ernie dkk. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenadamedia Group.

2005.

Ukas, Maman Ukas. Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung: Ossa

Promo. 1999.

Wahab, Abdul Aziz. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah

terhadap Organisasi dan Pengelolaan Lembaga Pendidikan. Bandung:

Alfabeta. 2011.

20

Anda mungkin juga menyukai