Makalah Pertanian Berkelanjutan
Makalah Pertanian Berkelanjutan
Oleh
MUHAMMAD ZULFIKAR (D1B1220
FIRMAN SYAH (D1B122029)
ADRIAN SUWANDI SAPTA (D1B1220
MUHAMAD ERMAWAN DESKOVA SLAMET (D1B122036)
Indonesia merupakan negara agraris dengan bentangan alam yang sangat luas yang kaya
dengan beranekaragam flora dan faunanya. Kekayaan dari bentangan alam yang luas tersebut
menjadikan sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja dalam sector pertanian. Namun
mengingat sempitnya lahan yang dimiliki petani, perlunya dilakukan peningkatan produksi
ternak yang dititikberatkan pada usaha tani intensifikasi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertanian di Indonesia maupun
di dunia dengan menerapkan sistem pertanian terpadu (Bio Cycle Farming). Sistem pertanian
terpadu adalah sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan,
kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan
dapat menjadi salah satu solusi alternatif bagi peningkatan produktivitas lahan, program
pembangunan dan konservasi lingkungan serta pengembangan desa secara terpadu (PIAT
UGM, 2010).
Dengan penerapan sistem pertanian terpadu ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
jangka pendek, menengah, dan panjang petani berupa sandang, pangan dan papan. Sistem
pertanian terpadu ini memiliki berbagai metode, seperti usaha tani campuran (Mixed Farming
System), Sistem produksi tanaman ternak (Crops-Livestock Production System). Model
pertanian Tekno-ekologis di ekosistem lahan sawah dan model pertanian tekno-ekologis di
lahan perkebunan-ternak.
Dalam makalah ini akan menjelaskan mengenai sistem pertanian terpadu yang
menggunakan metode usaha tani campuran (Mixed Farming System). Dimana Mixed Farming
System ini merupakan sistem pertanian yang mengintegrasikan beberapa sector (pertanian,
peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan) yang dikelola secara terpadu dan
berorientasi ekologis, sehingga dapat diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi
dan produktivitas yang tinggi (HMRH ITB, 2012).
Pada makalah ini akan menjelaskan mengenai prinsip, design model, konsep dan kelebihan
dan kekurangan dari penerapan sistem pertanian terpadu berupa mixed farming system di
Indonesia.
1.2Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
SPT akan lebih handal apabila komponen penyusunnya merupakan sumberdaya lokal
sehingga keberlanjutannya lebih terjamin. Misal, komponen tanaman bersumber dari varietas lokal
karena varietas ini lebih responsif terhadap lingkungan tumbuhnya sehingga tidak memerlukan
masukan energi tinggi dari luar dan lebih tahan atau lebih mampu menyesuaikan terhadap perubahan
lingkungan yang terjadi (fisik, kimia, hayati maupun ekonomi).Sedangkan, benih/bibit hibrida
memiliki kelemahan, antara lain tidak mampu beradaptasi secara optimal dengan agroklimat lokal,
menurunkan
3) Pengembangan instalasi biogas yang berfungsi mengolah limbah berupa kotoran ternak
menjadi biogas sehingga bisa menjadi kawasan mandiri energi; dan (4) Pengembangan
pupuk organikyang berbahan baku dari hasil outlet biogas.
Gambar. 4 Konsep pengembangan lahan marjinal pada lahan dengan tutupan yang rendah
yaitu dengan menggunakan tanaman yang berfungsi sebagai tutupan lahan dan dapat bernilai
ekonomi tanpa menebang pohon, atau tanaman hutan dengan hasil bukan kayu. Pada konsep ini
dapat dipadukan untuk pengembangan pertanian lainnya secara terpadu yaitu dengan
memanfaatkan tanaman untuk makanan ternak, pengolahan biogas dari kotoran ternak,
pemanfaatan kotoran ternak untuk pupuk tanaman, dan pemanfaatan tanaman tinggi untuk
konservasi air (missal Enau).
Selanjutnya, konsep pengembangan lahandengan spesifikasirawan erosi dilakukan dengan
menggunakan tutupan lahan yang ditanami beberapa tanaman. Pada konsep ini dapat dipadukan
untuk pengembangan pertanian lainnya secara terpadu yaitu dengan memanfaatkan tanaman untuk
makanan ternak, pemanfaatan kotoran ternak untuk pupuk organik, dan pemanfaatan tanaman
tahunan untuk konservasi tanah air. Bagan konsep pengembangan Pertanian di lahan marjinal
dengan kendala erosi disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Menunjukkan bahwa pada pengembangan kawasan hutan yang mempunyai
potensi erosi dapat dilakukan dengan pengembangan wanatani. Dalam sistem wanatani ini dapat
dilakukan pemanfaatan lahan hutan untuk lumbung pangan berupa tanaman umbi-umbian. Petani
dapat mengambil rumput atau hijauan dari tumbuhan lain untuk pakan ternak. Adapun untuk
menghadapi musim kemarau dapat melakukan pemprosesan rumput dengan fermentasi, sehingga
pakan dapat tersedia sepanjang waktu. Adapun kotoran ternak dapat diproses menjadi biogas dan
pupuk organik.
Integrated farming merupakan salah satu konsep pelaksanaan pertanian. Integrated farming
memungkinkan petani mendapatkan berbagai keuntungan dari alam dan ekologi dan bertentangan
dengan pemakaian bahan kimia (Bradley, 2009). Sustainable integrated farming sistem terdiri dari
banyak aspek seperti produksi organik, bisnis yang terintegrasi vertikal, manajemen rantai
penawaran, dan menciptakan citra produk untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan
(Bradley, 2009). Integrated farming merupakan gabungan dan perluasan dari intensifikasi dan
diversifikasi pertanian dimana integrated farming menerapkan prinsip penggunaan lahan
seoptimal mungkin dengan menganekaragamkan produk pertanian. Produk pertanian yang
dimaksud disini bukan hanya dari pertanian nabati tapi juga hewani (ternak).
Konsep terapan sistem pertanian terpadu akan menghasilkan F4, yang terdiri dari Food, Feed,
Fuel dan Fertilizer.
a. F1 (Food) : Sumber pangan bagi manusia (beras, jagung, kedelai, kacang-kacangan, jamur,
sayuran, dll), produk peternakan (daging, susu, telur, dll), produk budidaya ikan air tawar
(lele, mujair, nila, gurami, dll.) dan hasil perkebunan (salak, pisang, kayu manis, sirsak,
dll.).
b. F2 (Feed) : Pakan ternak termasuk di dalamnya ruminasia (sapai, kambing, kerbau,
kelinci), ternak unggas (ayam, itik, entok, angsa, burung dara, dll), pakan ikan budidaya
air tawar (ikan hias dan ikan konsumsi).
c. F3 (Fuel): Akan dihasilkan energi dalam berbagai bentuk mulai energi panas
(bio gas) untuk kebutuhan domestik/masak memasak, energi panas untuk industri
makanan di kawasan pedesaan juga untuk industry kecil . Hasil akhir dari bio gas adalah
bio fertilizer berupa pupuk organik cair dan kompos.
Sistem Pertanian Terpadu (SPT) atau Integrated Farming System (IFS) membentuk suatu
agroekositem yang masif. Agroekosistem dengan keanekaragamnnya tinggi seperti ini akan
memberi jaminan keberhasilan usaha tani yang lebih tinggi. Keanekaragaman fungsional bisa
dicapai dengan mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling
melengkapi dan berhubungan dalam interaksi sinergetik dan positif, sehingga bukan hanya
kestabilan yang dapat diperbaiki, namun juga produktivitas sistem pertanian dengan input yang
lebih rendah. Kelebihan sistem ini, antara lain input dari luar minimal atau bahkan tidak diperlukan
karena adanya daur limbah di antara organisme penyusunnya, biodiversitas meningkat apalagi
dengan penggunaan sumberdaya lokal, peningkatan fiksasi nitrogen, resistensi tanaman terhadap
jasad pengganggu lebih tinggi dan hasil samping bahan bakar biogas untuk rumah tangga
(Rodriguez and Preston 1997 cit. Preston, 2000).
Dikatakan pula bahwa SPT memiliki keuntungan baik aspek ekologi maupun ekonomi.
Keuntungan yang dimaksud, yaitu lebih adaptif terhadap perubahan (habitat lebih stabil), ramah
lingkungan (UTARA/usaha tani ramah lingkungan), hemat energi (tidak ada energi yang
terbuang), keanekaragaman hayati tinggi, lebih resisten, usaha lebih diversifikatif (risiko
kegagalan relatif rendah), diversifikasi produk lebih tinggi, produk lebih sehat (minimalisasi
3.1 Kesimpulan
Sistem pertanian terpadu adalah sistem pengelolaan (usaha) yang memadukan komponen pertanian,
seperti tanaman, hewan dan ikan dalam suatu kesatuan yang utuh. Definisi lain menyatakan, SPT adalah
suatu sistem pengelolaan tanaman, hewan ternak dan ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan
suatu produk yang optimal dan sifatnya cenderung tertutup terhadap masukan luar. Sistem ini
membentuk suatu agroekositem yang masif. Agroekosistem dengan keanekaragamnnya tinggi seperti ini
akan memberi jaminan keberhasilan usaha tani yang lebih tinggi. Keanekaragaman fungsional bisa
dicapai dengan mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling melengkapi
dan berhubungan dalam interaksi sinergetik dan positif, sehingga bukan hanya kestabilan yang dapat
diperbaiki, namun juga produktivitas sistem pertanian dengan input yang lebih rendah. Pemanfaatan
keanekaragaman fungsional sampai pada tingkat yang maksimal mengakibatkan sistem pertanian yang
kompleks dan terpadu yang menggunakan sumberdaya dan input yang ada secara
optimal. Tantangannya adalah menemukan kombinasi tanaman, hewan dan input yang mengarah pada
produktivitas yang tinggi, keamanan produksi serta konservasi sumberdaya yang relatif sesuai dengan
keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal. Upaya menemukan perpaduan sumberdaya lahan yang
sesuai maka secara alamiah dapat memperbaiki sifat marjinal dari lahan dan dapat meningkatkan
produktivitas lahan, serta pada akhirnya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
3.2 Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari
sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan
kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal
khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang
lebih baik dari pada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Provinsi DIY. 2010. Master Plan Integrated Farming Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.Dinas Pertanian Provinsi DIY, Yogyakarta.
HMRH ITB. 2012. Smart-Integrated Farming System, Sistem Pembangunan Pertanian
Menuju Indonesia Negeri Mandiri Pangan. Di akses dari
https://hmrh.sith.itb.ac.id/smart-integrated-farming-system-sistem-pembangunan-
pertanian-menuju-indonesia-negeri-mandiri-pangan/. Pada 17 November 2021.
PIAT UGM. 2010. Model Pertanian Terpadu. Universitas Gadjah Mada Pusat Inovasi
Agroteknologi. Diakses dari https://piat.ugm.ac.id/2010/01/19/model/pertanian-
terpadu/ pada 17 November 2021.
Preston, T.R. 2000. Livestock Production from Local Resources in an Integrated
UGM, Yogyakarta.
.