Anda di halaman 1dari 9

Nama : Febriana Rahayuning Pangastuti (2120303053)

Michael Gary Krisna Wijaya (2120303063)

Kelas: Pendidikan IPA 2

PAPER

Paradigma Pengembangan Kurikulum Sekolah

A. Pengertian Paradigma
Denzin dan Lincoln (19944:105) mendefinisikan paradigma yaitu sebagai”
Basic belief system or worlview that guides the investigator, not only in choices of
method but in ontologicall and epistemologically fundamental ways.” Pengertian
tersebut berarti paradigma adalah sistem keyakinan dasar atau cara memandang dunia
yang membimbing peneliti tidak hanya dalam memilih metode tetapi juga cara-cara
fundamental yang bersifat onyologis dan epistomologis. Denzin dan Lincoln
(1994:107) Paradigma merupakan sistem keyakinan dasar berdasarkan asumsi
ontologis, epistomologis dan metodologi. Lincoln (1994:107) suatu paradigma dapat
dipandang sebagai seperangkat kepercayaan dasar (atau yang berada dibalik fisik yaitu
metafisik) yang bersifat poko atau prinsip utama. Suatu paradigma dapat diciri-cirikan
oleh respon terhadap tiga pertanyaan mendasar yaitu pertanyaan ontology,
epistomologi, dan metodologi.

B. Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan
dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan (Himalik, 2003: 16).
Menurut Nasution (1999: 5) kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atupun
diluar seklah termasuk kurikulum. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Semua kegiatan yang memberikan
pengalaman belajar atau pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.

C. Perubahan Kurikulum di Indonesia


Pada tahun 1947 terbentuk sebuah kurikulum yang dinamakan Rencana
Pembelajaran 1947. Pada saat itu kurikulum yang digunakan merupakan penerusan dari
kurikulum yang telah digunakan oleh Belanda. Ciri utama kurikulum ini adalah lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Ciri-ciri kurikulum ini adalah
sebagai berikut:
a) Rencana Pelajaran 1947 mengurangi Pendidikan pikiran dalam ati kognitif, namun
yang diutamakan Pendidikan watak atau perilaku (value, attitude)
b) Pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional, dan jasmani.
Kelebihan kurikulum 1947 adalah lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Sedangkan
kekurangannya yaitu kurikulum pendidikan Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial belanda dan jepang.
Kemudian pada tahun 1952 kurikulum mengalami penyempurnaan dan berubah
Namanya menjadi Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah
pada suatu sistem pendidikan Indonesia. Seperti setiap pelajaran dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri dari kurikulum ini adalah setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kelebihannya adalah kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Sedangkan kelemahannya masih kurangnya tenaga pengajar dan tidak di
dukung dengan fasilitas yang memadai.
Menjelang tahun 1964 kurikulum mengalami penyempurnaan kembali dengan
diberi nama Rencana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana,
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmani. Ciri-ciri kurikulum ini menitik beratkan pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal
dengan istilah Pancawardhana. Kekurangan yang dimiliki ialah masih sentralistik
(sistem masih diatur oleh pusat/pemerintah) jadi tiap satuan pendidikan tidak dapat
mengatur sistem pendidikannya secara mandiri. Sedangkan kelebihannya ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama.
Pembaruhan kembali terjadi pada tahun 1968, yaitu perubahan struktur
pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar
dan kecakapan khusus. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati,
kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni. Ciri-ciri dari kurikulum
ini yaitu perubahan struktur kurikulum Pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kelebihan
kurikulum ini merupakan bertujuan pada pembentukan manusia pancasila sejati.
Kelemahan yang dimiliki yaitu muatan materi masing-masing mata pelajaran masih
bersifat teoritis dan belum terikat erat dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar
Pergantian kurikulum kembali lagi terjadi pada tahun 1975 dengan menekankan
pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode materi dirinci pada
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi (PPSI). Menurut Mudjito (dalam Dwitagma:
2008) zaman ini dikenal dengan istilah satuan pelajaran. Menurut Mudjito, Direktur
Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir
karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by objective).
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan. Ciri-ciri kurikulum ini adalah menganut pendekatan integrative
dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada
tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif. Kelebihannya menekankan pada
pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan waktu. Kelemahannya
guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran
Tahun 1984 kurikulum mengusung proses skill approach, kurikulum ini juga
disebut sebagai penyempurnaan dari kurikulum 1975. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Ciri-ciri kurikulum
ini adalah pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif (CBSA). Kelebihan kurikulum ini yaitu pendekatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental,
intelektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar
secara maksimal. Sedangkan kelemahannya banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa
berdiskusi dan di sana sini ada tempelan gambar.
Penyempurnaan kurikulum 1984 terjadi pada tahun 1994 dan dilaksanakan
sesuai dengan Undang-Undang No 2 tahun 1989 tentang Istem Pendidikan Nasional.
Hal tersebut berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran yaitu dengan
mengubah sistem semester ke sistem caturwulan yang diharapkan bisa memberi
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran yang cukup banyak.
Ciri-ciri yang terdapat pada kurikulum tahun 1994 adalah sebagai berikut:
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
2. Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
3. Bersifat populis, yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa
diseluruh Indonesia.

Dalam pelaksanaan kegiatan hendaknya siswa dilibatkan secara aktif dalam belajar
baik secara mental, fisik, dan sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
jawaban konvergen, divergen dan penyelidikan. Selain itu penyesuaian bahan ajar
dengan perkembangan berpikir juga perlu diserasikan. Pengulangan materi yang
dianggap suit dilakukan untuk pemantapan pemahaman. Kecenderungan terhadap
materi menyebabkan kurikulum 1994 mengalami berbagai masalah diantaranya:

1. Beban belajar siswa terlalu berat.


2. Materi pembelajaran dianggap terlalu sukar.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penyempurnaan dengan upaya


diberlakukannya suplemen kurikulum 1994. Hal tersebut dilaksanakan dengan
mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, diantaranya:

1. Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan


kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan
kebutuhan masyarakat.
2. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat
antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan
lingkungan serta sarana pendukungnya.
3. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi
materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mempertimbangkan berbagai aspek
terkait, seperti tujuan materi pembelajaran, evaluasi, dan sarana-prasarana termasuk
buku pelajran.
5. Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam
mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana
pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
6. Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan
bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka
panjang.

Pada masa ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum berbasis
Kompetensi (KBK) yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegitaan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap dna minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,
ketepatan dan keberhasilan dnegan penuh tanggung jawab. Penilaian menekankan pada
proses dan hasil belajar. Karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah sebagai
berikut:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun


klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.

Penyempurnaan KBK dinamakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).


Hal ini merupakan bentuk pelaksanaan dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan yang dijabarkan dalam beberapa peraturan, salah satunya ialah, Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Standar
tersebut adalah standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik, dan standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.

KTSP merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005, tetapi


esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya
paket-paket kompetensi, yaitu sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh kurikulum
KTSP. Perbedaan mendasar KBK 2004 dengan KTSP 2006, yaitu bahwa sekolah diberi
kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada
standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan
kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabusnya. Ciri-
ciri kurikulum 2006 adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.
Selain itu kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum yang
memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang
puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing-masing pengampu mata pelajaran yaitu
guru. Kelebihan KTSP yaitu mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak
manajemen sekolah semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan
program-program pendidikan. Sedangkan kelemahan KTSP ialah kurangnya SDM
yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang
ada. Selain itu juga kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.

Kemudian kurikulum 2006 mengalami penyempurnaan dan diganti dengan


kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek
pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Kurikulum 2013
memiliki ciri keunikan dalam konstruksi pembelajaran dengan pendekatan saintifik
yang didalamnya memiliki sifat integratif-tematik. Ciri-ciri kurikulum 2013 adalah

1. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk
suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk
SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah
berimbang antara sikap dan kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

Karakteristik utama pada kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:


1. Menggunakan keseluruhan sumber belajar.
2. Pengalaman lapangan.
3. Strategi individual personal.
4. Kemudahan belajar.
5. Belajar tuntas.

Kelebihan kurikulum 2013 yaitu menggunakan pendekatan yang bersifat karena


berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan
berbagai kompetensi sesuai dengan potensi masing-masing. Kelemahan kurikulum
2013 adalah pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang
sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses
pengembangan kurikulum 2013.

D. Paradigma Kurikulum Indonesia


Dari setiap perubahan kurikulum di Indonesia menunjukkan bahwa perubahan
tersebut adalah penyempurnaan atau perbaikan daru kurikulum-kurikulum yang sudah
ada sebelumnya. Tetapi perbaikan tersebut tidak disertai dengan kemajuan kompetensi
siswa yang dimiliki. Hal ini terbukti dari posisi negara Indonesia dalam peringkat
kemajuan pendidikan dengan orang lain. Berdasarkan laporan badan PBB untuk bidang
pendidikan, UNESCO, yang dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan peringkat
Indonesia dalam bidang pendidikan turun dari 58 menjadi 62 diantara 130 negara di
dunia. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia belum bisa menyeimbangkan antara
pengembangan kurikulum dengan pengambangan berpikir peserta didik. Walaupun
telah terjadi perubahan selama tujuh kali dari tahun 1947, 1952, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, 2006 dan 2013.
Guru besar universitas Negeri Padang, Pro. Aleks Maryunus, mengungkapkan
bahwa negara Indonesia hanya berfokus pada urusan dan perbaikan dokumen tertulis
atau perubahan konsep tertulisnya saja seperti buku-buku pelajaran dan selabus.
Perubahan ini tanpa adanya kemauan untuk memperbaiki proses pelaksanaannya di
tingkat sekolah. Sedangkan proses dan hasilnya tidak pernah mampu dijawab oleh
kurikulum pendidikan Indonesia. Jika diamati dari perubahan-perubahan kurikulum
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pergantian pada kurikulum tersebut, yaitu:
1. Menyesuaikan dengan perkembangan zaman, terlihat dari pelaksanaannya yang
awalnya meneruskan kurikulum dari Belanda kemudian disesuaikan atau difokuskan
pada mata pelajaran dikehidupan sehari-hari.
2. Kepentingan politis semata, terlihat dari perubahan antara tahun 2004 dengan tahun
2006 yang tidak terpaut lama dan begitu cepat memutuskan untuk melakukan
penyempurnaan. Padahal untuk mengetahui kualitas suatu kurikulum tidak dalam
waktu yang cepat. Bagus (2008) mengungkapkan hal yang sama terjadi pada
kurikulum 1968 yang hanya bersifat politis, yaitu mengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Hamalik (2003: 19) menyebutkan bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
1. Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan
merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
3. Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
4. Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM.
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem niai
dan kemanusiaan serta budaya bangsa.

Menurut S. Nasution menyebutkan bahwa perubahan kurikulum mengikuti dua


prosedur yaitu administrative approach dan grass roots approach. Admistrative
approach merupakan suatu perubahan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk
kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi
from the top down atas inisiatif para administrator. Roots grass approach adalah dimulai
dari akar, from bottom up yaitu guru atau sekolah secara individual dengan harapan
agar meluas ke sekolah-sekolah lain.

Kurikulum KTSP 2006 memberikan otonomi kepada sekolah untuk


menyelenggarakan pendidikan yang puncak tugas itu akan dipegang oleh masing-
masing pengampu bidnag studi. sehingga menurut Okvina (2009) guru disini benar-
benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang menuntut kretivitas seorang
guru. Selanjutnya kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang memfokuskan pada
pengembangan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini tentunya baik untuk
peserta didik. Namun, pada kurikulum ini guru tidak dilibatkan langsung, sehingga
peserta didik harus aktif dan ini juga dapat menjadi hambatan bagi peserta didik karena
peserta didik tetap perlu bimbingan dan ajaran dari guru. Maka dari itu perlu adanya
tindakan yang cepat dari pemerintah. Jika memang diperlukan bisa dilakukan
pembenahan ataupun perombakan jika kurikulum sudah tidak sesuai dengan
perkembangan berpikir peserta didik. agar pengembangan kurikulum dapat mencapai
keseimbangan.

Anda mungkin juga menyukai