Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS IMPLIKATUR DALAM FILM “ SAMPAI MENJADI DEBU”

ARTIKEL

Oleh :
SILVIYANTI
20381072094

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2022

1
IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM FILM “SAMPAI JADI DEBU”

A. Pendahuluan

Manusia tidak lepas akan bisa lepas dari bahasa dan komunikasi. Melalui
komunikasi, seseorang dapat berhubungan dengan individu lain atau denga
kelompok individu, beserta lingkungannya. Di dalam komunikasi yang sesungguhnya,
penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua
memiliki semacam latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dibicarakan itu.
Diantara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan tidak tertulis
bahwa apa yang sedang dituturkan itu saling di menegrti, jadi, tanpa disadari penutur
dan mitra tutur akan saling menangkap maksud yang disampaikan.
Yule mengemukakan teorinya mengenai pragmatic, yaitu, pragmatic merupakan
studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar.
Berbeda dengan Levinson dan Parker, dalam bukunya Yule menyebutkan batasan
mengenai ilmu pragmatic. Batasan-batasan tersebut, diantaranya pragmatic adalah
studi tentang maksud penutur, studi tentang makna kontekstual, studi tentang
bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan dari pada yang dituturkan, studi
tentang ungkapan dari jarak hubungan1.
Impilikatur merupakan salah satu kajian dari pragmatic, Grice mengartikan
implikatur adalah implikasi makna yang tersirat dalam sebuah tuturan yang diikuti
konteks, dan maknya terselubung dari apa yang dituturkan 2. Dengan demikian,
implikatur sebagai salah satu kajian pragmatic yang memiliki suatu konsep yang
menerangkan apa yang di ucapkan berbeda dengan apa yang dimaksud oleh suatu
pembicara. Ada makna lain dibalik sebuah tuturan itu. Untuk memahami dan
menetukan apakah sebuah tuturan bersifat implikatur atau tidak, tentu membutuhkan
pemahaman yang menyeluruh.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan implikatur yaitu :
1. Implikatur bukan merupakan bagian dari tuturan
2. Implikatur bukan akibat logis tuturan

1
Nurrina Arifiany, DKK, “Pemaknaan Tindak Tutur Direktif dalam Komik “Yowamushi Pedal Chapter 87-93”
Japanes Literature 2.1 (2016), 5.
2
Iswah Adriana, Pragmatik (Surabaya: Pena Salsabila, 2018), 45.

2
3. Sebuah tuturan memungkinkan memiliki lebih dari satu implikatur dan itu
bergantung pada konteksnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana bentuk tuturan yang mengandung implikatur dalam percakapan dalam


film berjudul “Sampai jadi debu”?
2. Bagaimana makna tuturan yang mengandung implikatur percakapan dalam film
“Sampai jadi debu”?

C. Hasil penelitian dan pembahasan

Dalam penelitian ini peneliti akan membahas mengenai implikatur percakapan dan
maknanya dalam film “ Sampai jadi debu”, sebagai berikut :
Data 1
Laras : Aku ngeliat dari kacamata aku, ini soal kelaziman, gak ada temen-temen aku
yang ngabain pesan aku, Cuma kamu doang yang kelakuannya kayak gitu
Damar : laras, kalau aku lagi marah, aku butuh sendiri, aku butuh ngejernihin pikiran
ku.
Konteks percakapan diatas termasuk implikatir untuk menegaskan sekaligus
implikatur meminta. Damar menegaskan kepada laras bahwa dia tidak membalas
pesan nya bukan karena hal lain, tetapi lebih tepatnya tidak ingin terbawa amarah
sehingga memilih diam. Damar juga meminta agar laras berhenti marah dan tidak
berpikir macam-macam.

Data 2
Ibu : mar, hujan loh, jemput bapak, bawa payung !, ayo!
Dammar (terdiam)

Konteks yang dituturkan oleh si ibu menyuruh kepada anaknya, si dammar untuk
menjemput bapak nya dikarenakan diluar rumah hujan deras.
Pada tuturan diatas penutur menggunakan tuturan bermodus deklaratif untuk
memerintah mitra tutur untuk segera menjemput bapak nya.

3
Data 3
Mbak Ruri : Kamu lama di Solo Mar?
Dammar : Aku eso’wes balik mbak

Pada dialog diatas, Mbak Ruri bertanya berapa lama Dammar di Solo, kemudian
Dammar menjawab bahwa besok dia sudah pergi.
Konteks diatas dapat disimpulkan bahwa implikatur konvensional dari tuturan yang
dikemukakan oleh Mbak Ruri tidak membutuhkan konteks husus agar bisa ditarik
kesimpulan. Adanya tuturan yang disampaikan oleh Mbak Ruri diperoleh husus dari
makna kata.

Data 4
Mbak Ruri : Kamu itu loh, udah lebaran setahun sekali, masak sebentar pulangnya,
gak kangen bapak ibu?
Dammar : Ya kangen mbak,
Mbak Ruri : Kamu itu loh, kerja mulu, kerja mulu, tapi gak ada hasilnya,, gak punya
rumah, gak nikah-nikah

Dari konteks tuturan diatas merupakan wujud implikatur Non-Konvensional. Makna


dari tuturan Mbak Ruri tidak secara jelas bilang bahwa hasil kerja adiknya dammar
selama ini tidak membuahkan hasil yang manis, artinya hanya sekedar bekerja saja
tapi tidak membuahkan hasil, seperti tetap tidak punya rumah sendiri dan telat
menikah. Hal ini menunjukkan bahwa percakapan Mbak Ruri juga termasuk sindiran.

Data 5

Nining : yo wes, hati-hati ya


Lukman : iya

Wujud implikatur konvensional dalam percakapan diatas yang dituturkan oleh Nining
mengungkapkan makna yang secara umum sudah diketahui dan dimengerti oleh
kebanyakan orang. “Hati-hati”, mengandung makna kata waspada untuk mencegah

4
kesalahan atau kecelakaan yang dapat terjadi. Hal tersebut tidak butuh penafsiran dari
mitra tutur, sehingga mitra tutur bisa membalasnya.

Data 6

Ibu : Damar itu baru lepas sapi empat tahun, kalau kakak-kakaknya lepas sapi Cuma
setahun.
Mbak Ruri : seharusnya kalau kek gitu kan yang paling pinter, ini malah paling keras
kepala.
Laras : Dari kecil ya mbak? Pantas!

Dari percakapan diatas, termasuk kedalam bagian implikatur konvenional. Mbak Ruri
menjelaskan bahwasanya anak yang lepas sapi paling lama termasuk anak yang pintar
diantara saudara-saudaranya, kemudian laras menjawab dengan kata “pantas”, itu
artinya laras sudah paham betul karakteristik dammar,tanpa perlu dijelaskan.

Data 7

Ibu: Kamu orang mana toh?


Laras : Jawa
Ibu : Nama mu cantik, ya kan? Wong jowo
Laras : Iya buk

Konteks yang dituturkan oleh ibu termasuk Implikatur untuk memuji. Ibu sudah
paham bahwa nama yang cantik biasanya keturunan jawa, kemudian laras
membernarkan ungkapan si ibu, karena memang dirinya asli jawa. Ibu juga
mengungkapkan bahwasanya orang jawa lebih dikenal dengan kebaikan nya, dan
orang tua Laras menitipkan nilai-nilai jawa dalam hidupnya. Pada tuturan di atas,
penutur menyampaikan tuturan ekspresif memuji .

Data 8

Ibu : istri itu si Garwo, sigaraning nyowo, belahan jiwa, seiring sejalan

5
Wacana diatas termasuk wujud implikatur Non-Konvensional, ada makna tersirat di
dalamnya, yaitu kata Garwo, sebutan kehormatan bagi seorang istri 3. Dibalik sebutan
itu terkandung makna bahwa istri adalah “Sigaraning nyawa” atau “belajan jiwa” bagi
suami. Sungguh pemaknaan yang sangat filosofis dan mendalam terhadap ikatan
pernikahan antara dua anak manusia.

Data 9

Ibu : Sekarang kamu temani ibu ke makam, boleh?


Laras : Ke makam?
Ibu : Ibu mau kenalkan kamu sama bapak.

Konteks yang dituturkan ketika ibu mengajak Laras untuk menemaninya ke


pemakanan, sementara Laras memastikan bahwa ajakannya itu tidak salah.
Kutipan di atas menggunakan tuturan meminta dengan tujuan agar mitra tutur dapat
betindak sesuai dengan maksud yang terimplikasi dalam tuturan. Apabila
diperhatikan, tuturan meminta yang digunakan ibu tersebut adalah bermodus optatif,
yaitu modus yang menunjukkan harapan dan keinginan.

Data 10

Ibu : Besok banyak tamu


Dammar : Emang tamunya sopo bu?
Ibu : Ndak tahu

Tuturan diatas wujud dari implikatur Non-Konvensional. Dimana ibu bilang keoada
Damar, anaknya bahwa besok aka nada banyak tamu. Namun percakapan ibu tidak
dimgerti oleh lawan tutur, bisa saja tamu yang penutur katakan adalah tamu biasa,
namun bisa juga mengandung artian, banyak tamu akan terjadi sesuatu di hari esok,
sehingga mitra tutur perlu memberikan tegasan maksud dari apa yang dibicarakan.

Data 11

3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 1990, 257.

6
Nining : Mbak Datih gak ikut toh ?
Lukman : Ndak, dia sibuk, bisnis online nya makin jadi

Pelanggaran maksium kuantitas terdapat dari tuturan Lukman, lukman memberikan


informasi lebih dari jawaban yang dibutuhkan pertanyaan. Dalam kutipan tersebut
Lukman menyertakan penjelasan berupa alasan. Dari pelanggaran kuantitas ini dapat
menimbulkan adanya implikatur percakapan, diantaranya, Lukman menginginkan
Nining tahu bahwa pekerjaan istri Lukman semakin sukses.

7
D. Kesimpulan

1. Dalam kehidupan bermasyarakat, wujud bahasa yang baik dan sopan merupakan
pemersatu dari perbedaan kalangan. Penggunaan bahasa perlu disesuaikan antara
penutur dengan lawan tutur, antara orang tua dan anak serta para remaja dan
temannya. Terdapat banyak perbedaan bahasa dalam komunikasinya.
Pragmatic mempelajari maksud ujaran, yaitu untuk apa ujaran tu dilakukan.
Pragmatic mempersoalkan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak
tutur dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, dimana, kapan,
dan bagaimana.
Adapun jenis-jenis implikatur yaitu terbagi menjadi dua bagian, 1) Implikatur
konvensional, 2) Implikatur Non-Konvensional atau percakapan. Implikatur
percakapan juga terbagi menjadi menjadi sebelas macam: implikatur untuk
meminta, implikatur untuk melarang, implikatur untuk menegaskan, implikatur
untuk mengemukakan pendapat, implikatur untuk mengeluh, implikatur untuk
melaporkan, implikatur untuk berterima kasih, implikatur untuk mengucapkan
selamat, implikatur untuk memuji, implikatur untuk permontaan maaf.

2. Penggunaa bahasa dalam film “Sampai jadi debu” mengandug implikatur


konvensional dan Non-Konvensional. Implikatur konvensional adalah implikatur
yang diperoleh langsung dari makna kata, bukan dari prinsip percakapan, seperti
pada data no 6 menunjukan bahwa kata “Pantas” yang laras ucapkan menandakan
dirinya sudah faham terhadap sikap pacarnya, meskipun kedua kakaknya tidak
menjelaskan. Terdapat data dari no 5 yang juga memberikan contoh mengenai
implikatur konvensional, yaitu ketika Nining mengucapkan kata “Hati-hati”, kata
tersebut tidak butuh pemaknaan yang detail, karena lawan tutur sudah faham apa
maksud dari kata tersebut.
Selain konvensional, ada beberapa contoh yang menunjukkan non-konvensiona,
diantaranya dalam data nomor 10, ketika Ibu bilang kepada Damar bahwa besok
aka nada banyak tamu, tuturan tersebut masuk kedalam bagian implikatur non-
konvensional dikarenakan lawan tutur tidak mengerti dengan maksud si ibu.
Adapun maksud dari implikatur Non-Konvensional ialah implikasi pragmatic
yang tersirat di dalam suatu percakapan. Di dalam komunikasi, tuturan selalu
menjaikan suatu fungsi pragmatic dan di dalam tuturan percakapan otulah

8
terimplikasi suatu maksud atau tersirat fungsi pragmatic lain yang dinamakan
implikatur percakapan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nurrina Arifiany, DKK, “Pemaknaan Tindak Tutur Direktif dalam Komik “Yowamushi
Pedal Chapter 87-93” Japanes Literature 2.1 (2016).
Iswah Adriana, Pragmatik (Surabaya: Pena Salsabila, 2018).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 1990.
Suryani “ Pragmatik” (Jateng: Lekeisha,2019)
Rustono. “Pokok-pokok Pragmatik” (Semarang: CV.IKIP Semarang Press, 1999)

10

Anda mungkin juga menyukai