Anda di halaman 1dari 20

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PERTEMUAN KE 7

Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Amlapura

Mata Pelajaran : Agama Hindu dan Budi Pekerti

Kelas/Semester : IX/ Ganjil

Materi Pokok : Kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya

Alokasi Waktu : 3 x 35 menit (1 x pertemuan)

A-B. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian


Kompetensi

1. Menghargai dan menghayati 1.1 Menghayati


● Menghayati Kemahakuasaan
ajaran agama yang dianutnya. kemahakuasaan Sang Hyang
Sang Hyang Widhi sebagai Asta
Widhi sebagai Asta
Aiswarya
Aiswarya
● Meyakini Kemahakuasaan

Sang Hyang Widhi sebagai Asta


Aiswarya

2. Menunjukkan perilaku jujur, 2.1 Disiplin menghayati


● Menunjukkan sikap percaya diri
disiplin, tanggung jawab, peduli kemahakuasaan Sang Hyang
sebagai bentuk implementasi
(toleran, gotong royong), santun, Widhi sebagai Asta
percaya pada kemahakuasaan
percaya diri dalam berinteraksi Aiswarya
Sang Hyang Widhi sebagai Asta
secara efektif dengan lingkungan
Aiswarya
sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya. ● Bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugas-tugas yang


diberikan guru sebagai wujud
pengamalan keyakinan terhadap
Asta Aiswarya.

3 Memahami dan menerapkan 3.1 Memahami ● Mengidentifikasi pengertian


pengetahuan (faktual, konseptual, kemahakuasaan Sang Hyang Aşța Aiswarya
dan prosedural) berdasarkan rasa Widhi sebagai Asta
● Menyebutkan bagian-bagian
ingin tahunya tentang ilmu Aiswarya
Aṣṭa Aiswarya
pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya terkait fenomena dan ● Mengidentifikasi ciri-ciri

kejadian tampak mata. kemahakuasaan Sanghyang


Widhi Wasa dalam wujud
Aşta Aiswarya

● Mengidentifikasi Contoh-
contoh sifat-sifat
kemahakuasaan Sanghyang
Widdhi Wasa dalam wujud
Aṣṭa Aiswarya

● Mengidentifikasi sloka-
sloka yang terkait dengan
Aşta Aiswarya

● Mengkorelasikan sloka-
sloka dalam Weda dengan
sifat dan contoh
kemahakuasaan Sanghyang
Widhi Wasa sebagai Aşta
Aiswarya

● Menganalisis contoh-
contoh, sifat-sifat, serta
sloka tentang Aṣṭa
Aiswarya

4. Mengolah, menyaji, dan menalar 4.1 Menguraikan


● Mengkomunikasikan kembali
berbagai hal dalam ranah konkret kemahakuasaan Sang Hyang
contoh- contoh kemahakuasaan
(menggunakan, mengurai, Widhi sebagai Asta
Sanghyang Widhi Wasa dalam
merangkai, memodiikasi, dan Aiswarya wujud Aṣṭa Aiswarya
membuat) dan ranah abstrak
● Menceritakan kembali sloka-
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sloka Weda yang terkait dengan
sesuai dengan yang dipelajari di Aṣṭa Aiswarya
sekolah dan dari berbagai sumber
● Menceritakan fenomena-
lain yang sama dalam sudut
pandang/ teori. fenomena alam yang terkait
dengan kemahakuasaan
Sanghyang Widhi Wasa sebagai
Aṣṭa Aiswarya

C. Tujuan Pembelajaran

Melalui model pembelajaran kooperatif learning dan membaca materi buku agama Hindu kelas
IX materi Kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya dan mengikuti proses
pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

a. Mempraktikkan pembacaan sloka dan mantram terkait Asta Aiswarya


b. Menjelaskan Kemahakuasaan Sang Hyang Widhi

D. Materi Pembelajaran

a. Sloka dan Mantram tentang Asta Aiswarya

Tuhan adalah sumber, awal dan akhir, serta pertengahan dari segala yang ada. Di dalam Veda
Bhagavadgītā X.20, Tuhan (Hyang Widhi) bersabda mengenai hal ini, sebagai berikut.
Aham atmā guḍākeśa sarva bhūtāśaya sthitaḥ aham ādiś cha madhyaṁ cha bhūtānām anta
eva cha
Terjemahan:
Aku adalah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku adalah
permulaan, pertengahan, dan penghabisan dari makhluk semua (Pudja, 1999: 258).
Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat Mahaada, juga berada disetiap mahluk hidup, di dalam
maupun di luar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi) meresap di segala
tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka) dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam
Upanisad (Katha Upanisad. 1.2) disebutkan bahwa Tuhan adalah ”telinga dari semua telinga,
pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas, dan mata dari
segala mata”. Namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada. Di
dalam Lontar Bhuana Kosa II.17, dinyatakan sebagai berikut.
Bhatara Śiwa sira wyapaka sira suksma tan kênêng angen-angen kadiang ganing akasa tan
kagrahita dening manah muang indriya.
Terjemahan:
Tuhan (Siwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether),
dia tak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya (Bantas, 2000: 25).
Walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir di mana-mana. Tuhan bersifat wyapi-wyapaka,
meresapi segalanya. Tiada suatu tempat pun yang Tuhan tiada tempati, karena Tuhan
memenuhi jagad raya ini. Hal ini dijelaskan dalam Rg Veda X.90.1, yang menyatakan bahwa:
Sahasraśīrṣā puruṣaḥ sahasrākṣaḥ sahasrapāt, sa bhūmiṁ viśato vṛtvatyatiṣṭad daśāṅgulam
Terjemahan :
Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia
memenuhi bumi-bumi pada semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru (Dewanto, 2009: 918).
Makna seribu dalam mantra Rg Veda di atas berarti tak terhingga. Tuhan berkepala tak
terhingga, bermata tak terhingga, bertangan tak terhingga. Semua kepala adalah kepala-Nya,
semua mata adalah mata-Nya, semua tangan adalah tangan-Nya. Walaupun Tuhan tak dapat
dilihat dengan mata biasa, tetapi Tuhan dapat dirasakan kehadirannya dengan hati. Bagaikan
garam dalam air, Ia tidak tampak, namun bila mencicipinya akan terasa keberadaan-Nya.
Hal ini juga dijelaskan dalam Wrhaspati Tattwa 69 yang menyatakan bahwa:
Umahas sira ring sedantara, pinuja ta sira sinambah wineh sarwabhoga, wineh bhojana, apan
aprabhrti, yeka mahima ngaranya, nihan tang mahima ngaranya.
Terjemahan:
Kemana saja Ia bisa pergi sesuka hatinya, disana Ia bisa tinggal sesuka hatinya. Dan karena di
mana-mana, Ia dihormati, Ia dinamakan mahima. Ia berkeliling ke berbagai tempat. Di tempat
Ia disambut, dihormati, dan diberi segala yang menyenangkan, makanan dan hadiah. Itulah
yang dinamakan mahima. (Bantas, 2000: 42).
Hal ini membuktikan bahwa Tuhan berada di mana-mana. Ia mengetahui segalanya dan
dihormati dalam segala keadaan di dunia ini. Tidak ada sesuatu apapun yang Ia tidak ketahui.
Tidak ada apapun yang dapat disembunyikan kepada-Nya. Tuhan adalah saksi agung akan
segala yang ada dan terjadi. Oleh karena demikian sifat Tuhan, maka manusia tidak dapat lari
kemanapun untuk menyembunyikan segala perbuatannya. Kemanapun berlari akan selalu
berjumpa dengan Dia. Tidak ada tempat sepi yang luput dari kehadiran-Nya. Hal ini dijelaskan
dalam Kitab Atharva Veda. IV.16.2, bahwa:
Yas tiṣṭhati carati yaśca vañcati Yo nilāyaṁ carati yaḥ prataṅkam dvatu saṁniṣadya
yanmantrayete rājā tad veda varuṇas tṛtȋyaḥ
Terjemahan:
Siapa pun berdiri, berjalan atau bergerak dengan sembunyi-sem- bunyi, siapa pun yang
membaringkan diri atau bangun, apa pun yang dua orang duduk bersama bisikan satu dengan
yang lain, semuanya itu diketahui oleh Tuhan (Sang Raja Alam Semesta), ia adalah yang
ketiga hadir di sana (Grifith, 2006: 342).
Kendatipun Tuhan selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi sukar dapat dilihat oleh
mata biasa. Indra kita hanya dapat menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap, dan
dirasakan. Kemampuan kita terbatas, sedangkan Tuhan (Hyang Widhi) adalah Maha sempurna
dan tak terbatas. Di dalam Weda disebutkan bahwa Tuhan (Hyang Widhi) tidak berbentuk
(nirupam), tidak bertangan dan berkaki (nirkaram nirpadam), tidak berpanca indra
(nirindryam), tetapi Tuhan (Hyang Widhi) dapat mengetahui segala yang ada pada makhluk.

b. Cerita tentang Kemahakuasaan Tuhan

Kitab Veda banyak menjelaskan tentang berbagai kemahakuasaan Tuhan seperti yang tertuang
dalam Chandogya Upanisad (Radhakrhisnan, 1992). Cerita pendek berikut ini, mengutip
percakapan antara Svetaketu dan ayahnya yang bernama Udhalaka. Mereka mencoba untuk
mengungkapkan ajaran tentang Veda yang Maha mulia. Cerita berawal ketika Svetaketu
bertanya kepada ayahnya, Uddalaka, yang membicarakan keberadaaan Tuhan:

”Percayalah, anakku,” kata ayah Svetaketu. ”Brahman adalah esensi tak terlihat dan halus yang
merupakan Roh seluruh alam semesta ini.”

”Jelaskan kepadaku, Ayah,” kata Svetaketu.

”Baiklah, anakku. Taruhlah garam ini ke dalam air dan kembalilah besok pagi.”

Svetaketu melakukan seperti yang diperintahkan ayahnya. Di pagi hari, ayahnya meminta
Swetaketu untuk mengeluarkan kembali garam tersebut. Swetaketu melihat ke dalam air, tapi
tidak bisa menemukan garam karena telah larut.
Ayahnya kemudian berkata, ”Minumlah air itu. Bagaimana rasanya?” ”Asin, Ayah,” jawab
Svetaketu.

”Carilah garam itu lagi,” ayahnya menyuruh Svetaketu untuk mencari garam yang sudah larut
itu.

”Aku tidak bisa melihat garam, Ayah. Aku hanya melihat air yang rasanya asin,” komentar
Svetaketu. Ayah Svetaketu kemudian berkata, ”Dengan cara yang sama, O anakku, kamu tidak
dapat melihat Sang Pencipta. Akan tetapi, sebenarnya Dia ada di mana-mana dan meresapi
segala yang ada di alam semesta ini. Dia tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan melalui
segala ciptaan-Nya yang ada alam semesta ini (Radhakrishnan, 1992). Cerita ini menunjukkan
adanya keterkaitan dengan Asta Aiswarya, dan menunjukkan bagian dari sifat kemahakuasaan
Tuhan yang sangat halus (anima). Cerita ini juga me- nunjukkan bahwa Tuhan mempunyai
sifat yang mampu untuk menyatu dengan segala ciptaan-Nya dari semua makhluk, dan
menguasai segala yang ada (wasitwa) dari segala penjuru alam semesta. Selain itu, percaya
terhadap Tuhan mempunyai pengertian yakin terhadap Tuhan. Pengakuan atas dasar keyakinan
bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan
Yang Maha kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah Ia yang kuasa atas
segala yang ada ini.

E. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Kooperatif Learning
3. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab

F. Bahan dan Sumber Belajar

1. Bahan : Buku paket, Buku lks, Papan tulis, Spidol, Pengapus

2. Sumber : Buku paket dan lks Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas IX

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Rencana
Kegiatan Uraian Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 20 menit
● Mengucapkan salam “ Om Swastyastu “

● Berdoa sebelum belajar dengan mengucapkan “ Om Anobadrah

Krtawo Yantu Wiawatah”

● Mengecek kehadiran siswa

● Mengecek kesiapan siswa dalam pembelajaran

● Memotivasi siswa agar mampu mengikuti kegiatan pembelajaran

● Memaparkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

● Menjelaskan manfaat kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan

1. Siswa melakukan pengamatan dilingkungan terkait materi yang 60 menit


diajarkan, kemudian Guru mengamati sikap belajar siswa baik
kesungguhan belajar maupun sikap perilaku sehari-harinya

Guru mengajak siswa untuk:

• Menyimak sloka dan mantram terkait kemahakuasaan Sang


Hyang Widhi

• Membaca kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta


Aiswarya pada buku teks pelajaran agama Hindu

• Mendengarkan cerita tentang Kemahakuasaan Sang Hyang


Widhi

2. Pendidik memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan


mendiskusikan materi yang disajikan, sehingga siswa mendapatkan
jawaban yang memadai.

Guru mengajak siswa untuk:

• Menanyakan sloka dan mantram tentang Asta Aiswarya

• Menanyakan cerita tentang kemahakuasaan Sang hyang Widhi


• Menanyakan contoh-contoh budaya hidup sehat

3. Siswa mengumpulkan data-data yang terkait dengan materi yang


diajarkan melalui lima aspek dalam Kurikulum 2013 yaitu Tatwa,
Susila, Acara, kitab Suci, dan sejarah agama Hindu, melalui metode
wawancara, survey, atau yang lainnya.

Guru mengajak siswa untuk:

• Mengumpulkan contoh-contoh kemahakuasaan Sang Hyang


Widhi

• Mencari sloka-sloka terkait kemahakuasaan Sang Hyang Widhi

• Mengumpulkan artikel-artikel terkait tentang kemahakuasaan


Sang Hyang Widhi

4. Siswa diberikan kesempatan meng-analisis materi pelajaran yang


dipelajari, kemudian guru menganalisis keberhasilan belajar maupun
kegagalan dalam proses pembelajaran.

Guru mengajak siswa untuk:

• Menganalisis sloka-sloka yang terkait kemahakuasaan Sang


Hyang Widhi

• Membuat rangkuman terkait artikel-artikel tentang


kemahakuasaan Sang Hyang Widhi

5. Siswa menyampaikan hasil pengamatannya terkait materi


pelajaran yang disajikan dalam proses pembelajaran baik dalam
bentuk tulisan, atau gambar.

Guru mengajak siswa untuk:

• Menyebutkan sloka-sloka tentang kemahakuasaan Sang Hyang


Widhi

• Menceritakan contoh kemahakuasaan Sang Hyang Widhi dalam


kehidupan

Penutup 25 menit
● Siswa bersama guru membuat simpulan tentang Pengertian Asta
Aiswarya dan bagian-bagiannya

● Memotivasi siswa dan memberikan umpan balik

● Memberikan saran untuk belajar lagi di rumah

● Menyampaikan informasi terkait pembelajaran pada pertemuan

berikutnya

● Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan doa dan Paramasanthi

“ Om Santih, Santih, Santih Om “

H. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Penilaian Kompetensi Sikap
a. Teknik penilaian : Teknik penilaian pengamatan sikap.
b. Instrumen penilaian :
Pedoman Pengamatan Sikap
Kelas : IX. 4
Hari, Tanggal :
Pertemuan Ke- :
Materi Pokok :

No Nama Siswa Aspek Penilaian

Menghayati Mendengar Peduli Tanggung Kerjasama


sloka dan kan cerita jawab
mantram tentang
tentang kemahakuas
Asta aan Sang
Aiswarya Hyang
Widhi

2
Skor penilaian menggunkan skala 10-40 yaitu:
Skor 10 apabila tidak pernah sesuai aspek sikap yang dinilai
Skor 20 apabila siswa kadang-kadang sesuai aspek sikap yang dinilai
Skor 30 apabila siswa sering sesuai aspek sikap yang dinilai
Skor 40 apabila siswa selalu sesuai aspek sikap yang dinilai

Jurnal Sikap
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Amlapura
Kelas/Semester : IX/ Ganjil
Tahun Pelajaran : 2022-2023

No Hari/Tanggal Nama Siswa Catatan Prilaku Butir Sikap Tindak Lanjut

dst

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Teknik penilaian kompetensi pengetahuan pada pertemuan pertama dengan mengobservasi diskusi
dan tanya jawab yang dilakukan oleh guru.

A. Instrumen Observasi Pengetahuan


Kelas : IX. 4
Semester : Ganjil
Pengetahuan yang dinilai : Kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya

N Nama Siswa Jawaban


o

Menjawab Mendefinisikan Mendefinisikan Mendefinisikan


saja dan sedikit dan penjelasan
uraian logis

10 20 30 40
1

dst

Penskoran aktivitas diberi skor rentang 10-40, dan nilai maksimal 100. Adapun kriteria skor
diantaranya sebagai berikut.
Skor 10 jika jawaban hanya berupaya menjawab saja.
Skor 20 jika jawaban berupa mendefinisikan.
Skor 30 jika jawaban berupa mendefinisikan dan sedikit uraian.
Skor 40 jika jawaban berupa mendefinisikan dan penjelesan logis.
Nilai = Skor perolehan x 25
Tes lisan
Jawablah pertanyaan berikut !
1. Tuliskan cerita lain terkait dengan Asta Aiswarya dan sertakan beberapa sloka atau mantram
terkait dengan kemahakuasaan Sang Hyang Widhi Wasa !
2. Bagaimana cara menghayati kemahakuasaan Sang Hyang Widhi Wasa dalam bentuk Asta
Aiswarya !

Kunci Jawaban :

No Jawaban Bobot Skor

1 Kitab Veda banyak menjelaskan tentang berbagai kemahakuasaan 5 5


Tuhansepertiyang tertuang dalam" Chandogya Upanisad". Cerita pendek ini,
mengutip percakapan antara Svetaketu dan ayahnya yang bernama
Udhalaka, mencoba untuk mengungkapkan ajaran tentang Veda yang
mahamulia. Ceritanya berawal ketika Svetaketu bertanya kepada ayahnya
yang bernama Uddalaka yang membicarakan keberadaan Tuhan:Merujuk
cerita ini menunjukan bahwa keterkaitannya dengan asta aiswarya adalah
bagian dari sifat kemahakuasaan Tuhan yang sangat halus (anima) yang
mempunyai sifat mampu untuk menyatu dengan segala ciptaan-Nya dari
semua makhluk dan menguasai segala yang ada (wasitwa) dari segala
penjuru alam semesta. Selain itu, percaya terhadap Tuhan mempunyai
pengertian yakin terhadap Tuhan itu sendiri. Pengakuan atas dasar
keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, mahakuasa, mahaesa dan
maha segala-galanya. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang disebut juga Hyang
Widhi (Brahman), adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Hal ini
dipertegas dalam Rg Veda X.90.1.

Sahasraśīrṣā puruṣaḥ sahasrākṣaḥ sahasrapāt, sa bhūmim visato


vṛtvatyatiṣṭad daśāngulam

Terjemahan:

Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia memenuhi bumi-


bumi pada semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru (Dewanto, 2009: 918).

Hal yang sama juga dijelaskan dalam kitab Atharva Veda. IV.16.2 bahwa:

Yas tişthati carati yaśca vañcati

Yo nilayam carati yaḥ pratankam

dvatu samniṣadya yanmantrayete

rājā tad veda varuṇas tṛtîyaḥ

Terjemahan:

Siapa pun berdiri, berjalan atau bergerak dengan sembunyi-sem- bunyi,


siapa pun yang membaringkan diri atau bangun, apa pun yang dua orang
duduk bersama bisikan satu dengan yang lain, semuanya itu diketahui oleh
Tuhan (Sang Raja Alam Semesta), ia adalah yang ketiga hadir di sana
(Griffith, 2006: 342)

2 Untuk menghayati kemahakuasaan Tuhan ini umat Hindu yang ada di 5 5


Indonesia menerapkan nilai ajarannya yang bersumber pada kitab suci
Veda, yang kemudian diterapkan dalam bentuk:

a. Melaksanakan introspeksi atau pengendalian diri

b. Menerapkan ajaran tapa, brata, yoga dan samadhi

c. Menerapkan ajaran astangga yoga


d. Melakukan kerja sama atau relasi yang baik dan terpuji dengan sesama

e. Menjalin hubungan kemitraan secara terhormat dengan rekanan,


lingkungan, dan semua ciptaan Tuhan di alam semesta ini

f. Membangun pasraman atau paguyuban untuk praktik yoga

g. Mengelola ashram yang bergerak di bidang pendidikan rohani, agama,


spiritual, dan upaya pencerahan diri lahir batin

h. Menerapkan ajaran agama Hindu dengan baik dan benar menuju


keluhuran diri sebagai makhluk sosial dan religius

i. Melaksanakan doa atau puja tri sandhya secara rutin setiap hari.

Jumlah 10 10

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Kemampuan Kemampuan
No Nama Siswa Memberi saran Mengapresiasi
bertanya menjawab

1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

dst.

Keterangan : di isi dengan tanda ceklist


Kategori Penilaian : 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang
Nilai = Skor peroleh x 50
Pedoman Penskoran (Rubik)

No Aspek Penskoran

1 Kemampuan bertanya Skor 4 apabila selalu bertanya


Skor 3 apabila sering bertanya
Skor 2 apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1 apabila tidak pernah bertanya

2 Kemampuan menjawab Skor 4 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan jelas


Skor 3 apabila materi/jawaban benar, rasional, dan tidak
jelas
Skor 2 apabila materi/jawaban benar, tidak rasional,
dan tidak jelas
Skor 1 apabila materi/jawaban tidak benar, tidak
rasional, dan tidak jelas

3 Memberi saran Skor 4 apabila selalu memberi masukan


Skor 3 apabila sering memberi masukan
Skor 2 apabila kadang-kadang memberi masukan
Skor 1 apabila tidak pernah memberi saran

4 Mengapresiasi Skor 4 apabila selalu memberi pujian


Skor 3 apabila sering memberi pujian
Skor 2 apabila kadang- kadang memberi pujian
Skor 1 apabila tidak pernah memberi pujian

Uji Pemahaman
a. Uji pemahaman bertujuan untuk mengetahui materi yang dengan mudah dapat dipahami, dan
yang
sulit di pahami. Dilakukan penilaian diri atas pemahaman terhadap materi tersebut dengan tanda
ceklist pada kolom sangat paham, paham sebagian, dan belum paham.
b. Apabila pemahaman siswa pada kategori sangat paham, diberikan materi pengayaan.
c. Apabila pemahaman siswa berada pada kategori paham sebagian dan belum paham diberikan
pembelajaran ulang, agar dapat cepat memahami materi pelajaran yang sebelumnya kurang atau
belum dipahami.

Sangat Paham
No Sub materi pokok Belum paham
paham sebagian

1. Mempraktikkan pembacaan sloka dan


mantram terkait Asta Aiswarya

2. Menjelaskan kemahakuasaan Sang


Hyang Widhi

Bahan penilaian kompetensi keterampilan menggunakan teknik penilaian portofolio untuk menilai
aktivitas yang dilakukan siswa.
Pengayaan
Kegiatan pembelajaran pengayaan diberikan kepada siswa yang telah menguasai materi dan secara
pribadi sudah mampu memahami Kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya.
Bentuk pengayaan dilakukan sebagai berikut:
1. Memberikan tugas untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi pokok dari berbagai sumber
dan mencatat hal-hal penting. Selanjutnya menyajikan dalam bentuk laporan atau membaca di
depan kelas
2. Siswa membantu siswa lain yang belum tuntas dengan pembelajaran tutor sebaya.
3. Belajar mandiri, yaitu secara mandiri siswa belajar mengenai sesuatu yang diminati.
4. Pembelajaran berbasis tema, yaitu memadukan kurikulum di bawah tema besar sehingga siswa
dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.
5. Pemadatan kurikulum, yaitu pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang
belum diketahui siswa Dengan demikian tersedia waktu bagi siswa untuk memperoleh
kompetensi/materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri sesuai dengan kapasitas
maupun kapabilitas masing-masing.
Guru diharapkan dapat memberikan pengayaan materi agar siswa memiliki pemahaman yang
semakin jelas dan lengkap
Contoh Materi Pengayaan:
Asta Dala "Asta Dala" adalah delapan simbol sifat keagungan Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha
Esa yaitu:
a. Anima, mempunyai kekuatan yang dapat merubah diri-Nya menjadi sekecil-kecilnya;
b. Lagima, bersifat ringan atau halus;
c. Mahima, Maha besar meliputi semuanya;
d. Prapti, serba tercapai, segala kehendakNya
e. Prakamya, segala kehendakNya selalu terlaksana
f. Icitwa, beliau mengatur segala yang ada di dunia dan bhuwana agung ini.
g. Waçitwa, tidak ada yang melebihi kekuasaan-Nya;
h. Yatrakamawasaytwa, tidak ada yang dapat menentang kodrat-Nya.
Di atas Swastika dengan Asta Dala tergambar Ketu/Mahkota ber- sudut 3, yang menyimbulkan
iman/keyakinan batin kepada Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana yang
disebutkan tentang Peradah Hindu Dharma. Begitu pula dijelaskan delapan simbol terse- but
sebagai bunga dan daun dari Swastika, yaitu: Sebagai Bunga, Padma yang berdaun bunga
delapan, dalam arti kata lambang swastika (FPMHD-Unud), tersebutlah dari bentuk Swastika itu
timbul bentuk Padma (teratai) yang berdaun bunga delapan. Sebagai Daun, Padma Anglayang
yang jumlah daunnya delapan menjadi 8 (delapan) arah dari bumi iniPada abad ke-16 dikisahkan
datang Danghyang Nirartha yang menambahkan simbol Dewata Nawa Sanga bilang bucu (setiap
sudut) menjadi asta dala yang menutupnya di tengah dengan Sang Hyang Tri Purusa. Demikian
juga halnya dengan jenis bunga yang digunakan dalam persembahyangan, hendaknya juga
disesuaikan dengan warna bunga yang dipilih sesuai dengan Padma Astadala dan baunya yang
harum. Tuhan adalah sumber, awal dan akhir, serta pertengahan dari segala yang ada. Di dalam
Veda Bhagavadgītā X.20, Tuhan (Hyang Widhi) bersabda mengenai hal ini, sebagai berikut.
Aham atmā guḍākeśa sarva bhūtāśaya sthitaḥ aham ādiś cha madhyaṁ cha bhūtānām anta
eva cha
Terjemahan:
Aku adalah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku adalah
permulaan, pertengahan, dan penghabisan dari makhluk semua (Pudja, 1999: 258).
Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat Mahaada, juga berada disetiap mahluk hidup, di dalam
maupun di luar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi) meresap di segala
tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka) dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam
Upanisad (Katha Upanisad. 1.2) disebutkan bahwa Tuhan adalah ”telinga dari semua telinga,
pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas, dan mata dari
segala mata”. Namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada. Di
dalam Lontar Bhuana Kosa II.17, dinyatakan sebagai berikut.
Bhatara Śiwa sira wyapaka sira suksma tan kênêng angen-angen kadiang ganing akasa tan
kagrahita dening manah muang indriya.
Terjemahan:
Tuhan (Siwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether),
dia tak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya (Bantas, 2000: 25).
Walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir di mana-mana. Tuhan bersifat wyapi-wyapaka,
meresapi segalanya. Tiada suatu tempat pun yang Tuhan tiada tempati, karena Tuhan
memenuhi jagad raya ini. Hal ini dijelaskan dalam Rg Veda X.90.1, yang menyatakan bahwa:
Sahasraśīrṣā puruṣaḥ sahasrākṣaḥ sahasrapāt, sa bhūmiṁ viśato vṛtvatyatiṣṭad daśāṅgulam
Terjemahan :
Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia
memenuhi bumi-bumi pada semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru (Dewanto, 2009: 918).
Makna seribu dalam mantra Rg Veda di atas berarti tak terhingga. Tuhan berkepala tak
terhingga, bermata tak terhingga, bertangan tak terhingga. Semua kepala adalah kepala-Nya,
semua mata adalah mata-Nya, semua tangan adalah tangan-Nya. Walaupun Tuhan tak dapat
dilihat dengan mata biasa, tetapi Tuhan dapat dirasakan kehadirannya dengan hati. Bagaikan
garam dalam air, Ia tidak tampak, namun bila mencicipinya akan terasa keberadaan-Nya.
Hal ini juga dijelaskan dalam Wrhaspati Tattwa 69 yang menyatakan bahwa:
Umahas sira ring sedantara, pinuja ta sira sinambah wineh sarwabhoga, wineh bhojana, apan
aprabhrti, yeka mahima ngaranya, nihan tang mahima ngaranya.
Terjemahan:
Kemana saja Ia bisa pergi sesuka hatinya, disana Ia bisa tinggal sesuka hatinya. Dan karena di
mana-mana, Ia dihormati, Ia dinamakan mahima. Ia berkeliling ke berbagai tempat. Di tempat
Ia disambut, dihormati, dan diberi segala yang menyenangkan, makanan dan hadiah. Itulah
yang dinamakan mahima. (Bantas, 2000: 42).
Hal ini membuktikan bahwa Tuhan berada di mana-mana. Ia mengetahui segalanya dan
dihormati dalam segala keadaan di dunia ini. Tidak ada sesuatu apapun yang Ia tidak ketahui.
Tidak ada apapun yang dapat disembunyikan kepada-Nya. Tuhan adalah saksi agung akan
segala yang ada dan terjadi. Oleh karena demikian sifat Tuhan, maka manusia tidak dapat lari
kemanapun untuk menyembunyikan segala perbuatannya. Kemanapun berlari akan selalu
berjumpa dengan Dia. Tidak ada tempat sepi yang luput dari kehadiran-Nya. Hal ini dijelaskan
dalam Kitab Atharva Veda. IV.16.2, bahwa:
Yas tiṣṭhati carati yaśca vañcati Yo nilāyaṁ carati yaḥ prataṅkam dvatu saṁniṣadya
yanmantrayete rājā tad veda varuṇas tṛtȋyaḥ
Terjemahan:
Siapa pun berdiri, berjalan atau bergerak dengan sembunyi-sem- bunyi, siapa pun yang
membaringkan diri atau bangun, apa pun yang dua orang duduk bersama bisikan satu dengan
yang lain, semuanya itu diketahui oleh Tuhan (Sang Raja Alam Semesta), ia adalah yang
ketiga hadir di sana (Grifith, 2006: 342).
Kendatipun Tuhan selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi sukar dapat dilihat oleh
mata biasa. Indra kita hanya dapat menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap, dan
dirasakan. Kemampuan kita terbatas, sedangkan Tuhan (Hyang Widhi) adalah Maha sempurna
dan tak terbatas. Di dalam Weda disebutkan bahwa Tuhan (Hyang Widhi) tidak berbentuk
(nirupam), tidak bertangan dan berkaki (nirkaram nirpadam), tidak berpanca indra
(nirindryam), tetapi Tuhan (Hyang Widhi) dapat mengetahui segala yang ada pada makhluk.
Kitab Veda banyak menjelaskan tentang berbagai kemahakuasaan Tuhan seperti yang tertuang
dalam Chandogya Upanisad (Radhakrhisnan, 1992). Cerita pendek berikut ini, mengutip
percakapan antara Svetaketu dan ayahnya yang bernama Udhalaka. Mereka mencoba untuk
mengungkapkan ajaran tentang Veda yang Maha mulia. Cerita berawal ketika Svetaketu
bertanya kepada ayahnya, Uddalaka, yang membicarakan keberadaaan Tuhan:
”Percayalah, anakku,” kata ayah Svetaketu. ”Brahman adalah esensi tak terlihat dan halus yang
merupakan Roh seluruh alam semesta ini.”

”Jelaskan kepadaku, Ayah,” kata Svetaketu.

”Baiklah, anakku. Taruhlah garam ini ke dalam air dan kembalilah besok pagi.”

Svetaketu melakukan seperti yang diperintahkan ayahnya. Di pagi hari, ayahnya meminta
Swetaketu untuk mengeluarkan kembali garam tersebut. Swetaketu melihat ke dalam air, tapi
tidak bisa menemukan garam karena telah larut.

Ayahnya kemudian berkata, ”Minumlah air itu. Bagaimana rasanya?” ”Asin, Ayah,” jawab
Svetaketu.

”Carilah garam itu lagi,” ayahnya menyuruh Svetaketu untuk mencari garam yang sudah larut
itu.

”Aku tidak bisa melihat garam, Ayah. Aku hanya melihat air yang rasanya asin,” komentar
Svetaketu. Ayah Svetaketu kemudian berkata, ”Dengan cara yang sama, O anakku, kamu tidak
dapat melihat Sang Pencipta. Akan tetapi, sebenarnya Dia ada di mana-mana dan meresapi
segala yang ada di alam semesta ini. Dia tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan melalui
segala ciptaan-Nya yang ada alam semesta ini (Radhakrishnan, 1992). Cerita ini menunjukkan
adanya keterkaitan dengan Asta Aiswarya, dan menunjukkan bagian dari sifat kemahakuasaan
Tuhan yang sangat halus (anima). Cerita ini juga me- nunjukkan bahwa Tuhan mempunyai
sifat yang mampu untuk menyatu dengan segala ciptaan-Nya dari semua makhluk, dan
menguasai segala yang ada (wasitwa) dari segala penjuru alam semesta. Selain itu, percaya
terhadap Tuhan mempunyai pengertian yakin terhadap Tuhan. Pengakuan atas dasar keyakinan
bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan
Yang Maha kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah Ia yang kuasa atas
segala yang ada ini.

Remedial
Remedial dilaksanakan untuk siswa yang belum menguasai materi dan belum mampu memahami
Kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya..
a. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang
dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian,
penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau
semua siswa belum mencapai ke-tuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik
perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang
lebih tepat.
b. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran
klasikal siswa mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian
bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran
pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa
siswa yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
c. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan,
tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tes akhir. Siswa perlu diberi pelatihan intensif untuk membantu menguasai
kompetensi yang ditetapkan.
d. Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman seke-las yang memiliki kecepatan belajar
lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang
mengalami kesulitan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan siswa yang mengalami
kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
Interaksi Guru dan Orang Tua
Interaksi guru dengan orang tua dilakukan melalui beberapa langkah diantaranya sebai berikut:
1. Menginformasikan kepada siswa agar memperlihatkan hasil pekerjaan yang telah
dinilai/dikomentari guru kepada orang tuanya
2. Diminta kepada orang tua, bila diperlukan dapat mengomentari hasil pekerjaan putra/putrinya
agar anak dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
3. Hasil penilaian yang telah diparaf guru dan orang tua disimpan dan menjadi portofolio siswa.

Mengetahui Amlapura, 9 Oktober 2023


Guru Pamong Guru Mata Pelajaran

Dra. Ni Ketut Rumiatni Ni Komang Eka Suryandari


NIP. 19650119200701 2 004 NPM. 201033

Anda mungkin juga menyukai