Anda di halaman 1dari 4

Indikasi Rujuk Dan Edukasi, Prognosis, Komplikasi Dan Penatalaksanaan TTH Akut

Sebagai Dokter Umum

Indikasi Rujuk
Tension Type Headache termasuk dalam SKDI 4A yang dimana lulusan dokter mampu
membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksaan penyakit tersebut secara mandiri dan
tuntas.

Edukasi
Edukasi diberikan mengenai penyakit TTH, mengajarkan pasien untuk mencatat karakteristik
dan frekuensi TTH, serta penggunaan analgesik.

Karakteristik Penyakit dan Pencatatan Headache Calendar


Edukasi bagi pasien TTH diberikan dengan menjelaskan bahwa TTH merupakan
penyakit yang sering ditemukan, dan tidak mengancam nyawa, meskipun serangan akut dapat
dirasakan sangat mengganggu.

Edukasi juga perlu diberikan mengenai faktor-faktor pencetus terjadinya TTH, seperti
gangguan tidur, stres, atau postur tubuh yang tidak baik. Pasien juga disarankan untuk
menuliskan buku catatan (headache calendar) tentang nyeri kepalanya agar frekuensi,
keparahan episode akut, dan penggunaan obat dapat tercatat. Hal ini juga dapat membantu
mencari pemicu spesifik dari TTH.

Menghindari Penggunaan Analgesik Berlebihan


TTH episodik biasanya akan dapat ditangani menggunakan analgesik yang dijual
bebas. Namun perlu diberikan edukasi agar pasien tidak mengonsumsi analgesic secara
berlebihan, misalnya 3 hari berturut-turut. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
medication overuse headache.

Prognosis
Prognosis tension type headache atau TTH pada umumnya bonam/baik, sebab sebagian
pasien berespon terhadap pengobatan yang diberikan. Biasanya TTH bersifat intermittent,
dan tidak mengganggu pekerjaan atau kehidupan pasien.

Komplikasi
1. CTTH (chronic tension type headache) adalah TTH yang dapat berlangsung selama
berjam-jam atau terus-menerus. Frekuensi > 15 hari dalam 1 bulan atau setidaknya
dalam waktu 3 bulan.
2. Ketergantungan berlebihan pada analgesic yang mengandung kafein
Efek kafein dalam obat analgesic yakni :
- Efek peningkatan kinerja obat.: Kafein dapat meningkatkan penyerapan dan
distribsi sehingga dapat membuat obat bekerja lebih efektif dan cepat, yang dapat
menjadi faktor yang mendukung penggunaan berulang
- Efek psikostimultan (meningkatkan tingkat energi dan kewaspadan)dan
pengurangan rasa kantuk.
- Toleransi : pemakaian yang berulang dapat menyebabkan toleransi terhadap efek
analgesic dan psikostimultan kafein. Seiring waktu, seseorang mungkin
memerlukan dosis yang lebh tinggi untuk mencapai efek yang sama.
3. Ketergantungan/ Kecanduan analgesic narkotik
Analgetik narkotik disebut juga analgetik opioid yaitu obat-obat yang daya
kerjanya meniru opioid endogen yaitu endorfin. Endorfin merupakan sistem
penghambat nyeri tubuh yang bekerja dengan menduduki reseptor nyeri di sistem
saraf pusat (SSP), sehingga perasaan nyeri dapat diblokir. Analgetik narkotik bekerja
dengan menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang belum ditempati dengan endorfin
tersebut, sehingga jika digunakan terus menerus akan menstimulasi pembentukan
reseptor-reseptor baru yang mengakibatkan kebiasaan dan ketagihan.
4. Pendarahan saluran cerna karena penggunaan NSAID
Inhibisi enzim COX : NSAID bekerja dengan menghambat enzum
siklooksigenasi (COX) yang terlibat dalam produksi prostaglandin. Prostaglandin
berfungsi melindungi saluran cerna dengan merangsang produksi lender, mejaga
aliran darah, dan memelihara integritas ssel-sel mukosa lambung dan usus. Dengan
menghambat COX, produksi prostaglandin akan berkurang dan meningkatkan risiko
terjadinya luka dan pendarahan pada mukosa lambung.
5. Risiko epilepsy 4 kali lebih besar dari pada populasi umum.
Karena pengaruh efek neurotransmitter dan ion yang dapat mempengaruhi
perubahan keseimbangan NT dan memengaruhi aktivitas listrik sel sel saraf yang
dapat meningkatkan risiko kejang.

Penatalaksanaan TTH Akut sebagai dokter umum


Pengobatan akut paling sering dilakukan dengan analgetic sederhana yaitu aspirin dan
parasetamol (acetaminophen), serta dengan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
- Ibuprofen : Gol OAINS non-selektif
Bekerja menghambat enzim COX 1 dan COX 2 pada biosintesis
prostaglandin.
Dosis anak usia 6 bulan hingga 2 tahun : 5-10 mg/kgBB setiap 6-8 jam
Dosis anak usia 2-11 tahun : 10 mg/kgBB setiap 6-8 jam
Dosis remaja-dewasa : 200-400 mg setiap 4-6 jam, dosis maksimal
1200 mg/hari
Side effect : pendarahan saluran cerna,
Kontraindikasi pada ibu hamil trimester 1

- ASA (Aspirin/ Asetilsalisilat) : Gol NSAID non-selektif


Bekerja menghambat enzim COX 1 dan 2
Dosis anak : 10-15 mg / KgBB setiap 4-6 jam
Dosis Dewasa : 325 -650 mg setiap 4-6 jam
Side effect : Sindrom Reye, pendarahan saluran cerna
Kontraindikasi anak atau remaja yang baru pulih dari
infeksi virus

- Naproxen Sodium : Gol NSAID non-selektif

Bekerja menghambat enzim COX 1 dan 2


Dosis anak 2-11 tahun : 10 mg/KgBB
Dosis Dewasa : 500 mg, diikuti 250 mg setiap 6-8 jam sesuai
kebutuhan.
Side effect : meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
trombotik, seperti infark miokard dan stroke, pendarahan
gastrointestinal.
- Acetaminophen : mekanisme kerja dapat memengaruhi neurotransmitter tyang
terlibat dalam regulasi nyeri dan suhu tubuh dan juga dapat bekerja menghambat
enzim COX (cyclooxygenase).
Dosis anak : 10-15 mg /KgBB setiap 4-6 jam
Dosis Dewasa : 500-1000 mg setiap 4-6 jam
Side effect : sakit perut, mual dan muntah (jarang)

Dapus :
1. Muthmainnina & Kurniawan - JPHV (Journal of Pain, Vertigo and Headache) – 2022
2. Anindhita T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi, Vol 2. Edisi Kedua. Jakarta:
Departemen Neurologi FK UI; 2023
3. Shah N, Hameed S. Muscle Contraction Tension Headache. StatPearls Publishing.
2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562274/
4. Steiner TJ, Jensen R, Katsarava Z, et al. Aids to management of headache disorders in
primary care (2nd edition) : on behalf of the European Headache Federation and
Lifting The Burden: the Global Campaign against Headache. J Headache Pain. 2019
May 21;20(1):57. doi: 10.1186/s10194-018-0899-2.

Anda mungkin juga menyukai