OLEH:
SAFIRA NING FAUZIAH
1605015123
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah suatu rangkaian upaya pembangunan yang
dilakukan secara berkesinambungan dalam semua bidang kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Pembangunan nasional
dilakukan dalam rangka merealisasikan tujuan nasional seperti yang tertulis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap tumpah darah
Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi, dan keadilan sosial (UUD, 1945).
United Nation memproyeksikan jumlah penduduk dunia tahun 2020
sebesar 7,6 milliar orang. Indonesia berada diurutan keempat berdasarkan jumlah
penduduk terbanyak di dunia, angka ini terus bertambah setiap tahun. Hasil sensus
penduduk 2020 yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan
bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 2020 sebesar 270,20 juta jiwa dan angka
ini tidak jauh berbeda dengan hasil proyeksi BPS pada survei penduduk antar
sensus (SUPAS) 2015 yaitu sebesar 269,6 juta jiwa. Berdasarkan hasil SP 2020,
penduduk indonesia bertambah sekitar 32,56 juta jiwa dibandingkan hasil sensus
penduduk 2010 (237,64 juta jiwa) dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar
1,25% point pertahun. (BPS, 2019; 2021).
Penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia masih rendah dibandingkan
beberapa negara di ASEAN, berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO),
penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia sebesar 61%. Data tersebut sudah
melebihi rata-rata ASEAN (58,1%). Namun masih lebih rendah dibandingkan di
Vietnam (78%), Kamboja (79%), Thailand (80%) (Kemenkes RI, 2013). Salah
satufaktor penyebab tingginya kelahiran di Indonesia adalah rendahnya jumlah
akseptor keluarga berencana di kalangan pria pasangan usia subur.
Rendahnya partisipasi pria dalam pemakaian alat/cara KB juga disebabkan
ketersediaan pilihan alat/cara KB yang terbatas. Cakupan alat atau cara KB pada
kelompok pria usia subur (PUS) masih tergolong rendah dengan kondom yaitu
(1,2%) dan metode operasi pria (MOP) (0,5%). Jika dibandingkan dengan
cakupan alat/cara KB wanita, persentase tersebut masih sangat rendah. Hal ini
terbukti dilihat dari data Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan
Pengendalian Penduduk DKI Jakarta, pada bulan Desember 2019 julmah
pengguna kontrasepsi baru pada pria di Jakarta Selatan yang menggunaka metode
MOP hanya sebanyak 24 pasangan usia subur dan yang menggunakan Kondom
sebanyak 1.995 pasangan usia subur dari total 2.5497 pasangan usia subur.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program prioritas dalam
Sustainable Development Goals (SDGs), dimana program KB termuat dalam
tujuan ketiga kesehatan yang baik dan tujuan kelima menjamin kesetaraan gender
serta memberdayakan seluruh wanita melalui akses terhadap kesehatan reproduksi
dengan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasioanal (BKKBN) sebagai
lembaga yang melaksanakan program-program keluarga berencana. Program KB
memiliki peran dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan
kehamilan, penundaan usia kehmilan serta menjarangkan kehamilan dengan
sasaran utama adalah pasangan usia subur.
Menurut data dan informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2019, jumlah
pasangan usia subur (PUS) di Indonesia pada tahun 2019 yaitu mencapai > 38 juta
PUS. Dari total jumlah PUS di Indonesia, cakupan peserta aktif KB berdasarkan
alat/cara KB sebesar 62,5%. Persentase tersebut masih belum mencapai target
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019 yaitu sebesar
66% (Kemenkes RI, 2020). Selain itu, tujuan lain dalam program KB yaitu
mewujudkan lebih banyak lagi pria PUS untuk ikutserta menjadi akseptor KB dan
Kesehatan Reproduksi (Akbar, 2018).
Dalam beberapa tahun terakhir berbagai upaya telah dilakukan pemerintah.
Upaya. Upaya program KB dan kesehatan reproduksi berwawasan gender untuk
meningkatkan keikutsertaan pria menjadi akseptor KB terdiri dari upaya promosi
dan konseling guna meningkatakan tingkat pengetahuan, sikap, kesadaran, dan
perilaku suami dan istri serta remaja, pengembangan jaringan informasi dan
komunikasi bagi suami di masyarakat dalam bentuk penyuluhan atau kelompok
seminar, pengembangan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi berwawasan
gender sebagai keperluan untuk akses informasi yang sama bagi suami dan istri
dalam mendapatkan pelayanan serta pengembangan pelayanan di tempat kerja,
untuk meningkatkan akses pria terhadap informasi dan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi (Kusmiran, 2014).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang tertera diatas, maka rumusan masalah
yang dapat diteliti adalah “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
partisipasi pria menjadi akseptor KB di di Rw 08 Kelurahan Cipulir
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Kelurahan Cipulir 2022”.
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan
dengan partisipasi pria menjadi akseptor KB di di Rw 08 Kelurahan
Cipulir Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Tahun 2022
2) Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran sikap terhadap pria yang mengikuti KB di
Rw 08 Kelurahan Cipulir , Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
Tahun 2022
b. Diketahuinya gambaran perilaku terhadap pria yang mengikuti KB
di Rw 08 Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
Tahun 2022
c. Diketahuinya gambaran karakteristik usia pria yang mengikuti KB
di Rw 08 Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
Tahun 2022
d. Diketahuinya gambaran pengetahuan pria mengenai KB responden
di Rw 08 Keluarahan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
Tahun 2022
e. Diketahuinya gambaran Pendidikan pria yang mengikuti program
KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
Tahun 2022
f. Diketahuinya gambaran dukungan istri pada pria yang mengikuti
program KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan, Tahun 2022
g. Diketahuinya gambaran status sosial ekonomi pria yang mengikuti
KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
Tahun 2022
h. Diketahuinya hubungan antara sikap terhadap pria yang mengikuti
KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
Tahun 2022
i. Diketahuinya hubungan antara perilaku terhadap pria yang
mengikuti KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan, Tahun 2022
j. Diketahuinya hubungan antara umur dengan partisipasi pria yang
mengikuti program KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan, Tahun 2022
k. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi pria
yang mengikuti program KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Tahun 2022
l. Diketahuinya hubungan antara Pendidikan dengan partisipasi pria
yang mengikuti program KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Tahun 2022
m. Diketahuinya hubungan antara dukungan istri dengan partisipasi
pria yang mengikuti program KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Tahun 2022
n. Diketahuinya faktor yang berhubungan dengan pelayanan
(pengetahuan tentang kontrasepsi, ketersediaan alat kontrasepsi dan
sumber informasi tentang kontrasepsi) dengan partisipasi pria
dalam program KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan, Tahun 2022
o. Diketahuinya status sosial ekonomi pada pria dengan partisipasi
pria dalam ber-KB di Rw 08 Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan, Tahun 2022
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dan menambah
ilmu pengetahuan terkait keikutsertaan pria dalam ber-KB, dan dapat menjadi
pedoman atau acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya terkait
partisipasi pria dalam ber-KB
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi pasangan yang akan
melakukan program KB, untuk pria menambah pengetahuan bahwa KB dapat
dilakukan juga oleh pria, bagi perempuan dapat mendukung program KB
kepada pasangannya.
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.Hamka
Menambahkan informasi dan referensi untuk memperluas wawasan
mahasiswa tentang keikutsertaan pria dalam ber-KB, Selain itu penelitian ini
dapat dijadikan sebagai pustaka tambahan yang dapat berguna untuk studi
pendahuluan penelitian mengenai faktor-faktor keikutsertaan pria dalam ber-
KB.
1. Sebagai peserta KB
Partisipasi pria dalam program KB dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung adalah dengan menggunakan salah satu metode seperti
kondom, senggama terputus, atau vasektomi (MOP). Salah satu hambatan pria dalam
menggunakan alat kontrasepsi secara langsung adalah karena terbatasnya metode KB
untuk pria. Sedangkan partisipasi pria atau suami secara tidak langsung dalam
program KB yaitu menganjurkan, mendukung atau memberikan kebebasan kepada
pasangannya (istri) untuk menggunakan kontrasepsi.
2. Mendukung istri dalam penggunaan kontrasepsi
Peran pria (suami) dalam menganjurkan, mendukung dan memberikan
kebebasan wanita pasangannya (istri) untuk menggunakan kontrasepsi atau
cara/metode KB. Diawali sejak pria tersebut melakukan akad nikah dengan wanita
pasangannya dalam merencanakanjumlah anak yang akan dimiliki sampai akhir masa
reproduksi (menopause). Dukungan ini antara lain :
- Memilih kontrasepsi yang cocok yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan
kondisi istrinya
- Membantu pasangannya dalam menggunakan konttrasepsi secara benar, seperti
mengingatkan saat minum pil KB, mengingatkan istri untuk control
- Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi
- Menggantikan pemakaian kontrasepsi bila keadaan kesehatan istrinya tidak
memungkinkan
3. Sebagai pemberi pelayanan KB
Diharapkan juga pria mampu member pelayanan KB kepada masyarakat, baik
sebagai motivator maupun sebagai mitra.
4. Merencanakan jumlah anak bersama pasangan
Perlu dibicarakan antara suami istri dengan mempertimbangkan berbagai
aspek lain antara lain kesehatan dan kemampuan untuk memberikan pendidikan dan
kehidupan yang layak. Perencanaan keluarga menuju keluarga berkualitas perlu
memperhatikan usia reproduksi istri, sebagai berikut :
- Masa menunda kehamilan untuk istri yang berusia di bawah 20 tahun
- Masa mengatur jarak kelahiran untuk istri yang berusia 20-30 tahun
- Masa mengakhiri kehamilan untuk usia istri di atas 30 tahun
a. Tahu (Know)
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah diartikan mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya untuk mengukur bahwa orang tahu tentang sesuatu dengan
menggunakan kata kerja antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Bila telah paham secara objek,
maka kita harus menjelaskan, menerangkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-
komponen tertentu, tetapi dalam struktur organisasi tersebut dan mempunyai hubungan satu
sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluating)
Merupakan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Setelah orang mendapatkan pengetahuan,
selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap yang diketahuinya itu.
Pengetahuan menjadi landasan penting untuk menentukan suatu tindakan. Pengetahuan, sikap
dan perilaku seseorang akan kesehatan merupakan faktor yang menentukan dalam mengambil
suatu keputusan. Orang yang berpengetahuan baik akan mengupayakan kemampuan
menerapkan pengetahuannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang (overt
behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dengan adanya
pengetahuan dalam diri seseorang, merupakan suatu kemampuan untuk menentukan suatu
tindakan yang dianggap baik bagi dirinya, dimana pengetahuan menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima dibidang kesehatan khususnya
tentang KB. Pengertian mengenai pengetahuan suami, adalah seberapa jauh suami
mengetahui tentang peran, fungsi, dan tanggung jawabnya dalam sebuah kehidupan rumah
tangga, apabila dikaitkan dalam penentuan metode kontrasepsi.
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau mahluk hidup yang
bersangkutan dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berfikir, tertawa, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2014).
Menurut Notoatmodjo perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R”atau Stimulus Organisme Respons. Perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,
motivasi,persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012)
1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat yang akan dibentuk.
2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki.
3) Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi Reinforcer atau hadiah–hadiah untuk masing-masing komponen
tersebut.
4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah
tersusun.
2.3.3 Bentuk Perilaku
Skiner (1938) seorang ahli psikologi dalam buku Soekidjo Notoadmodjo (2007)
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organism, dan kemudian organism tersebut merespon, maka teori skinner disebut
teori “S-O-R” atau Stimulus - Organisme - Respon. Skiner membedakan adanya dua proses,
yaitu :
Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang
tertentu. Ransangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respon. Misalnya apabila seseorang petugas kesehatan melaksanakan
tugasnya dengan baik (respon terhadap urain tugasnya atau job skripsi) kemudian
memperoleh penghargaan dari atasanya (stimulus biru), maka petugas kesehatan
tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Dilihat dari bentuk
respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek (practice).
a. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek).
b. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik dari sebelumnya.
d. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru .
e. Menerima (adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) ada tiga factor yang
berhubungan dengan perilaku seseorang yaitu :
2. Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang,
setuju-tidak setuju, baik-tidak baik). (Notoatmodjo, 2014) Menurut Notoatmodjo
(2003), Sikap adalah sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup sari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Dapat disimpulkan manifestasi sikap
itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Jadi
bisa dikatakan sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon
stimulus atau obyek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan
gejala kejiwaaan lain.
Berdasarkan hasil penelitian (Ekarini,2018) responden yang tidak yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi proporsi sikap negatif (91.2%) lebih besar dari pada
dengan sikap positif (74.8%). Pada responden yang menggunakan alat kontrasepsi
proporsi sikap positif (25.2%) lebih besar dari pada sikap negatif (8.8%). analisis
dengan menggunakan uji Chi-Square test diperoleh nilai p value sebesar 0.005 (p
<0.05) yang benar ada hubungan yang bermakna antara Sikap terhadap KB dengan
Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana.
3.Umur
Bertambahnya umur seseorang pasti mengalami perubahan pada aspek psikis
dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik akan mengalami perubahan baik dari
aspek ukuran maupun dari aspek proporsi yang mana hal ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ. Sedangkan pada aspek psikologis (mental) terjadi
perubahan dari segi taraf berfikir seseorang yang semakin matang dan dewasa.
Menurut Noatmodjo 2013, Umur adalah waktu yang sudah dilalui manusia sejak lahir
hingga sekarang. Daya tangkap seseorang dapat dipengaruhi oleh umur. Semakin
bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir seseorang sehingga
pengetahuannya akan semakin lebih baik.
4. Pendidikan
Menurut Noatmodjo (2012), pendidikan kesehatan adalah upaya pemanfaatan
pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah
semua aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu,
kelompok maupun masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri.
Hasil penelitian (Afrinaldi Suandi,2021) bahwa kelompok yang memiliki
Pendidikan rendah, proporsi responden yang berpartisipasi tinggi dalam program KB
sebesar 17,7%, sedangkan kelompok yang memiliki Pendidikan tinggi sebesar 24,2%.
6. Dukungan Keluarga
6.1 Definisi
Menurut (Friedman, 2013), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan,informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Adanya dukungan
keluarga, anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Orang yang berada
dalam lingkungan sosial yang supportif umumnya memiliki kondisi yang lebih baik
dibandingkan orang yang tanpa memiliki dukungan keluarganya, karena dukungan
keluarga dianggap dapat mengurangi efek kesehatan mental individu.
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka disusun Kerangk Teori
partisipasi pria menjadi akseptor KB menggunakan teori Lawrence Green seperti
berikut:
Predisposing factors
Umur
Tingkat Pendidikan
Pengetahuan
sikap
Reinforcing factors
Dukungan Istri
Sosial ekonomi
Enabling Factors
Ketersediaan Sumber
daya kesehatan
Keterjangkauan Sumber
daya kesehatan
Akses pelayanan
Ketersediaan metode
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas, peneliti akan meneliti tentang hubungan
pengetahuan,sikap suami, dukungan istri dan akses pelayanan di lingkungan Rw 08
Cipulir Kebayoran Lama, Jakarta selatan.Sehingga kerangka konsep dalam penelitian
sebagai berikut :
Variable Bebas
Variable Terikat
Pengetahuan
Sikap Suami Partisipasi Pria Dalam KB
Dukungan Istri
Akses Pelayanan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi
Pria Menjadi Akseptor KB Di Rw 08 Cipulir,Kebayoran Lama Jakarta Selatan