Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

KONSEP FASA ZAT PLASMA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Larutan dan
Elektrokimia Analitik

Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Isana Supiah Yosephine Louise, M.Si.

Disusun Oleh:
Elfina Salsabila
NIM. 21328251036
Pendidikan Kimia B

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
KONSEP FASA ZAT
PLASMA

Oleh:
Elfina Salsabila
Program Studi Magister Pendidikan Kimia
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENDAHULUAN
Ilmu kimia adalah bagian dari sains yang mempelajari tentang struktur
materi, komposisi materi, sifat dan perubahan materi, serta energi yang terlibat pada
perubahan materi. Materi merupakan segala sesuatu (zat) yang mempunyai massa
dan menempati ruang Setiap materi atau zat memiliki sifat tertentu yang khas
sehingga hal ini dapat memudahkan manusia untuk mengenal dan membedakan
antara satu zat dengan zat lainnya. Secara kimia, materi dapat digolongkan menjadi
unsur, senyawa, dan campuran. Sedangkan secara fisika, materi dapat digolongkan
berdasarkan wujudnya, yakni materi berwujud padat, cair, dan gas. Selain ketiga
fasa zat tersebut, terdapat satu jenis fasa yang belum banyak diketahui, yaitu fasa
zat “Plasma”.
Sejatinya, plasma belum seberapa dikenal sebagai fase zat keempat baik di
kalangan pelajar maupun mahasiswa. Jika seseorang menyebut kata “plasma”,
maka suatu kemungkinan yang akan dipikirkan yakni plasma darah atau sebagainya
dan bukan merupakan fase zat. Sehingga sampai saat ini fase zat yang harus
diketahui itu berjumlah empat yang meliputi fasa zat padat, cair, gas, dan plasma.
Dalam ilmu fisika dan kimia, plasma merupakan substansi yang mirip dengan gas
dengan partikel terionisasi. Plasma bersifat konduktor listrik karena adanya
pembawa muatan yang cukup banyak sehingga bereaksi kuat terhadap medan
elektromagnet. Penelitian pertama yang mengarah pada penemuan konsep plasma
yaitu penelitian Langmuir pada tahun 1919 yang dilakukan terhadap atom dan
molekul. Gas terionisasi ini dinamakan “Plasma” karena terinspirasi oleh plasma
darah. Plasma memiliki sifat-sifat unik yang membedakannya dengan zat padat,
cair maupun gas sehingga ilmuwan menganggapnya sebagai wujud zat baru yang
berbeda.
Plasma adalah salah satu jenis fasa zat yang paling umum dijumpai di alam
semesta terutama pada bintang-bintang dan ruang hampa di luar angkasa dan inti
bumi. Penelitian tentang plasma secara teoritis maupun eksperimen pada aspek
fisika, kimia dan matematika telah berkembang dengan sangat baik. Ketertarikan
para ilmuwan terutama fisikawan pada plasma semakin bertambah setelah adanya
perpaduan antara fisika nuklir dan astronomi. Yang lebih menarik lagi adalah
hampir 99% alam semesta merupakan fase plasma. Namun bidang ini masih sangat
terbatas diajarkan pada pelajar terutama mahasiswa jika dibandingkan dengan ilmu
físika lainnya. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah karena kerumitan dari
disiplin ini yang menyangkut berbagai disiplin ilmu físika. Berdasarkan hal
tersebut, maka artikel ini akan membahas mengenai konsep fasa zat plasma
meliputi definisi, perbedaan plasma dengan fasa zat lain, proses terbentuknya
plasma, jenis-jenis plasma, karakteristik plasma, metode pengukuran plasma,
kegunaan plasma, dan contoh plasma dalam kehidupan sehari-hari.

PEMBAHASAN
A. Definisi Plasma
Secara garis besar, plasma adalah gas terionisasi. Plasma merupakan wujud
zat yang hampir serupa dengan gas, tetapi memiliki muatan listrik. Plasma memiliki
bentuk dan volume yang tidak tetap (Saraha, et al., 2017). Plasma dapat disebut
sebagai bentuk materi fase ke empat di alam setelah fase padat, cair dan gas.
Berbeda dengan fasa gas yang bersifat normal, plasma berisi gas dimana komponen
nukleus atom (ion) dan elektron telah terpisah karena energi yang diterima dan
memiliki sifat reaktif (Fajar, 2021). Zat plasma ini bukanlah plasma seperti kata
plasma darah yang berkaitan dengan bidang biologi (Rachmanto & Winata, 2010).
Menurut Fridman dalam Labibah et al. (2017), konsep tentang plasma pertama kali
dikenalkan pada tahun 1928 oleh dua orang ilmuwan yaitu Langmuir dan Tonks
dalam eksperimen lampu tungsten filament. Berdasarkan penelitiannya, plasma
didefinisikan sebagai gas yang terionisasi dalam lucutan listrik. Plasma memiliki
sifat-sifat yang sangat berbeda dengan gas pada umumnya karena adanya
pencampuran antara ion-ion bermuatan positif dengan elektron-elektron bermuatan
negative.
Plasma dapat ditemukan pada atmosfer bintang, ruang antar bintang, tabung
lucutan dan pada reaktor termonuklir eksperimen. Ilmuwan mensinyalir bahwa
alam semesta ini masih berbentuk cair dan 99% terbentuk dari plasma. Alam
semesta yang tersusun dari 99 % bentuk plasma dapat ditunjukkan pada Gambar 1.
dan Gambar 2. berikut.

Gambar 1. Plasma Gambar 2. Plasma di Alam Semesta


Plasma dapat diciptakan dalam laboratorium dengan memanaskan gas tekanan
rendah sehingga energi kinetik rata-rata partikel gas dapat disamakan dengan
potensial ionisasi atom-atom atau molekul-molekul gas. Bahan dasar plasma sangat
mudah dijumpai di lingkungan sekitar dan plasma juga dapat dijadikan sebagai
sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui. Meskipun demikian, proses
pembentukan plasma membutuhkan teknologi yang sangat modern sehingga
sumber energi ini jarang digunakan. Salah satu negara yang telah dapat mengelola
energi plasma adalah Perancis, sedangkan negara Indonesia belum memiliki
perusahaan yang dapat mengelola plasma (Rahmat, 2015).

B. Perbedaan Plasma dengan Fasa Zat Lainnya


Berdasarkan wujudnya, materi digolongkan menjadi empat fasa yaitu padat,
cair, gas, dan plasma. Zat padat memiliki bentuk dan volume yang tetap, jarak antar
molekul sangat rapat, molekul-molekulnya berada pada posisi yang tetap dan
bergetar terhadap posisi kesetimbangan, dan dapat dihubungkan sebagai pegas-
pegas yang menghubungkan tiap molekul. Zat padat memiliki volume yang tetap
akan tetapi bentuknya berubah-ubah menyesuaikan wadahnya. Zat cair ada
memiliki temperature yang lebih tinggi dibanding padat. Molekul-molekul zat cair
bergerak secara acak, dan gaya antar molekul tidak cukup kuat untuk menjaga
molekul tetap pada posisinya. Zat gas memiliki volume dan bentuk yang tidak tetap,
molekul-molekulnya bergerak acak dan memberikan gaya lemah pada molekul lain.
Sedangkan plasma merupakan zat yang dipanaskan sampai temperature yang sangat
tinggi sehingga menyebabkan banyak electron menjadi bebas dari ini dan
menghasilkan kumpulan bebas ion yang bermuatan listrik. Ilustrasi perbandingan
plasma dengan zat lainnya dapat ditunjukkan pada Gambar 3. dibawah ini.

Gambar 3. Ilustrasi Perbandingan Zat Padat, Cair, Gas, dan Plasma


C. Proses Terbentuknya Plasma
Plasma dapat terbentuk secara alami dan dapat dibuat melalui pemberian
energi pada gas sehingga terjadi ionisasi. Secara alamiah, plasma dapat terbentuk
seperti yang terjadi pada matahari atau pada elemen bintang-bintang di angkasa.
Plasma juga dapat terbentuk dengan cara memberikan energi tinggi ke dalam
medium gas yang membuat gas tersebut mengalami proses disosiasi dan proses
ionisasi. Kedua proses ini akan mengakibatkan transformasi gas netral (baik secara
sebagian ataupun menyeluruh) menjadi partikel atau ion yang bermuatan negatif
dan positif yang sangat reaktif, bergantung dari jumlah energi yang ditransfer
(Fajar, 2021).
Menurut Piel dalam Wirawan (2020), plasma dapat terjadi apabila suhu atau
energi dari suatu zat gas dinaikkan sampai zat gas tersebut menjadi terionisasi, yaitu
terlepasnya elektron-elektron yang pada keadaan normal mengelilingi inti. Ilustrasi
proses terbentuknya plasma dari urutan fasa padat, cair, dan gas hingga menjadi
plasma adalah sebagai berikut.
Gambar 4. Ilustrasi Proses Terbentuknya Plasma
Jika materi padat (misalnya es) mendapatkan energi dengan dipanaskan
secara cukup, maka pada suhu diatas 0ºC es akan mencair menjadi air. Hal ini
disebabkan karena proses pemberian energi (pemanasan) menyebabkan atom-atom
melepaskan ikatan antar atomnya sehingga struktur kisi kristal pecah dan kemudian
berubah bentuk menjadi air. Jika air diberikan energi sampai pada suhu 100ºC,
maka atom-atom akan bergerak dan menguap ke atas secara lebih cepat
dibandingkan dengan proses pengondensasian kembali, sehingga air akan berubah
menjadi bentuk gas (uap air) dengan molekul H2O. Jika molekul H2O secara terus-
menerus juga diberikan energi, maka molekul H2O akan terpecah menjadi ion H2
dan O2 yang selanjutnya akan terionisasi menjadi ion-ion positif dan elektron dan
terjadi keseimbangan. Pada keadaan inilah suatu zat disebut sebagi plasma
(Goldston & Rutherford, 1995).
Plasma juga dibuat dengan memanfaatkan tegangan listrik, yaitu dengan
menghadapkan dua buah elektroda di udara bebas. Udara bersifat isolator, yaitu
tidak menghantarkan listrik. Akan tetapi, apabila kedua elektroda di udara bebas
tersebut diberikan tegangan listrik yang cukup tinggi sekitar 10 kV, maka sifat
konduktor akan muncul dan tegangan listrik mulai mengalir pada udara tersebut.
Semakin besar tegangan listrik yang diberikan pada elektroda, maka semakin besar
pula ion dan elektron bebas yang terbentuk (Rachmanto & Winata, 2010).

D. Jenis-jenis Plasma
Menurut Nur (2011), jika ditinjau dari temperaturnya, plasma dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu plasma dingin, plasma termik, dan plasma
panas. Plasma dingin terjadi dalam keadaan ketidaksetimbangan termal antara
temperatur elektron dan gas, plasma termik terjadi dalam keadaan
ketidaksetimbangan termal, sedangkan plasma panas terjadi dalam keadaan
kesetimbangan termal. Pada plasma dingin, ion dan atom atau molekul netral berada
dalam suhu 1000 K sedangkan elektron dalam plasma dingin mempunyai
temperatur sekitar 50000 K. Pada plasma termik, partikel–partikel berat bersuhu
lebih tinggi dari 3000 K sedangkan elektronnya mempunyai temperatur yang lebih
besar dari 10 K. Pada plasma panas, temperatur partikelnya di atas 10 K dan
tersusun dari molekul 6 gas yang bertemperatur tinggi.

E. Karakteristik Plasma
Suatu gas dikatakan terionisasi jika memiliki atom-atom yang terionisasi
yaitu ion (bermuatan positif) dan elektron (bermuatan negative). Pada prinsipnya,
karena proses ionisasi membutuhkan energi berupa elektron volt untuk melepas
elektron, maka dalam membuat plasma harus ditambahkan energi dalam suatu
sistem. Penambahan ini dapat dilakukan dengan osilator gelombang mikro (RF)
pada ruangan yang bertekanan rendah (Konuma, 1992). Plasma merupakan gas
yang terionisasi. Tapi tidak semua gas yang terionisasi disebut plasma. Suatu gas
yang terionisasi harus memenuhi beberapa persyaratan yang menjadi karakteristik
dari plasma seperti kesetimbangan muatan (quasinetrality), panjang Debye, derajat
ionisasi, plasma frekuensi, densitas, temperatur, untuk bisa dikatakan sebagai
plasma (Nur, 2011).

F. Metode Pengukuran Plasma


Terdapat dua metode yang bisa dilakukan untuk pengukuran plasma yaitu
metode sensor dan metode diagnostik. Metode Diagnostik dilakukan untuk
mengetahui beberapa karakteristik plasma, meliputi besaran n, KT, V, dan lain-lain.
Besaran tersebut dapat diambil dengan pengamatan melalui metode jarak jauh dan
langsung. Metode jarak jauh (remote) tidak memerlukan objek sisipan pada plasma,
tetapi membutuhkan sebuah sisi agar remote dapat digunakan. Metode jarak jauh
dipengaruhi oleh sedikit radiasi, sehingga jendela harus dibuat dari bahan yang
transparan dan disesuaikan dengan panjang gelombang yang akan digunakan. Pada
metode langsung, plasma diukur pada satu titik poin menggunakan proba. Proba,
harus menahan tumbukan beruntun oleh partikel plasma dan hasil dari pelapisan
dan pemanasan. Selain itu mereka harus berukuran cukup kecil supaya tidak
mengubah sifat yang dapat diukur (Chen & Davidson, 2002).

G. Kegunaan Plasma
Plasma sebagai salah satu fasa zat memiliki banyak kegunaan bagi
kehidupan manusia. Dengan adanya plasma, manusia dapat memahami alam
semesta dan mengaplikasikan plasma dalam berbagai bidang industry. Pada
industry bisnis, plasma dapat digunakan untuk membuat lampu yang hemat energi
dan membuat piranti semikonduktor untuk peralatan elektronik. Dalam bidang
transportasi, plasma banyak digunakan sebagai alat pelapis permukaan mesin diesel
sehingga lebih tahan panas. Plasma juga dapat dipasang pada kendaraan bermotor
untuk mengurangi polusi udara. Dalam bidang industri, plasma banyak digunakan
untuk proses pembuatan plastik, analis kimia, sterilisasi peralatan medis,
pembuatan lampu pabrik yang hemat energi, dan lainnya (Rahmat, 2015).
H. Contoh Plasma dalam Kehidupan Sehari-hari
Plasma dapat terjadi secara alami, terutama dalam ruang angkasa seperti di
matahari dan ruang antarbintang. Lapisan-lapisan bagian dari angkasa planet juga
sering berwujud plasma, contohnya yaitu ionosfer yang biasanya dibagi menjadi
dua lapisan. Plasma alam yang lainnya meliputi sabuk Van Allen yang melingkari
bumi, badai matahari (solar storm), dan cahaya kilat. Plasma dapat juga dibuat oleh
manusia, terutama di dalam laboratorium fisika plasma, seperti Lawrence
Livermore Laboratory dan Tokamark Laboratory milik Rusia. Dalam laboratorium
tersebut akan dilakukan bagaimana cara mengurung plasma agar dapat
menghasilkan tenaga listrik berdasarkan reaksi fusi nuklir, walaupun sampai
sekarang masih belum berhasil. Meskipun demikian, plasma buatan manusia dapat
digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti lampu flouresensi, lampu merkuri,
neon, dan sejumlah tabung hampa (Nugroho, 2010).
KESIMPULAN
Berdasarkan wujudnya, materi digolongkan menjadi empat fasa yaitu padat,
cair, gas, dan plasma. Plasma adalah gas terionisasi yang hampir serupa dengan
wujud gas, akan tetapi memiliki muatan listrik. Plasma dapat terjadi secara alamiah,
terutama dalam ruang angkasa dan dapat juga dibuat oleh manusia, terutama di
dalam laboratorium fisika plasma melalui pemberian energi pada gas sehingga
terjadi ionisasi. Plasma juga dibuat dengan pemanfaatan tegangan listrik, yaitu
dengan menghadapkan dua elektroda diudara bebas. Jika ditinjau dari
temperaturnya, plasma dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu plasma dingin,
plasma termik, dan plasma panas. Ada dua metode pengukuran yang bisa dilakukan
dalam pengukuran plasma yaitu sensor dan diagnostik Plasma memiliki beberapa
karakteristik seperti kesetimbangan muatan (quasinetrality), panjang Debye,
derajat ionisasi, plasma frekuensi, densitas, temperature. Dengan adanya plasma,
manusia dapat memahami alam semesta dan mengaplikasikan plasma dalam
berbagai bidang industri meliputi industry rumah tangga, transportasi, dan bisnis.
Gas-gas yang diionkan sering digunakan dalam lampu flouresensi, lampu merkuri,
neon.

REFERENSI

Chen, J. & Davidson, J., 2002. Electron Density and Energy Distributions in the
Positive DC Corona: Interpretation for Corona-Enhanced Chemical
Reactions. Plasma Chemistry and Plasma Processing, 22(2), pp. 199-
224.
Fajar, M. I., 2021. Implementasi Plasma Dingin sebagai Media Sterilisasi
Menggunakan Metode Dielectric Barrier Discharge, Malang:
Universitas Brawijaya.
Goldston, R. J. & Rutherford, P. H., 1995. Introduction to Plasma Physics Institute
of Physics. Bristol: Institute of Physics Publishing.
Konuma, 1992. Film Deposisition by Plasma Techniques. USA: Spirnger-Verlag.
Labibah, A. S., Saraswati, T. E. & Rahardjo, D. T., 2017. Diagnosis Plasma
Menggunakan Lanngmuir Probe (Plasma Diagnostic Using Langmuir
Probe). Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF), pp. 48-51.
Nugroho, A., 2010. Plasma sebagai Zat Fase Keempat. [Online]
Available at: http://www.fisikanet.lipi.go.id
[Accessed 5 Februari 2021].
Nur, M., 2011. Fisika Plasma dan Aplikasinya. 1 ed. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Rachmanto, T. A. & Winata, H. S., 2010. Pengolahan Air Limbah Industri Tahu
dengan Menggunakan Teknologi Plasma. Jurnal Ilmiah Tekniik
Lingkungan, pp. 19-28.
Rahmat, R., 2015. Apa itu Sumber Energi Plasma?. [Online]
Available at: https://environment-indonesia.com
Saraha, A. R., Rakhman, K. A. & Rahman, N. A., 2017. Kimia Dasar 1. Bandung:
CV. Rasi Terbit.
Wirawan, H. A., 2020. Perancangan dan Pembuatan Ototipe Robot Sebagai
Penggerak Ujung Peralatan Plasma Medicine untuk Perawatan Luka.
Emitor: Jurnal Teknik Elektro, p. 70=76.

Anda mungkin juga menyukai