Anda di halaman 1dari 29

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa : Mohammad Iksan, S.Si
Asal Institusi : SMA Islam De Green Camp
Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-penyebab masalah yang telah diidentifikasi
sebelumnya. Gunakan petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:

1. Kajian Literatur
 Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
 Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik masalah.
 Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
 Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki
pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
 Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab masalah tersebut.
 Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
 Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman dalam masalah yang
diidentifikasi.
 Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih
mendalam tentang penyebab masalah.
 Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk
mengatasi masalah tersebut.
 Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda menganalisis penyebab
masalah secara lebih mendalam.

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan data yang terkumpul
sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah
selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi

1. Penanganan siswa bermasalah Kajian Literatur Setelah melakukan kajian literatur dan
dan berkebutuhan khusus : wawancara, dapat dianalisis penyebab
1.1 Guru terkendala dalam 1.1.1 Ratnawati Susanto, (2019), PKM Anak masalah sebagai berikut :
mengakomodir pembelajaran Berkebutuhan Khusus di SMPN 191 Jakarta, 1. Sekolah belum menyusun penyesuaian
bagi peserta didik International Journal of Community Service perangkat kurikulum bagi PDBK setiap
berkebutuhan khusus Learning, Vol. 3, No. 3, Tahun 2019, hal. 145-151. jenjangnya yang bisa menjadi acuan
(PDBK) dengan kriteria Dalam penyelenggaraan sekolah Inklusi di SMPN 191 bagi guru dalam menyusun perangkat
tunagrahita dan slow learner. Jakarta memiliki pemasalahan kompleks dalam pembelajaran.
pendampingan siswa reguler (95%) dan PDBK (5%). 2. Guru Pembimbing Khusus (GPK)
Permasalahan perilaku belajar dan ketidaktuntasan belum optimal dalam menjalankan
penanganan, perbedaan cara penanganan perilaku perannya karena Program Pembelajaran
orang tua dalam mendidik, penurunan prestasi belajar, Individual (PPI) PDBK belum
kemandirian, kesehatan, sosial emosional PDBK, dirancang dengan lengkap untuk semua
spiritualitas guru yang tidak stabil dalam jenjang dan kategori PDBK.
pendampingan PDBK, kurangnya pengetahuan dan 3. Guru-guru belum memahami
kemampuan dalam penanganan PDBK, keterbatasan penanganan PDBK saat mengikuti
sarana prasana penunjang PDBK. kegiatan pembelajaran di kelas regular
https://www.researchgate.net/publication/335597538_ dan penyesuaian yang perlu dilakukan
PKM_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS_DI_S dari segi metode dan LKPD.
MPN_191_JAKARTA/link/5d91f71c92851c33e948ee 4. Belum adanya pelatihan khusus untuk
e5/download semua guru dalam penanganan PDBK
1.1.2 Heni Yunilda dkk., (2020), Profil Pembelajaran saat mengikuti kelas regular yang
Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus diselenggarakan oleh sekolah.
Ragam Slow Learner di Kelas Inklusif SMP Garuda
Cendekia Jakarta, Journal of Medives : Journal of
Mathematics Education IKIP Veteran Semarang Vol.
4, No. 1, hal. 37-51. Profil pembelajaran matematika
anak berkebutuhan khusus ragam slow learner di kelas
inklusif, yaitu: (1) kurikulum yang digunakan siswa
slow learner disamakan dengan kurikulum reguler,
tetapi dilakukan adaptasi kurikulum berupa modifikasi,
(2) penggunaan model maupun metode pembelajaran di
kelas inklusif disamakan antara siswa slow learner
dengan siswa reguler tanpa penyusunan program
pendidikan individual, tetapi pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan karakteristik siswa slow
learner, dan (3) kegiatan evaluasi dilakukan melalui tes
tertulis yang disusun oleh guru mata pelajaran yang
kemudian dilakukan penyesuaian oleh guru
pembimbing khusus berdasarkan model modifikasi.
https://www.researchgate.net/publication/341720397_
Profil_Pembelajaran_Matematika_pada_Anak_Berkeb
utuhan_Khusus_Ragam_Slow_Learner_di_Kelas_Inkl
usif_SMP_Garuda_Cendekia_Jakarta
1.1.3 Nafia Wafiqni, Neli Rahmaniah, dan Asep Supena,
(2023), Strategi Pembelajaran untuk Anak
Berkesulitan Belajar di Sekolah Inklusif, Jurnal
Keilmuan dan Kependidikan Dasar, Vol. 15, No. 01,
hal. 95 – 112, Strategi pembelajaran yang dilakukan
guru dalam mengatasi siswa learning pendekatan
kurikulum adaptif, layanan khusus dengan metode
pembelajaran (auditory visual, pengulangan materi
kelas regular, tanya jawab, dan remedial), penurunan
tingkat kesulitan soal dan materi serta kriteria
ketuntasan minimal, dan pemilihan media
pembelajaran khusus untuk siswa learning disability
seperti kartu kata, balok angka dan huruf, miniatur
buah-buahan atau hewan, dan lainnya.
https://www.researchgate.net/publication/372413677_
STRATEGI_PEMBELAJARAN_UNTUK_ANAK_B
ERKESULITAN_BELAJAR_DI_SEKOLAH_INKL
USIF
1.1.4 Tania Natasha dan Widya Prasetyaningtyas, (2022),
Pelaksanaan Kurikulum Adaptif dalam Program
Evaluasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Inkusi, Jurnal Pendidikan Nasional, Vol. 2,
No. 1, hal. 52 – 64. Terdapat penyesuaian jumlah soal
dan waktu dalam evaluasi. soal yang sulit dianggap
tidak fungsional untuk anak berkebutuhan khusus
sehingga dihilangkan. penilaian menggunakan
observasi seperti keterampilan dan sikap serta
praktikum dilakukan secara terpisah. Learning Support
bekerja sama dengan guru reguler dalam penyusunan
soal untuk anak berkebutuhan khusus. Terdapat kode
yang melambangkan soal-soal untuk siswa akomodasi
dan modifikasi. Evaluasi di SMA Garuda Cendekia
dilaksanakan menggunakan kurikulum adaptif melalui
kedua programnya yaitu Akomodasi dan Modifikasi.
https://www.researchgate.net/publication/364456710_
PELAKSANAAN_KURIKULUM_ADAPTIF_DALA
M_PROGRAM_EVALUASI_UNTUK_ANAK_BER
KEBUTUHAN_KHUSUS_DI_SEKOLAH_INKLUSI

Wawancara Kepala SMP Islam De Green Camp : Fajriah


Laili, S.Si. Gr. (27/10/2023)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah,


penyebab masalah tersebut diantaranya :

1. Belum tersedianya kurikulum KOSP modifikasi yang


mengacu pada pembelajaran inklusi, dengan hambatan
intelektual seperti slow learner dan tunagrahita.
2. Program Pembelajaran Individual (PPI) PDBK dengan
Guru Pembimbing Khusus (GPK) belum optimal untuk
semua kelas.
3. Tidak semua guru bisa melakukan modifikasi pada metode
pembelajaran maupun LKPD untuk PDBK saat
melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2. Membangun relasi dengan Kajian Literatur Setelah melakukan kajian literatur dan
siswa : wawancara, dapat dianalisis penyebab
2.1 Relasi yang terbangun antara 2.1.1 Mamang Efendy dkk, (2021), Motivasi Berprestasi masalah sebagai berikut :
guru dengan peserta didik Siswa Di Sekolah, Bagaimana Peran Relasi Guru 1. Mindset membangun kedekatan antara
terlalu akrab sehingga peserta Dan Siswa?, Jurnal Psikologi Konseling. Vol. 19 No. guru dengan peserta didik tidak
didik bisa memberikan 2, hal. 1047 – 1056. Terdapat pengaruh positif dan selamanya memberikan dampak positif.
penawaran kepada guru untuk signifikan antara relasi guru dan siswa dengan motivasi Hal ini yang perlu dipahami oleh guru
penundaan pengumpulan berprestasi siswa di SMP Negeri 1 Pamekasan. Guru di sehingga guru bisa memberikan
penugasan. sekolah memiliki peran penting dalam membantu penegasan terhadap bentuk pelanggaran
meningkatkan motivasi berprestasi siswa, penelitian ini yang dilakukan oleh peserta didik.
menegaskan bahwa hubungan yang positif, harmonis
dan hangat antara guru dan siswa terbukti menjadi 2. Peserta didik juga perlu diberikan
prediktor penting guna meningkatkan motivasi pemahaman terkait batasan yang harus
berprestasi siswa di sekolah. Siswa yang merasa dilakukan saat berinteraksi dengan guru.
dihargai dan dihormati oleh guru melaporkan motivasi Terdapat kebijakan yang diambil oleh
berprestasi adaptif. Laporan motivasi berprestasi guru dan harus diikuti oleh peserta didik
adaptif ini terkait dengan kualitas hubungan yang baik tanpa terkecuali.
yang menghargai akademisi, sebaliknya kualitas
hubungan yang buruk dengan guru dilaporkan
menjadikan siswa resisten terhadap norma sekolah
terkait dengan laporan motivasi berprestasi
maladaptive.
https://www.researchgate.net/publication/357626816_
MOTIVASI_BERPRESTASI_SISWA_DI_SEKOLA
H_BAGAIMANA_PERAN_RELASI_GURU_DAN_
SISWA
2.1.2 Kurotul Aini dan Heni Pujiastuti, (2020), Hubungan
antara Keterampilan Guru dalam Memberikan
Penguatan dengan Prestasi Belajar Siswa pada
Pembelajaran Matematika, Juring (Journal for
Research in Mathematics Learning), Vol. 3, No. 3,
September 2020, 259 – 266. Kegiatan memberikan
penguatan dalam proses pembelajaran jarang sekali
dilakukan oleh guru. Padahal sekecil apapun usaha
siswa perlu dihargai. Oleh karena itu guru harus selalu
membereikan penguatan kepada siswa. Hal tersebut
dilakukan salah satunya untuk meningkatkan semangat
belajar siswa penguatan akan menimbulkan sikap yang
positif bagi siswa serta meningkatkan pertisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran, dengan memberikan
penghargaan atau penguatan kepada siswa, maka siswa
akan merasa bahwa dirinya selalu diperhatikan oleh
gurunya.
https://www.researchgate.net/publication/366438255_
Hubungan_antara_Keterampilan_Guru_dalam_Memb
erikan_Penguatan_dengan_Prestasi_Belajar_Siswa_pa
da_Pembelajaran_Matematika
2.1.3 Arifah Fattatin Nur Adrika, (2018), Kualitas Relasi
Guru – Siswa SMA, Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dimensi
yang membangun relasi guru-siswa adalah kedekatan,
konflik, dan ketergantungan. Kedekatan mengacu
kepada pengaruh positif, kehangatan, komunikasi
terbuka, dan kenyamanan. Konflik, mengacu kepada
relasi kurang baik dan perselisihan. Ketergantungan,
melibatkan keterikatan dan kecenderungan
mengandalkan guru.
https://eprints.ums.ac.id/68717/10/NASKAH%20PUB
LIKASI%20ARIFAH.pdf

Wawancara Kepala SMP Islam De Green Camp : Fajriah


Laili, S.Si. Gr. (27/10/2023)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah,


penyebab masalah tersebut diantaranya :

1. Kedekatan dengan peserta didik yang terbangun antara


guru dan peserta didik belum disertai dengan ketegasan
oleh guru sehingga peserta didik bisa melakukan
penawaran terhadap keputusan yang diambil oleh guru
termasuk pengumpulan penugasan.
2. Sekolah termasuk Sekolah Ramah Anak yang telah
ditetapkan berdasarkan SK wali kota sehingga guru-guru
berupaya untuk tidak terkesan memarahi peserta didik
ketika melakukan pelanggaran namun dialihkan dengan
memberikan sanksi poin yang dirasa belum memberikan
efek jera bagi peserta didik untuk tidak mengulangi hal
serupa.

3. Melakukan disiplin positif : Kajian Literatur : Setelah melakukan kajian literatur dan
3.1 Guru seringkali terlambat wawancara, dapat dianalisis penyebab
masuk ke kelas sesuai dengan 3.1.1 Nastiti Amalda, Lantip Diat Prasojo, (2018), masalah sebagai berikut :
jadwal yang telah ditetapkan, Pengaruh Motivasi Kerja Guru, Disiplin Kerja 1. Meskipun terdapat perturan yang
bahkan peserta didik yang Guru, Dan Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi menyebutkan batas waktu kehadiran guru
mencari guru yang akan Belajar Siswa, Jurnal Akuntabilitas Manajemen di kelas, namun dalam penerapannya
mengajar ke ruang guru. Pendidikan, Vol. 6, No 1, hal. 11 – 21. Disiplin kerja tidak optimal karena tidak ada kontroling
guru dikatakan penting karena jika disiplin kerja guru yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
dalam sekolah baik maka tujuan dari sekolah akan 2. Guru – guru belum menyadari esensi dari
mencapai hasil yang optimal. Dengan adanya disiplin kedisiplinan dengan hadir tepat waktu di
kerja yang tinggi pada seorang guru akan kelas, baik dari aspek ketercapaian tujuan
menimbulkan dan mendorong timbulnya semangat pembelajaran maupun keteladanan bagi
kerja untuk mencerdaskan siswa. peserta didik. Ketika guru terlambat hadir
https://www.researchgate.net/publication/325045321_ di kelas maka waktu yang digunakan
Pengaruh_motivasi_kerja_guru_disiplin_kerja_guru_d untuk melaksanakan kegiatan
an_kedisiplinan_siswa_terhadap_prestasi_belajar_sis pembelajaran akan berkurang. Jika tetap
wa dilaksanakan sesuai alokasi waktunya
3.1.2 Syarifah Aini, (2017), Pengaruh Kedisiplinan Guru maka akan berdampak pada guru yang
Terhadap Karakter Siswa dalam Belajar di akan mengajar pada jam berikutnya.
Madrasah Tsanawiyah Al-Washliyah Ismailiyah Begitu pula pada aspek keteladanan,
No. 82 Medan, Terdapat pengaruh yang positif dan dimana peserta didik bisa saja melakukan
signifikan antara kedisiplinan guru terhadap karakter hal serupa karena mencontoh dari guru.
siswa dalam belajar di Madrasah Tsanawiyah Al 3. Manajemen waktu guru dirasa kurang
Washliyah Ismailiyah No.82 Medan. Guru yang optimal, baik dalam merancang persiapan
disiplin dan patuh pada peraturan yang dibuat oleh dan pelaksanaan pembelajaran.
sekolah akan mempengaruhi karakter siswa dalam
belajar.
http://repository.uinsu.ac.id/2747/1/Skripsi%20SYARI
FAH%20AINI.pdf
3.1.3 Tajul Anam, 2019, Pengaruh Kedisiplinan Guru
terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa,
PEDIAMATIKA: Journal of Mathematical Science
and Mathematics Education, Vol. 01. No. 03.
Seorang guru adalah kreator dan motivator yang berada
di pusat proses pendidikan, akibat dari fungsi ini guru
senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih
baik dalam melayani siswa agar termotivasi dalam
pembelajarannya Karena itu siswa pun akan tepat
waktu datang dan masuk kelas serta bersemangat dalam
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh gurunya
sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
Dapatlah dikatakan bahwa kedisiplinan dari seorang
guru bisa mempengaruhi motivasi belajar matematika.
https://www.researchgate.net/publication/368416138_
PENGARUH_DISIPLIN_DAN_MOTIVASI_KERJA
_GURU_TERHADAP_KINERJA_GURU_SMP_SE-
KECAMATAN_KEDUNGWUNI_KABUPATEN_P
EKALONGAN
https://jurnal.syekhnurjati.ac.id/index.php/pmat/article
/viewFile/5859/2843 .
3.1.4 Ida Wijayanti, (2022), Pengaruh Disiplin Dan
Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru SMP
Se-Kecamatan Kedungwuni Kabupaten
Pekalongan, Jurnal Inovasi Manajemen dan
Supervisi Pendidikan, Vol. 2 No. 4, hal. 432 – 443.
Berdasarkan hasil uji dimensi yang paling rendah yaitu
dimensi taat terhadap aturan lainnya masih
menunjukkan kecenderungan disiplin namun kenyataan
masih ada beberapa guru SMP se Kecamatan
Kedungwuni Kabupaten Pekalongan yang
menunjukkan kurang disiplin terhadap aturan lainnya
seperti pernah meninggalkan tempat kerja sebelum
waktu pulang tanpa izin dari atasan. Ini menunjukkan
bahwa masih ada sebagian guru yang tidak mematuhi
aturan lainnya dalam menjalankan tugasnya
khususnya guru ASN telah melanggar disiplin ASN
sebagaimana yang tertuang pada PP 94 tahun 2021
tentang disiplin ASN.
https://www.researchgate.net/publication/331094226_
PENGARUH_MOTIVASI_KERJA_DAN_KEDISIP
LINAN_TERHADAP_KINERJA_GURU_SMP
Wawancara Kepala SMP Islam De Green Camp : Fajriah
Laili, S.Si. Gr. (27/10/2023)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah,


penyebab masalah tersebut diantaranya :

1. Guru-guru belum disiplin dalam mengikuti jadwal yang


telah ditetapkan, bukan hanya tepat waktu waktu dalam
memulai kegiatan pembelajaran namun juga mengakhiri
kegiatan pembelajaran supaya tidak berdampak pada guru
yang akan mengajar pada jam berikutnya.
2. Guru-guru masih didapati melakukan aktivitas lain seperti
menyiapkan lembar kerja yang akan digunakan sehingga
terlambat hadir ke kelas.
3. Kurangnya kesadaran dari guru untuk hadir dan memulai
kegiatan pembelajaran tepat waktu di kelas meskipun
tidak menyiapkan perangkat pembelajaran.

4. Metode pembelajaran : Kajian Literatur :


4.1 Metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru 4.1.1 Mega Ayu Sasmita dan Nurna Listya Purnamasari,
cenderung monoton. Guru (2018), Perbandingan Metode Pembelajaran
lebih mengandalkan metode Edutainment Dan Metode Pembelajaran
pembelajaran ceramah dan Konvensional Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata
minim melakukan praktikum Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi
pada pembelajaran IPA. (TIK) Di SMA Negeri 1 Kalidawir, JOEICT(Jurnal
of Education and Information Communication
Technology), Vol. 2, No. 1, hal. 27 – 34. Metode
pembelajaran konvensional yang lebih mendominasi
adalah metode ceramah yang merupakan metode
pembelajaran yang hingga saat ini masih digunakan
dalam proses pembelajaran, hanya saja metode
pembelajaran konvensional saat ini sudah mengalami
berbagai perubahan- perubahan karena tuntutan zaman.
Meskipun demikian tidak meninggalkan keaslianya.
Metode ini kurang menarik perhatian siswa dan
cenderung siswa merasa jenuh saat proses
pembelajaran. Dalam metode pembelajaran ini siswa
menjadi pasif dan hanya berfokus pada penjelasan guru.
https://core.ac.uk/download/pdf/328198613.pdf
4.1.2 Senlly F. Dasmasela dan Meike Paat, (2021),
Implementasi Metode Eksperimen Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Cahaya dan Sifat–Sifatnya di Kelas VIII SMP
Advent Tondano, SCIENING: Science Learning
Journal, Vol. 2 No. 1, hal. 42-46. Kurangnya motivasi
dan perhatian siswa dalam belajar sedangkan guru lebih
sering menggunakan metode konvensional dalam
pembelajaran sehingga siswa lebih memilih aktivitas
lain dalam kelas seperti tidak memperhatikan guru pada
saat pembelajaran berlangsung, bermain game di dalam
kelas bersama teman pada saat guru menjelaskan
materi. Kondisi lain dalam proses pembelajaran di kelas
adalah guru belum menerapkan metode eksperimen
sehingga hal ini berdampak terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran yakni rendahnya hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA.
https://www.researchgate.net/publication/356903195_
Implementasi_Metode_Eksperimen_Untuk_Meningka
tkan_Hasil_Belajar_Siswa_Pada_Materi_Cahaya_dan
_Sifat-
Sifatnya_di_Kelas_VIII_SMP_Advent_Tondano
4.1.3 Arif Maulana Malik, (2017), Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Interaktif Berbasis Flash
Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VII SMP Negeri 2
Demak, Program Studi Teknologi Pendidikan
Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Metode konvensional yang dipilih oleh
guru saat mengajar IPA di kelas VII SMP Negeri 2
Demak ternyata belum mampu mendongkrak minat
siswa untuk belajar. Siswa banyak yang tidak
memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru di
kelas. Siswa cenderung mudah cepat bosan, tidak
fokus, dan kurang aktif dalam pembelajaran, sehingga
hal tersebut berdampak pada kurang maksimalnya hasil
belajar yang ditunjukkan oleh siswa.
https://lib.unnes.ac.id/29538/1/1102412084.pdf

5. Masalah motivasi : 5.1.1 Aisyah Abiidatul C, 2023, Pengaruh Metode Peer


5.1 Masih didapati peserta didik Teaching Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas
yang mengantuk, melakukan VII pada Materi Zat dan Perubahannya di SMP
aktivitas lain seperti berbicara Negeri 26 Surabaya Tahun Ajaran 2022/2023,
dengan teman atau WIDYACARYA : Jurnal Pendidikan, Agama, dan
menggambar. Hal tersebut Budaya, Vol. 7, No. 1, hal. 90 – 96. Saat pembelajaran
menjadi indikasi bahwa berlangsung, ada beberapa siswa yang kurang
rendahnya motivasi dari memperhatikan proses pembelajaran yang sedang
peserta didik dalam berlangsung. Terlihat pada saat proses belajar mengajar
mengikuti pembelajaran IPA. berlangsung, masih ada siswa yang berbicara sendiri
dengan temannya, atau siswa yang melamun dan tidak
memperhatikan di kelas. Masalah lainnya adalah ketika
guru selesai menjelaskan materi, siswa yang tidak
paham tidak mengajukan pertanyaan untuk materi yang
belum dipahami selama proses pembelajaran.
Permasalahan semacam ini adalah masalah umum saat
proses pembelajaran di kelas.
https://www.researchgate.net/publication/371112571_
PENGARUH_METODE_PEER_TEACHING_TERH
ADAP_HASIL_BELAJAR_IPA_SISWA_KELAS_V
II_PADA_MATERI_ZAT_DAN_PERUBAHANNY
A_DI_SMP_NEGERI_26_SURABAYA_TAHUN_A
JARAN_20222023/link/6473481059d5ad5f9c802ada/
download
5.1.2 Fine Eirene Siahaan dan Cintia Sihotang, (2023),
Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA
Siswa SMP Satrya Budi Perdagangan, Jurnal Simki
Pedagogia, Vol. 6 No. 1, hal. 161-168. Pembelajaran
IPA tidak cukup dengan mengingat atau menghafal,
tetapi diperlukan pemahaman terhadap setiap materi.
Anggapan tentang sulitnya belajar IPA sudah
mendominasi pemikiran peserta didik sehingga banyak
di antara peserta didik yang kurang menyukai bahkan
kurang berminat mempelajari IPA dan peserta didik
kurang termotivasi dalam belajar. Selain itu, proses
pembelajaran yang masih berpusat pada guru menjadi
momok tersendiri.
https://jiped.org/index.php/JSP/article/view/233/151
5.1.3 Zaharah dan Ade Susilowati, (2020), Meningkatkan
Motivasi Belajar Peserta Didik Dengan
Menggunakan Media Modul Elektronik Di Era
Revolusi Industri 4.0, BIODIK : Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi, Vol. 6, No. 02, hal. 145–158.
Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar peserta
didik rendah dan dari hasil tes awal ditegaskan
bahwa penguasaan materi sistem pernapasan oleh
siswa kelas VIII E SMP Negeri 22 Kota Jambi
masih kurang.
https://online-
journal.unja.ac.id/biodik/article/view/8950/5574

6. Materi HOTS (High Order Kajian Literatur : Setelah melakukan kajian literatur dan
Thinking Skills) : wawancara, dapat dianalisis penyebab
6.1 Guru lebih dominan 6.1.1 Yessi dkk., (2022), Tingkat Pemahaman dan masalah yang diklasifikasikan berdasarkan
memberikan soal kepada Instrumen HOTS Buatan Guru IPA di SMP dua faktor sebagai berikut :
peserta didik yang mengasah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2019 –2020, a. Faktor Guru
keterampilan berpikir tingkat Jurnal Penelitian dan Penilaian Pendidikan (JPPP), 1. Dalam mengembangkan
rendah atau LOTS (Lower Vol. 4, No. 1, hal. 15-28. Kemampuan guru IPA dalam pembelajaran yang mengasah
Order Thinking Skills) yang mengembangkan soal masih banyak unsur LOTS keterampilan abad 21, guru-guru
hanya mengandalkan (Lower Order Thinking Skill). Kendala yang dihadapi masih terkendala dalam
kemampuan peserta didik guru dalam menerapkan penilaian berbasis HOTS mengembangkan ide. Meskipun
adalah siswa yang belum terbiasa dengan soal-soal
dalam mengingat materi yang HOTS, jumlah siswa terlalu banyak di dalam kelas sudah tersedia akses internet yang
telah disampaikan oleh guru. sehingga tidak kondusif, minat belajar dan baca memadai dan fasilitas sumber belajar,
siswa kurang. Kendala lain yang dihadapi pada saat nyatanya guru – guru tidak bisa
penerapan penilaian berbasis HOTS yaitu jam mengoptimalkannya untuk
pembelajaran kurang, IQ yang tidak merata, masih merancang pembelajaran yang
minimnya pengetahuan guru tentang HOTS, sumber mengembangkan keterampilan 4C.
belajar kurang dan tidak ada alat peraga atau sarana dan 2. Motivasi guru-guru dalam
prasarana. mengembangkan pembelajaran yang
https://www.semanticscholar.org/paper/TINGKAT menekankan kompetensi 4C masih
-PEMAHAMAN-DAN-INSTRUMEN-HOTS- dirasa kurang. Butuh dorongan dari
BUATAN-GURU-DI-Yessi- Kepala Sekolah agar pembelajaran
Driana/213332b25f96866730f097be96ca2d55697c10 yang disajikan bisa sesuai dengan
41 yang diharapkan.
6.1.2 Nurfujiyanti Astuti, (2019), Analisis Kesulitan 3. Guru – guru perlu merubah mindset
Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal HOTS bahwa asesmen HOTS yang disajikan
(Higher Order Thinking Skill), Prosiding Seminar akan menyulitkan peserta didik
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika maupun guru itu sendiri. Memang
Sesiomadika 2019. Hasil analisis kesulitan siswa dibutuhkan kreativitas dalam
dalam menyelesaikan soal HOTS menunjukkan penyusunan asesmen berbasis HOTS
bahwa sebagian besar kesulitan siswa SMP dalam dan tentunya waktu ekstra dalam
menyelesaikan soal HOTS terletak pada indikator C5 melakukan penilaian.
dan C6, yakni kesulitan dalam mempelajari konsep,
menerapkan prinsip, dan menyelesaikan masalah b. Faktor dari Peserta Didik
verbal. 1. Peserta didik juga memiliki mindset
https://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/ bahwa asesmen berbasis HOTS lebih
article/view/2741/1881 sulit dan membutuhkan waktu lebih
dalam pengerjaannya. Peserta didik
perlu dibiasakan mengerjakan soal-
soal pada aspek C4 saat pemberian
asesmen sumatif.
Wawancara Kepala SMP Islam De Green Camp : Fajriah 2. Peserta didik cenderung menuliskan
Laili, S.Si. Gr. (22/09/2023) jawaban dengan asal-asalan untuk
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, soal-soal berbasis HOTS ketika
penyebab masalah tersebut diantaranya : disajikan studi kasus dengan narasi
yang cukup panjang, data dalam
1. Kemampuan guru dalam merancang kegiatan pembelajaran bentuk grafik atau tabel tentunya hal
yang menekankan pada keterampilan 4C dirasa kurang ini berkaitan dengan kemampuan
karena keterbatasan ide dari guru sehingga pembelajaran literasi peserta didik.
yang disajikan di kelas terkesan monoton dan
mengandalkan teacher centered dimana semua materi
cenderung disampaikan oleh guru. Peserta didik pun minim
untuk diberikan stimulus studi kasus atau pertanyaan yang
mengasah kemampuan berpikir kritis.
3. Saat pelaksanaan, guru juga terkendala dalam mengatur
kegiatan pembelajaran dalam mengkondisikan peserta
didik agar fokus menyimak penyampaian materi oleh guru.
Selain itu, motivasi yang diberikan pada peserta didik juga
minim dan terkesan hanya menuntaskan materi yang
disampaikan.
4. Asesmen yang mengarah pada HOTS mulai
dikembangkan oleh guru-guru di sekolah meskipun
proporsinya masih sedikit. Bentuk soal yang mengarah
pada HOTS yang dikembangkan dalam bentuk studi kasus,
data dalam grafik/tabel, infografis, narasi, menentukan
pernyataan tepat atau tidak.
5. Hasil asesmen pada soal-soal HOTS dari peserta didik
rata-rata menemui kendala pada aspek C4 karena terbiasa
mengerjakan soal-soal pada aspek C1 – C3.

7. Literasi numerasi : Kajian Literatur : Setelah melakukan kajian literatur dan


7.1 Kemampuan literasi dari wawancara, dapat dianalisis penyebab
peserta didik yang kurang 7.1.1 Risa Tarisa, (2023), Analisis Pemahaman Konsep masalah adalah sebagai berikut :
Tema Listrik Sahabat Kita Kelas IX SMP Melalui 1. Konsep matematis yang harusnya
dalam memahami maksud
Instrumen Tes 4TMC, Jurnal Pendidikan MIPA, dikuasai di jenjang SD masih kurang
soal. sehingga ketika diaplikasikan dalam
Vol. 13, No. 1, hal. 159 – 169. Faktor-faktor penyebab
perhitungan pada pelajaran IPA terkait
rendahnya pemahaman konsep adalah
topik fisika, banyak menemui kendala.
ketidakmampuan siswa dalam melaksanakan penalaran 2. Peserta didik yang cenderung
dengan baik terhadap termuannya dalam teks dan menghafalkan rumus dalam pengerjaan
ketidakmampuan dalam memahami bacaan dengan soal, padahal ketika memahami konsep
baik. Pada potongan teks biogas, siswa meyakini bahwa maka rumus yang dipelajari tidak perlu
isi rangkuman teks tersebut adalah biogas belum cukup dihafalkan.
memenuhi kebutuhan rumah tangga petani dalam 3. Peserta didik cenderung terkendala dalam
memahami soal-soal berupa studi kasus
jumlah besar. Padahal rangkuman dalam teks tersebut
sehingga berdampak pada kekeliruan
secara keseluruhan membahas tentang potensi biogas di perhitungan yang dilakukan karena tidak
Provinsi Banten. memahami maksud dari soal.
https://www.researchgate.net/publication/369026673_ 4. Peserta didik juga terkendala dalam
Analisis_Pemahaman_Konsep_Tema_Listrik_Sahabat melakukan konversi satuan yang harusnya
_Kita_Kelas_IX_SMP_Melalui_Instrumen_Tes_4TM dikuasai di jenjang awal SMP.
C
7.1.2 D. Maulina dkk., (2022), Kajian Faktor Intrinsik
Dan Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP di Kota
Bandar Lampung, Lensa (Lentera Sains): Jurnal
Pendidikan IPA, Vol. 12, No. 1, halaman 1-8. Dalam
upaya mengembangkan keterampilan literasi sains di
dalam kegiatan pembelajaran, pendidik memiliki
tujuan utama kepada peserta didik, yaitu untuk
meningkatkan : a) pengetahuan dan penyelidikandi
dalam sains, b) memilih dan menemukan kosa kata
lisan dan tertulis yang diperlukanuntuk memahami
dan berkomunikasi ilmu pengetahuan dan, c)
hubungan antara sistematis, yaitu: sains, teknologi
dan masyarakat.
https://www.jurnallensa.web.id/index.php/lensa/article
/view/201/97
7.1.3 Firdha Yusmar dan Rizka Elan Fadilah, (2023),
Analisis Rendahnya Literasi Sains Peserta Didik
Indonesia : Hasil PISA dan Faktor Penyebab, Lensa
(Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 13, No.
1, halaman 11 – 19. Faktor lain yang mempengaruhi
rendahnya literasi sains peserta didik ialah peran guru.
Guru kurang melatih peserta didik mengerjakan soal-
soal literasi sains; orientasi pada penguasaan materi;
jarang melatih peserta didik untuk mengembangkan
konsep; pembelajaran berpusat pada guru; kurangnya
pengetahuan guru mengenai literasi sains; dan ritme
pembelajaran untuk mencapai target kurikulum
seringkali menyebabkan miskonsepsi pada konsep-
konsep IPA sehingga sekadar dihafal.
https://jurnallensa.web.id/index.php/lensa/article/view/
283/119
3.1 Peserta didik kesulitan dalam 3.1.1 Miftahul Jannah, et al, (2022), Analisis Faktor
menuntaskan perhitungan Kesulitan Belajar IPA Siswa Sekolah Menengah
menggunakan rumus dan Pertama, Quantum : Jurnal Inovasi Pendidikan
pengoperasiannya pada Sains, Vol 13, No. 2, hal 202 - 2014. Kemampuan
beberapa materi misalnya matematis mempunyai pengaruh yang signifikan
materi listrik. terhadap hasil belajar fisika. Untuk meningkatkan
hasil belajar fisika khususnya dalam penyelesaian
soal-soal hitungan fisika, peserta didik harus dapat
meningkatkan kemampuan matematis dengan cara
memahami konsep matematika dengan baik dan
memperbanyak latihan menyelesaikan soal-soal dasar
matematika. Kemudian, konsep IPA Fisika
mengandung banyak persamaan dan rumus, sehingga
siswa sulit untuk menghafalnya, pelajaran susah
dipahami, akhirnya siswa merasa tidak pandai dan tidak
mampu untuk belajar IPA Fisika.
https://www.researchgate.net/publication/366145510_A
NALISIS_FAKTOR_KESULITAN_BELAJAR_IPA_S
ISWA_SEKOLAH_MENENGAH_PERTAMA
3.1.2 Karmila Suhaida Kallesta dan Muhammad Erfan,
(2017), Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
IPA Fisika pada Materi Bunyi, Jurnal Pendidikan
Fisika, Vol. 1, No. 1. Siswa masih kesulitan dalam
menyelesaikan persoalan bunyi yang berkaitan dengan
rumus. Berdasarkan hasil observasi, pemahaman siswa
terhadap materi dipresentasikan 0%, sedangkan pada
hasil angket pemahaman siswa pun masih berada
diposisi sangat lemah. Lalu dari hasil wawancara siswa
merasa kesulitan belajar bunyi karena sulit menghafal
rumus.
3.1.3 Marisa Amaliyah dkk., (2021), Analisis Kesulitan
Belajar dan Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan
Belajar IPA Siswa SMP Negeri 4 Singaraja, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Sains, Vol. 4, No. 1.
kesulitan belajar terkait pembelajaran IPA terletak pada
fisika yaitu rumus dan perhitungan. Sebagian besar
siswa beralasan bahwa fisika terdapat banyak rumus
dan susah untuk dipahami, selain itu lemahnya
kemampuan matematis siswa.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPPSI/ar
ticle/view/33868
8. Miskonsepsi : Kajian Literatur Setelah melakukan kajian literatur dan
3.1 Peserta didik cenderung wawancara, dapat dianalisis penyebab
keliru memahami konsep 8.1 Ika Yunia dkk., (2019), Miskonsepsi IPA SMP pada masalah yang diklasifikasikan
dasar terkait istilah yang Topik Fotosintesis dan Respirasi, Seminar Nasional berdasarkan dua faktor sebagai berikut :
disampaikan oleh guru seperti Pendidikan Sains 2019, hal. 40 - 43. Miskonsepsi terjadi a. Faktor dari Guru
massa dan berat pada materi ketika siswa sedang berusaha membentuk pengetahuan 1. Kesalahan guru dalam
pengukuran serta konsep dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam menyampaikan materi pelajaran
kalor dan panas pada materi bentuk konsepsi awal. Bahkan miskonsepsi bisa terjadi karena kekeliruan pemahaman
suhu dan kalor. karena kesalahpahaman guru dalam mengajar yang dari guru yang bersangkutan.
disebabkan kurang tahunya pengetahuan guru dalam 2. Guru minim melakukan studi
memahami konsep mengajar atau dari buku pelajaran rujukan pada berbagai sumber
bahkan dari pengalaman siswa itu sendiri. Miskonsepsi belajar untuk memastikan materi
fotosintesis dan respirasi yang telah diidentifikasi di yang disampaikan telah sesuai
beberapa wilayah Indonesia memiliki beberapa kesamaan atau tidak. Guru hanya
miskonsepsi. Beberapa kesamaan miskonsepsi yang
teridentifikasi seperti (i) miskonsepsi atau kesalahpahaman mengandalkan referensi dari
pada materi respirasi yang menerangkan bahwa respirasi buku paket saja.
pada tumbuhan terjadi pada saat tidak ada cahaya, (ii) 3. Penyampaian materi yang
miskonsepsi yang menyebutkan bahwa tumbuhan disampaikan oleh guru sulit
berespirasi memerlukan gas CO2 dan menghasilkan gas O2, dipahami oleh peserta didik, baik
(iii) miskonsepsi yang menerangkan bahwa Fotosintesis dari penggunaan bahasa atau
pada tumbuhan dapat terjadi walaupun tidak terdapat istilah atau cara komunikasi dari
cahaya, dan (iv) miskonsepsi yang menerangkan bahwa guru yang bersangkutan.
klorofil hanya terdapat pada daun. b. Faktor dari Peserta Didik
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snps/article/vie 1. Peserta didik memiliki
w/12812/8975 pemahaman awal terkait materi
8.2 Melitha Aurora Hasanti dan Zulyusri, (2022), Meta- yang akan dipelajari, baik dari
Analisis Miskonsepsi Siswa Mata Pelajaran IPA Materi pengalaman sendiri atau
Biologi Tingkat SMP, PENDIPA Journal of Science pemahaman yang diperoleh dari
Education, Vol. 6, No. 1, hal. 263-268. Persentase jenjang sebelumnya.
miskonsepsi siswa tertinggi terdapat pada materi organisasi 2. Peserta didik yang keliru
kehidupan (48%). Hal ini diduga karena materi organisasi memaknai penjelasan dari guru
kehidupan merupakan materi yang cukup kompleks terlebih jika peserta didik tidak
sehingga siswa membutuhkan usaha untuk memahami focus terhadap penjelasan guru.
materi yang menyangkut sistem organisasi kehidupan, 3. Peserta didik hanya
seperti sel dan jaringan serta banyak istilah-istilah terkait mengandalkan satu sumber untuk
materi yang masih asing bagi siswa. memahami konsep materi yang
https://ejournal.unib.ac.id/pendipa/article/view/18455/ sedang dipelajari.
8699

Wawancara Guru Bidang Studi IPA SMP Islam De Green


Camp : Nur Azitah Azmin, S.Pd. (22/09/2023)
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA kelas VII – IX
Putra, penyebab masalah tersebut diantaranya :
1. Kemampuan peserta didik yang beragam dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru terutama
kelas VII yang berasal dari sekolah dasar yang berbeda-
beda.
2. Peserta didik yang tidak fokus menyimak penjelasan guru
sehingga terlewat informasi yang disampaikan sehingga
menyebabkan miskonsepsi ini terjadi.
3. Materi yang dipelajari memang rumit dan bersifat abstrak
bagi peserta didik terlebih untuk struktur dan fungsi tubuh
manusia yang dipelajari di kelas VIII.

9. Pemanfaatan teknologi dalam Kajian Literatur Setelah melakukan kajian literatur dan
pembelajaran : wawancara, dapat dianalisis penyebab
3.1 Belum optimalnya 9.1 Hendra Yulisman, (2019), Analisis Pengaruh masalah yaitu :
penggunaan fasilitas Kompetensi dan Pengalaman Teknologi serta Sikap 1. Kurangnya kompetensi guru dalam
teknologi yang terdapat di Dalam Integrasi Teknologi Terhadap Kemampuan penguasaan teknologi saat ini sehingga
sekolah oleh guru saat TPACK Guru IPA, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. pembelajaran yang disampaikan masih
kegiatan pembelajaran 5, No. 2, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat konvensional.
maupun asesmen yang disimpulkan bahwa kompetensi teknologi dan kemampuan 2. Penyampaian materi yang
diberikan pada peserta didik. TPACK guru masih kurang. Pengintegrasian teknologi mengintegrasikan teknologi masih
tidak akan sukses hanya dengan menyediakan sarana dan terbatas pada aktivitas menonton dan
prasarana teknologi saja. Pihak sekolah, dinas, dan institusi tayangan video dan pemaparan
pendidikan harus memperhatikan faktor intrinsik guru. menggunakan power point.
Faktor intrinsik guru seperti sikap dalam integrasi 3. Guru – guru masih terkendala dalam
teknologi mampu mempengaruhi secara signifikan mengintegrasikan teknologi dalam
terhadap kemampuan integrasi teknologi guru. pembelajaran IPA khususnya, dimana
https://scholar.google.com/citations?view_op=view_cit gambaran pembelajaran yang disajikan
ation&hl=id&user=E50JBSsAAAAJ&citation_for_vie bisa saja menjadi lebih menarik
w=E50JBSsAAAAJ:zYLM7Y9cAGgC menggunakan berbagai aplikasi penyedia
9.2 Arindra Alfarizi, (2022), Analisis Kemampuan Guru layanan laboratorium maya, game
dalam Menerapkan Technological Pedagogical And edukasi, dan lembar kerja seperti live
Content Knowledge (TPACK) pada Perencanaan worksheet dan Quiziz.
Pembelajaran IPA SMP, Prosiding SNPS (Seminar 4. Terbatasnya sarana dan prasarana yang
Nasional Pendidikan Sains), berdasarkan hasil penelitian tersedia di sekolah juga menjadi faktor
melalui wawancara, disebutkan bahwa guru belum bisa penyebab pendekatan TPACK sulit
menguasai teknologi secara baik dikarenakan guru belum diintegrasikan dalam kegiatan
memiliki pengetahuan mengenai fungsi fungsi dan inovasi pembelajaran oleh guru di kelas.
yang terdapat di dalam teknologi. Beberapa guru memilih
menerapkan teknologi hanya untuk menampilkan materi,
dalam bentuk video gambar dan power point. Tentunya
peranan teknologi ini belum menggantikan bentuk
konvensional secara maksimal.
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snps/article/vie
w/13088/9127

Wawancara dengan Pakar Dosen Pendidikan Biologi


Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) : Nur Eka
Kusuma Hindrasti, S.Pd., M.Pd. (23/09/2023)

Pendekatan TPACK sulit dikembangkan oleh guru


dikarenakan beberapa alasan diantaranya :
1. Keterampilan guru dalam penguasaan teknologi dirasa
kurang terlebih untuk guru-guru senior, tidak ada motivasi
untuk mempelajari perkembangan teknologi yang
berkembang saat ini sehingga cenderung pembelajaran
yang disajikan konvensional.
2. Meskipun tidak ada jaminan juga bagi guru-guru muda
pasti mengembangkan pendekatan TPACK dalam
pembelajaran di kelas. Fasilitas yang digunakan oleh guru
masih monoton seperti laptop dan proyektor untuk
kegiatan menonton tayangan video atau menampilkan
power point. Guru harus memiliki pemahaman terhadap
interaksi kompleks antara 3 komponen dasar yaitu PK, CK,
dan TK dengan cara mengajarkan materi menggunakan
metode pedagogik dan teknologi yang sesuai.
3. Daya dukung di sekolah juga menjadi faktor penentu
dalam penerapan pendekatan TPACK seperti ketersediaan
computer/laptop/chrome book, proyektor, jaringan internet
yang memadai serta berbagai aplikasi yang bisa
dikembangkan dalam pembelajaran semisal gamifikasi.

10. Asesmen : Kajian Literatur


10.1Asesmen yang diberikan
pada peserta didik lebih 10.1.1 Erica Meilia Safitri, et.al, 2023, Pengembangan
Instrumen Asesmen Keterampilan Berpikir Kritis
dominan dalam bentuk Menggunakan Aplikasi Quizizz Pada Mata
tertulis, padahal terdapat Pelajaran IPA SMP, Pembuatan instrumen asesmen
berbagai bentuk asesmen yang digunakan guru selama ini masih menggunakan
yang memungkinkan kertas (paper based test). Media evaluasi menggunakan
diterapkan pada kertas secara psikologis dapat menimbulkan kecemasan
pembelajaran IPA. bagi peserta didik. Faktor lainnya yaitu adanya
pengawas yang terus berada disekitar peserta didik
juga menambah kecemasan peserta didik, bahkan
terkadang pada penggandaan soal kertas evaluasi
berkualitas rendah yang kurang jelas dari percetakan
atau tempat fotocopy.
https://www.researchgate.net/publication/371092525_
PENGEMBANGAN_INSTRUMEN_ASESMEN_KE
TERAMPILAN_BERPIKIR_KRITIS_MENGGUNA
KAN_APLIKASI_QUIZIZZ_PADA_MATA_PELAJ
ARAN_IPA_SMP

11. Menggunakan model-model 11.1.1 Syaeful Bachri, (2017), Upaya Meningkatkan Hasil
pembelajaran inovatif : Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
11.1Terbatasnya model-model Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS),
pembelajaran yang Guru tidak bisa lagi mengandalkan model pembelajaran
diterapkan oleh guru saat informatif. Model pembelajaran informatif adalah
pembelajaran IPA. model pembelajaran dimana guru lebih banyak
menggunakan ceramah di hadapan peserta didik.
Sementara peserta didik hanya mendengarkan dan
mencatat. Model pembelajaran ini tergolong
konvensional, karena peserta didik hanya akan
membayangkan sesuatu yang abstrak.
https://media.neliti.com/media/publications/234874-
upaya-meningkatkan-hasil-belajar-ilmu-pe-
c0fb397c.pdf
11.1.2 Sri Murwanto, (2020), Implementasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-
Head-Together) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas IX B SMP Negeri 4 Alla Enrekang,
Jurnal Sainsmart, Vol IX, No. 1. Hal. 14 – 28. Hasil
observasi di SMP Negeri 4 Alla Kabupaten Enrekang
diperoleh fakta yang menunjukkan bahwa dalam
proses pembelajaran masih banyak permasalahan di
dalamnya yang dapat dilihat dari hasil belajarnya.
Permasalahan tersebut diantaranya: guru masih
mengajar menggunakan metode konvensional dan hasil
belajar siswa yang masih rendah. Masalah tersebut
timbul akibat model mengajar guru yang masih
bersifat monoton yaitu, guru lebih aktif
dibandingkan siswanya. Hal ini tentu saja akan
berdampak pada kebermaknaan belajar yang berujung
pada keberhasilan belajar.
https://www.researchgate.net/publication/365024980_
Implementasi_Model_Pembelajaran_Kooperatif_Tipe
_NHT_Numbered-Head-
Together_untuk_Meningkatkan_Hasil_Belajar_IPA_S
iswa_Kelas_IX_B_SMP_Negeri_4_Alla_Enrekang
11.1.3 Sudarto, Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa
Yang Diajar Dengan Model Quantum Dan Yang
Diajar Dengan Model Pembelajaran Konvensional,
(2022), Jurnal Cakrawala Ilmiah, Vol.2, No.3,
Berdasarkan hasil penelitian di atas, terlihat bahwa
hasil belajar Sains siswa yang diajar dengan model
Pembelajaran quantum lebih baik daripada hasil
belajar Sains siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional. Hal ini dapat terjadi
karena model pembelajaran quantum sangat
mendukung meningkatnya daya pikir anak.
Penerapan model pembelajaran quantum
memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang
efektif dan memudahkan proses belajar mengajar
sehingga daya pikir anak-anak berkembang dengan
baik.
https://bajangjournal.com/index.php/JCI/article/view/4
038/2918
11.1.4 R Wiwi Kartika, (2023), Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Siswa SMP Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Materi
Bioteknologi, Jurnal Fusion, Vol. 3, No. 04.
Penerapan model pembelajaran project based
learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa di SMP Negeri 1 Cicurug Kab. Sukabumi
dengan pembelajaran berbasis proyek pada materi
bioteknologi produksi pangan konvensional. Melalui
penerapan model pembelajaran IPA berbasis proyek
sebagian besar siswa yaitu sebanyak 94% cenderung
senang dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran
berbasis proyek pada materi bioteknologi pangan.
https://fusion.rifainstitute.com/index.php/fusion/article
/view/293

Anda mungkin juga menyukai