Anda di halaman 1dari 23

CONTOH KASUS YANG DAPAT DISELESAIKAN DENGAN SIKLUS PDCA:

DIARE AKUT

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit diare akut atau juga sering disebut gastroenteritis masih merupakan masalah
masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan puskesmas / balai pengobatan,
hamper selalu termasuk diantara 1.000 penduduk setiap tahunnya. Penderita diare di Indonesia
diperkirakan ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari
penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (+ 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap
tahunnya mengalami lebih dari satu kaji kejadian diare, sebagian dari penderita (1-2%) akan
jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
(Sudaryat, Suraatmaja, 2005)
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdes) oleh badan penelitian dan pengembangan
kesehatan (balitbangkes) tahun 2008 penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah diare 31,4%
sedangkan penyebab kematian anak yang terbanyak adalah diare 25,2%.
Pembangunan kesehatan secara umum bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
seoptimal mungkin baik individu, keluarga maupun masyarakat. Menyadari pentingnya peranan
kesehatan tersebut, maka sebagai tenaga kesehatan dituntut berperan aktif melalui usaha
promotif yaitu upaya peningkatan kesehatan preventif yaitu pencegahan penyakit, kuratif yaitu
penyembuhan penyakit melalui pengobatan dan rehabilitatif yaitu pemulihan kesehatan kepada
tiap-tiap individu dan masyarakat agar selalu menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin.
(Sudaryat, Suraatmaja, 2005)
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab infesi puerperalis
2. Melakukan pemecahan masalah dengan metode PDCA pada infeksi puerperalis di Rumah Sakit
BAB 2
LANDASAN TEORI
PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA

1. Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil
kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak (Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).

Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :

 Kompetensi Teknis (Technical competence)


 Akses terhadap pelayanan(Access to service)
 Efektivitas (Effectiveness)
 Efisiensi (Efficiency)
 Kontinuitas (Continuity)
 Keamanan (Safety)
 Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)
 Kenyamanan (Amenities
Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian.
Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan
kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya
tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :

a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi
kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap
klien
b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran
pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu
berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health
needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan
kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu
pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa
puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan
bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan
kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:

a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien


Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan
rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien
b. Pembatasan pada upayan yang dilakukan
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar
pelayanan kebidanan.
Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan
dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
profesi kebidanan.

Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan
penilaian mutu, yaitu :

1. Struktur
 Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan,
sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
 Struktur = input
 Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :
o Jumlah, besarnya input

o Mutu struktur atau mutu input


o Besarnya anggaran atau biaya

o Kewajaran

2. Proses
 Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
 Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan
kasus.
 Baik tidaknya proses dapat diukur dari :
o Relevan tidaknya proses itu bagi klien

o Fleksibilitas dan efektifitas

o Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayananyang semestinya

o Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

3. Outcomes
 Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien
 Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
 Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.
 Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien
2. Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930
yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari 'Plan, Do, Check,
Act' ('Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti'), adalah suatu proses pemecahan masalah
empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep
ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”The
Deming Wheel”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming
sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang
sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai
pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan
kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan
mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian
masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1) Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya
menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang
lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam
melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah
tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
a) Judul rencana kerja (topic),
b) Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement),
c) Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal,
objective, and target),
d) Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e) Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f) Biaya yang diperlukan (budget),
g) Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2) Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan
rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu
diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap
rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk
dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
a) Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara
pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b) Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara
penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c) Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian
masalah mutu yang dilaksanakan
d) Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
3) Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai
dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
a) Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan
b) Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik
c) Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d) Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering
dipergunakan yakni

a) Lembaran pemeriksaan (check list)


Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik
setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
· Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati

· Tetapkan jangka waktu pengamatan

· Lakukan perhitungan penyimpangan

b) Peta kontrol (control diagram)


Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi
dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
· Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
· Tentukan prosentase penyimpangan

· Buat grafik penyimpangan

· Nilai grafik

4) Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara
penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk
kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

A. PENGERTIAN DIARE
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang
air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah.Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu
diare cair akut, disentri, dan diare persisten.
Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/24 jam.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah
banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat ocialc terhadap kebiasaan yang ada
pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara
satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).

B. KLASIFIKASI DIARE
Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok
yaitu:
1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari
tujuh hari).
2. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus.
4. Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga
disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Menurut Suraatmaja, (2007)di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilanganberat badan atau
berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologi.
a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)

Diare akut dapat mengakibatkan:


1. kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis
ocialc dan hypokalemia.
2. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau
tanpa disertai muntah,
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah
(Soegijanto, 2002).
C. ETIOLOGI
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama natrium dan
kalium dan sering disertai dengan asidosis ocialc.Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan
ocial air dan atau keseimbangan serum elektrolit.Setiap kehilangan berat badan yang melampaui
1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari tubuh.Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan
apabila ocial melampaui 15% (Soegijanto, 2002).
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, etiologi diare akut
dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens,
Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus.
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura,
Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi,
kesulitan makan, dll.
(Simadibrata, 2006).
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman ocialc dan apatogen seperti shigella, ocialc, E. Coli, golongan
vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,
terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.
b. Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare ocial (ocial ocialc) disebabkan oleh:
a. Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b. Kurang kalori protein.
c. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa ocial yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi
parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica,
giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA)
ocialcs/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
a. Faktor makanan
b. Faktor psikologis.

D. CARA PENULARAN DIARE


Diare dapat ditularkan dengan berbagai cara yang mengakibatkan timbulnya infeksi antara lain:
1. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau
kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/
mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai
beberapa hari.
3. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
4. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
5. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja
anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegan.
E. MANIFESTASI KLINIS
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida,
dan bikarbonat.Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air
juga meningkat bila ada panas.Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc, dan
hipovolemia.Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.Dehidrasi yang
terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi ocialc, dehidrasi hipertonik
(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.Menurut derajat dehidrasinya oci tanpa dehidrasi,
dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri
perut dan atau kejang perut.Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi
yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis ocialc yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan
akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
oleh deplesi air yang ocialc. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya
dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan Ph darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur.Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal
akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
Tabel 1.1 Penilaian Derajat Dehidrasi (Mansjoer, 2000).
Penilaian Ringan Sedang Berat
Keadaan umum baik, sadar gelisah, rewel lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal cekung sangat
cekung
Air mata ada tidak ada kering
Mulut dan lidah Basah Kering tidak ada, sangat
kering
Rasa haus minum biasa, tidak haus, ingin minum malas/tidak oci
haus banyak minum
Turgor Kembali kembali lambat kembali sangat
kulit lambat
Hasil pemeriksaan tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan, Bila ada satu tanda
sedang, bila ada ditambah satu atau
tanda ditambah lebih tanda lain.
satu atau lebih
tanda lain.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium pada diare adalah:
1. Feses
a. Makroskopis dan Mikroskopis
b. Ph dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat
intoleransi gula.
c. Biakan dan uji resisten.
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan Ph dan cadangan
alkalin atau dengan analisa gas darah.
3. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.
5. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit.

G. PENCEGAHAN
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni: pencegahan tingkat
pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,
pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan
yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada social penyebab, lingkungan dan social
pejamu.Untuk social penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare
dihilangkan.Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis
dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu
maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi
a. Penyediaan Air Bersih
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat
ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja
misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panic yang dicuci dengan
air tercemar (Depkes RI, 2006). Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-
benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat
yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
b. Tempat Pembuangan Tinja
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko
terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang
mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2003).
c. Status Gizi
Pada ada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan kekebalan sel-sel
menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan untuk mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap
kelompok ocialc berkurang (Suharyono, 1986)
d. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena
diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.
Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare
sehingga oci mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006
e. Kebiasaan Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan
kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air
besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi
makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI,
2006).
f. Imunisasi
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat
mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan
(Depkes RI, 2006).

Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan
disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam
4 mingggu terakhir.Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain
imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG
untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan
tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).
2. Pencegahan Skunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang
terancam akan menderita yaitu dengan menentukan ocialc dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare
adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab
diare.Diare dapat disebabkan oleh banyak ocial seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai
radang.Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.Obat diare dibagi
menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau
parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghi
langkan kejang perut yang tidak menyenangkan.Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan
kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikandengan
penyebab diarenya ocial bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan
sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan
kematian akibat dehidrasi.Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi
fisik, psikologis semaksimal mungkin.Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk
mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare.Usaha yang dapat dilakukan yaitu
dengan terus mengkon sumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.Rehabilitasi
juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut
memberikan dukungan secara mental kepada anak.Anak yang menderita diare selain
diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan ocial
dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.
H. PEANGOBATAN
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE
(Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan
rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah
anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program
LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
a. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga
seperti air tajin, kuah sayur, air matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang
baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.Oralit
merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.Bila
penderita tidak oci minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat
pertolongan cairan melalui ocial.Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes
RI, 2011).
1. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak
mencret
2. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan
pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

3. Diare dengan dehidrasi berat


Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di ocial.
(Kemenkes RI, 2011)

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok
setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang lebih besar
dapat minum langsung dari gelas.Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian
mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini dilanjutkan
sampai dengan diare berhenti (Juffrie, 2010).
b. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat
enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama
diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding
usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI,
2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc
segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:
1. Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
2. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matangatau ASI, sesudah larut berikan pada anak
diare (Kemenkes RI, 2011).
c. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada
anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.Anak yang masih
minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih
sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit
dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).
d. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang
disebabkan oleh bakteri.Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah
(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).
e. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus
diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
a. Kemoterapi
b. Obstipansia
c. Spasmolitik
d. Probiotik
1. Kemoterapi.
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan
sulfonamide tau antibiotic
2. Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :
a. Menekan peristaltic usus (loperamid)
b. Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)
c. Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare
yang lain (carbo adsorben, kaolin)
d. Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lender usus yang luka
3. Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (ocialc sulfat)
4. Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan probiotik yang
dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat pertumbuhan bakteri
pathogen. LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan Ph usus menjadi asam, suasana
asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini dapat membantu memperkuat
dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah diare.
I. KOMPLIKASI
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari daire ada :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, ocialc atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogram.
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi ocial protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

BAB 3

TINJAUAN KASUS

PDCA(Plan, Do, Check, Action) dengan contoh kasus diare akut di ruang seruni, RSUD Sehat
sentosa.

PLAN:merencanakan
o Judul rencana : penurunan angka diare akut di RSUD Sehat Sentosa
o Rumusan pernyataan dan uraian masalah
70% diare akut di RSUD Sehat Sentosa pada bulan januari 2013 mengalami peningkatan. Diare
akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh
hari). Diare akut terjadi karena:
1. Faktor infeksi
a. infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak
b. infeksi parenteral: merupakan infeksi diluar system pencernaan makanan yang dapat
menimbulkan diare seperti otitis media akut (OMA), konsilitis/ konsilofaringitis,
bronkopneumonia, dll.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas

Diare akut dengan dehidrasi berat pada anak, bila tidak segera ditangani secara baik dan benar
bisa menyebabkan kematian.

o Rumusan tujuan:
Menurunkan angka diare akut pada anak di RSUD Sehat Sehat Sentosa dari 70% pada bulan
januari 2013 menjadi 30% pada bulan maret 2013

o Uraian kegiatan:
Rencana asuhan pada pasien diare akut antara lain antara lain :
1. Lakukan rehidrasi
2. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
3. Pemberian terapi peroral maupun parenteal sesuai advis dokter
4. Lakukan pemeriksaan TTV dan teruskan observasi TTV
5. Berikan nurisi/diet pada pasien diare dengan rendah serat
6. Observasi intake dan output
7. Berikan KIE tentang kebersihan diri

o Metode dan kriteria penilaian:


1. menjaga kebersihan diri dan lingkungan
2. status gizi harus seimbang
3. kebiasaan mencuci tangan
o Waktu
No. Kegiatan Januari Februari Maret
1 Melakukan O
rehidrasi

2 Pemberian O
terapi
peroral
maupun
parenteal
sesuai advis
dokter

3 Melakukan O
pemeriksaan
TTV dan
teruskan
observasi
TTV
4 Memberikan O
nurisi/diet
pada pasien
diare
dengan
rendah serat
5 Mengobserv O
asi intake
dan output

6 Evaluasi O
dari factor
penyebab
diare

7 Memberikan KIE O
tentang
kebersihan diri
8 Evaluasi O O O

o Pelaksana
bertugas untuk mengidentifikasi
- 1 orang bertugas Kegiatan ini dilaksanakan oleh 3 orang yaitu :
- 1 orang untuk penyuluhan
- 1 orang bertugas untuk evaluasi
o Biaya
Tidak Ada

DO : Melaksanakan
1. Melakukan rehidrasi
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak
3. Pemberian terapi peroral maupun parenteal sesuai advis dokter
4. Melakukan pemeriksaan TTV dan teruskan observasi TTV
5. Memberikan nurisi/diet pada pasien diare dengan rendah serat
6. Mengobservasi intake dan output
7. Memberikan KIE tentang kebersihan diri

CHECK : Mengamati perubahan/pemeriksaan


No Kegiatan Dilakukan Tidak dilakukan
1 menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
2 status gizi harus seimbang

3 kebiasaan mencuci tangan

Action : Perbaikan
Dalam pelaksanaan perencanaan kegiatan penurunan angka diare akut pada anak di
RSUD Sentosa Sehat ditemukan bahwa faktor kebersihan yang menjadi penyebab terjadinya
diare akut pada anak. Setelah dilakukan evaluasi pada tahap check ditemukan kurangnya
menjaga kebersihan pasien sehingga ini merupakan factor utama terjadinya diare akut. Oleh
karena itu dilakukan langkah perbaikan pada pasien dengan cara mengajarkan cuci tangan yang
benar, menjaga kebersihan perseorangan dan kebersihan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin (2003), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jakarta

Amiruddin (2007), Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan,

http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-bapelkes-
210607.ppthttp://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/

http://askep-askeb.cz.cc/

Depkes RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Depkes RI.

Juffrie, Mohammad. Dkk. (2010).Gastroenterologi-hepatologi Jilid I. Jakarta: IDAI.

Mansjoer,Arif, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculpalus
FKUI.
Ngastiyah, (2005).Perawatan Anak Sakit. Jakarta ; EGC
Soegijanto S. 2006. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Surabaya: Airlangga
University Press.
Suraatmaja, S. (2007).Aspek Gizi Air Susu Ibu.Jakarta: EGC.
Diposting oleh anggraeni Depe di 23.42
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Posting Lebih Baru Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2013 (2)
o ▼ Oktober (2)
 Standar pelayanan kebidanan (standar 21-24)
 CONTOH KASUS YANG DAPAT DISELESAIKAN
DENGAN SIKLUS...

Mengenai Saya

anggraeni Depe
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai