Anda di halaman 1dari 8

RESUME

PENDIDIKAN KARAKTER DAN ANTI KORUPSI

OLEH KELOMPOK III

1. FATHUL RUKHYAN G50123020


2. ZAHRA AULIA G50123029
3. REGITA PUTRI G50123047

PROGRAM STUDI S1 STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KOMUNIKATIF

Komunikatif merujuk pada kemampuan atau sifat dari suatu tindakaan yang
memungkunakan informasi atau pesan disampaikan dengan jelas, efektif, dan
dapat dimenegrti oleh pihak yang terlibat. Komunikasi yang baik dan komunikatif
adalah kunci dari berbagai aspek kehidupan termauk dalam hubungan pribadi,
pekerjaan, dan interaksi social, ini membantu membangun pemahaman,
menghindari kesalapahaman, dan menciptakan hubungan yang lebih positif dan
efektif antara individu atau kelompok

Bunuh diri merupakan salah satu contoh kasus paling fatal akibat tidak
komunikatifnya seseorang, Bunuh diri telah lama menjadi polemic di Indonesia.
Sayangnya, fenomena ini masih sering dipandang sebeklah mata oleh masyarakat.
Bunuh diri bukanlah penyakit yang bias dengan mudah diramal lewat gejala
tertentu, sehingga besar kemungkinannya hal tersebut sering tidak diketahui
alasannya.

Berdasarkan Data Pusat Informasi Kriminal Nasional, ada 971 kasus bunuh
diri di Indonesia sepanjang periode januari hingga 18 oktober 2023

Ada banyak alasan logis mengapa seseorang mungkin ingin mengakhiri


hidupnya, mulai dari gangguan mental, depresi, trauma kekerasan, faktor
ekonomi, hingga putus cinta adalah alasan umum mendorong seseorang untuk
melakukan bunh diri. Bagi mereka yang berfikir untuk mengakhiri nyawanya,
mereka berpikir masalah dan kesakitan mereka akan hilang dengan mencoba
bunuh diri.

Misalnya saja kasus bunuh diri mahasiswi Universitas Muhammadiyah


Yogyakarta, mahasiswi SM, 18 tahun diduga bunuh diri dari asrama putri UMY, 2
oktober 2023 lalu, mahasiswi tersebut meregang nyawa setelah jatuh dari lantai
empat lantaran diduga depresi berat.

Hal tersebut bisa saja terjadi karena mahasiswi tersebut tidak komunikatif,
mahasiwi tersebut enggan untuk berkomunikasi hal yang sedang ia alami kepada
teman, maupun keluarganya atau dengan kata lain mahasiswi tersebut memendam
sendiri permasalahannya.

Kesimpulan dari contoh kasus di atas adalah komunikasi yang baik dan
komunikatif adalah kunci dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam
mencegah kasus bunuh diri. Penting bagi masyarakat dan individu untuk
memahami pentingnya mendengarkan dan mendukung orang-orang yang
mungkin mengalami kesulitan atau pikiran untuk bunuh diri, serta menyediakan
ruang yang aman untuk berbicara dan mencari bantuan. Melalui komunikasi yang
efektif, kita dapat membantu mencegah kasus bunuh diri dan menciptakan
hubungan yang lebih positif dan efektif antara individu atau kelompok.

PEDULI SOSIAL

Salah satu kasus ketidakpedulian sosial yang sangat menghebohkan terjadi


pada tahun 2015, yaitu krisis pengungsi Eropa. Pada saat itu, ribuan pengungsi
dan migran yang melarikan diri dari konflik di Timur Tengah, khususnya Suriah,
mencari perlindungan di Eropa. Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR)
menyatakan bahwa sebanyak 270.000 orang Suriah mencari suaka di Eropa.
Namun, banyak negara Eropa menghadapi masalah serius dalam menangani krisis
ini, yang menunjukkan adanya ketidakpedulian sosial.

Beberapa aspek yang menonjol dalam kasus ini adalah:

1. Negara yang Tidak Berbuat Banyak:

Beberapa negara Eropa menunjukkan ketidakpedulian sosial dengan


menolak untuk menerima pengungsi dalam jumlah besar. Mereka membangun
pagar perbatasan dan mengambil tindakan tegas untuk mencegah pengungsi
masuk.

2. Kondisi Hidup yang Mengerikan:

Banyak pengungsi terjebak dalam kondisi hidup yang sangat buruk di


kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak. Mereka kekurangan makanan, air
bersih, perawatan medis, dan fasilitas sanitasi yang memadai.

3. Kekerasan dan Diskriminasi:

Beberapa pengungsi menghadapi tindakan kekerasan dan diskriminasi


di negara-negara tempat mereka mencari perlindungan. Mereka menjadi
korban kejahatan rasial dan serangan verbal dan fisik.

4. Kurangnya Kesepakatan Uni Eropa:

Uni Eropa juga mengalami ketidakpedulian sosial dalam hal


kesepakatan untuk mengatasi krisis pengungsi. Banyak negara anggota tidak
sepakat untuk berbagi beban pengungsi secara adil.

Kasus ini mencerminkan bagaimana ketidakpedulian sosial bisa


berdampak besar pada kehidupan dan kesejahteraan orang yang membutuhkan
perlindungan. Ini juga memicu diskusi dan perdebatan tentang pentingnya nilai-
nilai kemanusiaan, solidaritas, dan tanggung jawab bersama dalam mengatasi
krisis global seperti ini.
ETOS KERJA

Kasus pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan metode perkuliahan


dan pelaksanaan pekerjaan di lingkungan UI. Implementasi kebijakan belajar dan
bekerja dari rumah (BDR), atau dari luring menjadi daring memiliki kelemahan di
beberapa aspek, termasuk dalam hal komunikasi dan koordinasi. Komunikasi dan
koordinasi antar dosen, staf tendik dan mahasiswa atau dengan pihak luar sebelum
dilaksanakannya BDR lebih mudah. Penyesuaian di berbagai hal juga dilakukan,
salah satunya adalah teknis penilaian untuk ujian, dari pengisian form fisik
menjadi penilaian form online/google form. Penilaian online yang jauh lebih
fleksibel, karena dapat diakses kapan saja dan dimana saja, kadang membuat
terlewatnya dosen untuk memberikan penilaian pada saat setelah ujian usai
dilaksanakan.

Nilai mata kuliah yang tidak diberikan tepat waktu akan berdampak bagi
IPK mahasiswa yang pada akhirnya dapat menyebabkan mahasiswa tidak bisa
mengambil jumlah SKS sesuai dengan kebutuhannya, serta bisa juga
menyebabkan permasalahan saat pengurusan beasiswa. Jika Dosen belum
memberikan nilai ujian proposal, hasil, tesis, skripsi dan bimbingan skripsi maka
akan menyebabkan terhambatnya kerja unit Akademik saat persiapan yudisium.
Sehingga pada saat yudisium terkadang proses kelulusan menjadi tertunda karena
menunggu nilai dari Dosen. Untuk mengatasi nilai yang terlambat maka
Sekretariat selalu mengirimkan reminder kepada Dosen mengenai deadline
penginputan nilai ke SIAK NG, mengecek nilai yang telah di publish di SIAK
NG, menginformasikan ke Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen jika ada
Dosen yang belum memberikan nilai pada hari H deadline input nilai di SIAK
NG, mengirimkan reminder ke Pembimbing Skripsi untuk memberikan nilai
Skripsi dan nilai Bimbingan Skripsi pada Link Penilaian yang sudah diberikan
(termasuk juga kepada Pembimbing maupun Penguji Proposal, Hasil dan Tesis),
dan meminta nilai KPKM ke Koordinator.
Salah satu penyebab mahasiswa yang telah selesai melaksanakan mata
kuliah, ujian Proposal, Hasil, Tesis, Skripsi dan bimbingan skripsi serta PBL 3
terlambat mendapatkan nilai dari PJ Mata Kuliah, Pembimbing dan Koordinator
PBL 3 adalah karena kesibukan Dosen. Sering sekali terjadi Dosen baru
memberikan nilai mahasiswa ke Sekretariat menjelang atau bahkan pada saat
yudisium berlangsung. Pemberian nilai yang tidak tepat waktu dapat merugikan
mahasiswa karena IPK menjadi berkurang (terlebih saat nilai I berubah menjadi
E), mahasiswa jadi tidak bisa mengambil SKS sesuai dengan kebutuhannya,
bahkan dapat menyebabkan masalah saat mahasiswa mengurus beasiswa. Selain
itu keterlambatan pemberian nilai membuat terhambatnya kerja unit Akademik
saat persiapan yudisium.

Lesson learned

1. Perlu adanya koordinasi dan kerja sama antara dosen, Ketua Departemen dan
Sekretaris Departemen, serta Sekretariat dalam upaya menghindari
keterlambatan penginputan nilai ke sistem (SIDU maupun SIAK NG)

2. Keterlambatan nilai menyebabkan kerugian di pihak mahasiswa karena


apabila ada nilai yang tertunda dapat mempengaruhi IPK dan jumlah SKS
yang dapat diambil pada semester selanjutnya.

Action plan

1. Mengirimkan reminder kepada para Dosen terkait deadline input nilai di SIAK
NG

2. Mengecek nilai yang telah di publish di SIAK NG

3. Menginformasikan ke Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen jika ada


Dosen yang belum memberikan nilai pada hari H deadline input nilai di SIAK
NG

4. Mengirimkan reminder ke Pembimbing Skripsi untuk memberikan nilai


Skripsi dan nilai Bimbingan Skripsi pada link penilaian yang sudah diberikan
(termasuk juga kepada Pembimbing maupun Penguji Proposal, Hasil dan
Tesis)

5. Meminta nilai KPKM ke Koordinator

Kesimpulan dari penjelasan tersebut adalah bahwa ada beberapa


langkah yang direncanakan, seperti pengiriman reminder kepada dosen terkait
deadline penginputan nilai, pemantauan nilai yang telah dipublikasikan,
pemberitahuan kepada pihak yang berwenang jika ada dosen yang belum
memberikan nilai sesuai deadline, dan mengambil langkah-langkah konkret
untuk meminta dan memastikan nilai dari para koordinator. Tujuan dari
tindakan ini adalah untuk memastikan bahwa nilai mahasiswa diberikan tepat
waktu dan untuk menghindari kerugian yang mungkin timbul akibat
keterlambatan tersebut.

KESIMPULAN HASIL

Kesimpulan dari tiga penjelasan di atas adalah bahwa ketiga kasus tersebut
mencerminkan pentingnya komunikasi yang baik dan peduli sosial dalam
berbagai aspek kehidupan. Komunikasi yang efektif dan terbuka sangat
diperlukan untuk mencegah kasus bunuh diri, memastikan perlindungan terhadap
pengungsi, dan meminimalkan dampak negatif dari perubahan metode kerja dan
perkuliahan. Sementara itu, ketidakpedulian sosial dapat berdampak besar pada
individu dan masyarakat, sementara etos kerja yang baik dalam hal komunikasi
dan koordinasi adalah kunci dalam menjaga kualitas pendidikan dan pekerjaan.

Kesadaran akan pentingnya komunikasi yang baik, empati, dan peduli


sosial adalah inti dari solusi dalam tiga kasus ini. Dengan upaya bersama dan
tindakan yang tepat, kita dapat menciptakan hubungan yang lebih positif,
mencegah kesalahan fatal, dan memastikan kesejahteraan individu dan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai