Anda di halaman 1dari 11

EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM

Masalah Tes

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan Islam


Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Institut Agama Islam (IAI) As’adiyah Sengkang

DOSEN PENGAMPU:
Nurul Mawaddah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Fatimah An Zahra
20310059
Firdaus
20310061
Hesty Helviana
20310065
Iwan Mubarak
2031067

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AS’ADIYAH SENGKANG


TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan Makalah
penulis dengan Judul “Masalah Tes” ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis
kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa
Ummat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Selanjutnya dengan penuh kerendahan hati penulis memohon kritik dan
saran dari pembaca apabila terdapat hal yang ganjil, agar selanjutnya dapat
penulis revisi kembali. Karena penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanya
milik sang Pencipta yaitu Allah Swt.
Demikianlah yang dapat penulis haturkan, penulis berharap agar
kedepannya makalah penulis ini mampu memberikan manfaat kepada setiap
pembacanya. Dan bernilai ibadah disisi Allah Swt. Aamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Sengkang, 1 Oktober 2023

Penulis,
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II Pembahasan...................................................................................... 2
A. Pengertian Tes....................................................................................... 2
B. Syarat-syarat Tes...................................................................................
C. Ciri-ciri Tes yang baik.............................................................................6
BAB III Penutup............................................................................................... 11
A. Kesimpulan.......................................................................................... 11
B. Saran.................................................................................................... 11
Daftar Pustaka................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak tenaga pengajar sekarang yang mudah menyerah dalam proses
pentranferan ilmu kepada muridnya, dikarenakan bagaimana menggunakan cara
untuk mencapai dan menemukan kemampuan sejauh mana sudah dimiliki oleh
siswa tentang materi yang telah pengajar pelajari kepada sang murid. Itulah perlu
diadakan tes.
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis
kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia Ada pula yang
mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah Seorang ahli bernama
James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini
kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and Measurement.
Selanjutnya di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga dalam
tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun membuat rumusan masalah sebagai barikut:
1. Apa Pengertian Tes?
2. Apa sajakah Syarat-syarat Tes?
3. Apa sajakah Ciri-ciri Tes yang baik?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno
yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia Ada pula yang
mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah Seorang ahli bernama
James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada
masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and Measurement.
Selanjutnya di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga dalam
tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya. Banyak ahli yang
mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang terkenal adalah
sebuah tes inteligensi yang disusun oleh seorang Prancis bernama Binet, yang
kemudian dibantu penyempur- naannya oleh Simon, sehingga tes tersebut dikenal
sebagai tes Binet- Simon (tahun 1904). Dengan alat ini Binet dan Simon berusaha
untuk membeda-bedakan anak menurut tingkat inteligensinya. Dari pekerjaan Binet
dan Simon inilah kemudian kita kenal istilah-istilah: umur kecerdasan (mental age),
umur kalender (chronological age), dan indeks kecerdasan. Inteligensi Kuosien atau
Intelligence Quotient (IQ).
Sebagai perkembangannya, Yerkes di Amerika Serikat menyusun tes kelompok
(group test) yang digunakan untuk menyeleksi calon militer sebanyak-banyaknya
dalam waktu yang singkat karena diperlukan pada waktu Perang Dunia I Tes ini
dikenal dengan nama Army Alpha dan Army Betha Didorong oleh munculnya
statistik dalam penganalisisan data dan informasi, maka akhirnya tes ini digunakan
dalam berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tes
ingatan, tes minat, tes sikap, dan sebagainya. Yang terkenal penggunaannya di
sekolah hanyalah tes prestasi belajar. Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh,
maka akan dite- rangkan dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan
dengan tes ini.
Tes
(Sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan
test), adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan
misalnya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan,
mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, men- jawab secara
lisan, dan sebagainya.
Testing
Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing
adalah saat pengambilan tes,
Testee
(Dalam istilah Indonesia tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan tes.
Orang-orang inilah yang akan dinilai atau diukur, baik mengenai kemampuan, minat,
bakat, pencapaian, dan sebagainya.
Tester
(Dalam istilah Indonesia: pencoba), adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan
pengambilan tes terhadap para responden.
B. Syarat-syarat Tes
Mengukur panjang sisi meja dengan menggunakan karet elastis yang diulur-
ulur. sama halnya dengan tidak mengukur. Hasil ukurannya tidak akan dapat
dipercaya Akan tetapi apabila keadaannya memang terpaksa, yakni apabila kita
harus melakukan pengukuran padahal yang ada di situ hanyalah sehelai tali karet
elastis, maka kita dapat menggunakan tali itu asal menggunakannya mengikuti
aturan tertentu, yakni tidak boleh ditarik-tarik.
Apabila situasi ini kita pindahkan kepada pelaksanaan evaluasi atau tes, maka
dapat disajikan dalam situasi berikut ini:
a. Seorang guru yang belum berpengalaman menyusun tes, mengadakan tes
Bahasa Indonesia. Kepada siswa diberikan sebuah bacaan panjang dan beberapa
pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengukur ke- mampuan siswa menangkap
isi bacaan tersebut, tetapi hanya meliputi bagian awal dari bacaan sampung itu,
siswa diminta untuk mengambil beberapa kata cukur dari bacaan itu dan
menerangkan artinya. Pada waktu tes berlangsing aru menunggunya dengan teliti
dan tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bekerja sama. Tes
berjalan dengan tertib.
b. Seorang guru yang sudah berpengalaman, menyusun sebuah tes dengan
baik. Kebetulan guru int juga mengajar Bahasa Indonesia Seperti halnya guru
pertama, ia memberikan sebuah bacaan dan kuti dengan pertanyaan-pertanyaan
tentang isi bacaan. Setelah itu dikati oleh deretan kata-kata sukar yang harus
diterangkan oleh siswa Pada waktu pelaksanaan tes, guru ini mendadak sakit dan
pengawasan serhadap pelaksanaan tes diserahkan kepada kawannya, orang guru
muda yang baik hati. Dibiarkannya saja anak-anak yang bercakap- cakap
merundingkan jawaban pertanyaan itu, atau anak-anak yang dengan sengaja
mengeluarkan buku catatan dan melihat-lihat isinya.
Dengan gambaran dua buah situasi tes di atas dapat dengan cepat Bambil
kesimpulan bahwa keduanya merupakan dua.contoh pelaksanaan tes yang tidak
diharapkan Keduanya tidak akan menghasilkan informasi yang baik tentang
siswa.
Dari contoh pertama, yang kurang baik adalah tesnya. Pertanyaannya disusun
dengan kurang cermat. Para siswa dibebaskannya untuk memilih sendiri kata-kata
yang sukar dan menerangkannya. Dengan demikian. akan terdapat banyak sekali
variasi jawaban sehingga goru akan menjum pai kesulitan pada waktu menilai
Guru tidak dapat memperoleh gambar- an tentang tingkat kemampuan siswanya
Nilai yang diperolehi tidak dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosis maupun
untuk mengisi rapor
Dari contoh kedua, tes yang disusun oleh guru sudah bark. Dengan
pengarahan dari guru, yakni memberikan kata-kata sukar yang harus diterangkan
oleh siswa, guru dapat memperoleh informasi siswa mana yang sudah menguasai
bahan dan siswa mana yang belum Akan tetapi kesalahannya terletak pada
pelaksanaan administrasi tes, Oleh karena situasinya memberikan peluang kepada
siswa untuk saling meneragam kan jawaban, maka guru tidak dapat memperoleh
gambaran siapa sebenarnya siswa yang sudah menguasai bahan pelajaran
sehingga dapat menjadi sumber informasi dan menjual jasa kepada kawan-
kawannya.
Dari contoh dan keterangan ini semua dengan singkat dapat dikata kan bahwa
sumber persyaratan tes didasarkan atas dua hal Pertama menyangkut mutu tes.
Kedua menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan.1
C. Ciri-ciri Tes yang baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi
persyaratan tes, yaitu memiliki:
1. Validitas
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas apabila tes itu dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur. Artinya tes yang hendak diberikan kepada peserta didik
harus dapat menjadi alat ukur terhadap tujuan yang sudah ditentukan.
2. Reliabilitas
Realibilitas berasal dari kata reliability, reliable yang artinya dapat dipercaya,
berketepatan. Sebuah tes dikatakan memiliki reliabilitas apabila hasil-hasil tes
tersebut menunjukkan ketetapan. Artinya, jika peserta didik diberikan tes yang
sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada pada urutan
yang sama dalam kelompoknya.
3. Objektivitas

1
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 2002)
h. 52-55.
Objektivitas dalam pengertian sehari-hari berarti tidak mengandung unsur pribadi.
Kebalikanya adalah subyektivitas, yang berarti terdapat unsur pribadi. Jadi, sebah
tes dikatakan objektif apabila tes itu dilaksanakan dengan tidak ada faktor
pribadi yang mempengaruhi, terutama pada sistem scoring.
4. Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut
bersifat praktis. Artinya, tes itu mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaanya, dan
di lengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali oleh orang
lain dan juga mudah dalam membuat administrasinya.
5. Ekonomis
Tes memiliki sebutan ekonomis apabila pelaksanaan tes itu tidak membutuhkan
ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.2

2
Wiji Suwarno, Dasar-dasar ilmu pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno
yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Didalam persyaratan
tesdidasarkan atas dua hal yaitu: mutu tes, dan mengyangkut pengadministrasian
dalam pelaksanaan.
Mengukur panjang sisi meja dengan menggunakan karet elastis yang diulur
ulur. sama halnya dengan tidak mengukur. Hasil ukurannya tidak akan dapat
dipercaya Akan tetapi apabila keadaannya memang terpaksa, yakni apabila kita harus
melakukan pengukuran padahal yang ada di situ hanyalah sehelai tali karet elastis,
maka kita dapat menggunakan tali itu asal menggunakannya mengikuti aturan
tertentu, yakni tidak boleh ditarik-tarik.
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memiliki
persyaratan tes, yaitu: Validitas, Reliabilitas, Objektivitas, Praktikabilitas, Ekonomis.

B. Saran
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran pengetahuan kami selaku pemakalah
dan calon tenaga pendidik beserta pengajar kedepan sangatlah dangkal, apalagi
dibidang TES. Oleh sebab itu, pemakalah sangat mengharapkan masukan dari
pembaca sekalian baik mahasiswa maupun kalangan umum. Kami mengharapkan
banyak masukan yang berupa positif demi menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Cet. III; Jakarta:


Bumi Aksara.

Wiji Suwarno. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jokjakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai