Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi

sel darah putih dan menyebabkan penurunan imunitas manusia (WHO,

Kemenkes RI, 2014). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah

kumpulan gejala kerusakan sistem kekebalan tubuh bukan disebabkan oleh

penyakit bawaan namun disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh

Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Ovany et al, 2020). Human

Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang tergolong familia

retrovirus, sel-sel darah putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang

terinfeksi adalah sel-sel limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun

(kekebalan) tubuh (Satiti et al., 2019).

Penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV,

seseorang sangat rentan terhadap berbagai macam peradangan seperti

tuberkulosis, kandidiasis, kulit, paru-paru, saluran pencernaan, otak dan

kanker. Stadium AIDS memerlukan pengobatan antiretroviral (ARV) untuk

mengurangi jumlah virus HIV di dalam tubuh, sehingga kesehatan penderita

dapat pulih kembali (Ramni et al., 2018). Berdasarkan estimasi Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus baru HIV (Human Immunodeficiency

Virus) di seluruh dunia hampir 1,5 juta kasus pada 2020 (Rizaty, 2021). Afrika

tercatat sebagai kawasan yang memiliki jumlah kasus baru HIV tertinggi,

yakni 880 ribu kasus.

1
2

Kasus HIV juga banyak ditemukan di Eropa. Pada 2020, jumlah

kasus di benua biru itu mencapai 170 ribu kasus. Kemudian, sebanyak 150

ribu kasus HIV terbaru tercatat ada di kawasan Amerika. Selanjutnya,

kawasan Pasifik Barat mempunyai 120 ribu kasus HIV baru. Kawasan Asia

Tenggara dan Mediterania Timur memiliki kasus baru HIV masing-masing

sebesar 100 ribu kasus dan 41 ribu kasus. Kementerian Kesehatan

melaporkan, jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) turun

16,5% dari 50.282 kasus pada 2019 menjadi 41.987 pada 2020. Sebaliknya,

kasus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) megalami peningkatan

22,78% dari 7.036 pada 2019 menjadi 8.639 pada 2020 (Jayani, 2021).

Penyebaran HIV-AIDS di Indonesia pada awalnya terjadi diantara

orang-orang homo seks, kemudian muncul pada sekelompok kecil orang-

orang yang berperilaku resiko tinggi seperti pecandu obat narkotika dan para

tunasusila. Namun pada perkembanganya saat ini HIV-AIDS juga banyak

dialami ibu rumah tangga dan juga anak-anak (Kementrian RI, 2016).

Ketua harian Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Papua, dr

Anton Tony Mote mengatakan, jumlah data pengidap kasus HIV/AIDS di

Provinsi Papua hingga 1 Desember 2021 mencapai 46.967 kasus. Kasus

tersebut tersebar di 29 Kabupaten/Kota Provinsi Papua. Dari data yang

diperoleh penulis di RSUD Abepura pada tahun 2022 terhitung sejak bulan

Februari hingga Juni terdapat 23 kasus.


3

Berdasarkan data yang didapatkan di Rumah Sakit Umum Daerah

Jayapura pasien yang Menderita HIV- AIDS sekitar 56 pasien dari januari-

desember tahun 2022 dan 11 orang dibulan januari – mei ditahun 2023.

Menurut Mandal (2014) tanda dan gejala penyakit AIDS menyebar

luas dan pada dasarnya dapat mengenai semua sistem organ. Penyakit yang

berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat infeksi dan

efek langsung HIV pada jaringan tubuh. Adanya HIV dalam tubuh seseorang

tidak dapat dilihat dari penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan

menunjukan gejala apapun dalam jangka waktu yang relatif lama (±7-10

tahun) setelah tertular HIV. Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih

tetap sehat dan bisa bekerja sebagaimana biasanya walaupun darahnya

mengandung HIV. Masa inilah yang mengkhawatirkan bagi kesehatan

masyarakat, karena orang terinfeksi secara tidak disadari dapat menularkan

kepada yang lainnya. Dari masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS

dengan gejala sebagai berikut:

Menurut Nursalam (2014) pasien AIDS secara khas punya riwayat

gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi HIV primer akut yang lamanya 1

sampai 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu dan disaat fase

supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat

dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,

limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.


4

Berdasarkan Data Tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.G Dengan

Diagnosa Medis HIV/AIDS di Ruang Paru Rumah Sakit Umum Daerah

Jayapura”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada peneltian ini adalah “Bagaimana cara

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus HIV/AIDS

di ruang paru Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura?”.

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum adalah Agar penulis mampu mengaplikasikan

proses keperawatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara

komprehensif pada pasien dengan HIV/AIDS Di Ruang Paru Rumah

Sakit Umum Daerah Jayapura.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan HIV/AIDS di

ruang paru Rumah Sakit Uumum Daerah Jayapura

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

HIV/AIDS di ruang paru Rumah Sakit Uumum Daerah Jayapura

c. Mampu merencanakan tidakan keperawatan pada pasien dengan

HIV/AIDS di ruang paru Rumah Sakit Uumum Daerah Jayapura

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang di peroleh.


5

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan

HIV/AIDS di ruang paru Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura.

e. Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan HIV/AIDS di ruang

paru Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura dengan menggunakan

catatan perkembangan

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

HIV/AIDS di ruang paru Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura secara

lengkap dan sistematis.

D. Manfaat Penulisan

Semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

penulis sebagai pemahaman tentang proses asuhan keperawatan,

khususnya pada pasien dengan HIV/AIDS . Dapat dijadikan bahan

pertimbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan

bagi perkembangan mutu dan pelayanan keperawatan, serta bagi instansi

pendidikan Program Studi D III Keperawatan dalam pembuatan Karya

Tulis Ilmiah.

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian pada Karya Tulis Ilmiah ini di gunakan sebagai

masukan bagi institusi Pendidikan Akper Marthen Indey dalam

mengembangkan ilmu sebagai bahan kajian untuk penelitian

berikutnya supaya lebih baik.


6

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat kepada

masyarakat berupa pengetahuan, sikap dan tindakan dalam

peningkatan perilaku

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan adalah Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.G

Dengan HIV/AIDS di Ruang Paru Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura”

1. Metode wawancara yang dilakukan dalam Karya Tulis ini, yaitu :

melakukan tanya jawab secara langsung kepada yang berkaitan

dengan kesehatan, proses keperawatan Pasien.

2. Observasi

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan Pasien unutk

memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan Pasien

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik Pasien untuk

memperoleh data subyektif dan obyektif dari riwayat kesehatan

Pasien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan 4 cara (IPPA) yaitu

Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi :

a. Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematik dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran,


7

dan penciuman. Inspeksi dilakukan saat berinteraksi dengan

Pasien dan dilanjutkan pemeriksaan lebih lanjut. Cahaya yang

adekuat diperlukan untuk membedakan warna, bentuk dan

kebersihan tubuh. Fokus pada bagian tubuh yang meliputi, ukuran

tubuh, warna, bentuk, posisi dan simetris.

b. Palpasi

Palpasi adalah teknik yang menggunakan indera peraba terhadap

bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan dengan

menggunakan tangan dan jari-jari adalah organ yang sensitif dan

digunakan mengumpulkan data tentang ; temperatur, turgor,

bentuk, kelembapan dan vibrasi serta ukuran.

c. Perkusi

Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk

membandingkan kiri dan kanan pada setiap permukaan tubuh

dengan tujuan menghasilkan suara.

d. Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui

pendengaran. Biasanya menggunaka alat yang disebut dengan

stetoskop.

4. Studi literatur

Studi literatur/kepustakaan yang melandasi teori-teori dan

perbandingan antara teori dan kasus di lapangan.


8

Anda mungkin juga menyukai