Anda di halaman 1dari 10

Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5204 Difusi Inovasi Pendidikan)

Izin menanggapi:

Sebagai seorang guru, tentu saya mencoba melakukan berbagai upaya untuk mendukung
pembelajaran. Ketika saya menyadari adanya keragaman, maka saya mulai merencanakan
skenario pembelajaran. Kaitan keragaman dengan multimedia, jelas sangat berkaitan. Ketika
siswa beragam, maka sudah pasti multimedia harus beragam. Sudah menjadi keharusan guru
memfasilitasi siswa dengan berbagai keragaman gaya belajar, minat belajar, kemampuan kognitif
diri, kemampuan mobilitas serta berbagai hal yang muncul di kelas. Sebagai contoh, di kelas
saya sendiri kelas 5, mayoritas siswa mempunyai gadget, maka saya memanfaatkan gadget siswa
untuk belajar. Mereka menggunakan gadget untuk membantu mencari materi pelajaran, menjadi
media belajar, mengerjakan tugas, dokumentasi pembelajaran. Untuk yang tidak mempunyai
gadget diberikan media lain seperti gambar, buku teks, benda konkret. Selain itu saya juga suka
bernyanyi menggunakan gitar. Jadi penyampaian materi bisa lewat lagu.
Kesimpulannya, di kelas 5 saya, multimedia dimaksimalkan untuk membantu siswa belajar
dengan keragaman yang ada.

Referensi:
Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5203 Desain dan Model Pembelajaran Interaktif)
Izin menanggapi:
Saya guru yang hidup dalam zaman teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai seorang
guru tentu saya telah memanfaatkan beragam teknologi di kelas. Teknologi yang digunakan di
kelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perangkat keras
Teknologi berupa perangkat keras dapat dicontohkan; laptop, notebook,
chromebook, proyektor, smartphone, speaker. Perangkat keras tersebut digunakan pada saat
kegiatan belajar di kelas seperti (penyampaian materi, menayangkan video/ film, lagu),
kegiatan intrakurikuler (pengayaan, remedial), ekstrakurikuler (pramuka, seni, keagamaan,
olahraga, bimbingan lomba), dan pembiasaan (pengajian, peringatan hari besar nasional,
peringatan hari besar keagamaan, perlombaan).
2. Perangkat lunak
Teknologi berupa perangkat lunak dapat dicontohkan; video, musik, lagu, internet,
website, aplikasi seperti (word, excel, capcut, google classroom, whatsapp, quizizz), portal
(rumah belajar, merdeka belajar), media sosial (instagram, facebook, tiktok, snakevideo dan
lainnya. Semua perangkat lunak digunakan dalam kegiatan belajar di kelas seperti
(penyampaian materi, menayangkan video/ film, lagu, kirim tugas, unggah tugas), kegiatan
intrakurikuler (pengayaan, remedial), ekstrakurikuler (pramuka, seni, keagamaan, olahraga,
bimbingan lomba), dan pembiasaan (pengajian, peringatan hari besar nasional, peringatan hari
besar keagamaan, perlombaan).
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran cukup membantu guru dan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Namun, pada prakteknya selalu ada kesulitan atau hambatan
yang dapat terjadi. Ada beberapa masalah yang muncul dalam pemanfaatan teknologi, yaitu;
tidak semua siswa mempunyai perangkat, pemahaman siswa terhadap penggunaan teknologi
masih belum maksimal, jaringan internet sering tidak stabil, perangkat milik sekolah terbatas,
terkadang akses ke website atau portal sulit, harus memilih sumber belajar yang sesuai, siswa
terkadang fokus ke game bukan belajarnya, serta masalah lainnya, kearifan lokal cenderung
ditinggalkan, sikap dan perilaku cenderung kurang baik.
Untuk mengatasi semua kesulitan atau masalah tersebut, saya meminta siswa yang
mempunyai perangkat sebagai tutor sebaya teman yang lain,memberikan edukasi mengenai
pemanfaatan teknologi dan media sosial, tidak hanya wifi sekolah wifi pribadi digunakan,
meminta helpdesk portal atau website, melakukan penelusuran sumber belajar secara variatif
dan berulang-ulang, memberikan arahan dan bimbingan secara rutin dan efektif supaya fokus
belajar, secara rutin mengenalkan kembali permainan dan kearifan lokal sunda, memberikan
contoh baik serta (menasehati, membimbing, dan selalu mengingatkan sikap baik).
Ketika menggunakan teknologi, ada banyak manfaat bagi anak di kelas yang saya
ajar dan bimbing. Manfaat tersebut diantaranya; anak-anak terbantu dalam memahami materi,
terlihat senang dan antusias karena dunianya, terlihat lebih aktif karena dapat melihat,
mendengar, dan merasakan materi pelajaran tidak hanya ceramah, dapat mengenal dunia luar
seperti daerah dan negara lain, saling membantu bagi siswa yang mempunyai perangkat
dengan siswa yang tidak mempunyai perangkat, terampil dalam editing (gambar, video, teks),
memudahkan pengerjaan dan pengiriman tugas, komunikasi siswa dengan guru cepat
meskipun tidak bertemu.

Referensi:
Dasna, I Wayan. 2015. Desain dan Model Pembelajaran Inovatif dan Interaktif. Jakarta:
Universitas Terbuka.

2021. ”Kelebihan, Kekurangan, dan Langkah-Langkah Metode Eksperimen”.


Blog.kejarcita.id, 17 Mei 2021, dilihat 27 April 2023. https://blog.kejarcita.id/kelebihan-
kekurangan-dan-langkah-langkah-metode-eksperimen/
Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5202 Statistik Pendidikan)
Izin menanggapi:
Untuk menjawab soal diskusi tersebut maka perlu dilakukan pengujian hipotesis
melalui langkah-langkah umumnya yaitu; menentukan z hitung, mencari nilai z kritis,
menetukan letak z hitung, dan membuat kesimpulan.
Berdasarkan cara guru dalam meneliti data sampai kesimpulan menurut saya belum
sesuai teori statatistika yang dipelajari di modul 6. Alasannya, karena tahapan-tahapan
pengolahan statistic diantaranya; pengujian statistik; variabel PBL dengan RME, variabel
PBL dengan PjBL, serta variabel PBL dengan problem posing.
Karena data yang disampaikan terdistribusi normal dan homogen, maka uji data yang
dapat dilakukan yaitu dengan uji z.
1. Perbandingan PBL dengan RME
Diketahui:
x = 74,93
n = 15
𝛔× = 12,88
µ× = 70,4
ᾳ = 0,05
a. menghitung z dilakukan:
x−µ ×
z= σ×
√n
74 , 93−70 , 4
= 12 , 88
√ 15
4 ,53
= 12 , 88
3 , 87
4 ,53
=
3 , 33
= 1,36
b. menghitung z kritis dari kurva normal:
untuk ᾳ = 0,05 dan uji dua-ekor (karena H0 : µx = 70,4 dan H A ≠ 70,4), maka nilai Z
kritis adalah = ±1,96
c. menentukan letak z hitung:
Nilai z = 1, 36 maka terletak di daerah penerimaan H0, maka H A ditolak.
d. kesimpulan:
Hasil belajar PBL berbeda signifikan dengan hasil belajar RME. Dapat disimpulkan
bahwa hasil skor siswa dengan pembelajaran PBL lebih baik daripada pembelajaran
RME.
2. Perbandingan PBL dengan PjBL
Diketahui:
x = 74,93
n = 15
𝛔× = 12,88
µ× = 65
ᾳ = 0,05
a. menghitung z dilakukan:
74 , 93−65
z = 12 ,88
√15
74 , 93−65
= 12 ,88
√15
9 , 93
= 12 , 88
3 , 87
9,93
=
3 ,33
= 2, 98
b. menghitung z kritis dari kurva normal:
untuk ᾳ = 0,05 dan uji dua-ekor (karena H0 : µx = 65 dan H A ≠ 65), maka nilai Z kritis
adalah = ±1,96
c. menentukan letak z hitung:
Nilai z = 2, 98 maka terletak di daerah penolakan H0, maka H A diterima.
d. kesimpulan:
Hasil belajar PBL berbeda signifikan dengan hasil belajar PjBL. Dapat disimpulkan
bahwa hasil skor siswa dengan pembelajaran PjBL lebih baik daripada pembelajaran
PBL.
3. Perbandingan PBL dengan Problem Posing
Diketahui:
x = 74,93
n = 15
𝛔× = 12,88
µ× = 59, 73
ᾳ = 0,05
a. menghitung z dilakukan:
74 , 93−59 , 73
z= 12, 88
√15
74 , 93−59 , 73
= 12, 88
√15
15 , 2
= 12 , 88
3 , 87
15 ,2
=
3 ,33
= 4, 56
b. menghitung z kritis dari kurva normal:
untuk ᾳ = 0,05 dan uji dua-ekor (karena H0 : µx = 59, 73 dan H A ≠ 59, 73), maka nilai
Z kritis adalah = ±1,96
c. menentukan letak z hitung:
Nilai z = 4, 56 maka terletak di daerah penolakan H0, maka H A diterima.
d. kesimpulan:
Hasil belajar PBL berbeda signifikan dengan hasil belajar Problem Posing. Dapat
disimpulkan bahwa hasil skor siswa dengan pembelajaran Problem Posing lebih tinggi
daripada pembelajaran PBL.
Jawaban untuk diskusi sesi 6:
Dari pengolahan data yang saya lakukan dengan H0 adalah PBL dan H A adalah RME,
PjBL dan Problem Posing, terdapat perbedaan dari masing-masing variabel pembelajaran.
Hasil yang didapatkan untuk PjBL dan Problem posing H A diterima, artinya PBL tidak lebih
baik dari kedua metode tersebut.
Pembuatan kesimpulan yang dilakukan guru tersebut masih belum sesuai dengan sesuai
langkah-langkah statistik pada sesi keenam ini. Usul saran, pengolahan, pengujian, dan
penarikan kesimpulan harus sesuai dengan teori-teori dan langkah-langkah statistika.

Jawaban Bahan Diskusi: (MPDR 5201 Perencanaan dan Pembiayaan Pendidikan Dasar)

Izin menanggapi:
Human capital merupakan anggapan yang menyatakan bahwa manusia merupakan
suatu bentuk capital atau modal seperti; tanah, gedung, mesin dan lainnya (Kurniatun, 2015).
Human capital adalah biaya individu yang diinvestasikan untuk pemerolehan keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman. Biaya yang dikeluarkan sekarang akan meningkatkan pendapatan
pada masa depan. Teori human capital fokus kepada posisi sumber daya manusia secara nilai
ekonomi. Sumber daya manusia menjadi modal yang akan memberikan kontribusi positif dalam
upaya peningkatan kinerja ekonomi. Pada teori human capital, ada dua titik pengembangan
utama yaitu aspek mikro yang berkenaan dengan pribadidan makro tentang sarana prasarana.
Menurut Chatzkel (dalam Wijaya, 2023), human capital dapat diartikan sebagai
bentuk usaha mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia untuk mencapai tingkat
terpenting yang lebih secara kinerja. Human capital berfokus kepada peningkatan pengetahuan
dan keterampilan manusia. Pendapat lain diungkapkan Becker (1993), bahwa manusia tidak
hanya sumber daya melainkan modal yang menghasilkan pengembalian atau dampak.
Menurut teori klasik Adam Smith (dalam Hasan, 2015), human capital dapat berupa
kemampuan dan kecakapan melalui pendidikan, belajar otodidak, serta part time atau belajar
sambil bekerja. Menurut pandangan human capital, terdapat hubungan yang linier antara
investasi pendidikan dengan produktivitas tinggi.
Jika dianalisis lebih dalam, teori human capital erat kaitannya dengan pendidikan.
Mengapa demikian? Karena pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui pendidikan
dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan dilakikan untuk membentuk sikap dan perilaku,
menambah pengetahuan, serta meningkatkan keterampilan. Pendidikan dan pelatihan yang
seakrang dilakukan tentu mengeluarkan cost atau konsumsi untuk keuntungan atau harapan masa
depan. Dengan demikian, pendidikan yang dilakukan dapat dikatakan investasi masa depan,
yaitu investasi sumber daya manusia (human capital). Pendidikan yang dilakukan selain
menambah pengetahuan dan keterampilan juga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan
pendapatan.
Pendidikan yang dilakukan sebagai investasi sumber daya manusia jangka panjang
dilakukan melalui program wajib belajar pendidikan dasar. Program wajib belajar dilaksanakan
dari 9 tahun menjadi 12 tahun atau setingkat SMA. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat dasar,
menengah pertama, menengah atas sampai perguruan tinggi. Pendidikan wajib diselenggarakan
pemerintah dengan alokasi sampai 20 persen dari APBN. Pendidikan sebagai investasi dilakukan
melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, esktrakurikuler, pembiasaan, proyek, budaya
sekolah serta keteladanan dari guru.
Selain pendidikan, pelatihan juga memegang peranan penting dalam peningkatan
kapasitas sumber daya manusia. Pelatihan dapat dilakukan dengan on job training, institusional
training, apprenticeship training, upgrading training, capacity building, dan lainnya. Jenis
pelatihan yaitu teknis dan fungsional. Hasil dari pendidikan dan pelatihan merupakan modal
penting manusia yang diperlukan organisasi.
Modal manusia terdiri dari enam komponen penting yang dapat mempengaruhi kinerja
organisasi. Menurut Ancok (dalam Onsardi, 2019 ), ada enam komponen modal manusia yaitu;
1. Modal Intelektual (intellectual capital)
Modal intelektual merupakan kemampuan menemukan peluang, mengelola ancaman,
cerdas berpikir, merenung, serta memikirkan hal yang baru. Untuk mendapatkan modal
intelektual tidak selalu dari lulusan pendidikan formal tinggi.
2. Modal Emosional (emotional capital)
Menurut Goleman (dalam Onsardi, 2019), modal emosional merupakan gambaran
kemampuan mengenal dan mengelola emosi diri sendiri dan memahami emosi orang lain agar
tindakannya tepat. Ada empat dimensi dari kecerdasan emosional menurut (Bradberry dan
Greaves) yaitu:
a. Self awareness, yaitu kemampuan dalam memahami emosi diri secara tepat, akurat, dan
konsisten dalam berbagai situasi;
b. Self management, yaitu kemampuan mengelola emosi setelah memahami emosi yang
dirasakannya apakah emosi positif atau negatif;
c. Social awareness, yaitu kemampuan memahami emosi orang lain. Dapat dikatakan bahwa
ini merupakan empati diri terhadap orang lain denga tepat;
d. Relationship management, yaitu kemampuan untuk berinteraksi secara positif dengan
orang lain. Kemampuan ini dapat disimpulkan merupakan puncak hasil dari (Self
awareness, Self management, dan Social awareness).
Orang yang memiliki kemampuan emosional yang tinggi memiliki sikap positif dalam
menjalankan kehidupannya.
4. Modal Sosial (social capital)
Modal sosial merupakan istilah yang dikenalkan tahun 1916 pada saat diskusi
memgenai upaya membangun pusat pembelajaran masyarakat (Cohen dan Prusak, 2001,
dalam Permana). Menurut para ahli teori modal sosial dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok yaitu; a) kelompok pertama menekankan jaringan hubungan sosial, b) kelompok
kedua menekankan karakteristik yang melekat pada diri.
Menurut Brehm dan Rhan (dalam Onsardi, 2019), modal sosial dapat diartikan
sebagai jaringa kerjasama antar warga masyarakat dalam yang memfasilitasi solusi dari
permasalahan yang dihadapi. Pendapat selanjutnya diungkapkan Pennar (dalam Onsardi,
2019) bahwa jaringan hubungan sosial yang mempengaruhi perilaku individu dan yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya menurut Fukuyama, modal sosial
merupakan serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama antar
anggota kelompok masyarakat yang melakukan jalinan kerjasama.
5. Modal Ketabahan (adversity capital)
Menurut Stoltz, ketabahan adalah modal untuk sukses kehidupan pribadi maupun
organisasi. Ketika menghadapi permasalahan atau kesulitan yang belum menemukan solusi
maka orang yang tabah yang akan berhasil mengatasi masalah.
6. Modal Moral (morality capital)
Moral memegang peranan penting dalam jalannya organisasi. Orang yang bermoral
akan menjaga etika suatu organisasi. Menurut lennick dan Kiel (dalam Onsardi, 2019),
terdapat empat komponen modal moral, yaitu; integritas, bertanggungjawab, penyayang, dan
pemaaf.
7. Modal Kesehatan
Badan Atau tubuh merupakan penampung semua modal yang lain. Badan yangs ehat
tentu sangat diperlukan dalam mendukung kinerja seseorang dalam organisasi. Badan yang
tidak sehat mempengaruhi kinerja juga. Badan yang sehat akan meningkatkan produktivitas
kerja organisasi. Menurut Covey (dalam Onsardi, 2019), kesehatan merupakan bagian dari
kehidupan yang harus dijaga dan ditingkatkan kualitasnya sebagai pendukung efektivitas
manusia. Jika badan tidak sehat, maka seseorang menjadi malas berpikir, malas bekerja,
emosi menjadi tidak terkendali sehingga menyebabkan aktivitas dan kinerja organisasi
terganggu.

Referensi

Onsardi. 2019. ”Implementasi Human Capital Management (HCM) pada Universitas


Muhammadiyah Bengkulu .”Researchgate.net.” Diakses, 4 Mei 2023.
https://osf.io/download/5d42311490489f001a47df52/

Permana, Johar, dkk. 2015. Perencanaan dan Pembiayaan Pendidikan. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Wijaya, Jessica. 2023. “Mengenal Human Capital: Pengertian, Contoh Pekerjaan, dan
Manfaatnya bagi Perusahaan.” Hashmicro.com, dipos 7 Februari 2023, diakses 2 Mei 2023,
https://www.hashmicro.com/id/blog/definisi-human-capital/#a

Anda mungkin juga menyukai