Anda di halaman 1dari 18

KALORIMETER

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

Oleh
Nama/NIM : Elsa Angelina/231810201064
Jurusan : Fisika
Kelompok :6
Hari/Sift : Selasa/13.20-16.00
Asisten : Firman Hanif

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................2


DAFTAR TABEL ..................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................5
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................6
1.3 Tujuan ...............................................................................................................6
1.4 Manfaat .............................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................7
2.1 Pengertian Kalorimeter .....................................................................................7
2.2 Rumus ...............................................................................................................8
2.3 Literatur .............................................................................................................8
BAB III METODE PERCOBAAN …................................................................10
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................................10
3.2 Desain Percobaan ............................................................................................10
3.2.1 Variabel ........................................................................................................11
3.2.2 Langkah Percobaan ......................................................................................12
3.3 Analisa Data ....................................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................14
4.1 Hasil ................................................................................................................14
4.2 Pembahasan .....................................................................................................14
BAB V PENUTUP ...............................................................................................16
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................16
5.2 Saran ................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perpindahan kalor sering ditemukan pada kehidupan sehari-hari.
Contohnya yaitu ketika dalam satu gelas air panas dicampur air dingin,
maka air panas akan melepaskan kalor sedangkan air dingin akan
menerima kalor. Suhu campuran yang di dapat maka akan seimbang.
Contoh lain yaitu dalam bidang pangan, diaplikasikan sebagai pengering
suatu bahan makanan yang bertujuan untuk mengawetkan makanan,
mengurangi tingkat kelembapan, dan memperpanjang masa simpan
produk. Suhu yang meningkat, aktivitas enzim dan mikroba dalam bahan
pangan akan melambat, dan sebagian besar mikroba akan mati karena
terpapar suhu yang tidak dapat mereka toleransi. (Giancolli, 1997).
Aktivitas keseharian kita tidak terlepas dari konsep kalor. Kalor
didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Besar
kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3
faktor yaitu massa zat, jenis zat (kalor jenis) dan perubahan suhu.
Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu
reaksi kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri. Alat yang digunakan
untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan adalah
kalorimeter (Muhsin, 2019).
Menerapkan pembelajaran praktikum dengan alat dan bahan yang
mendukung berlangsungnya praktikum kalorimeter berprinsip pada
hukum perpindahan kalor, maka akan meningkatkan kemampuan berpikir
kritis secara objektif dan rasional. Konsep tersebut merupakan pendekatan
pembelajaran yang memperkenalkan masalah nyata sebagai sarana
melatih berpikir kritis dan melatih keterampilan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Percobaan perpindahan kalor sangat penting
untuk dipahami, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.

3
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum kalorimeter, yaitu:
a. Bagaimana hasil pengukuran kalor jenis bahan pada praktikum kali
ini?
b. Bagaimana hasil pengukuran kalor lebur es pada praktikum kali ini?
c. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kalor jenis bahan dan kalor lebur
es?
I.3 Tujuan
Tujuan pada praktikum kalorimeter, yaitu:
a. Mahasiswa dapat mengetahui hasil pengukuran kalor jenis bahan pada
praktikum kali ini.
b. Mahasiswa dapat mengetahui hasil pengukuran kalor lebur es pada
praktikum kali ini.
c. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap kalor jenis
bahan dan kalor lebur es.
I.4 Manfaat
Manfaat dari laporan kalorimeter yaitu dapat membantu praktikan
dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan prinsip kerja alat kalorimeter. Manfaat alat
kalorimeter yaitu untuk mengukur kalor, dan dengan adanya kalorimeter
kita dapat mengetahui bahwa benda dapat berubah bentuk karena adanya
kalor yang mempengaruhi. Aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
misalnya setrika listrik dan rice cooker. Alat tersebut mempunyai prinsip
kerja yaitu energi listrik diubah menjadi kalor.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah
Joseph Black adalah seorang ahli kimia dan fisikawan abad ke-18
yang melakukan berbagai penelitian penting dalam bidang kimia dan
kalorimetri. Joseph melakukan penelitian tentang magnesia alba
(magnesium karbonat) dan menemukan sesuatu yang disebutnya "fixed
air" atau karbon dioksida. Penemuan ini memberikan kontribusi penting
bagi perkembangan ilmu kimia modern.
Joseph juga bekerja dengan James Watt, penemu mesin uap, dalam
pengembangan kalor laten dan kalorimetri. Penelitiannya mengenai
kalorimetri melibatkan aspek kuantitatif yang penting dalam pengukuran
kalor. Dia juga melakukan penelitian tentang efek kalor dan magnesia
alba.

Joseph Black membedakan konsep suhu dan kalor dengan jelas.


Suhu adalah sesuatu yang diukur menggunakan termometer, sedangkan
kalor adalah energi yang mengalir dari benda yang panas ke benda yang
dingin untuk mencapai keseimbangan termal. Benjamin Thompson
(1798) seorang ilmuwan Amerika, memperbaiki definisi kalor sebagai
fluida kalorik, dan mengemukakan bahwa kalor dihasilkan melalui kerja
mekanis seperti gesekan. Satu kalori didefinisikan sebagai jumlah energi
yang diperlukan untuk menaikkan suhu air sebanyak 1 derajat Celsius
(Kholifudin, 2017).

2.2 Pengertian Kalorimeter


Kalorimeter adalah sebuah alat untuk mengukur jumlah kalor yang
terlibat dalam suatu reaksi kimia atau perubahan fisik. Kalorimeter yang
umum digunakan yaitu kalorimeter larutan dan kalorimeter bom.
Kalorimeter larutan digunakan untuk mengukur jumlah kalor reaksi kimia
yang terjadi di dalam larutan. Alat ini terdiri dari sebuah bejana isolasi

5
termal yang berisi larutan reaktan dan pengaduk. Kalor yang dihasilkan
atau diserap akan mengubah suhu larutan (Keenan, 1988).
Kalorimeter bom digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
dilepaskan saat pembakaran sempurna suatu materi atau sampel tertentu
dalam oksigen berlebih. Alat ini terdiri dari tabung beroksigen yang
tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), serta sampel yang
akan dibakar. Sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam yang
terpasang dalam tabung. Perubahan suhu medium penyerap kalor akan
diukur untuk menentukan jumlah kalor yang dilepaskan oleh sampel.
Pengukuran perubahan suhu larutan sebelum dan setelah reaksi, dapat
ditentukan jumlah kalor yang terlibat (Chang, 2004).
Azas Black, yang sering disebut juga sebagai hukum pertukaran
kalor, menyatakan bahwa jika dua benda dengan suhu yang berbeda
dicampur, maka benda yang suhunya lebih tinggi akan memberikan kalor
pada benda yang suhunya lebih rendah sehingga suhu akhir keduanya
menjadi sama. Hal ini terjadi karena jumlah kalor yang diserap oleh
benda yang suhunya lebih rendah sama dengan jumlah kalor yang
dilepaskan oleh benda bersuhu lebih tinggi.
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung kalor yang
berkaitan dengan perubahan suhu adalah:
𝑄 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇 (2.1)
Keterangan:
Q = kalor
m = massa benda
c = kalor jenis benda
∆T = perubahan suhu yang terjadi.
Pernyataan suhu lebih tinggi atau lebih rendah mengacu pada besar atau
kecilnya kandungan energi di dalam benda, serta dapat mengindikasikan
wujud benda (gas, cair, atau padat).
Benda yang mengalami perubahan wujud pada titik suhu dan
tekanan tertentu, kalor yang diserap atau dilepaskan akan digunakan

6
untuk mengubah wujud benda tersebut. Besarnya kalor yang terlibat
dalam perubahan wujud bergantung pada massa benda (me) dan nilai
kalor transformasi atau kalor laten (L), yang dapat berupa kalor peleburan,
kalor penguapan, atau kalor sublimasi. Rumus umum untuk menghitung
kalor dalam perubahan wujud adalah:
𝑄 = 𝑚𝑒𝐿 (2.2)

Konsep konversi energi agar dipahami secara menyeluruh, perlu


dilakukan percobaan atau pengujian untuk menentukan besarnya kalor
yang diserap atau dilepaskan. Penting untuk menghitung dengan akurat
perubahan suhu benda dalam pengujian ini. Perubahan suhu benda yang
dimaksud bukan hanya perubahan suhu yang terukur, tetapi juga
memperhitungkan suhu fisik kalorimeter. Suhu yang terukur merupakan
hasil dari suhu kalorimeter yang dipengaruhi oleh laju pendinginan atau
pemanasan oleh lingkungan dengan suhu yang lebih rendah atau lebih
tinggi daripada suhu kalorimeter itu sendiri.

2.3 Rumus
Dalam penelitian ini, dijelaskan mengenai pengukuran kalor jenis
suatu benda menggunakan metode kontak termal. Joseph Black
menggunakan metode ini dengan meletakkan benda yang akan diukur
kalor jenisnya dalam kontak termal dengan benda lain yang kalor jenisnya
sudah diketahui. Dalam eksperimen ini, benda yang akan diukur kalor
jenisnya (misalnya benda mi) dicelupkan ke dalam zat cair dengan massa
m2 dan suhu awal T2. Selanjutnya, suhu campuran kedua benda dicatat
sebagai Tf. Dalam sistem ini, tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari
sistem kalorimeter.
Berdasarkan prinsip kesetimbangan kalor, banyaknya kalor yang
diserap oleh benda dingin (benda mi) sama dengan banyaknya kalor yang
dilepas oleh benda panas (benda m2). Persamaan yang menggambarkan
hal ini adalah:

7
∆Q1 = ∆Q2
m2c2(T2-Tf) = m2c1(Tf-T₁)

Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan tentang grafik hubungan antara
kalor (Q) dengan suhu. Pada grafik tersebut, diperlihatkan bahwa saat
suatu zat es diberi kalor, suhunya akan mengalami kenaikan (A).
Kemudian, saat mencapai suhu tertentu, zat es akan mengalami perubahan
wujud menjadi air (B). Setelah itu, suhu air akan terus meningkat (C) dan
saat mencapai titik didihnya, air akan mengalami perubahan wujud
menjadi uap air (D). Terakhir, suhu uap air akan terus meningkat (E).
Selain itu, penelitian juga menjelaskan mengenai perhitungan nilai
kapasitas panas kalorimeter (Hk) dengan persamaan:

Hk = (mkck - mpcp)

Penelitian ini juga mencatat bahwa saat panas ditambahkan atau diambil
dari suatu zat, terdapat dua kemungkinan yang terjadi yaitu perubahan
suhu dan perubahan wujud. Pada saat terjadi perubahan wujud, suhu zat
akan tetap konstan. Dalam eksperimen ini, es dengan massa e
diasumsikan berada pada suhu leburnya yaitu 0°C dan dicampurkan
dengan air cair yang memiliki massa m dan suhu 70°C. Setelah semua es
melebur menjadi air, suhu sistem menjadi TA. Kalor yang dilepas oleh air
dan kalorimeter dihitung dengan persamaan:

Qlepas = mc(To-Ta) + Hk(To-Ta)

Sedangkan, kalor yang diterima oleh es dihitung dengan persamaan:

Qterima = eL + ec(Ta-0) = eL + ecTa

8
Dengan menyamakan kedua persamaan di atas, dapat diperoleh besarnya
kalor peleburan es (L) dengan persamaan:

L = ((mc + Hk)(To-Ta)/e) – cTa

2.4 Literatur
Archimedes (287–212 SM) merupakan perintis kajian tentang
hidrostatika, yaitu cabang fisika yang membahas keseimbangan gaya-
gaya yang dikenakan pada benda-benda tegar. Bukunya yang berjudul
“Benda-benda mengapung” Archimedes mengatakan bahwa, benda-benda
yang lebih berat dari cairan bila ditempatkan dalam cairan akan turun ke
dasar cairan tersebut. Benda yang ditimbang beratnya dalam cairan, maka
akan lebih ringan dari berat sebenarnya. Prinsip Archimedes banyak
diaplikasikan seperti pompa ulir, untuk mengangkut air dari tempat lebih
rendah (Vilmala, 2020).
Keadaan benda di dalam air berdasarkan dari massa jenisnya, yaitu:
a) Terapung
Benda dapat terapung dalam air jika massa jenis benda lebih kecil dari massa
jenis air. Benda yang ditekan pada cairan akan bergerak ke atas. Gaya ke atas
akan lebih besar dari gaya ke bawah (𝐹𝑎 > 𝑊).
b) Melayang
Benda dapat melayang jika massa jenis benda dalam air lebih mempunyai
kesamaan dengan massa jenis air. Benda yang diletakan dalam cairan benda
tidak bergerak ke atas ataupun ke bawah. Gaya yang bekerja adalah (𝐹𝑎 = 𝑊)
di mana gaya ke atas sama dengan gaya ke bawah.
c) Tenggelam
Benda akan tenggelam jika massa jenis benda lebih besar dari massa jenis air.
Benda yang berada dalam air akan bergerak ke bawah sampai menyentuh dasar
wadah. Gaya ke atas lebih besar dari gaya berat (𝐹𝑎 < 𝑊) (Giancoli, 2014).

9
Gambar 2.3 Benda Mengapung, Melayang, dan Tenggelam
(Sumber : Fhannum.wordpress.com)
Specific gravity merupakan sifat fluida yang menunjukkan rasio densitas
suatu materi terhadap densitas acuan. Umumnya air yang digunakan sebagai acuan.
Bila fluida yang diukur berupa gas maka udara yang dijadikan acuan. Pengukuran
dilakukan pada tekanan dan temperature yang sama pada acuan dan sampel
(Rohman, 2021).
Menurut Giancoli (2014), specific gravity merupakan rasio massa jenis zat
terhadap massa jenis air pada temperatur 4.0 °C. Specific gravity disebut juga berat
jenis. Besaran ini tidak memiliki satuan dikarenakan merupakan sebuah rasio.

10
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum massa jenis dan
spesific gravity zat adalah sebagai berikut:
1. Timbangan, digunakan untuk menimbang massa benda padat
atau cair.
2. Zat padat, digunakan sebagai bahas percobaan yang akan diuji.
3. Zat cair, digunakan sebagai bahan percobaan yang akan diuji
(aquades, minyak goreng, gliserin).
4. Tabung gelas ukur, digunakan sebagai pengukur volume zat
cair.
5. Jangka sorong, digunakan sebagai pengukur benda padat.
6. Tali, digunakan sebagai pengat benda padat.

3.2 Desain Percobaan


Desain percobaan pada praktikum massa jenis dan specific gravity
zat adalah sebagai berikut:
1) Menentukan massa jenis zat cair (𝜌𝑧𝑐 ) dengan menggunakan
hukum Archimedes.

Gambar 3.2.1 Pengukuran Massa Benda di Udara,


dalam Aquades, serta dalam Zat Cair
(Sumber : Petunjuk Praktikum, 2023)

11
2) Menentukan specific gravity menggunakan hukum Archimedes.

Gambar 3.2.2 Pengukuran Massa Benda di Udara, Massa Pembenam di Aquades


dan Massa + Benda di dalam Aquades
(Sumber : Petunjuk Praktikum, 2023)
3.3 Variabel
a. Variabel Bebas
• Variabel bebas pada percobaan pertama adalah volume zat cair yang
digunakan.
• Variabel bebas pada percobaan kedua adalah volume zat cair yang
digunakan.
• Variabel bebas pada percobaan ketiga adalah volume zat cair yang
digunakan.
b. Variabel Terikat
• Variabel terikat pada percobaan pertama adalah massa jenis zat cair
(𝜌𝑧𝑐 ).
• Variabel terikat pada percobaan kedua adalah specific gravity
aluminium dan kuningan.
• Variabel terikat pada percobaan ketiga adalah specific gravity kayu.
c. Variabel Kontrol
• Variabel kontrol pada percobaan pertama adalah balok aluminium.
• Variabel kontrol pada percobaan kedua adalah aluminium dan
kuningan.

12
• Variabel kontrol pada percobaan ketiga adalah kayu, aluminium dan
kuningan.
3.4 Langkah Percobaan
Langkah kerja pada praktikum kali ini, sebagai berikut:
a. Menentukan massa jenis zat cair
• Diperhatikan dan diposisikan alat dan bahan seperti pada gambar
desain percobaan
• Ditimbang alumunium saat masih berada di udara
• Ditimbang alumunium saat di dalam air
• Ditimbang alumunium di dalam minyak goreng
• Diulangi langkah 2-4 sebanyak 3 kali
• Diulangi langkah 2-5 untuk zat cair gliserin
b. Menentukan SG zat padat/benda yang tenggelam dalam air
• Diperhatikan dan diposisikan alat dan bahan seperti pada gambar
desain percobaan.
• Ditimbang alumunium saat masih berada di udara
• Ditimbang alumunium saat di dalam air
• Diulangi langkah 2-3 sebanyak 3 kali
• Diulangi langkah 2-4 untuk kuningan
c. Menentukan SG kayu dengan pembenam alumunium dan kuningan
• Diperhatikan dan diposisikan alat dan bahan seperti pada gambar
desain percobaan
• Ditimbang kayu saat masih berada di udara
• Ditimbang alumunium saat di dalam air
• Ditimbang kayu dan alumunium di dalam air
• Diulangi langkah 2-4 sebanyak 3 kali
• Diulangi langkah 3-5 untuk pembenam kuningan

13
3.4 Analisis Data
3.4.1 Tabel Analisis Data Massa Jenis Zat Cair (𝜌𝑧𝑐 )
mk mak mb Ta Tb Tc
No. bahan Cb
(g) (g) (g) (°c) (°c) (°c)
1 99.7 210.5 70.1 28 41 37
2 tembaga 99.7 223.1 70.1 28 40 38
3 99.7 195.4 70.1 28 44 39
4 99.7 209.5 59.4 29 45 37
5 kuningan 99.7 209.5 59.4 29 80 44 38
6 99.7 209.5 59.4 29 44 39
7 99.7 157.16 58.4 28 56 33
8 besi 99.7 157.11 58.4 28 57 34
9 99.7 157.13 58,4 28 59 35

3.4.2 Tabel Analisis Data Spesific Grafity Alumunium dan Kuningan


mk mak mes Ta Tc
Les
No. (g) (g) ma (g) (g) mc (g) (°c) (°c)
1 211.23 109.43 95.57 306.8 51 682.551
2 101.8 216.87 115.07 29.84 246.71 70 53 532.826
3 224.91 123.11 34.57 259.48 52 390,259

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum kalorimeter adalah sebagai
berikut :
4.1.1 Tabel Hasil Massa Jenis Zat Cair (𝝆𝒛𝒄 )
Nama Zat Cair ̅̅̅̅
(𝜌 𝑧𝑐 ± ∆𝜌𝑧𝑐 )

Minyak Goreng 1,01 ± 0,016


Aquades 1,00 ± 0,011
Gliserin 1,00 ± 0,043

4.1.2 Tabel Hasil Spesific Grafity Alumunium dan Kuningan


Nama Zat Padat ̅̅̅̅̅̅
(𝑆𝐺 𝑧𝑝 ± ∆𝑆𝐺𝑧𝑝 )

Alumunium 2,679 ± 0,112


Kuningan 8,527 ± 0,574

4.1.3 Tabel Hasil Spesific Grafity Kayu dengan pembenam


Alumunium dan Kuningan
Nama Bahan Pembenam ̅̅̅̅̅̅
(𝑆𝐺 𝑧𝑝 ± ∆𝑆𝐺𝑧𝑝 )

Alumunium 0,995±0,015
Kuningan 0,578±0,024

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan 3 kali percobaan dengan percobaan pertama
adalah menentukan massa jenis zat cair, percobaan kedua dan ketiga yaitu
menentukan specific gravity zat padat yang tenggelam dan terapung di dalam air.
Percobaan pertama menggunakan minyak goreng dan gliserin sebagai zat cair.
Padatan yang digunakan berupa balok dari kuningan, dan aluminium sebagai benda
penguji yang akan dimasukkan ke dalam zat cair. Pengambilan data dilakukan

15
sebanyak 3 kali, sehingga dapat ditentukan perbandingan massa jenis kedua zat
tersebut yang hampir sama.
Percobaan kedua dan ketiga yaitu menentukan specific gravity zat padat
yang tenggelam dan terapung di dalam air. Zat padat yang digunakan adalah
aluminium dan kuningan. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali. Perbedaan
hasil data bisa terjadi tergantung pada jenis zat cair serta cara mengukurnya.
Ketelitian dari pengamat juga sangat berperan dalam menentukah hasil akhirnya.
Pengaruh besar atau kecil SG tergantung dari massa jenis ketika di udara dan di air.
Percobaan ketiga menggunakan jenis bahan kayu. Kayu memiliki massa
yang sangat ringan sehingga ketika dimasukkan ke dalam zat cair, gaya dorong ke
atas zat cairnya lebih besar dibandingkan massa kayu tersebut. Hal ini yang
menyebabkan kayu tidak tenggelam atau melayang di dalam zat cair dan hanya
terapung di atas permukaan zat cair. Perbandingan SG pada hal ini dipengaruhi oleh
massa.
Praktikum kali ini mendapatkan hasil bahwa massa benda pada zat cair jika
dibandingkan dengan massa jenis zat cair dalam gram/cm3, maka massa benda lebih
besar dari zat cair sehingga benda akan tenggelam. Hal tersebut sesuai dengan
literatur yang dikutip bahwa benda akan tenggelam jika massa benda lebih besar
dari massa jenis zat cair (Rohman, 2021).
Praktikum kali ini memperoleh hasil besar massa jenis zat cair yang
digunakan, yaitu minyak dan gliserin ialah hampir sama. Hukum
Archimedes dapat kita gunakan untuk menentukan specific gravity dari
zat padat yang tenggelam yaitu aluminium dan kuningan, serta zat padat
yang terapung yaitu kayu. Percobaan pada zat padat terapung digunakan
bahan pembenam berupa aluminium dan kuningan. Specific gravity dari
zat padat yang tenggelam lebih besar daripada zat padat yang terapung.
Specific gravity pada zat yang semakin besar, maka zat tersebut akan
semakin mudah tenggelam, yang berarti massa jenis zat semakin besar.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Massa jenis minyak dan gliserin hampir sama
b. Kuningan memiliki specific gravity yang lebih besar dibandingkan
alumunium, maka kuningan memiliki potensi untuk tenggelam lebih
besar.
c. Hasil dari praktikum diperoleh bahwa benda akan tenggelam jika
massa jenis air lebih kecil daripada benda. Hal tersebut sesuai dengan
literatur yang dikutip bahwa semakin besar specific gravity pada zat,
maka zat tersebut akan semakin mudah tenggelam, yang berarti massa
jenis zat semakin besar (Rohman, 2021).
5.2 Saran
Saran untuk praktikum massa jenis dan specific gravity zat ialah,
sebelum praktikum dilakukan praktikan diharapkan telah mempelajari
modul dan materi tentang praktikum yang akan dilaksanakan. Praktikum
dilakukan sesuai metode percobaan. Sumber litaratur yang digunakan
harus jelas untuk menambah presentase keberhasilan praktikum.

17
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, J. H. (1988). Principles of Applied Engineering
Thermodynamics. Wiley.
Chang, R. (2004). Chemistry. McGraw-Hill.
Yuningsih, E., Pratiwi, A. A., & Herlina, N. (2021). Pengaruh
Penambahan Tepung Daun Kelor dalam Pembuatan Kalorimeter
Sederhana terhadap Hasil Pengukuran Kalor. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Teknologi, 7(1), 66-73.
Fathuroya, V., J. Muchlisyiyah, N. Izza, dan S. S. Yuwono. 2017. Fisika
Dasar. Malang: UB Press
Fhannum. 2011. Hukum Archimedes. https://fhannum/wordpress.com
Diakses pada 16 Oktober 2023.
Giancoli, D. C. 2014. PHYSICS: Principles with Application. Pearson
Education, Inc. Terjemahan oleh I. Hardiansyah. 2018.
FISIKA: Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
Halliday, D. R. Resnick dan J. Walker. 2018. Physics, 7 Extended Editon.
John Wiley and Sons, Inc. Terjemahan oleh E. Sustini, S.
Viridi, F. Iskandar dan F. A. Noor. 2018. Fisika Dasar,
Edisi Ketujuh Jilid 1. Edisi 7. Jakarta: Erlangga.
Qharomi, M. A. 2018. Fluida Statis. https://qharomi.gammafisblog.com.
Diakses pada 16 Oktober 2023.
Rohman, A. 2021. Buku Ajar Fluida. Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding
Management.
Tim Penyusun. 2023. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember:
Universitas Jember.
Utami, R., W. Winarti, dan J. Purwanto. 2014. Rancang bangun perangkat
eksperimen hukum archimedes untuk MTs LB/A
YAKETUNIS Kelas VIII. Jurnal Inklusi. 1(1): 57-82.
Vimala, B. K. 2020. Revoliso Saintifik dan Terknik Jilid I. Jakarta:
Erlangga.

18

Anda mungkin juga menyukai