Anda di halaman 1dari 13

PERTANIAN MODERN

“ Disusun Sebagai tugas mata kuliah pengantar ilmu ekonomi”

Oleh :

Walhi s. hodeng
L 131 19 110

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
A. MANAJEMEN PERTANIAN MODERN

- Obat – obatan Manajemen pertanian modern menitik beratkan pada segi:

1. Produktivitas

2. Efisiensi

1. Produktivitas

Merupakan upaya untuk menaikkan jumlah produksi dari lahan pertanian yang

tersedia.

Faktor – faktor yang dapat menunjang hasil produksi antara lain:

- Lahan

- Kesuburan tanah

- Bibit yang di gunakan

- Tenaga kerja

- Pupuk

- Aspek manajemen pengolahan hasil

-Modernisasi alat pertanian


2.Efisiensi

Efisiensi menurut pengertian ilmu ekonomi di bagi menjadi tiga :

- Efisiensi teknis

- Efisiensi alokatif (harga)

- Efisiensi ekonomi

• Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis apabila faktor

produksi yang di pakai menghasilkan produksi yang maksimum.

• Efisiensi harga di lihat dari profit (keuntungan) yang di dapatkan.

• Efisiensi ekonomi yaitu apabila usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi

teknis dan harga

Di Indonesia Gebrakan revolusi hijau terlihat pada dekade 1980-an. Saat itu,

pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit

impor, pupuk kimia, pestisida, dan lain-lainnya. Hasilnya, Indonesia sempat

menikmati swasembada beras. Namun pada dekade 1990-an, petani mulai

menghadapi serangan hama, kesuburan tanah merosot, ketergantungan

pemakaian pupuk yang semakin meningkat dan pestisida yang tidak manjur

lagi.
Contoh sistem pertanian modern

Corporate Farming adalah sebuah sistem pertanian dengan menerapkan cara

panggarapan lahan yang relatif luas secara bersamasama dalam satu sistem

pengelolaan oleh sebuah perusahaan atau korporasi.

B. PEMANFAATAN TEKNOLOGI

TEKNOLOGI PERTANIAN MODERN MELALUI BIOTEKNOLOGI

Kehadiran revolusi genetika dalam pertanian melalui bioteknologi

disambut gembira tidak hanya oleh peneliti, tetapi juga oleh praktisi pertanian.

Bioteknologi merupakan teknologi yang memanfaatkan agen hayati (makhluk

hidup) yang telah mengalami rekayasa genetika atau bagian-bagian untuk

menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dan

lingkungannya.

Pada masa lalu gen ditransfer melalui persilangan biasa atau cara konvensional

pada tanaman sekerabat. Misalkan padi atau jagung varietas yang satu dengan

varietas padi atau jagung varietas yang lain. Perkembangan teknologi pertanian

modern melalui bioteknologi dapat memindahkan gen dari spesies apa saja ke

spesies lain melalui berbagai cara, antara lain dengan pemanfaatan vektor

pemindah gen. Teknik semacam ini telah banyak dikembangkan untuk tanaman

budidaya. Produk rekayasa genetika jagung, kedelai dan kapas telah dihasilkan

dan dijual oleh perusahaan agrokimia multinasional seperti Novartis, Monsanto,


Zeneca dan lain-lain. Melalui bioteknologi diharapkan muncul tanaman tahan

terhadap hama dan penyakit, dapat tumbuh di lahan yang mempunyai kendala

cekaman fisik (tanah garaman, tanah masam, cekaman kekeringan dan lain-lain)

sesuai dengan harapan peneliti/pemulia tanaman. Bioteknologi manusia mampu

melewati batasan biologi, baik itu kelompok hewan, tumbuhan maupun

mikroorganisme dalam memasukkan sifat yang diinginkan.

Bioteknologi dan industri bioteknologi dalam dasawarsa terakhir berkembang

sangat pesat. Tercatat sampai dengan tahun 1997 tidak kurang dari 124

"organisme baru" terutama tanaman-tanaman transgenik (tanaman yang telah

mengalami rekayasa genetik) telah dimintakan izin dan dipatenkan untuk

dibudidayakan dan dipasarkan secara global. Ratusan ribu produk hayati termasuk

di dalamnya makhluk tanaman, hewan dan mikrob telah dipaten oleh negara-

negara maju, termasuk Amerika-Serikat, negara-negara Uni Eropa, dan Jepang.

Pengembangan bioteknologi melalui rekayasa genetika berlandaskan pada

keanekaragaman hayati atau dapat dikatakan bahwa keanekaragaman hayati

merupakan aset pengembangan bioteknologi. Indonesia merupakan negara dengan

kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, diikuti oleh Brazil, Zaire, dan

negara-negara berkembang lainnya. Dapat dipastikan bahwa negara-negara yang

maju teknologinya adalah negara-negara miskin keanekaragaman hayati, sedang

negara yang kaya keanekaragaman hayatinya terbatas kemampuan teknologinya.

Diperkirakan di dunia ini terdapat 5 - 30 juta spesies (jenis makhluk hidup), dan

hanya sekitar 1,4 juta yang telah terindentifikasi secara ilmiah.


Di samping nilai tambah ekonomis, pemanfaatan tanaman dan hewan yang telah

mengalami rekayasa mempunyai potensi merugikan terhadap keanekaragaman

hayati dan kesehatan lingkungan termasuk kesehatan manusia dan ternak. Sebagai

contoh, padi yang toleran herbisida akan memacu peningkatan pemakaian

pestisida. Padi yang diberi masukan berupa gen Bacillus thuringensis akan

mengganggu keseimbangan ekologi. Bacillus thuringensis (Bt) adalah

mikroorganisme yang menghasilkan racun yang menghalangi serangga hama

secara alami. Bt merupakan pestisida alami karena dapat mengendalikan hama

tertentu yang ditargetkan tanpa meninggalkan pengaruh pada mamalia, burung

atau spesies serangga dan mikroorganisme yang menguntungkan.

Produk rekayasa genetika ternyata semakin meluas. Di Amerika Serikat areal

pertanaman yang menggunakan varietas rekayasa genetika telah meningkat dari

enam juta are pada tahun 1996 menjadi 30 juta are pada tahun 1997. Pada tahun-

tahun mendatang sekitar 40 persen tanaman kedelai di Amerika adalah kedelai

yang dimodifikasi secara genetik. Bahkan beberapa perusahaan besar telah

mempunyai berbagai varietas rekayas genetika yang telah memperoleh hak paten.

Perusahaan multinasional bioteknologi Monsanto telah mengembangkan benih

terminator, Novartis Swiss dengan Traitor dan Zeneca dengan Verminator yang

intinya sama, benih tersebut akan membunuh turunannya, kecuali diberi pemicu

bahan kimia yang diproduksi oleh perusahaan itu sendiri. Benih ini telah disusupi

dengan gen "suicide seed/benih bunuh diri "sehingga petani tidak akan dapat lagi

menyisihkan hasil panennya untuk dijadikan benih, karena turunan pertamanya

tidak dapat tumbuh. Setiap kali menanam, petani harus membeli benih dari
perusahaan/agen, sehingga ketergantungan petani terhadap benih tersebut makin

besar.

Banyak negara menolak kehadiran benih hasil rekayasa genetika ini. Negara-

negara Eropa jelas-jelas menolak produk transgenik. Padahal produk pertanian

Amerika kebanyakan adalah hasil tanaman rekayasa genetika. Karena ditolak di

negara-negara Eropa yang sangat ketat peraturannya, boleh jadi produk-produk

tersebut dialihkan ke negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia yang

peraturannya masih longgar dan belum banyak tahu mengenai bahaya pangan

hasil tanaman transgenik. seperti dikemukakan oleh Geri guidetti dari The Ark

Institute bahwa: "tidak pernah sebelumnya manusia menciptakan bahaya yang

sedemikian besar, jauh dari pencapaian dan merupakan rencana sempurna yang

berpotensi untuk mengendalikan kehidupan, penyediaan pangan dan bahkan

kehidupan seluruh manusia di planet ini". Organisasi nonpemerintah di seluruh

dunia menolak keras suicide seeds yang dikenal sebagai teknologi terminator dan

banyak yang meminta agar dilarang. Seperti dikemukakan oleh Hope Sand dan

Pat Mooney dari RAFI (Rural Advancement Foundation International, Kanada)".

Teknologi tersebut mengancam keamanan pangan dan keanekaragaman hayati".

Padi boleh jadi bisa menjadi ilustrasi menarik di sekitar isu ini. Tanaman ini

merupakan bagian kehidupan petani di Asia Tenggara dan bagian lainnya di Asia.

Selama ratusan tahun, pertanian masyarakat di wilayah ini telah mengembangkan,

memelihara dan melestarikan riibuan varietas padi yang berbeda-beda untuk

memenuhi citarasa dan kebutuhan hidup. Pada masa silam, daur dan ekonomi padi
berada dalam kendali langsung para petani itu sendiri, mulai dari produksi hingga

distribusi. Saat ini, ternyata perusahaan global telah mengambil alih sektor padi.

Sementara ini yang sudah diketahui Basmati beras India dan Jasmine beras

Thailand yang menjadi korban. Perluasan sistem paten melalui Perjanjian WTO

tentang Perdagangan yang terkait dengan Hak kepemilikan Intelektual (HAKI)

memberikan hak kepada perusahaan-perusahaan global untuk mengklaim

monopoli kepemilikan terhadap padi, dan kehidupan padi itu sendiri. Ini

merupakan perampokan hayati terhadap bangsa India dan Thailand. Persoalan ini

bukan hanya pencurian intelektual dan kultural, melainkan juga secara langsung

mengancam pertanian masyarakat di Asia Tenggara.

Produk tanaman rekayasa genetika tampaknya memperoleh jalan mulus

untuk masuk Indonesia. Indikasinya tertera dalam Rancangan Undang-Undang

Perlindungan Varietas Tanaman (RUU PVT) yang memungkinkan impor benih-

benih rekayasa genetik (pengusaha benih antarnegara) apabila di dalam negeri

belum ada PVT (Pasal 10, 11). Meskipun belum disahkan sebagai undang-undang

namun ada kecenderungan pemerintah lebih berpihak pad pemulia dan pengusaha.

Menteri Pertanian dalam pidatonya awal September 1999 menyatakan bahwa

"tanaman transgenik tidak membahayakan lingkungan dan bisa dikembangkan

melalui percobaan/penelitian di daerah-daerah". Hal ini makin jelas posisi

pemerintah terhadap produk tanaman rekayasa genetika, dan tidak berpihak

kepada petani. Padahal konteks dukungan bagi hak-hak petani telah jelas

tercantum dalam konvensi keanekaragaman hayati di Rio de Janeiro 1992 Pasal

8.j dan Resolusi FAO 5/89.


Negara dengan Pertanian Modern

Daftar yang saya buat ini merupakan berdasarkan apa yang saya ketahui

saja, berdasarkan pada informasi dan data yang saya dapatkan dari berbagai

sumber, terlebih saya belum pernah berkesempatan untuk melihat secara langsung

sistem pengelolaan pertanian di negara tersebut. Mudah-mudahan menjadi doa,

suatu hari nanti saya bisa mengunjungi tempa-tempat tersebut. Inilah daftar

negara-negara yang menurut saya pertaniaannya patut di contoh :

1. Jepang

Sebagai negara dengan budaya teknologi yang tinggi, Jepang menerapkan juga

teknologi untuk bidang pertaniannya. Pertanian di negara ini sangat diatur secara

detail, dikerjakan secara serius, mengutamakan teknologi namun tetap ramah

lingkungan. Dengan keunikan pengelolaannya itu, Badan Pertaniannya PBB

(FAO) menjadikan daerah pertaniaan di Jepang masuk dalam daftar Warisan

Penting Sistem Pertaniaan Global (GIAHS). Dengan porsi lahan pertanian hanya

25 % saja, masyarakat Jepang benar-benar memanfaatkan lahan mereka secara

efisien, mereka menanam di pekarangan, ruang bawah tanah, pinggiran rel kereta,

di atas gedung, pokoknya setiap lahan yang dapat dimanfaatkan mereka

optimalkan.

Pasca Tsunami yang meluluh lantahkan sebagian lahan pertaniannya, jepang

merencanakan sitem pertanian yang lebih modern. Sistem pertanian yang

dijalankan oleh robot, seperti traktor tanpa awak, mesin tanam dan mesin panen.

Untuk menghalau hama jepang akan menggunakan teknologi lampu LED.


2. Belanda

Menurut saya negara ini sangat mengagumkan dalam hal pengelolaan

pertaniannya. Dengan luas wilayah yang relatif kecil bila dibandingkan Indonesia,

pada tahun 2011 Belanda mampu menjadi negara peringkat 2 untuk negara

pengekspor produk pertanian terbesar didunia dengan nilai ekspor mencapai 72,8

miliar Euro. Produk andalannya adalah benih dan bunga. Sektor pertanian

merupakan pendorong utama ekonomi di Belanda dengan menyumbang 20%

pendapatan nasionalnya.

Kunci dari majunya pertanian di Belanda adalah Riset. Kebijakan-kebijakan dan

teknologi di adopsi dari riset-riset yang dilakukan para ahli. Salah satu pusat riset

pertanian yang terkenal disana adalah universitas Wageningen.

3. Amerika Serikat

Amerika Serikat terkenal sebagai penghasil kacang kedelai, gandum, kapas,

kentang dan tembakau di dunia. Harga produk-produk tersebut sangat

mempengaruhi harga di dunia. Pertanian di sana dikerjakan dengan luas

kepemilikan lahan yang luas, dikerjakan dengan teknologi pertanian yang hampir

separuhnya dilakukan oleh mesin. Sistem irigasi dalam pengelolaan air pun di

buat lebih efisien.

4. Taiwan

Hasil ekspor produk pertanian di negara ini adalah USD 11,8 miliar atau 1,5%

pendapatan nasionalnya. Seperti juga di negara dengan pertanian lainnya, separuh

pengerjaan dilakukan dengan teknologi canggih. Contohnya dalam penanaman

padi, mereka menerapkan sistem yang sangat berbeda dengan Indonesia. Bila di
Indonesia bibit padi di semai pada satu hamparan sebelum dipindah pada lahan

sawah, di Taiwan bibit padi dimasukan suatu wadah pot segi empat dengan

ketinggian 2 cm, saat tanam menggunakan mesin dengan kecepatan 3 jam/ha.

Cara ini dapat menghemat waktu, tenaga, biaya serta menghasilkan pertumbuhan

padi lebih baik, karena pada saat tanam tidak perlu mencabut bibit dari

persemaiaan yang akan membuat tanaman stress dan memerlukan waktu untuk

adaptasi.
KESIMPULAN

Pertanian adalah suatu komponen penting dari kehidupan ini. Tanpa adanya

pertanian kehidupan di dunia ini tidak akan berlangsung. Seiring dengan

perkembangan zaman pertanian pun berkembang pula dengan berbagai jenis

bentuk. Baik dari segi peralatan yang digunakan, tenaga kerja, maupun lahan dan

penemuan - penemuan baru tentang pertanian. Perkembangan ini biasa di sebut

dengan pertanian Modern, yaitu pertanian menggunakan alat-alat atau teknologi

modern dalam pengelolaan pertanian.


DAFTAR PUSTAKA

Asparno, marzuki. 1990. pertanian modern dan masalahnya. Andi Offset.

Yogyakarta: erlangga

Gardner,F.P.,R.Brent pearce dan Roger Mitchel.1991. Budidaya tanaman modern.

Penerbit universitas Indonesia: Jakarta

Hasan, basri jumin.2011. perkembangan pertanian modern.

Di akses dari: http://www.google.co.id Pada: 28 november 2012

Hendarto, kuswanto. 2010. Teknologi pertanian modern. Gramedia: Jakarta

Mahida, U.N.2011. Penggunaan industry bidang pertanian. Universitas Andalas:

padang

Yusnita. 2008. Pemanfaatan kultur jaringan pada budidaya pertanian. Universitas

Indonesia: Jakarta.

Di akses dari: http://www.google.co.id pada: 27 november 2012

Anda mungkin juga menyukai