2019
BAB 1 Definisi
BAB II Ruang Lingkup
BAB III Tata Laksana
BAB IV Dokumentasi
BAB 1
DEFINISI
A. Asesmen awal
Asesmen awal medis dan keperawatan meliputi pemeriksaan fisik, riwayat
kesehatan, pengkajian dari aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi,kultural dan
spiritual.
Dalam melengkapi asesmen awal harus melibatkan keluarga (alloanamnesa)
termasuk memberikan keputusan dalam rencana asuhan.
1. Asesmen Awal Rawat Jalan
a. Asesmen awal pasien rawat jalan terdiri dari asesmen awal keperawatan dan
asesmen awal medis
b. Asesmen awal pasien rawat jalan meliputi poli umum, poli spesialis.
c. Asesmen awal rawat jalan dilakukan terhadap setiap pasien baru yang datang di
instalansi rawat jalan.
d. Asesmen awal pasien rawat jalan meliputi pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan,
pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kultural dan
spiritual.
e. Kerangka waktu penyelesaian asesmen awal pasien rawat jalan harus selesai
dalam waktu 30 menit.
f. Pelaksanaan pasien rawat jalan dengan penyakit akut / non kronis, asesmen
awal diperbaharui setelah 1 ( satu ) bulan. Pelaksanaan pasien rawat jalan
dengan penyakit kronis, asesmen awal diperbaharui setelah 3 ( tiga ) bulan.
g. Pelaksanaan asesmen awal pasien rawat jalan menghasilkan diagnosa awal,
masalah kesehatan dan rencana asuhan.
2. Asesmen Awal Rawat Inap
a. Asesmen awal pasien rawat inap terdiri dari asesmen awal keperawatan dan
asesmen awal medis
b. Asesmen awal pasien rawat inap meliputi pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan,
pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kultural dan
spiritual dengan menggunakan pola IAR
c. Kerangka waktu penyelesaian asesmen awal pasien rawat inap harus selesai
dalam waktu 1 x 24 jam.
d. Pelaksanaan asesmen awal pasien rawat inap menghasilkan diagnosa awal,
masalah kesehatan dan rencana asuhan yang terintegrasi.
3. Asesmen Awal Gawat Darurat
a. Asesmen awal pasien gawat darurat terdiri dari asesmen awal keperawatan dan
asesmen awal medis
b. Asesmen awal pasien gawat darurat meliputi pemeriksaan fisik, riwayat
kesehatan, pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi,
kultural dan spiritual, berfokus pada kondisi pasien.
c. Kerangka waktu penyelesaian asesmen awal pasien gawat darurat harus selesai
dalam waktu 60 menit.
d. Pelaksanaan asesmen awal pasien gawat darurat menghasilkan diagnosa awal,
masalah kesehatan dan rencana asuhan dengan metode IAR
B. Risiko Nutrisional
1. Skrining Gizi Pasien Dewasa /Anak / Obstetri
a. Setiap pasien di RSIA Kusuma Pradja dilakukan skrining gizi
b. Skrining gizi dilakukan oleh perawat yang berkompeten dan berwenang
c. Skrining gizi di RSIA Kusuma Pradja menggunakan parameter MST
untuk pasien dewasa dan Strong Kids untuk pasien anak.
d. Apabila dalam skrining gizi di dapatkan skor beresiko malnutrisi maka akan
dilakukan asesmen gizi oleh ahli gizi
e. Untuk kategori A ( gizi baik ) akan dilakukan asesmen ulang oleh ahli gizi
setiap minggu / 7 hari. Untuk kategori B ( malnutrisi sedang ) akan dilakukan
asesmen ulang setelah 3 hari. Untuk kategori C ( malnutrisi berat) akan
dikonsulkan oleh dokter spesialis gizi.
2. Metode Skrining Gizi
a. MST (Malnutrition Screening Tool)
Metode ini cukup valid dan Reliabel mengidentifikasi pasien dewasa
pada kondisi akut yang membutuhkan pengkajian gizi lanjut.
1) Langkah-langkah MST :
Mengisi nilai skor sesuai yang tertulisdi parameter skrining MST :
No Parameter Skor
1 Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan
dalam 6 bulan terakhir ? 0
a. Tidak ada penurunan 2
2) PENILAIAN
Bila total skor ( parameter no 1 dan 2 ) ≥ 2 maka pasien dinyatakan
beresiko malnutrisi
Bila Parameter no.3 “ Ya” tanpa dilakukan penilaian skor ( parameter
1 dan 2 ) maka pasien sudah dinyatakan beresiko malnutrisi.
Yang dimaksud dengan diagnose khusus adalah pasien saat masuk
rumah sakit langsung di diagnosa
- Malnutrisi (Gizi kurang/ Lebih)
- DM
- PGK
- Jantung
- TBC/ PPOK
- Hipertensi/ Stroke
- Diare Kronis
- Meningitis
- Penyakit lain yang berdasarkan pertimbangan dokter beresiko
malnutrisi.
b. Strong Kids
Digunakan untuk pasien anak umur 1 bulan sampai 18 tahun.
Langkah-langkah
a. Mengisi nilai skor sesuai yang tertulis di parameter
No Pertanyaan Jawaban Skor
1. Apakah pasien tampak kurus? Tidak Ya
0 1
2. Apakah terdapat penurunan BB selama satu Tidak Ya
bulan ? 0 1
Untuk bayi < 1 tahun : BB tidak naik selama 3
bulan terakhir.
3 Apakah terdapat SALAH SATU dari kondisi Tidak Ya
berikut ? (diare, Muntah, Asupan makan 0 1
menurun )
4 Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang Tidak Ya
mengakibatkan pasien beresiko malnutrisi ? 0 1
TOTAL SKOR
b. PENILAIAN
1) Bila salah satu pertanyaan jawabannya “ Ya” pasien dinyatakan beresiko
malnutrisi
2) Pertanyaan No. 2 berdasarkan penilaian objektif data BB bila ada ATAU
penilaian subjektif orang tua pasien.
3) Pertanyaan no. 4 yang dimaksud penyakit atau keadaan
yang mengakibatkan malnutrisi adalah :
Diare akut
Penyakit jantung bawaan
HIV
Kanker
Penyakit Hati kronik
Penyakit Ginjal Kronik
TB paru
Combustio
Meningitis
c. Skrining untuk pasien dengan masalah obstetric/ kehamilan/ Nifas
1) Mengisi Nilai Skor sesuai yang tertulis di parameter
No Pertanyaan Jawaban Skor
1 Apakah asupan makan berkurang karena tidak Tidak Ya
nafsu makan ? 0 1
2 Ada gangguan metabolism ( DM,Gangguan fungsi Tidak Ya
Tiroid, infeksi kronis 0 1
Missal : HIV/ AIDS, TB, LUPUS dll
3 Ada pertambahan BB yang kurang atau Lebih Tidak Ya
selama kehamilan ? 0 1
4 Nilai Hb < 10 g/dl atau HCT < 30% Tidak Ya
0 1
TOTAL SKOR
2) PENILAIAN
Bila salah satu pertanyaan jawabannya “ ya” Pasien dinyatakan beresiko
malnutrisi.
d. SGA (Subjective Global Assesmen )
1) Mengisi Nilai Skor sesuai dengan parameter yang tertulis
No Parameter Skor
1 Riwayat Penyakit Tidak ada Ada
a. DM 1 2
b. Hipertensi 1 2
2
c. Ginjal 1 2
d. Jantung 1
2 Perubahan asupan makan 1 2
3 Perubahan kapasitas fungsional 1 2
4. Hubungan penyakit dengan 1 2
kebutuhan gizi
5 Penilaian fisik adanya oedem 1 2
6 Penilaian laboratorium ( Hb) Normal ( 1) Kurang (2)
Total skor
2) PENILAIAN
Kategori A ( Gizi Baik ) bila total skor ≤ 12
Kategori B ( Malnutrisi Sedang ) bila skor 13 – 15
Kategori C (Malnutrisi berat ) bila skor > 15
C. Kebutuhan Fungsional
1. Asesmen Kebutuhan fungsional di RSIA Kusuma Pradja menggunakan
Barthel Index dan Kats Index
2. Asesmen kebutuhan fungsional dilakukan oleh staf ( perawat ) yang berkompeten
dan berwenang ( mempunyai STR, SIP dan BTCLS )
3. Asesmen kebutuhan fungsional di kaji kebutuhannya sebelum pasien sakit.
4. Asesmen kebutuhan fungsional dilakukan di rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat.
5. Hasil keasesmen kebutuhan fungsional memperoleh asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan RS
6. Asesmen kemampuan aktivitas harian ( Functional Status) meliputi:
a) Aktivitas dan mobilitas berdasarkan penilaian Barthel Indexdan Kats Index
b) Dinilai tingkat ketergantungan dan kebutuhan pasien akan bantuan yang
diperlukan
c) Keluhan pasien yang berhubungan dengan aktivitas.
PENILAIAN BARTHEL INDEX
Dengan Skor yang
No. Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan Didapat
1. Makan 5 10 Frekuensi
Jumlah
Jenis
2 Berpindah dari kursi roda ke 5-10 15
tempat tidur, atau sebaliknya
3. Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi
menyisir rambut, gosok
gigi)
4 Keluar masuk toilet 5 10
(mencuci pakaian, menyeka
tubuh, menyiram)
5 Mandi 5 15 Frekuensi
6 Jalan di permukaan datar 0 5
7 Naik turun tangga 5 10
8 Mengenakan pakaian 5 10
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :
Konsistensi
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 Frekuensi
warna
JUMLAH 60 70
Interpretasi :
<65 : Ketergantungan Total
65-125 : Ketergantungan Sebagian
130 : Mandiri
PENILAIAN KATZ INDEX
Pengkajian ini berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung
dari pasien dalam hal :
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),
berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya 2 fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F
Keterangan:
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun sebenarnya mampu.
1. Mandi
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung, atau
ekstremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri
2. Berpakaian
Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi atau mengikat pakaian
Tergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau baju hanya sebagian
3. Ke kamar kecil
Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri
Tergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4. Berpindah
Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari
kursi sendiri
Tergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu atau lebih berpindah
5. Kontinen
Mandiri: BAK dan BAB seluruh dikontrol sendiri
Tergantung: inkontinensia parsial atau local, penggunaan kateter, pispot,
enema, dan pembalut (pampers)
6. Makan
Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri
Tergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali dan makan parenteral (NGT)
Analisis hasil:
13-17 : Mandiri
0-12 : Ketergantungan
D. Kebutuhan Khusus
Kebutuhan khusus terdiri dari:
1. Tingkat pendidikan dan bahasa
2. Kendala emosional, fisik dan kognitif
3. Budaya dan keyakinan
4. Agama dan kepercayaan.
Jam
Factor Kondisi pasien Poin Poin Poin Poin
resiko
Riwayat Ya 25
jatuh(6
bulan Tidak 0
terakhir )
Status Agitasi / konfusi 15
mental
15
Demensia
Medikasi Efek dari obat-obat 10
analgetik/sedatif
Riwayat operasi 20
GA/RA dalam24 jam
terakhir
PENILAIAN RESIKO JATUH TGL hari ke: hari ke: hari ke: hari ke:
JAM
2. Asesmen resiko pasien jatuh di IGD menggunakan skala morse untuk pasien dewasa
dan skala humpty dumpty
3. Asesmen resiko pasien jatuh rawat jalan
GET UP AND GO
1. Pengkajian
No Penilaian/ Pengkajian Ya Tidak
A Cara berjalan pasien (salah satu atau lebih)
1. Tidak seimbang/ sempoyongan/ limbung
2. Jalan dengan menggunakan alat bantu (kruk,
tripot, kursi roda, orang lain)
B Memegang saat akan duduk: tampak memegang
pinggiran kursi atau meja/ benda lain sebagai
penopang saat akan duduk
2. Hasil
NO Hasil Penilaian/ Pengkajian Keterangan
1 Tidak berisiko Tidak ditemukan A & B
2 Risiko rendah Ditemukan salah satu
dari A/ B
3 Risiko tinggi Ditemukan A & B
3. Tindakan
NO Hasil kajian Tindakan Ya Tidak TTD/ nama
petugas
1 Tidak berisiko Tidak ada tindakan
2 Risiko rendah Edukasi
3 Risiko tinggi Pasang pita kuning
Edukasi
F. Asesmen Nyeri
Sebelum melakukan Asesmen nyeri harus dilakukan skrining nyeri terlebih dahulu.
Skrining nyeri bisa dilakukan dengan menanyakan kepada pasien “apakah pasien
merasakan nyeri atau tidak ?”
Asesmen nyeri di RSIA Kusuma Pradja
meliputi:
a. Anamnesis
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a) Onset nyeri akut atau kronik, traumatik atau non-traumatik.
b) Karakter dan derajat keparahan nyeri, nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa terbakar,
tidak nyaman, kesemutan, neuralgia.
c) Pola penjalaran atau penyebaran nyeri
d) Durasi dan lokasi nyeri
e) Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan, baal, kesemutan, mual atau
muntah, atau gangguan keseimbangan maupun kontrol motorik.
f) Faktor yang memperhambat dan memperingan
g) Kronisitas
h) Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respon terapi
i) Gangguan atau kehilangan fungsi akbita nyeri maupun luka
j) Penggunanaan alat bantu
k) Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktivitas hidup dasar
(activity of daily living).
2. Riwayat Penyakit Dahulu atau Riwayat pembedahan
3. Riwayat Psiko-Sosial
a) Riwayat konsumsi alkohol, merokok, atau narkotika.
b) Identifikasi pengasuh/ perawat utama (primer) pasien.
c) Identifiaksi kondisi tempat tinggal pasien yang berpotensi menimbulkan
eksaserbasi nyeri.
d) Pembatasan/ restriksi partisipasi pasien dalam aktivitas social yang berpotensi
menimbulkan pengaruh negative terhadap motivasi dan kooperatif pasien dengan
program penanganan/ manajemen nyeri ke depannya. Pada pasien dengan
masalah psikiatri, diperlukan dukungan psikoterapi/ psikofarmaka.
e) Tidak dapat bekerjanya pasien akibat nyeri dapat menimbulkan stress bagi
pasien atau keluarga pasien.
4. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dan rutin, seperti mengangkat benda
berat, membungkuk atau memutar merupakan pekerjaan tersering yang
berhubungan dengan nyeri punggung.
5. Obat-obat dan Alergi
a) Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien utnuk mengurangi nyeri.
b) Mencantumkan juga mengenai dosis, tujuan minum obat, efektifitas, dan efek
samping.
c) Direkomendasikan untuk mengurangi atau memberhentikan obat-obatan
dengan efek samping kognitif dan fisik.
6. Riwayat Keluarga
Evaluasi riwayat medis terutama penyakit
genetik.
7. Asesmen system organ yang komprehensif
a) Evaluasi gejala kardiovaskular psikiatri pulmonary, gastrointestinal,
neurologi, reumatologi, genitourinaria, endokrin, dan musculoskeletal.
b) Gejala konstitusional penurunan berat badan, nyeri malam hari, keringat
malam,
dan sebagainya
Skala nyeri di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kusuma Pradja menggunakan 6 cara yaitu:
1. Numeric Rating Scale digunakan untuk pasien dewasa dan anak yang usianya
lebih dari 6 tahun yang dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas
nyeri yang dirasakannya.
2. Wong-baker faces pain scale digunakan untuk pasien (dewasa dan anak lebih dari 6
tahun)yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.
Instruksi: petugas menyesuaikan atau memilih gambar mana yang paling
sesuai dengan keadaan pasien.
0= ekspresi rileks, tidak merasa nyeri sama sekali
2= sedikit nyeri
4= cukup nyeri
6= lumayan nyeri
7= sangat nyeri
10= nyeri yang tak tertahankan
Keterangan:
a. Dikatakan nyeri ringan (skala nyeri 1-3) apabila: hasil asesmen
menunjukkan gambar 2 dan 4
b. Dikatakan nyeri sedang (skala nyeri 4-6) apabila: hasil asesmen menunjukkan
gambar 6
c. Dikatakan nyeri berat (skala nyeri 7-10) apabila: hasil asesmen menunjukkan
gambar 8 dan 10
4. NIPS (Neonatal Infants Pain Scale) digunakan pada anak usia kurang dari 1 tahun.
Parameter Temuan Nilai
Ekspresi wajah Santai 0
Meringis 1
Menangis Tidak menangis 0
Merengek 1
Menangis kuat 2
Pola bernafas Santai 0
Perubahan bernafas 1
Tangan Santai 0
Fleksi/ ekstensi 1
Kaki Santai 0
Fleksi/ ekstensi 1
Kepekaan terhadap Tertidur/ bangun 0
rangsangan Rewel 1
Pada bayi premature, ditambahkan 2 parameter lain yaitu Heart Rate dan
Saturasi Oksigen
Heart Rate 10% dari baseline 0
11-20% dari baseline 1
>20% dari baseline 2
Saturasi Oksigen Tidak diperlukan 0
oksigen tambahan
Penambahan oksigen 1
diperlukan
Penilaian:
0 = tidak nyeri
1-2 = nyeri ringan
3-4 = nyeri sedang
>4 = nyeri berat
Skor yang rendah bukan berarti anak merasa tidak nyeri, bisa juga anak
sudah mendapat obat-obatan tertentu.
5. FLACC(Faces, Legs, Activity, Cry, Consolability) Behavioral pain scale digunakan
pada pasien tidak sadar yang tidak dapat dinilai dengan Numeric Rating Scale dan
Wong-baker faces pain scale atau untuk anak 1 sampai 6 tahun.
Cara penilaiannya: petugas mencocokkan kondisi pasien dengan standar pada tabel
berikut:
FLACC
KATEGORI PARAMETER
0 1 2
Wajah/ Faces Tidak ada ekspresi Sesekali meringis atau Sering cemberut,
tertentu atau mengerutkan kening rahang ditarik, dagu
senyum tidak tertarik
Kaki / Legs Normal posisi atau Tidak nyaman, gelisah, Menendang, atau
santai tegang kaki disusun
Aktivitas / Activity Berbaring dengan Menggeliat, menggeser, Melengkung, kaku
tenang, posisi maju mundur, tegang
normal, bergerak
dengan mudah
Menangis / Cry Tidak ada teriakan Erangan atau rengekan Menangis terus
(terjaga atau keluhan sesekali teriakan atau isak
tertidur) tangis, sering
mengeluh
Konsolabilitas / Konten, santai Diyakinkan oleh Sulit kenyamanan
Consolability menyentuh sesekali, atau sedang
memeluk berbicara,
distractable
Cara menilai: skor dari kelima item dijumlahkan
Nilai 1-3 termasuk nyeri ringan
Nilai 4-6 termasuk nyeri sedang
Nilai 7-10 termasuk nyeri berat
6. COMFORT SCALE
Digunakan untuk penilaian sedasi dan nyeri bisa untuk bayi, anak, maupun dewasa di
ruang rawat intensif/ kamar operasi/ ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai dengan
VAS (Visual Analougue Scale), Numeric Scale, maupun Wong-Baker FACES Pain
Scale.
COMFORT SCALE
KATEGORI SKOR
KEWASPADAAN 1- tidur pulas/ nyenyak
2- tidur kurang nyenyak
3- gelisah
4- sadar sepenuhnya dan waspada
5- hiper alert
KETENANGAN 1- tenang
2- agak cemas
3- cemas
4- sangat cemas
5- panik
DISTRESS 1- tidak ada respirasi spontan dan tidak ada batuk
PERNAPASAN 2- respirasi spontan dengan sedikit/ tidak ada respon terhadap
ventilasi
3- kadang-kadang batuk atau terdapat tahanan terhadap ventilasi
4- sering batuk, terdapat tahanan/ perlawanan terhadap ventilator
5- melawan secara aktif terhadap ventilator, batuk terus menerus/
tersedak
MENANGIS 1- bernapas dengan tenang, tidak menangis
2- terisak-isak
3- meraung
4- menangis
5- berteriak
PERGERAKAN 1- tidak ada pergerakan
2- kadang-kadang bergerak perlahan
3- sering bergerak perlahan
4- pergerakan aktif/ gelisah
5- pergerakan aktif termasuk badan dan kepala
TONUS OTOT 1- otot relaks sepenuhnya, tidak ada tonus otot
2- penurunan tonus otot
3- tonus otot normal
4- peningkatan tonus otot dan fleksi jari tangan dan kaki
5- kekakuan otot ekstrim dan fleksi jari tangan dan kaki
TEGANGAN WAJAH 1- otot wajah relaks sepenuhnya
2- tonus otot wajah normal, tidak terlihat tegangan otot wajah
yang nyata
3- tegangan beberapa otot wajah terlihat nyata
4- tegangan hampir di seluruh otot wajah
5- seluruh otot wajah tegang, meringis
TEKANAN DARAH 1- tekanan darah di bawah batas normal
BASAL 2- tekanan darah berada di batas normal secara konsisten
3- peningkatan tekanan darah sesekali ≥ 15% diatas batas normal
(1-3 kali dalam observasi selama 2 menit)
4- seringnya peningkatan tekanan darah ≥ 15% diatas batas
normal (>3 kali dalam observasi selama 2 menit)
5- peningkatan tekanan darah terus menerus ≥ 15%
DENYUT JANTUNG 1- denyut jantung dibawah batas normal
BASAL 2- denyut jantung berada dibatas noemal secara konsisten
3- peningkatan denyut jantung ≥ 15% di atas batas normal (1-3
kali dalam observasi selama 2 menit)
4- seringnya peningkatan denyut jantung ≥ 15% di atas batas
normal (>3 kali dalam observasi selama 2 menit)
5- peningkatan denyut jantung terus menerus ≥ 15%
TOTAL SKOR
Interpretasi:
Nilai 8-16: sedasi dalam
Nilai 17-26: sedasi dan analgesia adekuat
Nilai 27-40: sedasi inadekuat
4. Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedang, asesmen dan
penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh
atau verbal akan rasa nyeri.
5. Asesmen ulang nyeri dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut:
a) Lakukan asesmen nyeri yang komprehensif setiap kali melakukan pemeriksaan
fisik pada pasien
b) Dilakukan pada pasien yang mengeluh nyeri 1 jam setelah tatalaksana nyeri, setiap
4 jam pada pasien sadar/bangun, pasien yang menjalani prosedur kedokteran yang
menyakitkan, sebelum transfer pasien dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit
c) Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang setiap
8 menit setelah pemberian nitrat atau obat-obatan intravena
d) Pada nyeri akut/kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit-1jam setelah
pemberian obat nyeri
6. Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila sampai
menimbulkan perubahan tanda vital, merupakan tanda adanya diagnosis medis atau
bedah yang baru ( misalnya paska pembedahan, nyeri neuropatik)
b) Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh)
Ukuran berat badan dan tinggi badan pasien
Periksa apakah terdapat luka di kulit seperti jaringan parut akibat operasi,
ulserasi, tanda bekas jarum suntik
Perhatikan juga adanya ketidaksegarisan tulang ( misalignment), atrofi otot,
fasikulasi, disklorosasi dan edema
2. Status mental
Nilai orientasi pasien
Nilai kemampuan mengingat jangka panjang, pendek dan segera
Nilai kemampuan kognitif
Nilai kondisi emosional pasien, termasuk gejala-gejala depresi tidak ada
harapan atau cemas
3. Pemeriksaan sendi
Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
Nilai dan cacat pergerakan aktif semua sendi, perhatikan adanya keterbatasan
gerak, diskinesia, raut wajah meringis atau asimetris
Nilai dan cacat pergerakan pasif dari sendi yang terlibat abnormal/ dikeluhkan
oleh pasien (saat menilai pergerakan aktif). Perhatikan adanya limitasi gerak,
raut wajah meringis atau asimetris
Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri
Pemeriksaan stabilitas sendi untuk mengidentifikasi adanya cedera ligamen
4. Pemeriksaan motorik
Nilai dan catat kekuatan motorik pasien dengan kriteria di bawah ini
Derajat Kekuatan Motorik
Derajat Definisi
5 Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan tahanan kuat
5. Pemeriksaan sensorik
Lakukan pemeriksaan sentuhan ringan (tusukan jarum, pin prick), gerakan dan suhu
6. Pemeriksaan neurologis lainnya
Evaluasi nervus kranial I-XII terutama jika pasien mengeluh nyeri wajah atau
servikal dan sakit kepala
Pemeriksaan refleks otot, nilai adanya asimetris dan klonus.Untuk mencetuskan
klonus membutuhkan kontraksi > 4 otot
Nilai adanya rekleks Babinsky dan Hoffmen (hasil positif menunjukkan lesi upper
motor neuron)
Nilai gaya berjalan pasien dan identifikasi defisit serebelum dengan melakukan
tes dismetrik (tes pergerakan jari ke hidung, pergerakan tumit ke tibia),
tes disdiadokinesia, tes keseimbangan ( modifikasi Romberg)
Pemeriksaan Refleks
Refleks Segmen spinal
Biseps C5
Brakioradialis C6
Triceps C7
Tendon patella I4
Hamstring medial I5
Achilles S1
a. Asesmen Pediatrik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis ( anak sering tak dapat
mengeluh secara verbal )
Awasi pergerakan spontan pasien untuk melindungi area tertentu
Asesmen anak meliputi :
Pemeriksaan umum pada anak meliputi :
1) Faktor Resiko
a) Riwayat Ibu
Selama kehamilan apakah ibu mengalami hal- hal sebagai
berikut hiperemesis, hipertensi, perdarahan, infeksi)
b) Perinatal
Setelah kelahiran anak apakah terjadi asfiksia, hiperbilirubinemia,
atau kelainan kongenital
c) Postnatal
Apakah anak mengalami riwayat sakit berat, kejang, trauma, atau
kelainan lain.
d) Hospitalisasi
Berapa kali anak pernah di rawat di Rumah Sakit (1x, 2x, 3x, >dari 3x)
e) Lingkungan Kerja
f) Imunisasi
Imunisasi apa yang sudah d dapatkan oleh anak.
c. Asesmen Maternitas
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien awal rawat inap, pemeriksaan
dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah kebidanan pada pasien,
antara lain:
1. Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan oleh ibu yang menyebabkan adanya gangguan
diantaranya adalah:
a.Afterpain (mules-mules pada perut)
b.Masalah pengeluaran lochea
c.Nyeri pada bekas jahitan
d.Nyeri dan tegang payudara karena bendungan ASI
e.Cemas karena belum bias bertemu bayinya
2. Riwayat keluhan
Apa saja yang pernah dirasakan oleh ibu
3. Riwayat menstruasi
4. Riwayat perkawinan
5. Riwayat obstetric
1) Riwayatmenstruasi
a) Menarche
b) Siklus
c) Teratur
d) Tidakteratur
e) Lama
f) Volume
g) Keluhansaathaid
2) Riwayatperkawinan
a) Status
b) Berapakali
c) Umurmenikah
d) Tahunmenikah
e) Cerai
3) Riwayatobstetric
a) Kehamilankeberapa
b) Umurkehamilan
c) Jenispersalinan
d) Penolong
e) BBL
f) Keadaananaksekarang
g) menyusui
4) RiwayatKB
a) Kapan
b) Jenis
c) lamanya
5) Riwayat hamil ini
ANC yang sudah dilakukan, keluhan serta tindakan apa yang sudah didapatkan
6) Riwayat penyakit yang lalu
Penyakit apa yang pernah diderita oleh ibu dan mendukung dengan
keadaannya sekarang
7) Riwayatalergi
Apakah pernah mengalami alergi
10)Riwayat penyakit keluarga
Apa saja penyakit yang pernah diderita oleh keluarga yang berhubungan
kasus saat ini yang diderita oleh ibu
11)Riwayat ginekologi
Apakah pernah mengalami gangguan kesehatan reproduksi
12)Kebutuhan biopsikososial
a) Pola makan
b) Pola minum
c) Polaeliminasi
d) Pola istirahat
e) Psikologi
f) Dukungan sosial
g) spiritual
13)Dataobyektif
a) Pemeriksaan umum
Meliputi pemeriksaan tekanan darah,nadi ,temperature, pernafasan,keadaan
umum pada setiap kasus.Tekanan darah dan nadi harus diukur setiap
seperempat jam pada periode pemulihan sesaat pasca operasi. Suhu harus
diukur setiap 2jam( myles2009 ).Suhu yang melebihi 380C pasca
pembedahan harike 2 harus dicari penyebabnya. Yakinkan pasien
bebas
demam selama 24jam sebelum keluar dari rumah sakit. Jika ada
tanda infeksi ataupasien demam,berikan antibiotika sampai bebas demam
selama
48jam (sarwono2008)
b) Pemeriksaan fisik
Dilakukan secara focus sesuai dengan kasus yang
dikerjakan c) Pemeriksaan kebidanan
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus kebidanan mulai dari abdomen
Sampai dengan genitalia
14)Prosedur invasif
Alat yang terpasang saat ini meliputi: infuse intravena
,centralline, dowercatether ,selangNGT
15)Kontrol resiko infeksi
Apakah mengalami infeksi: MRSA,TB dll dan tindakan apa yang
sudah dilakukan
d. Asesmen Pasien Kondisi Terminal
Asesmen dan asesmen ulang perlu dilakukan secara individual untuk
memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga apabila pasien mendekati kematian, dan yang
dievaluasi a. Gejala seperti mau muntah dari kesulitan bernafas
b. Faktor-faktor yang meningkatkan dan membangkitkan gejala
fisik c. Manajemen gejala saat ini dan hasil respon pasien
d. Orientasi spiritual pasien dan keluarga,kalau perlu keterlibatan kelompok agama
(pelayanan pastoral).
e. Status Psikososial pasien dan keluarga,seperti hubungan keluarga,lingkungan rumah
yang memadai apabila diperlukan perawatan di rumah,cara mengatasi dan reaksi
pasien dan keluarga atas penyakit pasien.
f. Kebutuhan dukungan atau kelonggaran pelayanan bagi pasien,keluarga dan pemberi
pelayanan lain
g. Kebutuhan akan alternatif atau tingkat pelayanan lain
h. Faktor resiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi
reaksi patologis atas kesedihannya
H. Asesmen Ulang
1. Melakukan pengkajian ulang pada pasien yang dirawat, dengan tujuan untuk
mengetahui perkembangan dan kondisi terakhir pasien.
2. Menilai ulang temuan klinis sebelumnya dan adanya perubahan pada kondisi
yang mungkin membutuhkan intervensi tambahan dan mengevaluasi
efektivitas intervensi sebelumnya serta merencanakan pengobatan lanjut atau
pemulangan pasien.
3. Asesmen ulang dilakukan oleh DPJP dan PPA yang berwenang dan
berkompeten.
4. Asesmen ulang dilakukan dan dicatat di
CPPT
5. Asesmen ulang dilakukan dengan metode SOAP, gizi dengan metode
ADIME, fisioterapi dan farmasi dengan metode SOAP
6. Asesmen ulang rawat inap dilakukan kepada pasien yang dirawat selama > 30 hari
perawatan
7. Asesmen ulang rawat jalan dilakukan kepada pasien setiap 3 bulan sekali
pada
pasien kasus kronis.
8. Asesmen ulang medis di RSIA Kusuma Pradja dilaksanakan satu kali sehari
termasuk hari Minggu atau libur.
9. Asesmen ulang perawat dilakukan minimal satu kali per shift atau sesuai
dengan perubahan kondisi pasien.
10. Interval asesmen ulang dilakukan tergantung atas kondisi pasien. Misal pada pasien
gawat, asesmen ulang yang bertujuan melihat respon terapi dilakukan dalam
hitungan menit, sedangkan asesmen ulang lain dapat dalam hitungan hari, misal :
melihat respon antibiotika dan hasilnya dicatat pada rekam medis pasien
11. Asesmen ulang dan mencatat dalam rekam medis pasien, meliputi :
1) Menilai ulang status kesadaran
2) Kepatenan jalan nafas dan kondisi pernafasan (kecepatan, kualitas)
3) Menilai ulang kecepatan dan kualitas denyut nadi
4) Memantau tanda – tanda sianosis
5) Menilai ulang tanda vital
6) Menilai ulang rasa nyeri
7) Penilaian status fungsional
8) Pemeriksaan fisik
Periksa intervensi sebelumnya
(a) Periksa pemberian oksigen dan tindakan lain sebelumnya
(b) Managemen perdarahan
(c) Pastikan intervensi lainnya adekuat.
12. Asesmen ulang pada pasien Non Akut dilakukan pada interval tertentu atas
dasar kondisi dan pengobatan pasien dan hasilnya dicatat pada rekam medis
pasien, dilakukan oleh : Dokter penanggung jawab pelayanan, Hasil dari
asesmen ulang dianalisis dan ditulis pada Format Catatan Perkembangan
Terintegrasi pasien(CPPT), dengan menggunakan SOAP, dimana :
S (Subjective) merupakan keluhan pasien. Ditulis direkam medis pasien
keluhan yang relevan dengan terapi dan tindakan yang diberikan, untuk
kepentingan evaluasi terapi atau tindakan, harus menunjukkan kuatitas
(misal: skala nyeri, mual sampai tidak bisa makan, atau bisa tetapi sedikit)
O (Objective) merupakan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik. Ditulis
di rekam medis hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang relevan dalam
diagnosis dan terapi serta tindakan yang diberikan saja.
A (Assessment) merupakan kesimpulan pengkajian.Ditulis di rekam medis
hanya kesimpulan pengkajian yang relevan dengan rencana perubahan terapi
atau tindakan (penambahan maupun pengurangan) atau yang merupakan
tindak lanjut dari pengkajian sebelumnya.Termasuk perubahan diagnosis
harus di tulis.
P (Plan) merupakan kelanjutan rencana perawatan.Di tulis di rekam medis
secara lengkap setiap perubahan terapi / tindakan. Termasuk penambahan
obat, pengurangan obat, perubahan dosis obat, perubahan diit, konsultasi
dengan spesialisasi lain, rencana pemulangan, edukasi dan pelatihan pasien
dan keluarga yang akan dilakukan.
13. Asesmen Ulang Nyeri :
Asesmen ulang nyeri, dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa
jam dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut:
a. Lakukan asesmen nyeri yang komprehensif setiap kali
melakukan
pemeriksaan fisik pada pasien.
b. Dilakukan pada pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tatalaksana
nyeri, setiap empat jam (pada pasien yang sadar/ bangun), pasien yang
menjalani prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum
pasien pulang dari rumah sakit.
c. Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (Jantung), lakukan asesmen
ulang setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat – obatan
intravena.
d. Pada nyeri akut/ kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1 jam
setelah pemberian obat nyeri.
14. Asesmen Ulang status fungsional
Asesmen ulang status fungsional, untuk pasien dengan tingkat ketergantungan
total / dilaksanakan setiap satu minggu sekali
15. Asesmen Ulang Resiko Jatuh
a. Asesmen ulang resiko jatuh dilakukan setiap hari, sebelum dilakukan
transfer, ketika terdapat perubahan signifikan dari kesadaran, sehabis jatuh,
atau ketika ada kondisi – kondisi lain yang dipikirkan membutuhkan
asesmen risiko jatuh.
b. Proses asesmen ulang didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
c. Untuk mengganti status pasien dari risiko tinggi ke risiko yang lebih
rendah, dibutuhkan setidaknya dua kali berturut-turut.
BAB IV
DOKUMENTASI