Anda di halaman 1dari 10

KEBEBASAN DALAM PERSEPEKTIF EKONOMI ISLAM

Mata Kuliah:Etika Bisnis Syariah

Dosen pengampu : H Rijalul Faqih, Drs., M.Si.

Disusun oleh :
FATLULLAH (220105010185)
BURAIDAH (220105010155)
MUHAMMAD RIDHANI MAULIDI (220105010089)

LOKAL C
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna

memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Etika Bisnis Syariah, dengan

judul: “Kebebasan Dalam Persepektif Ekonomi Islam”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan

banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini

dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,

kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari

berbagai pihak. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan ilmu bagi teman-

teman yang membacanya.

Banjarmasin, 5 Mei 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................iii

1.1 Latar Belakang......................................................................................................iii

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................iii

1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................iii

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................1

2.1 Pengertian Kebebasan...........................................................................................1

2.2 Prinsip Dasar Kebebasan Ekonomi Islam...........................................................1

2.3 Konsep Kebebasan Dalam Ekonomi Islam.........................................................3

BAB III PENUTUP...........................................................................................................5

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebebasan merupakan salah satu kata yang mempunyai banyak arti. Setiap orang
akan memiliki definisi yang berbeda-beda satu sama lain tentang arti kata kebebasan.
Kebebasan juga bisa dimaknai dari berbagai sudut pandang/perspektif, salah satunya yaitu
dalam perspektif ekonomi. Ekonomi merupakan segala aktivitas yang dikerjakan oleh
individu-individu dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan pada sumber
daya yang cukup. Jika ekonomi di lihat sebagai sebuah sistem, maka kita mengenal 3 (tiga)
sistem dalam ekonomi. Diantaranya yaitu; sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis,
dan sistem ekonomi Islam. Ketiga sistem itu memiliki mekanisme yang berbeda dalam
mengatur kegiatan ekonominya, akan tetapi memiliki sebuah tujuan yang sama yaitu untuk
menciptakan keadilan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Kebebasan ?


2. Apa itu prinsip dasar kebebasan dalam ekonomi islam?
3. Bagaimana konsep kebebasan dalam sistem ekonomi islam ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Kebebasan


2. Mengetahui Prinsip dasar kebebasan dalam ekonomi islam?
3. Memahami konsep kebebasan dalam sistem ekonomi islam?

iii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebebasan

Istilah “kebebasan” memiliki banyak pengertian, dan pengertian yang paling


sederhana dan klasik adalah “tidak adanya larangan.” Meskipun demikian, konsep
dasar “kebebasan” harus memperhatikan “tidak adanya intervensi” dari kebebasan
yangt elah dilakukan tersebut terhadap kebebasan orang lain. Jadi ada dua kebebasan
yang seimbang, yakni bebas untuk melakukan dan bebas untuk tidak diintervensi oleh
tindakan tersebut.1 Adapun istilah kebebasan apabila diurai dari segi etimologi adalah
kata sifat yang berasal dari kata "bebas", yang berarti merdeka, tak terkendali. 2

Selain itu, bebas juga memiliki arti tidak terganggu, tidak terhalang, dan lain
sebagainya. Adapun Islam meletakkan kebebasan pada dua dimensi yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu: dimensi material dan non material (spiritual). Dalam ekonomi
Islam, kedua dimensi tersebut tergambar dari nilai dasar (value based) yang
terangkum dalam empat aksioma yaitu: Tauhid (unity), keseimbangan (equilibrium),
kehendak bebas (freewill)
dan tanggung jawab (responsibility).

Dalam islam diantara prinsip dasar kebebasan adalah ikhtiyari, yaitu:


kebebasan menentukan pilihan dalam melakukan sesuatu. Jika dikaitkan dengan
ekonomi Islam, maka ikhtiari menggambarkan karekteristik kebebasan eksistensial
yaitu: keleluasaan dalam melakukan aktivitas ekonomi tanpa adanya paksaan dari
orang, yang berakibat pada aktivitas yang tidak sesuai dengan kehendak pelakunya.
Kebebasan dalam ekonomi Islam itu terkait dengan kebebasan jasmani dan rohani.
Artinya meskipun setiap muslim diberikan kebebasan mengkreasi aktivitas
ekonominya sebagai kebutuhan jasmani, namun pilihan-pilihannya dalam aktivitas
tersebut akan dipertanggung jawabkan diakhirat kelak secara rohani.

2.2 Prinsip Dasar Kebebasan Ekonomi Islam


Pengertian kebebasan dalam perspektif pertama berarti bahwa manusia bebas
menentukan pilihan antara yang baik dan yang buruk dalam mengelola sumberdaya
alam. Kebebasan untuk menentukan pilihan itu melekat pada diri manusia, karena

1
Niko Syukur, Filsafat Kekebasan, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm. 15
2
Muhammad Ngajenan, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Dahasa Prize, 1986), hlm.51

1
manusia telah dianugerahi akal untuk memikirkan mana yang baik dan yang buruk,
mana yang maslahah dan mafsadah mana yang manfaat dan mudharat. Karena
kekebasan itu, maka adalah logis (wajar) bila manusia harus bertanggung jawab atas
segala perilaku ekonominya di muka bumi ini atas pilihanya sendiri. Manusia dengan
potensi akalnya mengetahi bahwa penebangan hutan secara liar akan menimbulkan
dampak banjir dan longsor. Manusia juga tahu bahwa membuang limbah ke sungai
yang airnya dibutuhkan masyarakat untuk mencuci dan mandi adalah suatu perbuatan
salah yang mengandung mafsadah dan mudharat. Melakukan riba adalah suatu
kezaliman besar. Namun ia melakukannya juga, karena ia harus mempertangung
jawabkan perbuatannya itu di hadapan Allah, karena perbuatan itu dilakukannya atas
pilihan bebasnya.
Seandainya manusia berkeyakinan bahwa ia melakukan perbuatan itu karena
dikehendaki Allah secara jabari, maka tidak logis ia diminta pertanggung jawaban
atas penyimpangan perilakunya. Dengan demikian, makna kebebasan dalam kacamata
teologi Islam ialah manusia memiliki kebebasan dalam memilih. Adanya pemberikan
reward and punisment merupakan suatu indikasi bahwa manusia itu bebas melakukan
pilihan-pilihan. Semua keputusannya dalam melakukan pilihan-pilihan tersebut akan
ditunjukkan kepadanya pada hari kiamat nanti untuk dipertanggung jawabakan di
mahkamah (pengadilan) ilahi. Allah berfirman dalam QS. 99 : 7-8 : Barang siapa
yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)
nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan) nya pula. Hal ini berarti bahwa dalam pandangan Islam,
manusia bebas untuk memilih, bebas untuk menentukan, karena pada akhirnya dia
yang harus bertanggungjawab terhadap semua perbuatannya ; karena itulah maka ada
reward atau punishment dari Allah Swt. Dengan demikian, makna kebebasan dalam
konteks ini bukanlah kebebasan sebagaimana dalam faham liberalisme yang tidak
dikaitkan dengan masuliyah di akhirat. Kebebasan dalam Islam bukan kebebasan
mutlak , karena kekebasan seperti itu hanya akan mengarah kepada paradigma
kapitalis mengenai laisssez faire dan kebebasan nilai (value free). Kebebasan dalam
pengertian Islam adalah kekebasan yang terkendali (al-hurriyah al-muqayyadah).
Dengan demikian, konsep ekonomi pasar bebas, tidak sepenuhnya begitu saja
diterima dalam ekonomi Islam. Alokasi dan distribusi sumber daya yang adil dan
efisien, tidak secara otomatis terwujud dengan sendirinya berdasarkan kekuatan
pasar. Harus ada lembaga pengawas dari otoritas pemerintah -yang dalam Islam-
2
disebut lembaga hisbah. Kebebasan dalam konteks kajian prinsip ekonomi Islam
dimaksudkan sebagai antitesis dari faham jabariyah (determenisme). Faham ini
mengajarkan bahwa manusia bertindak dan berperilaku bukan atas dasar
kebebasannya (pilihannya) sendiri, tetapi karena kehandak Tuhan (dipaksa Tuhan).
Dalam faham ini manusia ibarat wayang yang digerakkan oleh dalang. Determinisme
seperti itu, tidak hanya merendahkan harkat manusia, tetapi juga menafikan tanggung
jawab manusia. Karena adalah tidak logis manusia diminta tanggung jawabnya,
sementara ia melakukannya secara ijbari (terpaksa). Pengertian kebebasan dalam
perspektif ushul fiqh berarti bahwa dalam muamalah, Islam membuka pintu seluas-
luasnya di mana manusia bebas melakukan apa saja sepanjang tidak ada nash yang
melarangnya. Aksioma ini didasarkan pada kaedah populer, ”Pada dasarnya dalam
muamalah segala sesuatu dibolehkan sepanjang tidak ada dalil yanaga melarangnya”.
Jika kita terjemahkan arti kebebasan bertanggung jawab ini ke dalam dunia binsis,
khususnya perusahaan, maka kita akan mendapatkan bahwa Islam benar-benar
memacu umatnya untuk melakukan inovasi apa saja, termasuk pengembangan
teknologi dan diversifikasi produk.
2.3 Konsep Kebebasan Dalam Sistem Ekonomi Islam
Salah satu prinsip dasar kebebasan dalam Islam adalah ikhtiyari yakni kebebasan
menentukan pilihan dalam berbuat sesuatu. Kaitannya dengan ekonomi Islam, maka ikhtiary
mencerminkan karekteritik kebebasan eksistensial 3, yaitu keleluasaan dalam melakukan
aktivitas ekonomi tanpa ada paksaan dari orang yang mengakibatkan aktivitas itu tidak sesuai
dengan kehendak pelakunya. Kebebasan dalam ekonomi Islam terkait kelindang antara
kebebasan jasmani dan rohani. Meskipun setiap muslim diberi kebebasan mengkreasi
aktivitas ekonominya sebagai kebutuhan jasmani, namun pilihan-pilihannya dalam aktivitas
tersebut akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak secara rohani.

Lebih spesifik, Agustianto dalam mengutip pendapat An-Naqvi, menjelaskan


bahwa antara kebebasan dan tanggung jawab merupakan satu kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan dan memiliki keterikatan yang sangat kuat. Oleh karenanya,
kebebasan dalam ekonomi Islam dapat dipahami dari dua perspektif yakni pertama
perspektif teologi dan kedua perspektif ushul fiqh/falsafah tasyri.

1. Kebebebasan Ekonomi dalam Perspektif Teologi.

3
3 Franz Magnis Suseno, Etika Dasar… 22-23.

3
Kebebasan dalam perspektif teologi Islam ialah manusia memiliki kebebasan
untuk menentukan pilihan. Kebebasan dalam memilih tersebut melekat pada diri
manusia secara fitrah, karena manusia telah dianugerahi Tuhan dengan akal untuk
memikirkan atau membedakan kebaikan dan keburukan, manfaat dan mudharat serta
maslahah dan mafsadah termasuk dalam mengelola sumberdaya ekonomi. Karena
itulah, maka adalah logis (wajar) bila manusia harus bertanggung jawab atas segala
perilaku ekonominya di muka bumi ini atas pilihanya sendiri. Contohnya, manusia
dengan potensi akalnya mengetahui bahwa melakukan bisnis yang monopolistik dan
ribawi adalah sesuatu yang tidak dibenarkan dalam Islam karena mengandung
mafsadah dan mudharat, akan tetapi tetap dilakukannya juga, maka ia akan
mempertangungjawabkannya di hadapan Allah SWT, karena perbuatan itu
dilakukannya atas pilihan bebasnya.
Hal ini dikarenakan dalam doktrin teologi Islam setiap keputusan manusia
dalam perbuatan baik maupun buruk akan diberikan reward and punishment pada hari
kiamat sebagai bentuk pertanggung jawaban. Allah berfirman dalam (Q.S. al-
Zalzalah : 7-8 : “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya
dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”.
2. Kebebasan Ekonomi dalam Perspektif Ushul Fiqh.
Kebebasan ekonomi perspektif ushul fiqh adalah bahwa dalam muamalah,
Islam memberikan kebebasan setiap manusia untuk berinovasi dan berkreasi dalam
aktivitas perekonomian sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariat Islam
Aksioma ini didasarkan pada kaedah populer. Yaitu:

‫َأْلْص ُل فى الُم عامَلِة اإلباَح ُة إّال أْن َيُدَّل َد ِلْيٌل على َتْح ِرْيِمَها‬

Artinya:
pada dasarnya dalam muamalah segala sesuatu dibolehkan sepanjang tidak ada
dalil yang melarangnya. Inilah yang disebut sebagai kebebasan yang bertanggung
jawab. Bahwa setiap orang bebas menjalankan kegiatan ekonominya, namun ia harus
mengetahui aspek-aspek yang diperbolehkan dan dilarang sesuai syariah Islam.
Jika diterjemahkan arti kebebasan bertanggung jawab ini ke dalam dunia
bisnis, khususnya perusahaan, maka akan ditemukan bahwa Islam benar-benar
memacu umatnya untuk melakukan inovasi apa saja, termasuk pengembangan

4
teknologi dan diversifikasi produk di satu sisi, namun disisi lain ia harus bertanggung
jawab terhadap apa yang telah dilakukan tersebut kepada Allah SWT di akhirat nanti
Pertanggung jawaban yang harus dihadapi manusia di akhirat juga merupakan
konsukensi fungsi kekhalifahan manusia sebagai khalifah. Dalam kapasitasnya
sebagai khalifah, manusia merupakan pemegang amanah (trustee), karena itu setiap
pemegang amanah harus bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan
untuknya. Harus pula dipahami bahwa pertangggungjawaban tidak hanya terbatas
dalam konsep eskatologis (di akhirat), tetapi juga mencakup proses praktis di dunia
ini, yakni berupa kemampuan analisis dan kajian ilmiah dalam akuntansi, misalnya
apa yang diperintahkan Allah dalam al- Qur’an, ”Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya dengan
benar” (Q.S. Al-Baqarah :282).

BAB III
KESIMPULAN
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah untuk membangun sistem ekonomi yang
didasarkan pada keadilan dan kesetaraan bagi semua orang. Sistem ini bertujuan
untuk menciptakan keseimbangan antara kebebasan individu dan tanggung jawab
sosial. Dalam sistem ini, aktivitas ekonomi dipandu oleh prinsip hukum Islam atau
syariah, yang mendorong perilaku etis dan moral dalam transaksi ekonomi. Sistem
ekonomi Islam mendorong gagasan tentang distribusi kekayaan dan sumber daya
secara adil dan merata, memastikan bahwa semua orang memiliki akses ke kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Sistem ini mendorong orang
untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat dan
menghindari kegiatan yang menyebabkan kerusakan atau ketidakadilan terhadap
orang lain. Tujuan utama dari ekonomi Islam adalah mencapai kesejahteraan sosial
dan distribusi kekayaan dan sumber daya yang adil, serta memastikan bahwa aktivitas
ekonomi dilakukan sesuai dengan prinsip hukum Islam

5
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai