Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

VALIDITAS DALAM EVALUASI PENDIDIKAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
Evaluasi Pendidikan

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:


1. Zulfi Andari

DOSEN PENGAMPU:
Alwizra, S,Pd. I., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYYAH
STAI - YAPTIP PASAMAN BARAT
1445 H / 2023 M
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah - Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dengan judul Validitas
Dalam Evaluasi Pendidikan Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembacanya.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan
hati mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing ibu dosen Mata Kulliah
Evaluasi Pendidikan yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi perbaikan laporan selanjutanya. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Simpang Empat, 1 November 2023

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Pengertian Validitas ................................................................................. 2
B. Macam-macam validitas ........................................................................... 4
C. Cara mengukur Validitas .......................................................................... 6
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas ........................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Validitas adalah salah satu aspek kritis dalam evaluasi pendidikan yang
secara signifikan memengaruhi kualitas dan keberhasilan proses evaluasi.
Konsep validitas merujuk pada sejauh mana alat atau metode evaluasi benar-
benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur, atau sejauh mana hasil
evaluasi mencerminkan aspek yang ingin dievaluasi. Dalam dunia pendidikan,
validitas sangat penting karena berhubungan erat dengan keputusan yang
diambil berdasarkan hasil evaluasi, seperti peningkatan pembelajaran siswa,
pengembangan kurikulum, atau penilaian kinerja guru.
Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang validitas dalam
evaluasi pendidikan menjadi kunci untuk memastikan bahwa kebijakan,
program, dan tindakan yang diambil berdasarkan hasil evaluasi dapat
diandalkan dan bermanfaat bagi kemajuan pendidikan. Dalam konteks ini,
artikel ini akan membahas lebih lanjut konsep validitas dalam evaluasi
pendidikan, tantangan yang mungkin dihadapi, serta pentingnya memastikan
bahwa hasil evaluasi benar-benar merefleksikan kualitas pendidikan yang
diinginkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Pengertian Validitas?
2. Bagaimanakah Macam-macam Validitas?
3. Bagaimanakah Cara mengukur Validitas?
4. Bagaimakah Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Validitas
2. Untuk mengetahui Macam-macam Validitas
3. Untuk mengetahui Cara mengukur Validitas
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas

1
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Validitas
Validitas berasal dari kata ’’validity’’ yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran
tersebut.1 Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar,
1997).
Secara etimologi validitas berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
“Valid”. valid didalam kamus oxford dikatakan “Valid is the state of being
legally acceptable”.2 Atau sesuatu yang bisa diterima menurut hukum.
Mudahnya, valid dapat diartikan benar atau sah.
Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil
pengukuran atau evaluasi, jadi jika data yang dihasilkan dari sebuah
instrument valid, maka dapat dikatakan bahwa istrumen tersebut valid, karena
dapat memberikan gambaran tetang data secara benar sesuai dengan kenyataan
atau keadaan sesungguhnya. Jadi jika data yang dihasilkan oleh instrument
benar atau valid, sesuai kenyataan, maka instrument yang digunakan tersebut
juga valid.
Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti
prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan
pada alat pengukuran atau pengamatan.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya,
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

1
Zulkifli Matondang, "Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian." Jurnal
tabularasa, Vol. 6. Edisi 1 (2009): hlm. 87-97.
2
Oxford Dictionary. hlm. 783

2
3

pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan


menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu
alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan
pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan
untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran
mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas
tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi
menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai
alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan
tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar: 1997).3
Seperti yang kita ketahui validitas berasal dari kata valid, tetapi ada
sedikit perbedaan dalam penempatannya. Contohnya, jika dikatakan “ Soal itu
valid”, merupakan kalimat yang dapat dipahami, sedangkan jika dikatakan
“Soal itu validitas”, maka kalimat tersebut tidak akan dapat dipahami, kecuali
bila dikatakan “Soal itu memiliki validitas yang tinggi”, maka kalimat tersebut
dapat dipahami.4
Dari paragraf diatas dapat kita pahami bahwasannya, validitas memang
berasal dari kata valid, tetapi dalam penggunaannya ada sedikit perbedaan.
Kata valid dapat diartikan benar atau sah sedangkan bila berubah menjadi kata
validitas diartikan sebagai takaran atau ukuran kebenaran atau keabsahan
sesuatu. Adapun dalam kamus besar bahasa indonesia, validitas adalah
kesahan, sahnya, berlakunya sesuatu.5
Validitas dalam evaluasi pendidikan berhubungan erat dengan
pelaksanaan tes hasil belajar. Bila dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat
pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara
tepat, secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang

3
Zulkifli Matondang, "Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian." Ibid, hlm.
87-97.
4
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Cet. 4. (Bumi Aksara:
Jakarta. 2019), hlm.62
5
W.J.S Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Edisi Ketiga ). (Jakarta: Balai
Pustaka. 2017), hlm. 1355
4

seharusnya diukur. Dengan kata lain, sebuah tes dikatakan telah memiliki
“Validitas” apabila tes tersebut secara tepat, benar, absah atau shahih telah
dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diungkap atau diukur
lewat tes tersebut.6
B. Macam-macam validitas
Di dalam buku Encyclopedia of Education Evaluation yang ditulis
oleh oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan. Bahwa secara garis besar
validitas terbagi menjadi dua:
1. Validitas logis
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” berasal dari kata
“logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka valaiditas
logis untuk sebuah instrument evaluasi menunjukkan pada kondisi bagi
sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid berdsarkan hasil
penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrument
yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan
ketentuan yang ada.
2. Validitas empiris
Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris yang artinya
“pengalaman”. Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas
empiris apabila sudah diuji dari pengalaman7.
Dari uraian dua jenis validitas diatas, yakni validitas logis ada dua
macam, dan validitas empiris ada dua macam, maka secara keseluruhan
kita mengenal empat macam validitas yaitu:
a. Validitas isi.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur
tujuan khusus tertentu sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera didalam
kurikulum.

6
Sudjiono, Prof.Dr. Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Cet. 7, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2021), hlm.93
7
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Cet. 4. (Bumi Aksara:
Jakarta. 2019), hlm.64
5

b. Validitas konstrak.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila
butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek
berpikir. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek
berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yeng menjadi
tujuan instruksioanal.
Contoh: “siswa dapat membandingkan antara efek biologis dan
efek kologis”, maka butir soal pada tes merupakan perintah agar
membedakan antara dua efek tersebut.
c. Validitas “ada sekarang”.
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai
dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang
dipasangkan dalam hal ini hasil dipasangkan dengan hasil pengalaman.
Penglaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data
pengalaman tersebut sudah ada (ada sekarang, concurrent).
Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif
yang disusun sudah valid atau belum. Untuuk ini diperlukan sebuah
kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai
ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
d. Validitas predictive.
Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalau
mengenai hal yang akan datang yang sekarang belum terjadi. Sebuah
tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila
mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada
masa yang akan datang.
Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang
diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam
mengikuti kuliah dimasa yang akan datang8.

8
Joko Prasetiyo, Evaluasi dan Remediasi Belajar, (Jaakarta: Trans info media. 2013),
hlm. 71-73
6

C. Cara mengukur Validitas


Validasi (validation) merupakan proses esensial dalam mengukur
validitas suatu alat ukur atau tes. Prinsip validasi melibatkan perbandingan
hasil pengukuran faktor dengan kriteria, yang dapat berupa ukuran yang
dianggap sahih untuk menggambarkan faktor yang diuji.9 Misalnya, jika alat
ukur bertujuan untuk mengukur ketelitian kerja, maka perlu ada kriteria yang
dianggap sesuai untuk mengukur ketelitian kerja. Dengan membandingkan
hasil pengukuran faktor dengan kriteria ini, Anda dapat menentukan apakah
alat ukur tersebut valid.
Ada dua jenis kriteria yang digunakan dalam proses validasi:
1. Kriteria Luar (External Criterion): Ini adalah jenis kriteria yang berasal
dari sumber eksternal yang tidak terkait langsung dengan alat ukur itu
sendiri. Sebagai contoh, jika Anda mengembangkan sebuah tes untuk
mengukur ketelitian kerja, Anda dapat menguji validitas tes ini dengan
membandingkannya dengan prestasi kerja nyata, seperti catatan hasil kerja
atau penilaian oleh atasan atau pimpinan unit. Jika hasil tes memiliki
hubungan yang sesuai dengan kriteria eksternal ini, maka tes tersebut
dapat dianggap valid.
2. Kriteria Dalam Alat (Internal Criterion): Kriteria ini berasal dari data yang
dihasilkan oleh alat ukur itu sendiri, seperti total skor dari tes. Misalnya,
jika Anda ingin mengukur faktor daya analisis dalam tes, Anda dapat
membandingkan jawaban terhadap item yang mengukur daya analisis
dengan total skor keseluruhan tes. Jika ada korelasi yang positif dan
meyakinkan antara hasil item daya analisis dan total skor, maka ini dapat
mengindikasikan validitas faktor atau validitas internal.
Validitas alat tes sangat penting dalam proses pengembangan dan
evaluasi tes, karena ini mengukur sejauh mana alat tersebut dapat diandalkan
dalam mencapai tujuan pengukuran yang diinginkan. Proses validasi tidak
hanya berfokus pada tes itu sendiri, tetapi lebih kepada apakah hasil

9
Sugiono, dkk. "Uji validitas dan reliabilitas alat ukur SG posture evaluation." Jurnal
Keterapian Fisik Vol. 5. Edisi 1 (2020), hlm. 55-61.
7

pengukuran tes sesuai dengan tujuan evaluasi dan apakah terdapat bukti
empiris atau teori yang mendukung interpretasi hasil tes. Validitas sering
dihitung secara statistik untuk memberikan angka yang mengukur sejauh mana
alat ukur tersebut valid. Validitas adalah prinsip yang sangat mendasar dalam
psikologi dan pengukuran, serta berperan penting dalam memastikan
kecermatan dalam evaluasi dan pengukuran.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas
Banyak faktor yang menyebabkan hasil asesmen tidak valid. Beberapa
di antaranya tampak jelas dan mudah untuk menghindarinya. Tidak ada guru
yang akan berpikir untuk mengukur pengetahuan biologi dengan asesmen
matematika. Demikian pula juga tidak ada guru yang akan mengukur
kemampuan memecahkan masalah (problem solving) biologi kelas 7 SMP
dengan menggunakan asesmen yang didesain untuk kelas 12 SMA. Dalam dua
contoh tersebut sudah sangat jelas hasil asesmen akan menjadi tidak valid.
Faktor yang mempengaruhi validitas tes antara lain:
1. Faktor dari dalam tes itu sendiri
Pengujian terhadap butir tes secara hati-hati akan menunjukkan
apakah tes yang digunakan untuk mengukur isi materi atau fungsi -fungsi
mental yang akan diakses oleh guru. Bagaimanapun juga, beberapa faktor
berikut dapat menjaga butir tes dari fungsi yang dikehendaki dan dengan
demikian juga terjaga dari rendahnya validitas hasil asesmen. Lima faktor
yang pertama dapat diterapkan sejajar dengan asesmen penampilan siswa
secara luas serta tes-tes tradisional. Lima faktor yang terakhir lebih
diterapkan secara langsung terhadap tes pilihan dan tes dengan jawaban
singkat dengan jawaban benar atau salah.
a. Petunjuk yang tidak jelas. Petunjuk yang tidak jelas menyebabkan
siswa kehilangan waktu untuk sekedar memahami petunjuk pengerjaan
atau bahkan tidak dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
b. Penggunaan kosa kata dan struktur kalimat yang sulit. Penggunaan
kosa kata atau struktur kalimat yang sulit dapat menyebabkan siswa
8

terjebak untuk pemahaman terhadap pemahaman maksud dari sebuah


pertanyaan bukan untuk menyelesaikan pertanyaan itu sendiri.
c. Ambiguitas. Ambiguitas yaitu adanya kemungkinan multi tafsir juga
menyebabkan menurunnya validitas sebuah tes.
d. Alokasi waktu yang tidak cukup. Seyogyanya sebuah tes disediakan
waktu yang cukup untuk mengerjakan seluruh butir tes yang ada.
Kekurangan waktu dalam menyelesaikan sebuah tes bisa jadi bukan
karena siswa tidak mampu untuk menyelesaikan tesnya tetapi karena
keterbatasan kesempatan untuk mengerjakannya.
e. Penekanan yang berlebihan terhadap aspek tertentu, sehingga terlalu
mudah ditebak kecenderungan dari jawaban soal akan menyebabkan
menurunnya tingkat validitas soal.
f. Kualitas butir tes yang tidak memadai untuk mengukur hasil belajar.
Kualitas yang tidak memadai misalnya tes dimaksudkan untuk
megukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking)
jelas tidak cukup hanya digunakan tes yang bersifat untuk
mengungkap pengetahuan faktual saja.
g. Susunan tes yang jelek.
h. Tes terlalu pendek.
i. Penyusunan butir tes yang tidak runtut.
j. Pola jawaban yang mudah ditebak, misalnya pada soal pilihan ganda
jawabannya adalah A semua, atau B semua atau menunjukkan pola
tertentu misalnya D, C, B, A, D, C, B, A, dan sebagainya.
2. Faktor administrasi dan skor
Pemberian skor terhadap jawaban siswa (testee) harus dilakukan
secara hati-hati jangan sampai salah tulis atau meremehkan selisih angka
walaupun hanya sedikit. Hal ini akan menyebabkan hasil pengujian
terhadap validitas akan memberikan makna yang berbeda.
Berikut beberapa contoh faktor yang sumbernya yang berasal dari
proses administrasi dan skor.
9

a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan


jawaban dalam situasi yang tergesa – gesa.
b. Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan siswa
yang belajar dengan yang melakukan kecurangan.
c. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan semua
siswa.
d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten, mislanya pada tes essay,
juga dapat mengurangi validitas tes evaluasi.
e. Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
f. Adanya orang lain yang bukan siswa yang termasuk dan menjawab
item tes yang diberikan.
3. Faktor tanggapan siswa
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item – item tes
evaluasi tidak valid, karna dipengaruhi oleh jawab siswa dari interpretasi
item – item pada tes evaluasi. Sebagai contoh, sebuah tes para siswa
menjadi tegang karena guru mata pelajaran tersebut “killer” galak dan
sebagainya. Sehingga siswa yang mengikuti tes tersebut banyak yang
gagal. Contoh lain, ketika siswa melakukan tes penampilan keterampilan,
ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga siswa tidak dapat
berkonsentrasi dengan baik. Ini semua dapat mengurangi nilai validitas
instrumen evaluasi.
Tanggapan siswa yang tidak serius biasanya dijumpai pada saat
siswa diminta untuk mengisi sebuah angket. Hal ini akan menyebabkan
siswa mengisi angket secara sembarangan karena merasa tidak penting
maupun alasan -alasan yang lain. Oleh karena itu berikan angket pada
waktu dan kondisi yang tepat .
4. Hakikat kelompok dan criteria
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa validitas bersifat spesifik.
Sebuah asesmen atau instrumen alat ukur mungkin hanya valid untuk
kelompok tertentu saja dan tidak valid untuk kelompok yang lain. Sebagai
contoh misalnya sebuah tes diujicobakan pada sekelompok siswa pada
10

sebuah sekolah dengan kualitas biasa –biasa saja tentu akan berbeda
hasilnya jika tes yang sama diberikan pada sekelompok siswa pada
sekolah yang favorit.10

10
Heny Puspasari dkk, "Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa terhadap Pemilihan Suplemen Kesehatan dalam Menghadapi
Covid-19." Jurnal Kesehatan Vol. 13. Edisi 1 (2022), hlm. 65-71.
11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Validitas dan reliabilitas adalah dua hal penting didalam sebuah tes.
Karena tes yang baik harus memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Validitas itu sendiri secara umum dapat diartikan sebagai keabsahan sesuatu,
atau dalam lingkup evaluasi pendidikan validitas terutama dalam sebuah tes,
validitas merupakan alat ukur keberhasilan sebuah tes, karena sebuah soal
dikatakan memilki validitas yang tinggi apabila tes tersebut secara tepat,
benar, absah atau shahih telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang
seharusnya diungkap atau diukur.
Validitas memiliki macam, diantaranya, validitas isi (Keabsahan
materi atau isi pelajaran dengan tes), validitas konstrak (keabsahan tujuan
instrusksional dalam tes), validitas ada sekarang (Keabsahan data lampau atau
pengalaman dengan apa yang ada didalam tes), dan validitas predikitif
(Keabsahan prediksi sebuah soal bila diteskan).
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa sebagai insan yang dho’if tidak akan
lepas dari kekurangan dan kekhilafan. Di samping itu barangkali makalah
yang kami sajikan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka pemakalah sangat
mengharapkan ide-ide yang cemerlang dari rekan mahasiswa semua untuk
memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan kami di pertemuan yang akan
datang.

11
12

DAFTAR PUSTAKA
Joko Prasetiyo, Evaluasi dan Remediasi Belajar, (Jaakarta: Trans info media.
2013)

Heny Puspasari dkk, "Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa terhadap Pemilihan Suplemen
Kesehatan dalam Menghadapi Covid-19." Jurnal Kesehatan Vol.
13. Edisi 1 (2022)

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Cet. 4. (Bumi Aksara:


Jakarta. 2019)

Sudjiono, Prof.Dr. Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Cet. 7, (Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada. 2021)

Sugiono, dkk. "Uji validitas dan reliabilitas alat ukur SG posture


evaluation." Jurnal Keterapian Fisik Vol. 5. Edisi 1 (2020)

W.J.S Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Edisi Ketiga ). Balai


Pustaka, Jakarta ; 2017

Zulkifli Matondang, "Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian." Jurnal


tabularasa, Vol. 6. Edisi 1 (2009)

Anda mungkin juga menyukai