Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Muhammad Kelvin Prayoga

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 856733829

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Kode/Nama UPBJJ : 18/PALEMBANG

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Istilah Activity of Daily Living (ADL) atau aktivitas kegiatan harian yang lebih familiar dalam
dunia Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dikenal dengan istilah “Bina Diri”. Bina
Diri mengacu pada suatu kegiatan yang bersifat pribadi, tetapi memiliki dampak dan berkaitan
dengan human relationship. Disebut pribadi karena mengandung pengertian bahwa
keterampilan-keterampilan yang diajarkan atau dilatihkan menyangkut kebutuhan individu
yang harus dilakukan sendiri tanpa dibantu oleh orang lain bila kondisinya memungkinkan.
Beberapa istilah yang biasa digunakan untuk menggantikan istilah Bina Diri yaitu “Self Care”,
“Self Help Skill”, atau “Personal Management”. Istilah-istilah tersebut memiliki esensi sama
yaitu membahas tentang mengurus diri sendiri berkaitan dengan kegiatan rutin harian.

Anak-anak berkelainan fisik membutuhkan latihan dan bantuan dalam melakukan kegiatan
bina diri, seperti: merawat diri (kegiatan makan-minum, kebersihan badan, yaitu: mandi, sikat
gigi, cuci tangan, dan kaki); mengurus diri (berpakaian, dan berhias); menolong diri
(mengendalikan dan menghindari bahaya benda tajam, obat-obatan terlarang, binatang buas);
komunikasi (menyampaikan keinginan, dan memahami pesan orang lain), adaptasi lingkungan
(penggunaan Puskesmas, telepon, pusat transportasi dan lain-lain); dan okupasi (kesibukan di
rumah, yaitu: menyiapkan makan dan minuman sendiri dan orang lain, memelihara keamanan
dan kenyamanan rumah). Anak- anak tunadaksa yang berat keinginannya tentu saja akan
mengalami kesulitan dalam melakukan hal-hal tersebut di atas dan karena itu dibutuhkan
alatalat yang dimodifikasi seperti pegangan cangkir dapat diperbesar sehingga anak dapat
memegangnya, sendok dan garpu pegangannya diperbesar dan berat sehingga anak dapat
menggunakannya. Anak-anak dengan spina bifida misalnya, tidak mampu mengendalikan
kandung kemihnya maka anak-anak ini dipasangkan kantong yang dilekarkan pada lubang
dengan operasi di perut bagian bawah.

2. Dampak akademik anak tunalaras ditandai dengan seringnya mereka mengalami kegagalan
karena adanya kesulitan dalam mengadakan penyesuaian dengan aturan sekolah dan belajar.

Kelainan perilaku akan mengakibatkan adanya penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk.
Akibat penyesuaian yang buruk tersebut maka dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri
sebagai berikut.

• Pencapaian hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata.


• Sering kali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk tindakan
discipliner.
• Sering kali tidak naik kelas atau bahkan ke luar sekolahnya.
• Sering kali membolos sekolah.
• Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat.
• Anggota keluarga, terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan dari petugas
kesehatan atau bagian absensi.
• Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi.
• Lebih sering menjalani masa percobaan dari yang berwewenang.
• Lebih sering melakukan pelanggaran hukum dan pelanggaran tanda-tanda lalu lintas.
• Lebih sering dikirim ke klinik bimbingan.

3. Anak berkesulitan belajar matematika/berhitung, memiliki masalah dalam memahami istilah


matematika dasar atau belajar operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, serta
simbol-simbol dalam matematika. Anak yang mengalami kesulitan tersebut, antara lain
menunjukkan karakteristik sebagai berikut :
1. Kesulitan mengenal dan memahami simbol seperti +, -,x,=, <, >, dsb.
2. Kesulitan mengoperasikan hitungan/bilangan.
3. Sering salah membilang secara urut.
4. Ketidaksesuaian dalam menghitung benda secara berurutan sambil menyebutkan
bilangannya. Misalnya anak telah mengucapkan "empat", tetapi tangannya menunjuk
pada benda urutan ke tiga, atau sebaliknya, tangannya menunjuk benda urutan ke
enam, namun anak baru mengucapkan bilangan "lima".
5. Sering salah membedakan angka, seperti angka 9 dengan 6: 17 dengan 71. 2 dengan
5,3 dengan 8, dan sebagainya.
6. Sering salah membedakan angka, seperti angka 9 dengan 6: 17 dengan 71. 2 dengan
5,3 dengan 8, dan sebagainya.

4. Tujuan utama identifikasi adalah mengenal atau menemukan anak yang menyandang kelainan
dan jenis kelainan yang disandangnya. Identifikasi didasarkan pada asumsi bahwa anak-anak
yang menyandang kelainan menunjukkan penampilan atau perilaku yang sedikit banyak
berbeda dari yang semestinya. Beberapa perilaku tampak sangat nyata berbeda, misalnya pada
anak yang menyandang gangguan penglihatan, tunadaksa, dan gangguan pendengaran.
Namun, pada jenis kelainan yang lain, seperti tunagrahita ringan atau berbakat atau anak
berkesulitan belajar, kadang-kadang perilaku tersebut susah dibedakan. Oleh karena itu, guru
harus mampu mengamati anak secara cermat, dan menguasai jenis perilaku yang ditampilkan
oleh masing-masing jenis ABK. Perilaku atau penampilan inilah yang harus diamati sebagai
dasar untuk melakukan deteksi atau identifikasi.

Sedangkan Kata asesmen berasal dari bahasa Inggris assessment, yang secara harfiah berarti
penafsiran atau penilaian. Sejalan dengan pengertian tersebut, dalam kaitan dengan ABK,
asesmen dapat diartikan sebagai menilai atau menaksir kemampuan yang dimiliki oleh anak
sehingga hasil asesmen dapat digunakan untuk menaksir bantuan yang diperlukan oleh anak
tersebut. Jika Anda membaca berbagai buku yang berkaitan dengan Pendidikan Khusus, Anda
akan menemukan berbagai definisi asesmen, namun maknanya hampir sama.

Tiga teknik pengumpulan data yaitu :


1. Teknik Observasi
2. Teknik Wawancara
3. Tes Sederhana

Contoh datanya dalam identifikasi dan asesmen :


Ibu Sriyani, seorang guru SD yang mengajar di kelas 3, merasa sangat risau akan kemampuan
membaca Tedi. Telah berulang kali Bu Sri mendapatkan Tedi membaca sambil menunjuk
terus pada kata-kata yang dibacanya. Di samping itu, pengamatan yang dilakukan oleh Bu Sri
selama seminggu menunjukkan bahwa Tedi selalu ingin menghindar jika mendapat giliran
membaca. Jika dia terpaksa membaca, Tedi sering membuat banyak kesalahan dan
ditertawakan oleh teman-temannya. Berdasarkan pengamatan tersebut, Bu Sri memutuskan
untuk memberi perhatian yang lebih serius pada kemampuan membaca Tedi. Bu Sri memilih
beberapa alat asesmen informal yang diberikan oleh temannya yang pernah mengikuti
pelatihan tentang Menangani Anak Berkesulitan Belajar. Alat asesmen yang digunakan oleh
Ibu Sriyuni terdiri dari lembar observasi dan procedure close. Observasi dilakukan oleh Ibu
Sriyani selama seminggu, sedang tes berupa Procedure Cloze diberikannya 3 kali. Hasil
observasi dan tes Procedure Cloze diolah dan kemudian Ibu Sri sampai pada kesimpulan
berikut.
a. Tedi mengalami kesulitan dalam memenggal kata, terutama kata yang terdiri dari 3 suku
kata atau lebih. Misalnya, dia membaca kata tetapi, dia membaca tet-api, kata keluarga,
dibaca kel-uar-ga.
b. Tedi mendapat kesulitan dalam membaca vokal ganda, seperti baik, biak, buah. yang
selalu dibacanya bek, bik, dan buh.
c. Dari 3 kali procedure close yang diberikan, Tedi hanya berhasil melengkapi 5 kata
dengan benar dari 36 kata yang harus diisinya. Ini menunjukkan bahwa Tedi mendapat
kesulitan dalam memahami isi bacaan dan menebak kata dari konteks.

5. hasil asesmen menunjukkan bahwa Tedi:


a) Mengalami kesulitan dalam memenggal kata sehingga dia mengucapkan kata yang
terdiri dari tiga suku atau lebih dengan penggalan yang salah.
b) Mempunyai kesulitan membaca vokal ganda, seperti baik, biak, dan buah sehingga
kata-kata tersebut dibaca dengan ucapan yang salah.
c) Mendapat kesulitan dalam memahami isi bacaan dan menebak kata dari konteks
sehingga hanya dapat menjawab lima kata dari 36 kata yang ditebaknya. Siswa kelas 3
semestinya sudah mampu membaca kata dengan lancar dan dengan pernenggalan yang
benar, mengucapkan vokal ganda dengan benar, serta semestinya sudah mampu
memahami isi bacaan sederhana sehingga dia dapat menebak kata- kata tertentu dari
konteks bacaan atau kalimat. Pada kenyataannya, kemampuan Tedi belum sampai ke
sana. Ja masih mendapat kesulitan dalam mengucapkan kata dengan pemenggalan
yang benar dan pengucapan vokal ganda, serta masih mendapat kesulitan dalam
memahami isi bacaan. Berdasarkan kesenjangan ini, kita dapat menafsirkan kebutuhan
layanan pendidikan bagi Tedi dalam membaca, yaitu Tedi memerlukan bantuan atau
layanan khusus dalam:
1. Memenggal kata, terutama untuk kata-kata yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih;
2. Membaca vokal ganda atau dua vokal yang tidak diselingi oleh konsonan;
3. Memahami isi bacaan serta menebak kata dari konteks.

PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL

NAMA : TEDI

JENIS KELAMIN : Laki-laki

KELAS :3

BIDANG KESULITAN : Membaca

Kemampuan yang Semestinya Dikuasai:


1. Dapat membaca dengan ucapan yang benar dan lancar
2. Dapat memahami isi bacaan
3. Dapat menebak kata dari kontek kalimat/bacaan

Kemampaun Nyata yang Dikuasai:


1. Membaca kata yang terdiri dari 3 suku kata atau lebih dengan penggalan yang salah
2. Membaca vokal ganda dengan ucapan yang salah
3. Hanya dapat memahami kurang lebih 15% dari kata-kata yang semestinya dapat
dipahami dalam konteks bacaan.
Informasi Lain yang Relefan:
1. Masih sering membaca dengan menunjuk kata yang dibaca
2. Sering menghindari giliran membaca

Tujuan Umum:
1. Tedi dapat membaca dengan ucapan yang benar dengan lancar
2. Tedi dapat memahami isi bacaan
Tujuan Khusus:
1.1 Tedi dapat membaca kata yang terdiri dari 3 suku kata atau lebih dengan penggalan
yang benar
1.2 Tedi dapat vokal ganda dengan benar
2.1 Tedi dapat menjawab pertanyaan tentang isi waacana yang diberikan
2.2 Tedi dapat menemukan kata yang tepat untuk melengkapi kata-kata yang dihilangkan
dalam satu wacana singkat.

Materi Pembelajaran:
1. Kata-kata yang terdiri dari 3 suku kata atau lebih, seperti bencana, keluarga,
menyebrang, menulis, menggambar, berseangat.
2. Kata-kata yang mengandung vokal rangkap, seperti baik, buah, laik, lain, berkembang
biak, sauh, riang
3. Wacana singkat yang banyak memuat kata-kata yang terdiri dari atau lebih suku kata
dan kata-kata yang mengandung vokal rangkap. Wacana ini dilengkapi dengan
gambar-gambar yang menarik yang mengambarkan makna dalam wacana

Media dan Sumber:


1. Kartu kata yang memuat kata-kata yang terdiri dari tiga atau lebih suku kta dan
katakata yang mengandung vokal rangkap/ganda.
2. Rekaman bcaan yang benar dan lancar.
3. Buku bahasa indonesia untuk kelas 3; mengangani kesulitan belajat membaca.

Kegiatan Belajar:
1. Kegiatan belajar akan dilakukan secara terintegrasi, di samping akan dilakukan di luar
jam pelajaran, tiga kali dalam seminggu, selama satu bulan untuk mencapai tujuan 1.1
dan 1.2; serta selama dua bulan untuk mencapai tujuan 2.1 dan 2.2 Dalam kegiatan
terintegrasi, guru akan memberikan bantuan khusus kepada Tedi, sementara anak-anak
lain sedang mengerjakan tugas. Guru akan berusaha mengatur agar Tedi dapat dibantu
dan anak-anak lain dapat belajar seperti biasa.
2. Kegiatan belajar untuk mencapai tujuan 1.1 dan 1.2 akan dimulai dengan latihan
membaca kata secara terpisah dengan bantuan kartu kata, contoh dari guru dan contoh
dari rekaman Langkah berikutnya, kata yang dilatih dipakai dalam kalimat dan siswa
disuruh membaca kalimat secara utuh. Selanjutnya, kalimat yang mengandung kata
yang dilatih dipakai dalam satu paragraf singkat. Pada setiap kali latihan, putaran ini
diulang kembali. Jika siswa sudah menunjukkan kemajuan dalam pengucapan dan
pemenggalan, latihan kata-kata secara terpisah dikurangi, dan latihan membaca kata
dalam kalimat dan dalam paragraf ditambah.
3. Untuk mencapai tujuan 2.1 dan 2.2, Tedi dilatih memahami arti kalimat yang dipakai
pada latihan pada butir 2. Setelah membaca kalimat, Tedi diberi pertanyaan yang
berkaitan dengan makna yang terkandung dalam kalimat tersebut. Jika pertanyaan
sudah dapat dijawab, kalimat yang sama dengan satu kata yang dihilangkan ditunjukkan
kepada Tedi. Tedi diminta menebak kata yang dihilangkan tersebut. Latihan dengan
kalimat dilanjutkan dengan latihan memahami isi paragraf. Kalimat yang sudah
dilatihkan tadi dikembangkan menjadi paragraf singkat. Tedi diminta membacanya
secara nyaring (sekaligus untuk melatih ucapan dan pemenggalan kata), kemudian
membaca dalam hati. Selanjutnya, Tedi diminta menjawab beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan isi paragraf Latihan berikutnya adalah paragraf yang sama dengan
beberapa kata yang dihilangkan secara teratur diberikan kepada Tedi, dan Tedi diminta
menebak kata yang dihilangkan tersebut. Latihan ini diberikan secara berulang-ulang
dan bertahap.

Penilaian:
1. Prosedur Penilaian: Penilaian kemajuan Tedi dilakukan selama proses latihan
berlangsung dan pada akhir masa latihan.
2. Jenis dan Alat Penilaian: Penilaian akan dilakukan dengan tes perbuatan, tes lisan, dan
tes tertulis. Tes perbuatan berupa tugas untuk membaca/mengucapkan kata, kalimat
dan membaca paragraf, tes lisan berupa pertanyaan isi bacaan. dan tes tertulis berupa
mengisi kata-kata yang dihilangkan, semacam prosedur cloze (mulai dari yang paling
sederhana sampai ke yang agak sukar). Selama melaksanakan latihan, digunakan
lembar observasi berikut untuk merekam kemajuan Tedi.

Lembar Observasi
No Aspek yang dinilai Jumlah jawaban benar pada latihan ke- ket
1 2 3 4 5 6

1 Pengucapan kata terpisah: a.


Pemenggalan
b. Vokal ganda
2 Pengucapan kata dalam kalimat: a.
Pemenggalan
b. Vokal rangkap
3 Pengucapan kata dalam wacana: a.
Pemenggalan
b. Vokal rangkap
4 Pemahaman
a. Makna kalimat
b. Makna paragraf
5 Menebak kata
a. Dalam kalimat
b. Dalam paragraf

Anda mungkin juga menyukai