Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KANGKER PROSTAT

Dosen pengajar : Rini patrenin


Nama kelompok :1.Aannisa razikiyah
2.Herli kurniawan
3.Rohma cindi depia
4.Tia az zahra
5.Yulita olpy insani

POLTEKES KEMNKES BENGKULU


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kita nikmat sehat, kesempatan, serta kebijaksanaan untuk
memahami dan menggali pengetahuan mengenai berbagai masalah kesehatan.
Dalam kesempatan ini, kami dengan rendah hati menyajikan makalah ini yang
membahas salah satu masalah kesehatan yang umum namun seringkali kurang
dipahami secara mendalam: kangker prostat
. Dalam makalah ini, kita akan memahami apa itu hemoroid,
penyebabnya, gejala yang terkait, serta berbagai pilihan pengobatan dan
pencegahan yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini. Semua informasi
yang disajikan dalam makalah ini didasarkan pada penelitian ilmiah terkini dan
panduan medis yang terpercaya.
Kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang
bermanfaat bagi pembaca dari berbagai latar belakang, baik itu individu yang
mungkin mengalami kangker prostat, orang yang ingin memahami lebih dalam
tentang masalah ini, atau tenaga medis yang berkecimpung dalam perawatan
dan pengobatan kesehatan. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses
penyusunan makalah ini.
Selamat membaca dan semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang berguna mengenai masalah kesehatan yang relevan ini. Semoga dengan
pemahaman yang lebih baik tentang kangker perostat, kita dapat mengatasi
masalah ini
DAFTAR ISI

MAKALAH ............................................................................................................1

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ..2

DAFTAR ISI........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... …4

a. Latar Belakang ............................................................................................. ..5

b. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ .7

a. Pengertian Hemoroid ................................................................................... .8

b. Diagnosis...................................................................................................... …9

c. Pencegahan Hemoroid ................................................................................. .10

d. Pengobatan Hemoroid................................................................................ ..11

BAB III PENUTUP............................................................................................. ..12

a. Kesimpulan ...............................................................................................…..13

b. Saran............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karsinoma prostat adalah keganasan yang berasal dari epitel kelenjar prostat.1 Keganasan ini
termasuk masalah kesehatan yang penting karena tidak hanya berdampak pada kesehatan
tetapi juga perekonomian terkait dengan beban biaya yang tinggi seiring dengan peningkatan
insidensi. 2 Selain itu, tatalaksana yang berkaitan dengan komplikasi dari keganasan ini dapat
menyebabkan peningkatan beban biaya.3
Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2018,
karsinoma prostat menempati urutan keempat keganasan yang sering ditemukan di dunia yaitu
sebanyak 7,1% serta menempati urutan kedelapan keganasan yang menyebabkan kematian
yaitu sebanyak 3,8 %.4,5 Pada laki-laki di dunia karsinoma prostat merupakan keganasan kedua
yang sering ditemukan yaitu sebanyak 13,5% dan menempati urutan keempat keganasan
penyebab kematian yang mencapai 6,7%. Diperkirakan pada 105 negara di dunia memiliki
prevelensi karsinoma prostat yang tinggi.5 Prevalensi karsinoma prostat meningkat di Benua
Asia.6 Karsinoma prostat menempati peringkat keenam keganasan yang terjadi pada laki-laki di
Asia. Prevalensi tertinggi terjadi di Asia Barat sebanyak 29 % dan prevalensi terendah di Asia
Selatan sebanyak 4,5%. Mortalitas yang disebabkan oleh karsinoma prostat di Asia sebanyak
3,8%.7
Dalam sepuluh tahun terakhir terjadi peningkatan insiden karsinoma prostat di Indonesia
dan saat ini berada pada peringkat ketiga keganasan yang sering terjadi pada laki-laki.8
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi karsinoma prostat di
Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 0,2%. Prevalensi karsinoma prostat di Provinsi
Sumatera Barat pada tahun 2013 mencapai 250 kasus.9 Pada tahun 2030 diperkirakan terjadi
peningkatan insiden karsinoma prostat di dunia sampai 1.700.000 kasus dan mortalitas sampai
499.000 kasus. Hal ini terjadi akibat pertumbuhan populasi global dan peningkatan usia harapan
hidup.10 Karsinoma prostat sering terjadi pada laki-laki yang berusia diatas 50 tahun, 25%
diantaranya menyerang laki-laki berusia 70-80 tahun dan 70% pada Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas 2 usia lebih dari 80 tahun serta jarang menyerang laki-laki berusia sebelum
45 tahun.
Karsinoma prostat sering terjadi pada laki-laki di usia tua dan jarang terjadi sebelum usia 40
sampai 50 tahun. Diperkirakan 1 dari 55 laki-lakidi Amerika Serikat dengan usia diantara 40
sampai 60 tahun menderita karsinoma prostat.12

Prostate Specific Antigen (PSA) adalah enzim glikoprotein yang dikode oleh gen KLK3.13
Enzim glikoprotein ini diproduksi oleh sel epitel kelenjar prostat, oleh karena itu PSA dapat
dijadikan penanda organ yang spesifik namun bukan penanda tumor yang spesifik.14
Peningkatan PSA dapat terjadi pada beberapa penyakit diantaranya yaitu Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH), trauma uretra atau prostat, prostatitis dan karsinoma prostat.15 Menurut
Catalona et al kadar serum PSA sebesar 4 ng/mL memerlukan pemeriksaan biopsi prostat.16

Peningkatan kadar serum PSA pada karsinoma prostat terjadi akibat gangguan pada
lapisan sel epitel basal kelenjar prostat sehingga memudahkan PSA masuk ke sirkulasi.13,17
Peningkatan kadar serum PSA tergantung pada derajat dan diferensiasi sel tumor.18 Kadar
serum PSA yang mengalami peningkatan memiliki kemungkinan lebih besar untuk terjadinya
keganasan. Kadar serum PSA memiliki korelasi positif dengan skor Gleason. Semakin meningkat
skor Gleason menyebabkan kadar serum PSA yang semakin tinggi.19 Selain berhubungan
dengan skor Gleason yang tinggi dan diagnosis karsinoma prostat, kadar serum PSA yang tinggi
juga berhubungan dengan kemungkinan terjadinya metastasis tulang lebih besar. 20 Beberapa
faktor prognostik pada kelenjar prostat seperti volume tumor dan derajat histopatologi
berhubungan dengan kadar serum PSA.21
Derajat karsinoma prostat ditentukan oleh skor Gleason yang merupakan faktor paling
penting untuk menentukan tingkat keganasan, prognosis dan tatalaksana dari karsinoma
prostat.16,22 Sistem skor Gleason terbaru yang saat ini digunakan yaitu berdasarkan hasil
konferensi International Society of Urological Pathology (ISUP) tahun 2014 yang terbagi menjadi
lima derajat.22 Skor Gleason ditentukan berdasarkan derajat diferensiasi dan gambaran pola
tumor yang dievaluasi dengan pemeriksaan mikroskopik.17 Kadar serum PSA, skor Gleason dan
manifestasi klinis dapat meningkatkan perkiraan untuk menentukan stadium
patologi karsinoma prostat.18 Skor Gleason yang tinggi berhubungan dengan peningkatan kadar
serum PSA.16
Penelitian yang dilakukan oleh Izumi et al di Jepang pada tahun 2015 menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara peningkatan skor Gleason dengan kadar serum PSA.23
Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Jose et al di India pada
tahun 2017.21 Namun, terdapat hasil yang berbeda dalam penelitian yang dilakukan oleh Pai et
al pada tahun 2015 di India yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara peningkatan
skor Gleason dengan kadar serum PSA.24 Penelitian yang dilakukan oleh Sanni pada tahun 2017
di Medan juga menunjukkan hasil yang tidak bermakna antara hubungan skor Gleason dengan
kadar serum PSA. 25
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan skor Gleason
dengan kadar Prostate Specific Antigen (PSA) pada pasien karsinoma prostat di Bagian Bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi skor Gleason pada pasien karsinoma prostat di
Bagian Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2018?
2. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi kadar Prostat Specific Antigen (PSA) pada pasien
karsinoma prostat di Bagian Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2014 – 31
Desember 2018?
3. Bagaimana hubungan skor Gleason dengan kadar Prostate Specific Antigen (PSA) pada pasien
karsinoma prostat di Bagian Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2014 – 31
Desember 2018?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan skor Gleason dengan kadar Prostate Specific
Antigen (PSA) pada pasien karsinoma prostat di Bagian Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2018
.
1.3.2 Tujuan Khusus Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi skor Gleason pada pasien karsinoma prostat di Bagian
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2018.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kadar Prostat Specific Antigen (PSA) pada pasien
karsinoma prostat di Bagian Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2014 – 31
Desember 2018.
3. Untuk mengetahui hubungan skor Gleason dengan kadar Prostate Specific Antigen (PSA) pada
pasien karsinoma prostat di Bagian Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2014 –
31 Desember 2018
. 1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti mengenai karsinoma prostat
2. Penelitian ini dapat menjadi bekal penulis dalam aplikasi praktis klinis.
3. Sebagai sarana pelatihan, pembelajaran dan memberikan pengalaman untuk melakukan
penelitian dan menulis karya ilmiah.
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi ilmiah sebagai bahan studi kepustakaan di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
mengenai hubungan skor Gleason dengan kadar PSA pada penderita karsinoma prostat
. 1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai karsinoma prostat kepada masyarakat sehingga dapat dilakukan tindakan terapi yang
Efektif.
A. Konsep Ca Prostate
1. Pengertian
Gambar 1. Ca Prostate

Prostat merupakan kelenjar yang berukuran seperti sebuah kenari yang berada dalam sistem
reproduksi pria, yang tepatnya terletak diantara leher kandung kemih dan saluran kemih. Fungsi dari
prostat adalah mengeluarkan cairan putih yang memberi nutrisi dan mengangkut sperma. Hormon
dalam tubuh pria yang disekresi oleh testis secara langsung dapat mempengaruhi fungsi dan
pertumbuhan prostat tersebut (Saragih, 2019).

Kasus prostat pada umumnya terjadi pada kalangan pria dewasa hingga lanjut usia, kasus
tersebut berupa hyperplasia dimana penyakit ini merupakan peningkatan jumlah sel yang tidak
normal, ketika terjadi mutase genetik yang tidak normal, penyakit ini akan menjadi tumor ganas
dimana dapat berkembang di dalam prostat pria dan menyebabkan menjadi kanker prostat. Kanker
ini dapat menyebar ke organ tubuh lainnya, khususnya pada bagian tulang dan kelenjar getah bening
pinggul (Saragih, 2019).

2. Klasifikasi Klasifikasi kanker prostat menurut Smart tahun 2014:

a Stadium A : adanya benjolan dalam kelenjar prostat yang tidak dapat diraba pada pemeriksaan
fisik, dan biasanya ditemukan secara tidak sengaja setelah pembedahan prostat karena penyakit lain

b. Stadium B : benjolan atau tumor pada prostat yang sudah dapat diketahui secara diraba atau
secara pemeriksaan fisik atau dengan tes Prostate Specific Antigen (PSA).

c. Stadium C : tumor telah menyebar keluar dari kapsul prostat, tetapi masih belum terlalu parah dan
belum sampai menyebar ke kelenjar getah bening.

d. Stadium D : pada stadium ini, kanker sudah sangat berbahaya karena kanker prostat sudah
menyebar (metastase) ke kelenjar getah bening regional maupun bagian tubuh lainnya (tulang, paru,
dll)

3. Faktor Penyebab Faktor penyebab Ca Prostate menurut WHO, 2012 antara lain :

a. Usia. Setelah usia 40, insiden kanker prostat sangat meningkat.


b. Etnis. Angka kejadian kanker prostat lebih tinggi terjadi pada orang engan keturunan asia dan
pada orang berkulit hitam.

c. Riwayat keluarga (genetik). Pria dengan ayah atau saudara laki-laki yang menderita kanker prostat
memiliki resiko dua kali lipat untuk menderita kanker prostat.

d. Diet, dan gaya hidup. Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, rendah serat, rendah konsumsi
tomat dan produknya, rendah konsumsi ikan dan kedelai dapat meningkatkan resiko kanker prostat.

4. Manifestasi Klinis

Kanker prostat biasanya tidak memiliki tanda gejala yang menunjukkan adanya kanker.
Terkadang, tanda dan gejala menyerupai Benign Prostate Hyperplasia (BPH), yaitu berupa kesulitan
dalam berkemih atau sering berkemih. Kanker juga dapat menyebabkan air kemih berwarna merah
atau menyebabkan terjadinya penahanan air kemih secara mendadak. Biasanya kanker prostat
terdeteksi setelah kanker telah menglami metastase. Kanker prostat juga dapat menyebabkan nyeri
pada tulang, dan tulang mengalami kerapuhan sehingga mudah mengalami patah tulang. Selain itu,
kanker prostat juga dapat menyebabkan anemia, neurologis, ataupun gejala mental. Gejala lain yang
dapat menidentifikasi

kanker prostat adalah setelah BAK biasanya air kemih masih menetes, terasa nyeri saat berkemih,
nyeri setelah ejakulasi, nyeri punggung bagian bawah, nyeri ketika BAB, sering BAK saat malam hari,
sering BAK, nyeri tulang, air kencing mengandung darah, nyeri pada perut, dan penurunan berat
badan (Smart, 2014).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Pengkajian

adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang
sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
Pada pengkajian pertama terdapat waktu dan tempat pengkajian serta metode yang dilakukan.
Identitas yang dikaji berupa identitas pasien dan juga keluarga Pasien meliputi nama, jenis kelamin,
agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, dan nomor rekam medis. Keluhan utama pada
pasien dikaji sesuai dengan keadaan pasien. Riwayat kesehatan pasien, riwayat penyakit saat ini,
riwayat penyakit sebelumnya, dan riwayat penyakit keluarga. Pengkajian pemeriksaan fisik,
pengkajian per sistem, 11 pola Gordon, serta pemeriksaan penunjang juga perlu diperhatikan dan
dikaji secara holistic (Nursalam, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
Penyebab Kanker Prostat

Penyebab kanker prostat adalah adanya mutasi genetik dari sel-sel di dalam kelenjar prostat.
Dengan begitu, sel tersebut dapat tumbuh secara abnormal bahkan mengganas.

Namun, penyebab terjadinya mutasi genetik dari sel kanker ini belum diketahui secara pasti.

Di samping itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat, di
antaranya:

 Berusia di atas 50 tahun


 Memiliki riwayat keluarga yang mengidap kanker prostat
 Obesitas
 Gaya hidup tidak sehat, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol berlebihan
 Pernah melakukan operasi vasektomi
 Terkena paparan bahan kimia yang berbahaya serta bersifat karsinogen
 Pernah menderita infeksi menular seksual (IMS), seperti penyakit sifilis, HPV, gonore, dan
lain sebagainya

Gejala Kanker Prostat

Kanker prostat adalah jenis kanker yang cenderung sulit dideteksi secara dini. Lantaran, kanker
prostat awalnya tidak menunjukkan gejala yang jelas.

Setelah kelenjar sudah mulai membengkak, gejala kanker prostat baru akan timbul dan dapat
dirasakan oleh penderitanya. Beberapa gejala kanker prostat tersebut antara lain:

 Aliran urine melemah


 Sulit menahan buang air kecil
 Munculnya darah pada air mani maupun urine
 Cenderung sering buang air kecil, terlebih di malam hari
 Muncul rasa panas dan nyeri pada penis saat sedang ejakulasi atau buang air kecil

Diagnosis Kanker Prostat


Diagnosis kanker prostat biasanya dilakukan melalui beberapa langkah pemeriksaan. Adapun
beberapa pemeriksaan untuk diagnosis kanker prostat adalah sebagai berikut:

 Tes PSA dalam darah, yaitu pemeriksaan kadar protein PSA yang diproduksi oleh kelenjar
prostat.
 USG Prostat, yaitu pemeriksaan kelenjar prostat dengan alat USG yang menggunakan
gelombang suara berfrekuensi tinggi.
 Magnetic resonance imaging (MRI) prostat, dilakukan dengan memeriksa kelenjar prostat
menggunakan gelombang radio dan magnet.
 Biopsi prostat, yaitu dengan mengambil sampel jaringan pada kelenjar prostat untuk diamati
lebih lanjut di laboratorium. Salah satu biopsi yang digunakan untuk mendiagnosis kanker
prostat adalah robotic prostate biopsy.
B. Terapi Pasien Kanker Dengan Kemoterapi

1. Definisi Kemoterapi Kemoterapi merupakan proses pengobatan yang menggunakan preparat


antineoplastik dengan tujuan membunuh sel kanker serta memperlambat pertumbuhan sel kanker
dengan mengganggu fungsi dan reproduksi selular (Bowden, et.al.,2008). Kemoterapi juga dapat 15
membunuh sel kanker yang telah terlepas dari sel kanker induk atau yang telah bermetastase
melalui aliran darah dan saluran limfatik ke bagian tubuh lainnya (Smeltzer, et.al., 2008 dalam
Apriany, 2010). Kemoterapi dapat digunakan sebagai penanganan primer atau kombinasi dengan
pembedahan dan radiasi, untuk menurunkan ukuran tumor sebelum dibedah maupun untuk
merusak sel tumor yang masih tertinggal pascaoperasi (Smeltzer, et.al., 2008 dalam Apriany, 2010).
Kemoterapi efektif untuk menangani kanker pada anak terutama dengan penyakit tertentu yang
tidak dapat diatasi secara tuntas dengan pembedahan maupun radiasi (Bowden, et.al., 1998 dalam
Apriany, 2010).

2. Kegunaan Kemoterapi Menurut Grundberg (2004), kemoterapi bertujuan untuk mengobati atau
memperlambat pertumbuhan sel kanker dan mengurangi gejalanya dengan cara:

1) Pengobatan yaitu kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis kemoterapi atau
kombinasi beberapa jenis kemoterapi.

2) Kontrol yakni kemoterapi hanya bertujuan untuk mengontrol perkembangan sel kanker agar tidak
bertambah besar atau mengalami metastase ke jaringan tubuh yang lain, sehingga memungkinkan
pasien hidup secara normal.

3) Mengurangi gejala, kemoterapi yang dilakukan tidak dapat menghilangkan kanker tetapi
dapatmengurangi gejala lain yang timbul akibat kanker seperti meringankan 16 rasa sakit dan
memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran kanker pada tubuh yang diserang

3. Efek Kemoterapi Terjadinya mual muntah akibat kemoterapi berhubungan dengan faktor internal
(kondisi pasien) dan faktor eksternal (yang berkaitan dengan obat-obat yang digunakan) (Grunberg,
2004). Faktor internal (yang berhubungan dengan pasien) meliputi usia kurang dari 50, jenis kelamin
perempuan, riwayat penggunaan alkohol, riwayat mual muntah terdahulu akibat kehamilan atau
mabuk perjalanan, riwayat mual muntah akibat kemoterapi sebelumnya dan fungsi sosial yang
rendah, sedangkan faktor eksternal (obat-obatan yang menyebabkan mual muntah) bergantung dari
jenis obat, dosis, kombinasi dan metode pemberian obat (Grunberg, 2004 dalam Apriany, 2010).
Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan mual muntah akibat kemoterapi adalah pengalaman
mual muntah sebelumnya dengan kemoterapi dan pemberian kemoterapi multiday (dosis multipel).
Pasien yang pernah menjalani kemoterapi sebelumnya akan berisiko mengalami mual muntah
dibandingkan dengan yang belum pernah menjalani kemoterapi (Grunberg & Ireland, 2005 dalam
Apriany, 2010).Mual dan muntah sering terjadi bersama-sama dalam satu waktu, tetapi bisa menjadi
2 masalah yang berbeda (American Cancer Society, 2013). Hal ini juga 17 dijelaskan oleh Glare, dkk.,
(2011) bahwa muntah biasanya, tetapi tidak selalu, disebabkan oleh proses mual. Mual didefinisikan
sebagai sebuah sensasi yang tidak enak di sekitaresofagus, di atas areagastrik (lambung), atau perut,
dan biasa dideskripsikan sebagai perasaan “sakit perut”. Muntah dapat dikatakan sebagai
“memuntahkan”, yaitu pengeluaran secara paksa dari isi perut lewat mulut atau cavitas nasal
(rongga hidung) (Garret, dkk., 2003). Mual dan muntah adalah 2 masalah efek samping
kemoterapiyang paling sering dikeluhkan oleh pasien kanker (Otto, 2005). Menurut Smeltzer dan
Bare (2002), mual dan muntah adalah efek samping yang lebih sering terjadi pada kemoterapi dan
dapat menetap hingga 24 jam setelah pemberian obat kemoterapi. Firmansyah (2010), menyatakan
bahwa 70-80% pasien kemoterapi mengalami mual dan muntah.
BAB III PENUTUP

a.Kesimpulan

5.1.Kesimpulan Dari data penderita pasien Karsinoma Prostat yang tercatat di rekam medik pada
bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2007-2009, dapat disimpulkan
sebagai berikut: Distribusi karsinoma prostat berdasarkan usia adalah sebagai berikut presentase
pasien terbanyak pada rentang usia 66 sampai 70 tahun sebanyak 6 orang (25%),di ikuti rentang usia
61-65 tahun dan usia 71-75 tahun masing - masing 5 orang penderita (20,8%), rentang usia 56
sampai 60 tahun sebanyak 3 orang (12,5%), dan presentase terendah pada pada rentang usia 86
sampai 90 tahun hanya 1 orang (4,1%) Distribusi karsinoma prostat berdasarkan kadar PSA adalah
sebagai berikut Sebanyak 19 penderita memiliki kadar PSA lebih dari 12 ng/ml. Distribusi karsinoma
prostat berdasarkan diagnosis awalnya adalah sebagai berikut hanya 8 pasien yang didiagnosis awal
sebagai karsinoma prostat, sedangkan lebih dari setengah pasien didiagnosis awal sebagai BPH 14
pasien. Distribusi karsinoma prostat berdasarkan gambaran histopatologinya adalah sebagai berikut
Gleason grade yang sering dijumpai pada penelitian ini adalah yang poorly
differentiated/undifferentiated (Gleason score 7-10) sebanyak 3 penderita. Untuk yang well
differentiated (Gleason score 2-4) hanya 1 penderita sedangkan moderately differentiated (Gleason
score 5-6) sebanyak 2 penderita. 38 5.2.

Saran

Deteksi dini terjadinya keganasan pada prostat sebaiknya dilakukan mulai umur 50 tahun, terutama
pada kelompok umur 65-69 tahun. Deteksi dini keganasan pada prostat harus dilakukan secara
lengkap agar karsinoma prostat dapat terdeteksi secara dini. Data pasien dibuat lebih lengkap dan
tepat sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga medis dan
paramedik
DAFTAR PUSTAKA

Angrestin, C. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Gangguan Sistem Perkemihan:
Carcinoma Prostat Post Orchiectomy Hari Ke-3 Di Bangsal Multazam Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakrta). Bahtiar, H.,
& Ariyanti, M. (2022). Latihan Rentang Gerak Atau Range Of Motion (Rom) Untuk Meningkatkan
Kekuatan Otot Pada Lansia Bedrest Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Di Balai Sosial Lanjut Usia
Mandalika Ntb. Jurnal Lentera, 2(1), 154-159. Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan
Medikal Bedah; Manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan. Bóriková, I., Tomagová, M.,
Miertová, M., & Žiaková, K. (2017). Predictive value of the morse fall scale. Central European Journal
of Nursing and Midwifery, 8(1), 588-595. Depkes. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI. (2015) Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinka nker.pdf GLOBOCAN.
(2018). International Agency for Research on Cancer . [cited 2018 Sept 30]. Available from:
https://gco.iarc.fr/today/data/ factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf Goldman L,
Schafer AI. Goldman cecil medicine. (2016) Edisi ke-25. New York: Elsevier. 207 : Prostate cancer
Hilimi, N. A., Komarudin, U., & Utomo, T. M. S. (2019). Prevalensi Kanker Prostat pada Penderita
Penyakit Prostat di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018.
Prosiding Pendidikan Dokter, 883- 891. Indarti, A. F., & Sekarutami, S. M. (2015). Tatalaksana Kanker
Prostat. Radioterapi & Onkologi Indonesia, 6(1). John N, James A, James D, Mic hael K, Joel T. (2014).
Abeloff’s Clinical oncology. Edisi ke-5. North Carolina: Elsevier. Kornick, C. A., Santiago-Palma, J.,
Moryl, N., Payne, R., & Obbens, E. A. (2012). Benefit-risk assessment of transdermal fentanyl for the
treatment of chronic pain. Drug Safety, 26(13), 951-973

Anda mungkin juga menyukai