Disusun oleh :
Alfiras Rasya Samudra
Ahmad Ripa’i
Muhammad Sahid Maulana
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PALABUHANRATU
2023
penyusun
III. TUJUAN
a. untuk mengetahui akad secara fiqih mualamah
Artinya : “ikatan antara dua perkara, baik ikatan secara nyata maupun
ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dua segi”.
Bisa juga berarti ة ( العقدsambungan), العهدdan (janji)
Menurut terminologi ulama , akad dapat ditinjau dari dua segi yaitu
sedcara umum maupun secara khusus:
1. Pengertian Umum:
Secara umum, pengertian akad dalam arti luas hampir sama dengan
pengertian akad dari segi bahasa menurut pendapat ulama syafi’iyah,
malikiyah, dan hanabilah, yaitu:
Artinya : “ segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan
keinginannya sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan , atau sesuatu
yang pembentukannya membutuhkan keinginanya dua orang seperti
jua-beli, perwakilan, dan gadai.”
2. Pengertian Khusus
Pengertian akad dalam arti khusus yang dikemukakan ulama fiqih,
antara lain:
[2] Prof.Dr. H. Syafei Rahmat, M.A, Fiqih Muamalah Bandung: Pustaka Setia,
2001, hal 43
2. Unsur-Unsur Akad
Shigat adalah sesuatu yang disadarkan dari dua pihak yang berakad
yang menunjukkan atas apa yag ada di hati keduanya tentag terjadinya
akad. Hal itu dapat diketahui denga ucapan perbuatan, isyarat, da tulisan.
Shigat tersebut biasa disebut ijab dan qabul.[3]
ada berberapa macam syarat akad yaitu syarat terjadinya akad, syarat sah,,
syarat memberikan, dan syarat keharusan (luzum).
Khusus, yakni syarat-syarat yang harus ada pada sebagian akad, dan tidak
disyaratkan pada bagian lainnya.
2. Syarat Sah Akad
Syarat sah akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan syara’
untuk menjamin dampak keabsahan akad. Jika tidak terpenuhi, akad
tersebut rusak.
Dasar dalam akad adalah kepastian. Diantara syarat luzum dalam jual-beli
adalah terhiindarnya dari beberapa khiyar jual-beli, seperti khiyar syarat, khiyar
aib, dan lain-lain. Jika luzum tampak, maka akad batal atau dikembalikan
Dasar dalam akad adalah kepastian. Diantara syarat luzum dalam jual-beli
adalah terhindarnya dari beberapa khiyar jual-beli, seperti khiyar syarat,khiyar
aib, dikembalikan.
Terjadi perpindahan hak dan kewajiban dari para pihak (timbal balik)
Terjadi perpindahan kepemilikan dari satu pihak kepada pihak lain
Berubahnya status hukum
1.4 Macam-macam Akad Transaksi
Menurut ulama’ fiqh, akad dapat dibagi dari beberapa segi. Namun dalam
hal hal ini kami membagi akad dilihat dari segi keabsahannya menurut syara’.
Sehingga akad dibedakan menjadi dua, yaitu akad shahih dan akad yang tidak
shahih.
1. Akad Shahih
Akad shahih merupakan akad yang telah memenuhi syarat dan rukun.
Ulama’ Madhab Hanafi dan Madhab Maliki membagi akad shahih ini dalam dua
macam ;[4]
a) Akad yang nafiz, yaitu akad yang dilangsungkan dengan memenuhi rukun dan
syarat dan tidak ada penghalang untuk melaksanakannya.
b) Akad Mauquf, merupakan akad yang dilakukan seseorang yang mampu bertindak
atas kehendak hukum, tetapi dia tidak memiliki kekuasaan untuk melangsungkan
dan melaksanakan. Seperti akadnya anak yang masih mumayyiz tapi belum baligh
sehingga dia harus mendapat izin dari wali anak itu. Menurut Madhab Syafi’i dan
Hanbali, jual beli yang mauquf itu tidak sah.
Ulama’ fiqh juga membagi jual beli yang shahih dari segi mengikat atau
tidak.
a. Akad yang bersifat mengikat bagi kedua belah pihak, sehingga salah satu pihak
tidak boleh membatalkan akad itu tanpa seizin pihak lain. Seperti jual beli dan
sewa menyewa.
b. Akad yang tidak bersifat mengikat bagi kedua belah pihak. Seperti pinjam
meminjam.
2. Akad yang tidak Shahih
V. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan :
1. Akad merupakan pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh syara’
yang menimbulkan akibat hukum terhadap obyeknya.
2. Secara garis besar, akad itu ada kalanya shahih dan ada kalanya tidak shahih.
3. Perbankan Syari’ah pada prinsipnya menggunakan akad-akad yang telah
diajarkan oleh Islam, seperti mudharabah, murabahah, Pembiayaan, dll.
4. Para ulama’ membenarkan akad-akad yang sesuai dengan sayari’at agama dan
mengandung kemaslahatan bukan kemadlaratan.
VI. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan. Saya yakin dalam
penulisan makalah ini masih banyak kessalahan-kesalahan. Untuk itu, kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah
yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada kita
semua. Amin.